TINJAUAN PUSTAKA
HELLP Syndrome
1. Definisi
Sindrom HELLP terjadi pada 0,5-0,9% kehamilan dan 10-20% terjadi pada kasus
preeklamsia berat. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme level, low platelet count)
merupakan komplikasi pada kehamilan yang muncul dengan adanya hemolisis, peningkatan
2. Faktor Risiko
b. Multiparitas
d. Ras putih
3. Klasifikasi
3) LP: trombositopenia, tidak terdapat hemolisis, tidak terdapat peningkatan enzim hati
4. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom HELLP yaitu adanya aktivasi endotel pembuluh darah, trombosit,
hemolisis dan kerusakan hati, hal tersebut berisiko berkembang menjadi DIC. Pada sebuah
penelitian kohort retrospektif, 38% wanita hamil dengan sindrom HELLP dapat berkembang
menjadi DIC (trombosit < 100x109/L, konsentrasi fibrinogen < 3g/L, degradasi fibrin > 40
mg/L). Pada DIC, rendahnya kadar antitrombin mungkin disebabkan karena disfungsi hati,
konsentrasi fibronektin dan D-dimer yang lebih tinggi, serta kadar antitrombin yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan kehamilan normal dan preeklampsia. Solusio plasenta yang
berhubungan dengan sindrom HELLP meningkatkan risiko DIC serta risiko edema pulmo, gagal
ginjal (oliguria, anuria, peningkatan kadar kreatinin serum) dan membutuhkan transfusi darah.
Faktor yang berkontribusi terhadap gagal ginjal akut adalah mikroangiopati dan DIC. Gangguan
visual, termasuk ablasio retina, perdarahan corpus vitreus, dan kebutaan kortikal merupakan
5. Tatalaksana
Evaluasi awal terhadap wanita yang didiagnosa dengan sindrom HELLP harus dilakukan
seperti pada preeklamsia berat. Pasien harus dirawat di pusat perawatan tersier. Penatalaksanaan
awal harus mencakup penilaian maternal dan fetal, pengendalian hipertensi berat, jika ada,
inisiasi infus MgSO4, koreksi koagulopati, jika ada, dan stabilisasi maternal. Komplikasi sindrom
HELLP yang berpotensi mengancam jiwa adalah sebuah hematoma hepar subkapsuler. Jika
terdapat kecurigaan yang tinggi terhadap keberadaan hematoma hepar subkapsuler yang tinggi,
maka sebaiknya dilanjutkan dengan melakukan computed tomography scan. Terapi dari sindrom
3) Bila serviks tidak matang atau terdapat pertimbangan lainnya dapat dilakukan seksio
sesarea.
Persalinan dengan segera harus dilakukan jika usia kehamilan pasien >34 minggu. Pada
pasien kurang dari 34 minggu dan tanpa adanya bukti maturitas paru-paru janin, maka sebaiknya
diberikan glukokortikoid untuk kepentingan janin dan persalinan direncanakan dalam waktu 48
jam, jika tidak ada perburukan dalam status maternal dan fetal. Berbagai penelitian telah
dilakukan terhadap penggunaan steroid, volume expander, plasmaferesis, dan agen antitrombotik
terhadap pasien dengan sindrom HELLP untuk mencoba memperpanjang usia gestasi.
Dalam melakukan persiapan tindakan operasi persalinan pada sindrom HELLP harus
1) Lakukan transfusi trombosit sebelum dan sesudah operasi bila trombosit kurang dari
10.000/mm.
1) Intensif unit care, untuk melakukan evaluasi organ dan gejala vital.
3) Umumnya gejala akan berkurang setelah 72 jam sehingga pengobatan masih perlu dalam
1) Edema pulmonum.
2) Dekompensasio kordis.
3) Kegagalan ginjal.
Dengan demikian observasi yang ketat perlu dilakukan sehingga gejala utama yang makin
Tabel 2. Penatalaksanaan perioperatif pasien dengan sindrom HELLP yang memerlukan seksio
sesarea.
1. Pengendalian hipertensi berat
2. Inisiasi infus magnesium sulfat intravena
3. Glukokortikoid untuk 24 – 48 jam untuk manfaat
janin jika usia kehamilan <34 minggu
4. Anestesia umum untuk hitung platelet <
75.000/mm3
5. Platelet 5 – 10 unit sebelum pembedahan jika
hitung platelet < 50.000/mm3
6. Membiarkan peritoneum vesikouterina terbuka
7. Drainase subfasia
8. Penutupan sekunder terhadap insisi kulit atau
drainase subkutaneus
9. Transfusi postoperatif sesuai keperluan
10. Pengawasan intensif selama setidaknya 48 jam
postpartum
a. Solusio plasentae
b. Gagal ginjal
c. Asites
Komplikasi yang terlambat didiagnosis dan terlambat mencapai tingkat pelayanan lanjut
a. Solusio plasentae.
d. Persalinan prematuritas.
7. Prognosis
Pasien dengan sindrom HELLP memiliki kemungkinan 2-27% untuk mengalami sindrom
HELLP pada kehamilan berikutnya. Mortalitas ibu bekisar antara 1-3%. Morbiditas pada ibu
yang paling sering terjadi adalah DIC (20%), abrupsio plasenta (16%), gagal ginjal akut (7%),
edem pulmo (6%). Morbiditas dan mortalitas janin antara 9-24% disebabkan oleh abrupsio