PROPOSAL
Oleh:
FERIAN HERDIANSYAH
NIM: 18.010
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi adalah salah satu upaya untuk memberikan daya tahan tubuh pada anak dan
bayi, walaupun secara alamiah manusia mempunyai kekebalan atau daya tahan tubuh sejak
lahir untuk menghindari kuman atau virus. Namun, manusia juga butuh imunisasi sebagai
penunjang sehingga dengan imunisasi di harapkan bayi dan anak akan terhindar dari berbagai
macam penyakit dan dapat hidup dengan sehat. Di Indonesia sendiri terdapat 2 jenis
imunisasi, yaitu imunisasi yang wajib di berikan atau imunisasi dasar seperti BCG, campak,
difteri, polio, DPT+Hepatitis B sesuai anjuran WHO da nada pula imunisasi yang hanya di
anjurkan atau di perlukan jika ada keperluan tertentu seperti orang yang akan berangkat
menunaikan ibadah haji yang di berikan imunisasi meningitis dan imunisasi untuk mencegah
penyakit endemik. Banyak ibu-ibu tidak membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan
imunisasi karena berbagai alasan, seperti karena takut terhadap efek samping imunisasi,
khawatir terhadap kandungan pada vaksin dan beberapa alasan lainnya. Menurut data
(Riskesdas 2013) beberapa alasan anak tidak di bawa ke posyandu untuk imunisasi dasar
diantaranya karena takut terhadap efek samping imunisasi seperti panas, keluarga tidak
mengizinkan, pelayanan kesehatan yang jauh, kesibukan orang tua sehingga tidak sempat
membawa anaknya imunisasi, dan tidak tahu tempat imunisasi. Mereka lebih meminati cara
mengkonsumsi bahan-bahan alami serta yang terpenting menjauhi makanan yang
mengandung bahan pewarna dan pengawet serta bahan kimia lainnya, yang mereka dapatkan
dari hasil kebun mereka sendiri, seperti daun soekarno, daun asam jawa yang masih muda,
kunyit dan temu lawak. Menurut mereka, vaksin yang di imunisasikan kepada anak berasal
dari ginjal kera, sel janin yang digugurkan, dan sel-sel babi sehingga merekan
menganggapnya haram, jijik, dan berbahaya. Padahal, semua orang terutama bayi dan anak
wajib di berikan imunisasi untuk menghindari dari berbagai macam penyakit. Setiap bayi
(usia 0-11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari Hepatitis B,
BCG, DPT-HB-Hib, polio dan campak. Terjadinya suatu penyakit berawal dari virus atau
bakteri yang masuk menyerang tubuh. Virus atau bakteri tersebut di anggap benda asing oleh
tubuh sehingga daya tahan tubuh akan membuat antibody untuk menyerang benda asing
2
tersebut. Oleh karena itu, imunisasi disebut sebagai salah satu langkah yang diberikan agar
terbentuk system kekebalan tubuh terhadap paparan penyakit. (Wulandari et al., 2019).
