BAB 1,2,3 KTI Sri Novia Lestari (2118088)
BAB 1,2,3 KTI Sri Novia Lestari (2118088)
FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Definisi Preeklampsia
Preeklampsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan
yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat disertia
proteinuria, biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu ke atas atau dalam
triwulan ketiga kehamilan, tersering pada kehamilan 37 minggu, ataupun dapat
terjadi segera sesudah persalinan. Preeclampsia merupakan sindroma spesifik
kehamilan yang terutama berkaitan dengan berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel, yang bermanifestasi dengan adanya peningkatan
tekanan darah dan proteinuria. Preeclampsia dapat berkembang dari ringan,
sedang, sampai dengan berat, yang dapat berlanjut menjadi eklampsia. [ CITATION
Dia18 \l 14345 ]
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria pada usia kehamilan
diatas 20 minggu. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena
sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal. (POGI, 2014).
Sedangkan Cunningham et al., (2005) mendefinisikan preeklampsia adalah
sindrom kehamilan spesifik yang ditandai dengan penurunan perfusi organ secara
sekunder hingga terjadinya aktivasi vasospasme dan endotel.
Preeklampsia mempunyai gambaran klinik bervariasi dan komplikasinya
sangat berbahaya pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Gambaran
klinis yang utama dan harus terpenuhi adalah terdapatnya hipertensi dan
proteinuria, karena organ target yang utama terpengaruhi adalah ginjal
(glomerular endoteliosis). Patogenesisnya sangat kompleks, dipengaruhi oleh
genetik, imunologi, dan interaksi faktor lingkungan (Pribadi, A., et al, 2015)
Superimposed preeclampsia adalah kondisi dimana ditemui gejala dan
tanda hipertensi yang disertai dengan munculnya proteinuria setelah kehamilan 20
minggu ke atas, pada wanita yang sebelumnya telah menderita hipertensi kronis.
Penderita Pre Eklampsi Berat (PEB) yang menunjukkan gejala maupun tanda kea
rah kejang (tanda prodromal akan terjadinya kejang) disebut imoending eklampsia
atau imminent eklampsia atau PEB dengan ancaman eklampsia. Tanda-tanda
ancaman eklampsia dapat berupa nyeri kepala hebat, gangguan virus, muntah,
nyeri epigastrium, serta kenaikan tekananan darah yang progresif. [ CITATION
Dia18 \l 14345 ]
Eklampsia adalah kondisi dimana pasien memenuhi kriteria preeclampsia,
dengan disertai kejang atau kejang yang tidak diketahui penyebabnya, yang bukan
merupakan kelainan neurologis misalnya epilepsy, yang bisa disertai penurunan
kesadaran, pada wanita dengan preeclampsia. [ CITATION Dia18 \l 14345 ]
Eklampsia di definisikan sebagai kondisi kejang yang berhubungan
dengan preeclampsia. Preeklampsia berat didsefinsikan sebagai preeclampsia
dengan hipertensi berat dengan tekanan darah diastolic ≥110 mmHg, tekanan
darah sistolik ≥160 mmHg dan atau dengan gejala, dan atau kerusakan biokimia
dan atau hematologis. [ CITATION Dia18 \l 14345 ]
Eklampsia merupakan satu atau lebih bangkitan kejang yang berhubungan
dengan preeclampsia. Hal ini dapat terjadi sekalipun tekana darah masih dalam
batas normal.[ CITATION Dia18 \l 14345 ]
The American College of Obstetrician and Gynecologists
mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan atas empat kategori sebagai
berikut : (1) preeclampsia atau kehamilan mengindiksi preeclampsia/ pregnancy
induced eclampsia (PIE) didefinisikan sebagai triad hipertensi, proteinuria dan
edema umum, yang berkembang setelah minggu ke 20 kehamilan; (2) Hipertensi
kronis adalah adanya hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan dan berlanjut
sampai pasien dalam keadaan amil; (3) Superimposed eclampsia, yang merupakan
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah selama kehamilan, yang
disertai oroteinuria dan atau edema, pada gravida yang sebelumnya sudah
menderita hipertensi; (4) Hipertensi gestasional transient, atau edema pada
gravida yang sebelumnya normotensive, dimana sampai dengan 10 hari pasca
persalinan, tekanan darah akan kembali normal seperti sedia kala. [ CITATION
Dia18 \l 14345 ]
2.1.2 Etiologi Preeklampsia
Penyebab pasti etiologic dan predisposisi hingga saat ini belum diketahui
secara pasti, namun beberapa studi menyimpulkan bahwa penyebab tercetusnya
preeclampsia adalah factor keabnormalan invasi troplobas pada uterus,
ketidaksesuaian imunologi antara ibu dan janin, kegagalan beradaptasi sistem
kardiovaskuler, factor infeksi pada kehamilan serta genetic (Irianti.et.al, 2015)
Ketidaknormalan invasi tropoblas (placenta) menjadi salah satu factor
pencetus trekuat, dimana infasi dari sel-sel desidua oleh sinsitiotroplobas pada
bagian arteri spiralis myometrium, menyebabkan hilangnya jaringan
muskuloelastis yang akan menyebabkan pembuluh darah berdilatasi dan
mengurangi kemampuan kontraksi. Tekanan pada sistem alirah darah
myometrium menjadi rendah. Di lain sisi suplai darah dari plasenta menuju janin
haruslah adekuat. Karenanya untuk dapat menghasilkan perfusi yang adekuat,
penyesuaian diri yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan tekanan darah untuk
menghindari terjadinya hipoksia pada placenta. (Irianti.et.al, 2015)
Studi lain memperkuat teori, bahwa kejadian inflasi placenta abnormal
tersebutt disebabkan oleh respon imun maternal, dimana terjadinya respon
penolakan antigen janin yang didapatkan dari ayah yang akan saling bertentangan
dengan sistem imun maternal. Sistem imun maternal ini akan memicu pelepasan
factor perusak sel endotel, dimana sel endotel dianggao sebagai benda asing yang
akan mengganggu kestabilan tubuh ibu. Akibatnya, sel endotel akan membentuk
endothelium yang akan melapisi sistem kardiovaskuler dan rongga serosa ibu
yang berfungsi sebagai sistem transport kapiler serta mencegah terjadinya
pembentukan bekuan darah, sehingga akan menimbulkan vasospasme dan
peningkatan tekanan darah, koagulasi abnormal dan thrombosis serta peningkatan
vermiabilitas endothelium. Hal ini menimbulkan perpindahan cairaan dari
intraseluler menuju ekstraseluler (oedema), protein urine dan hypovolemia.
Perfusi placenta yang abnormal pun dapat diperberat dengan penyakit penyerta
lain seperti diabetes mellitus atau trombofilia (Irianti et.al, 2015)
2.1.3 Diagnosis Preklampsia
Menurut Irianti.et.al (2015:), penegakan diagnosis preeclampsia dibagi menjadi 2
yaitu preeclampsia ringan dan berat.
2.1.3.1 Preeklampsia Ringan
Preeclampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan
menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasopasmes pembuluh
darah dan ativasi endotel. (Prawirohardjo, 2018)
Diagnosis preeclampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya
hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
Berikut kriteria dari preeklampsi ringan :
a. Hipertensi : sistolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥30 mmHg dan
kenaikan diastolic ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria
preeclampsia.
b. Proteinuria : ≥300mg/ 24 jam atau ≥ 1+dipstick
c. Edema : edema local tidak dimasukan dalam kiteria preeclampsia,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
(Prawirohardjo, 2018)
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 –
18,4
Normal 18,5 –
25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 –
Kelebihan berat badan tingkat berat 27,0
>27,0
Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12%
kehamilan yang disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis.
Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya
terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur. Deteksi dini
gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah
terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil.
Faktor predisposisi dan adanya penyakit sebaiknya juga dikenali sejak awal sehingga
dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik
terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang di kandungnya.