Lebih dari 1,4 juta anak meninggal di Indonesia setiap tahunnya karena berbagai penyakit
seperti difteri, tetanus, hepatitis B, radang selaput sekitar otak, pneumonia, pertussis, dan
polio. Penyakit tersebut dapat di sebut dengan penyakit yang dapat di cegah dengan
imunisasi. Salah satu upaya efektif untuk menurunkan angka kematian anak adalah dengan
pemberian vaksinasi. Tidak hanya itu, vaksin juga merupakan salah satu upaya intervensi
kesehatan masyarakat yang paling berhasil, dan hemat biaya (low cost), terutama untuk
Negara berkembang, karena di Negara berkembang sangat mudah ditemukan vaksin dan
harganya yang relative lebih murah. (Ijnhs & Rkw, 2020). Menurut data (Riskesdas, 2018)
cakupan dasar imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan di Indonesia pada tahun
2013 mencapai 59,2 %, sedangkan tahun 2018 mencapai 57,9% yang artinya dalam hal ini
mengalami penurunan dalam cangkupan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan cakupan dasar
imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan di Jawa Timur 61,3 %. Menurut data
profil kesehatan kabupaten pamekasan tahun 2016 Pencapaian desa atau kelurahan UCI di
kabupaten pamekasan tahun 2014 sebesar 75,1% tahun 2015 terjadi penurunan 38,73% dari
target 100%. Puskesmas Teja di tempatkan sebagai Puskesmas dengan capaian tertinggi
untuk imunisasi dasar lengkap dan capaian terendah di Puskesmas Kadur tepatnya di Desa
Kadur. Masih rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap di Desa Kadur Wilayah
Puskesmas Kadur dari 107 balita sebanyak 23 balita yang mau di imunisasi, sisanya
sebanyak 84 balita tidak mau di imunisasi dikarenakan persepsi masyarakat yang masih salah
tentang imunisasi sehingga masih banyak penolakan dari masyarakat terkait pemberian
imunisasi (Sari & Nadjib, 2019).
Persepsi ibu-ibu yang menolak pemberian imunisasi dasar balita bertentangan dengan
teori yang ada. Persepsi yang salah tersebut di pengaruhi oleh pengetahuan ibu serta
dukungan keluarga. Menurut mereka, imunisasi dasar balita adalah upaya pencegahan
terhadap berbagai macam penyakit tertentu bagi bayi dan anak usia di bawah lima tahun yang
diberikan dengan cara memasukkan bahan yang berbahaya bagi anak seperti kuman, virus,
bahan-bahan kimia dan agen penyebab penyakit lainnya. Anggapan ibu-ibu tersebut adalah
imunisasi bukanlah cara yang terbaik untuk mencegah penyakit. Imunisasi itu tidak aman
bagi kesehatan anak, bahkan akan mendatangkan penyakit yang tidak terduga dan lebih parah
3
bagi anak, padahal memang seperti itu efek samping imunisasi seperti demam atau gatal-
gatal. (Wulandari et al., 2017). Salah satu penyebab terjadinya penurunan angka imunisasi
adalah adanya penolakan terhadap pemberian imunisasi dasar dari berbagai kalangan.
Penolakan imunisasi juga di sebabkan oleh factor keraguan terhadap kehalalan vaksin
meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa No. 04 tahun 2016
tentang imunisasi. MUI mengeluarkan fatwa bahwa boleh menggunakan vaksin yang halal
dan suci. Vaksin yang najis dan haram tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurat
dan belum ditemukan vaksin yang halal (Komisi Fatwa MUI, 2016). Dampak tidak di
lakukan imunisasi adalah bayi memiliki imun atau daya tahan tubuh yang rendah dan akan
mudah terkena penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan sampai kematian (M Andika,
2013).
Dengan kasus penolakan ibu terhadap imunisasi dasar pada balita, sebagai petugas
kesehatan lebih gencar kembali dalam memberikan edukasi kesehatan tentang pentingnya
imunisasi guna memaksimalkan upaya preventif dari peningkatan kejadian suatu penyakit
yang terjadi pada balita dengan bekerja sama dengan puskesmas setempat yang dapat di
berikan melalui posyandu. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran persepsi ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita di
Puskesmas Talang.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimana gambaran persepsi ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur
Puskesmas Kadur?”
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui gambaran persepsi ibu yang menolak imunsasi dasar pada balita di
Desa Kadur Wilayah Puskesmas Kadur.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi ilmiah dalam pengembangan
Ilmu Keperawatan Anak dan Keperawatan Komunitas yang dapat memberi suatu
informasi tentang gambaran persepsi ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Perawat
4
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai media untuk mendapatkan informasi
dan pertimbangan tentang persepsi ibu menolak imunisasi dasar pada balita, sehingga
dapat digunakan untuk menyusun asuhan keperawatan yang tepat dalam upaya
meningkatkan angka imunisasi dasar pada balita.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rumah sakit
tentang data ibu menolak imunisasi dasar pada balita, khususnya di Puskesmas
Kadur.