(Prawirohardjo, 2014)
Setiap ibu hamil memiliki risiko akan terjadinya komplikasi atas kehamilannya, maka
setiap ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan/dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Hal ini bertujuann
untuk meminimalisir adanya komplikasi, kelainan atau penyakit dalam kehamilan,
persalinan dan nifas. (Hernawati dan Kamila, 2017)
Tujuan skrining adalah untuk melaukan deteksi dini suatu keadaan yang abnormal
dan untuk membuat diagnose banding. Skrining merupakan fungsi utama seorang bidan
dalam melakukan asuhan kebidanan. Tindakan yang umum dilakukan oleh bidan adalah
melakukan srining secara berkala pada ibu untuk mendeteksi setiap penyimpangan dari
keadaan normal. Hernawati dan Kamila, 2017)
Bidan maupun dokter harus melakukan anamnesa yang lengkap untuk dapat
menentukan apakah ibu hamil memiliki faktor risiko terjadinya pre eklampsia atau tidak.
Faktor risiko ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu faktor risiko yang kuat dan sedang.
Faktor risiko yang kuat antara lain : mengalami pre eklampsia / hipertensi pada
kehamilan sebelumnya, adanya penyakit ginjal kronis, hipertensi, diabetes tipe 1 atau 2,
gangguan auto imun termasuk lupus eritematosus atau sindrom antifosfolipid. Sedangkan
faktor risiko sedang antara lain kehamilan pertama, usia 40 tahun keatas, jarak kehamilan
> 10 tahun, indeks massa tubuh ≥ 35 kg/m2 , polycystic ovarium syndrome, adanya
riwayat keluaraga yang mengalami PE (ibu kandung/saudara kandung) dan kehamilan
kembar 5 , penggunaan teknologi reproduksi, pasangan baru. (Lindayani, 2018:49)
Berdasarkan trias penyebab kematian ibu (Preeklampsia, perdarahan dan infeksi)
maka intervensi kunci yang dapat dilakukan oleh peran petugas kesehtan adalah (Chalid,
2016) :
a. Pencegajan preeclampsia melalui penguatan asuhan antenatal terfokus, antara
lain dengan mendeteksi kemungkinan risiko, edukasi, pengenalandini tanda
bahaya kehamilan.
b. Penatalaksanaan preeclampsia dan eklampsia dengan penatalaksanaan awal
dan manajemen kegawatdaruratan (dengan penggunaan magnesium sulfat).
(Pulungan.et.al, 2020:6)
a. Rawat jalan
1) Istirahat baring (tidur miring)
2) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
3) Beri obat sedative ringan (jika tidak istirahat) : tablet fenobarbital 3x30 mg
per oral selama dua hari.
4) Roboransia.
5) Kunjungan ulang tiap 1 minggu
b. Jika rawat inap
Pada kehamilan preterm (kurang dari 37 minggu)
1) Jika tekanan darah mencapai normotensive selama perawatan persalinan di
tunggu sampai aterm.
2) Bila tekanan darah turun tetapi belum mencapai non-motensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat di akhiri pada kehamilan lebih dari
37 minggu.
Nulipara
Obesitas
Sebelum hamil
Usia Ibu
Diabetes
Penyakit Hipertensi Kronik
Penyakit Ginjal
Preeklampsia Kehamilan multiple
METODOLOGI PENELITIAN
1. Paritas
2. Umur ibu
3. Jarak kehamilan
4. Obesitas sebelum hamil Preeklampsia
5. Riwayat preeklampsi
6. Gemeli
7. Penyakit ibu
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
3.3 Variabel Penelitian
Variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa
variable adalah konstrak (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. (Lusiana.dkk, 2015)
Aprilia, D. Penyakit ginjal kronis pada kehamilan. Jurnal Kesehatan Andalas 2010;8(3): 708-17.
Ardiningrum.et,al Perbedaan kadar magnesium dalam serum pada wanita. Jurnal Undip 2019
Mei 6.