3. Bagi institusi pendidikan
Menambah referensi dan pengembangan penelitian mengenai persepsi ibu yang
menolak imunisasi dasar pada balita dan dijadikan sumber rujukan bagi penelitian
selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan tentang imunisasi dasar.
4. Bagi keluarga atau orang tua
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi orang tua tentang pentingnya
pemenuhan imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu untuk menghindarkan anak pada
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi dan sebagai masukan bagi Puskesmas
tentang cakupan imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu, upaya orang tua untuk
memenuhi imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu untuk meningkatkan taraf
kesehatan bagi anak.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
akan membentuk sebuah kesan atau persepsi terhadap partisipan lainnya. Kesan
atau persepsi ini sangat penting untuk mencapai kesamaan makna. Dalam
motivasi, dan kepribadian) dan factor situasional (deskripsi verbal dan petunjuk-
Dari lingkungan akan terbentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari
namun akan berbeda kepribadiannya jika dibesarkan dalam lingkungan social yang
6
Setiap orang akan menanggapi isi media berdasarkan kepentingan mereka dan
1) Persepsi visual
jarak penglihatannya.
dibedakan, yakni:
7
4. Persepsi gerakan (kemampuan memperkirakan dan mengikuti
bervariasi.
objek yang berada atau yang tersimpan pada suatu latar yang
membingungkan.
2. Persepsi perbedaan
2019).
8
Setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-obyek yang
2020).
1. Kognitif
2. Afektif
atau emosi yang nampak pada sikap, nilai, minat, apresiasi, karakter,
9
perkembangan social emosional, moral dan etika. Afektif juga sering
2017).
3. Konatif
berikut:
10
Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan
1. Factor internal
2. Factor eksternal
suatu objek.
(Asrori, 2020).
11
2. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.
3. Adanya alat indra atau reseptor sebagai penerima stimulus dan syaraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan ke otak lalu dari otak dibawa melalui syaraf
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu
penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 2003). Ada dua macam
1. Kekebalan Bawaan
Kekebalan bawaan adalah kekebalan yang dibawa sejak lahir yang sudah da dalam
tubuh, misalnya sel darah putih. Kegunaan sel darah putih adalah untuk mengadakan
perlawanan terhadap bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh. Daya pertahanan ini disebut
Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu,
misalnya anak yeng telah sembuh dari penyakit campak. Ia akan kebal terhadap penyakit
campak.
Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui placenta, ibu telah memperoleh
kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria dan tetanus, maka anaknya atau
12
bayi akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit terssebut untuk beberapa bulan pertama.
2. Kekebalan Buatan
Kekebalan buatan adalah kekebalan yang sengaja diberikan kepada seorang anak
dengan cara menyuntikkan vaksin untuk mencegah bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh.
1) Kekebalan aktif buatan di dapat dari banteri ataupun irus hidup, yaitu kuman yang digunakan
misalnya penyakit polio sabit, bakteri maupun virus mati yang digunakansudah mati biasanya
2) Kekebalan pasif buatan di dapat dari hasil pemberian serum (zat anti yang sudah mati).
Dengan pemberian serum, tubuh tidak harus secara aktif membuat zat anti. Contoh ATS
Tujuan dari imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang
Menurut (Marimbi, 2010), pemberian imunisasi bermanfaat untuk anak, keluarga, dan
negara.
1. Untuk anak
13
Mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat/mati.
2. Untuk keluarga
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-
3. Untuk negara
Meningkatkan kesejahteraan yang optimal, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
bangsa di dunia.
Menurut (Marimbi, 2010) syarat yang paling utama adalah anak yang akan mendapat
imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian
virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian
menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam
kondisi sehat. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak akan bagus.