Asmana.et. al Hubungan usia dan paritas dengan kejadian preeklampsia berat di rumah sakit
achmad mochtar bukittinggi tahun 2012-2013. Jurnal Kesehatan Andalas 2016;
5(3):640-6.
Kurniasari, F. A. Hubungan usia, paritas dan diabetes mellitus pada kehamilan dengan kejadian
preeklamsia pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas rumbia kejadian preeklamsia
pada ibu hamil. Jurnal Kesehatan Holistik 2015; 9(3): 142-50.
Yuliani, S. H. Distribution of preeclampsia risk factors in pregnant woman distribution of
preeclampsia risk factors in pregnant woman. Jurnal Kebidanan 2019; 9(2) 135-42.
Dinas Kesehatan Jawa Barat,. Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat Tahun 2019,Jawa Barat:
Dinkes Jawa Barat; 2019
Dinas Kesehatan Kota Bandung. Profil Kesehatan Kota Bandung 2019. Bandung: Dinas
Kesehatan Kota Bandung; 2019
Ertiana.et. Hubungan Usia dengan Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di RSUD Kabupaten
Kediri Tahun 2018, Midwiferia Jurnal Kebidanan 2019 4 Oktober; 5(2):1-7.
Hardiyanti.et.al Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luaran maternal dan perinatal pada ibu
hamil di usia Tua. Jurnal Medika Muda 2019
Irianti, B. Asuhan kehamilan berbasis bukti. Jakarta: Penerbit Sagung Seto; 2015
Hernawati dan Kamila. Kegawatdarutan maternal dan neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media;
2017
Kementrian Kesehatan Repbulik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019; 2019
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jakarta:
Katalog dalam terbitan Kemenkes RI; 2020
Khairani.et,al. Karakteristik kehamilan dengan lupus eritematosus sistemik di RSUP dr. kariadi
semarang . Jurnal Kedokteran Diponegoro Mei 2018;7(2):1457-70.
Kusumawati, W. Gambaran faktor-faktor risiko kejadian preeklampsia pada ibu bersalin dengan
preeklampsia. Jurnal Kebidanan Oktober 2017;6(2):139-14
Lalenoh, D. C. Preeklampsia Berat dan Eklampsia ; Tatatlaksana Anestesia Perioperatif.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish; 2018
Muslika, E. M. Preeklampsia dan kejadian bayi berat lahir rendah pada kehamilan aterm di
RSUD wates kulon progo tahun 2017. Jurnal Poltekkes Jogja 23 Juli 2019
Nurul ZA.et,al. Pengaruh umur, kehamilan ganda dan gravida pada kejadian preeklampsia di
rumah sakit umum meuraxa banda aceh tahun 2015 . Journal of Healthcare Technology
and Medicine 2016; 2(2) 115-26.
POGI. Pedoman nasional pelayanan kedokteran ketuban pecah dini. Himpunan Kedokteran
Fetomaternal; 2016
Pulungan.et.al. Ilmu obstetri dan ginekologi untuk kebidanan. Medan : Yayasan Kita Menulis;
2020
Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014
Rahmawati, N. Hubungan riwayat penyakit dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil di
RSUD panembahan senopati Bantul Yogyakarta 2016. Jurnal Universitas Aisyiyah
Yogyakarta 24 Desember 2016:1-57
Syahriana. Analisis mean arterial pressure, roll over test, indeks. (Tesis) Jurnal Unhas 2018
Yuliani.et.al Distribution of preeclampsia risk factors in pregnant woman. Jurnal Kebidanan 7
Oktober 2019; 9(2):135-41.
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Health Organization; 2015.
Nama Ibu :
Nama Suami :
Tanggal HPHT :
Kesimpulan : ………………………………………………………………………………
Bilamana ibu berisiko preeklamsi maka pemeriksaan kehamilan, persalinan dan pemeriksaan nifas
dilaksanakan di Rumah Sakit.
Lakukan rujukan terencana pada ibu hamil dengan kondisi yang disebutkan di atas (tidak perlu menunggu inpartu)