Ada tujuh macam penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian imuni sasi, yaitu
tuberculosa.Gejala dari penyakit TBC, yaitu berbulan-bulan anak sering batuk,pilek dengan
demam, berat badan kurang, anak tampak lesu.Tanpa pencegahan daari pengobatan maka
14
penyakit TBC dapat menyebabkan radang paru-paru, cacat pada tulang belakang, radang selaput
otak bahkan sampai kematian.Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG.
2) Diphteri
corynae bacterium diphteriae. Pada hari ke 1-3 gejala dimulai dengan batuk dan pilek dengan
panas ringan, sakit kalau menelan, leher sedikit membengkak, dan pada hari ke 4-6 anak tampak
sakit berat dimana leher membengkak yang ditandai dengan selaput yang tadinya putih menjadi
kebiru-biruan. Selaput dapat meluas menutup saluran nafas, sehingga sukar bernafas dan dapat
3) Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Kordetello partusis. Pada
minggu pertama bagi pendarita batuk dan pilek dengan hidung berair dan disertai panas. Pada
minggu ke-2 batuk tidak hilang walaupun minum obat, malam hari batuk bertambah hebat
didahului dengan nafas dalam sampai terdengar “awuup” batuk tak dapat dihentikan sampai
akhirnya muntah (kecuali umur 6 bulan ke bawah), terutama pendarahan pada selaput mata serta
mata menjadi bengkak. Pada minggu ke-3 dan seterusnya batuk terus menerus lalu berkurang
secara perlahan-lahan.Pengaruh/akibat batuk rejan, yaitu gizi anak menjadi buruk, radang paru-
paru, radang otak.Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian imunisasi DPT.
4) Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun kuman yang dihasilkan oleh
kuman Closetridium Tetani.Penyakit ini timbul oleh suatu luka kecil, mulut anak menjadi kaku
dan sukar dibuka.Selanjutnya punggung kaku dan melengkung mulai dari bahu sampaipinggul,
kejang-kejang pada seluruh tubuh terutama akibat adanya rangsangan/suara. Tanpa pengobatan
15
yang segara dan tepat, anak yang terserang akan meninggal. Penyakit ini bisa dicegah dengan
5) Polio
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio, pada hari ke 1-3 anak
terserang batuk/pilek disertai demam dan mencret ringan.Pada hari ke 3-5 demam berlangsung
terus diikuti kaku kuduk tungkai/lengan.Pada hari ke 5-7 mendadak tungkai/lengan menjadi
lumpuh, kelumpuhan umumnya pada satu tungkai/lengan tetapi dapat juga pada kedua
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus morbili.Gejala pada hari 1-3
anak batuk pilek dan panas,mata mera dan sakit bila kena cahaya, panas semakin hari semakin
tinggi.Pada hari ke 3-4 panas sedikit turun, timbul bercak-bercak merah pada kulit yang dimulai
dari belakang telinga menjalar ke wajah, kemudian pada mata terdapat cairan kuning kental,
setelah tubuh terdapat bercak-bercak.Dan pada hari ke 4-6 bercak berubah menjadi kehitaman
menjadi seperti semula tanpa menimbulkan bekas.Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian
imunisasi campak.
7) Hepatitis B
Hepatitis B atau penyakit kuning adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis yang menyerang hati yang dapat bersifat akut/ kronik.Pada sebagian kecil dapat
berlanjut menjadi sirosis hati.Gejala pada hepatitis akut, yaitu selera makan hilang, rasa tidak
enak di perut, mual sampai muntah, nyeri dan rasa penuh perut pada perut sisi kanan atas,
demam tidak tinggi,kadang-kadang disertai nyeri sendi.Setelah satu minggu timbul gejala utama,
16
seperti selaput putih pada mata (sklera) tampak berwarna kuning, kulit seluruh tubuh tampak
kuning, air kencing berwarna coklat seperti teh. Sedangkan gejala pada hepatitis kronis, yaitu
sebagian besar tanpa gejala, kadang-kadang penderita datang ke dokter dengan stadium lanjut
dengan keluhan muntah darah (Hematemesis), berak darah (Melena), perut buncit (Asietes) (RI,
2000).
2.2.6 Macam Vaksin, Kegunaan pada Bayi, Dosis dan Jumlah serta Waktu
Pemberian
Jenis imunisasi yang diuraikan mencakup vaksinasi BCG, hepatitis B, DPT, Polio
Dan campak yang sesuai dengan sasaran pemerintah diIndonesia agar setiap anak mendapat
imunisasi dasar terhadap tujuh penyakit utama yang dapat dicegah dengan imunisasi.
bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan Colmet Guerin sehingga disebut
BCG.Vaksin BCG adalah vaksin yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG diberikan satu kali pada
umur 0-11 bulan (Depkes RI,2000) dengan dosis 0,05 cc dengan cara menyuntikkan intra kutan
tepatnya di Insertio M Deltoideus kanan atas. BCG ulangan tidak di anjurkan karena
keberhasilannya diragukan.
2) Vaksin Hepatitis B
vaksin ini diberikan sedini mungkin pada bayi baru lahir, imunisasi dasar diberikan tiga kali
dengan jarak waktu 1 bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara suntikan 2 dan 3.
Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Dosis setiap pemberian 0,5 cc
17
3) Vaksin DPT (Dipleteri, Pertusis, Tetanus)
pertusis, dan tetanus dalam waktu yang bersamaan.Vaksin ini terdiri dari toxoid diphteri, bakteri
pertusis, dan tetanus toxoid.vaksin ini sering disebut “Triple Vaksin”. Dibawah ini merupakan
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT, DT dan TT.Diphteri disebabkan oleh bakteri
yang memproduksi racun (toxoid), vaksin tebuat dari toxoid yaitu racun diphteri yang telah
dilemahkan. Vaksin diphteri akan rusak jika diberikan, dan juag rusak oleh panas.
b. Vaksin pertusis
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT. Vaksin ini dibuat dari bakteri yang
dimatikan, akan mudah rusak bila kena panas. Dalam vaksin DPT koponen pertussis
c. Vaksin tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, TT atau sebagai Tetanus Toxoid
(TT).Tetanus disebabkan oleh bakteri yang diproduksi toksin (racun).Vaksin terbuat dari
toxoid yaitu toksin tetanus yang telah dilemahkan. Tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan,
dan juga rusak bila terkena panas. Imunisasi DPT diberikan pada umur 2-11 bulan dengan
dosis 0,5 cc dengan jumlah suntikan 3 kali secara I.M/SC. Selang waktu pemberian minimal
4 minggu.Imunisasi ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat
masuk sakolah dasar ( 12 tahun). Menurut program pemerintah vaksinasi ulangan dilakukan
4) Vaksin Polio
18
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap Poliomelitys vaksin yang
digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup yang telah dilemahkan,
vaksin ini terbentuk cairan berwarna merah muda jernih/orange pucat kecemasan sebanyak
1cc/2cc dalam flacon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian secara oral
sebanyak 2 tetes langsung dimulut bayi, tanpa menyentuh mulut bayi.Vaksin polio oral sangat
mudah dan cepat rusak jika kena panas dibandingkan dengan vaksin lainnya. Vaksin ini
diberikan 4 kali pada umur 0-11 bulan dengan selang waktu pemberian minimal 4 minggu
imunisasi ulang diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk SD (5-6 tahun)
5) Vaksin Campak
yang digunakan adalah vaksin hidup yang telah di lemahkan. Vaksin yang telah dilarutkan
potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam (Vedemecum Bio farma, 1997).
Vaksin ini diberikan 1 kali pada umur 9 bulan dengan dosis 0,5 cc, dengan menyuntik secara SC
biasanya di lengan kiri bagian atas. Apabila pemberian faksin campak kurang dari 9 bulan
19
Bln pemberian
imunisasi dapat
0-11 ditunda.
Bln
1. Vaksin BCG
a. Reaksi lokal yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritema
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan
akhirnya sembuh spontan dalam waktu 8-23 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
b. Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila, konsistensi padat, tidak nyeri tekan ,
2. Vaksin Hepatitis B
3. Vaksin DPT
Kontra indikasinya usia di atas 7 tahun, demam (<38oC), sakit berat (terutama
kelainan neorologis), riwayat reaksi berat pemberian DPT sebelumnya syok, kejang, penurunan
kesadaran atau gejala neorologis lainnya bila anak berusia lebih dari tujuh tahun dapat diberikan
imunisasi DPT dengan kontra indikasi anak yang sakit parah (sedang menderita demam tinggi).
4. Vaksin Polio
5. Vaksin Campak
20
Kontra indikasinya infeksi berat disertai demam lebih dari 38 oC, difisiensi
imunologis, pengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur, hiper sensitifitas terhadap
Kadang- kadang terjadi efek samping setelah pemberian vaksin.Ini adalah pertanda
baik yang membuktikan bahwa vaksin betul – betul bekerja secara tepat. Efek samping yang bisa
1) BCG
dengan garis tengah 10mm. setelah 2-3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil
yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. hal ini perlu diberitahukan kepada ibu
anak tersebut agar tidak memberikan obat apapun pada luka dan membiarkan terluka atau bila
ditutup dengan mempergunakan kain kasa kering. Luka tersebut akan kering sendiri dengan
2) Hepatitis B.
Efek sampingnya berupa efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sintesis (demam
ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang beberpa hari.
3) DPT
Kebanyakan akan menderita pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi
panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas yang timbul lebih dari satu hari sesudah
pemberian DPT, bukanlah disebabkan vaksin DPT. Mungkin infeksi lain yang perlu diteliti lebih
lanjut. Sebagian anak mersa nyeri, sakit kemerahan, bengkak di tempat suntikan, keadaan ini
21
4) Polio
Efek samping polio umumnya tidak ada (Depkes RI, 2000), tetapi ada yang
berpendapat efek samping vaksin polio yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-
kejang.
5) Campak
Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setalah satu minggu penyuntikan, kadang-
bulan.
d) Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal terhadap simultan, bayi di
imunisasi.
e) Frekuensi penyakit, dampaknya pada neonates berat imunisasi dapat diberikan pada
neonates.
2. Genetik
Secara genetic respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah
22
3. Kualitas vaksin
a) Cara Pemberian
b) Dosis Vaksin
c) Frekuensi Pemberian
Respon imun sekunder sel efektor lebih cepat, lebih tinggi produksinya, afinitas lebih
tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila aksin
berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab
d) Ajuvan
e) Jenis Vaksin
f) Kandungan Vaksin
1. Antigen virus
2. Bakteri
23
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi.
1) Pengetahuan
Pengetahuan ialah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan
tingkatan(Notoatmodjo, 2003):
1) Tahu (Know)
dalamatau rangsangan yangpengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh
2) Memahami (Comprehension)
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar
3) Aplikasi (Aplication)
dipelajari pada situasi atau kondis riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan
huhum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konsep yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
24
5) Sintesis (Synthesis)
menghubungkan baguian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang
2) Pendidikan
orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu (Sudirman, 1980). Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan (Priani, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu dapat
menunutn manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan
berhubngan dengan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.
3) Kebudayaan
Kebudayaan aadalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar serta dengan keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
1) Persepsi
25
Persepsi ibu-ibu yang menolak pemberian imunisasi dasar balita bertentangan
dengan teori yang ada. Persepsi yang salah tersebut di pengaruhi oleh
balita adalah upaya pencegahan terhadap berbagai macam penyakit tertentu bagi
bayi dan anak usia di bawah lima tahun yang diberikan dengan cara
memasukkan bahan yang berbahaya bagi anak seperti kuman, virus, bahan-
bahan kimia dan agen penyebab penyakit lainnya. Anggapan ibu-ibu tersebut
Imunisasi itu tidak aman bagi kesehatan anak, bahkan akan mendatangkan
penyakit yang tidak terduga dan lebih parah bagi anak, padahal memang seperti
itu efek samping imunisasi seperti demam atau gatal-gatal (Wulandari et al.,
2017).
2) Sikap
Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara tertentu.
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
26
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang
dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau
tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk
perilaku.
1. Menerima (Receiving)
2. Merespon (Responding)
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
oranglain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
27
untukmenimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi
adalahsuatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
segalaresiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
3) Nilai masyarakat
yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan
memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaanatau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan,
1) Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia di tempat-
tempat kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan yang baik. Tujuan utama pengembangan
sarana kesehatan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan kesehatan serta
memperluas ruang lingkup dari pada jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh sarana kesehatan.
28
2.4 Konsep Balita
2.4.1 Pengertian
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan
yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir
dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai
lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2kg/tahun, kemudian
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah
ini cukup popular dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri
yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan.
Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian
keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan
Kebutuhan dasar anak balita untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi
kebutuhan dasar.
d. Sanitasi lingkungan
29
e. Sandang
f. Kesegaran jasmani/rekreasi
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara
ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh
kembang yang selaras, baik fisik, mental atau spiritual. Kasih saying dari orang tua
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan
1. Perkembangan fisik
Diawal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan singkatan bawah lima
tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun, ada juga
yang menyebut dengan periode usia prasekolah, pada fase ini anak berkembang
Pertambahan berat badan menurun terutama di awal balita. Hal ini terjadi karena
2. Perkembangan Psikologis
30
yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang
Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah 3 tahun atau toddler)
sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya
sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang akan terjadi pada dirinya.
Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh karena itu saatu
menjelaskan gunakan kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya.
Posisi tubuh yang baik saat berbicara pada anak yaitu jongkok, duduk di kursi kecil atau
berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya. Satu hal yang akan
memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang
31
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kebutuhan Balita:
1. Fisik Biomedis
Balita 2. Emosi atau kasih
sayang
3. Stimulasi mental
Menolak Menerima
Internal
Eksternal Predisposisi
1) Perasaan
1) Pengetahuan 1) Frame of
2) Sikap
2) Informasi dari reference
3) Kepribadian
luar 2) Factor of
4) Keinginan
3) Latar belakang experience
5) Persepsi
1. Kognitif
2. Afektif
3. Konatif
Positif Negatif
Ket:
: Tidak di teliti
: Di teliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Persepsi Ibu Menolak Pemberian Imunisasi Dasar
Pada Balita di Desa Kadur Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan.
32
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun. Balita mempunyai kebutuhan yaitu fisik
biomedis, emosi dan kasih sayang serta stimulasi mental. Pada kebutuhan fisik biomedis
didalamnya terdapat kebutuhan imunisasi, tujuannya tidak lain untuk memberikan kekebalan
tubuh agar anak tidak rentan terhadap penyakit, walaupun secara alami anak sudah memiliki
kekebalan tubuh yang diperoleh dari ASI. Tetapi, dengan pemberian imunisasi diharapkan anak
terhindar dari penyakit dan memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Kelengkapan imunisasi dasar di
pengaruhi oleh beberapa factor diantaranya persepsi ibu. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi persepsi antara lain factor internal, eksternal dan predisposisi, dimana factor
tersebut mempengaruhi ibu yang nantinya akan membawa anaknya ke posyandu untuk di berikan
imunisasi dasar atau tidak. Fenomena saat ini banyak ibu yang mempunyai persepsi negatif
terhadap pemberian imunisasi sehingga anak tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
33
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah sesuatu yang sangat penting untuk memecahkan masalah
menurut metode keilmuan. Pada bab ini akan di sajikan 1) Desain/Rancangan, 2) Kerangka kerja,
3) Populasi, Sample, dan Sampling, 4) Identifikasi Variabel, 5) Definisi Operasional, 6)
Pengumpulan Data dan Analisa Data, 7) Etika Penelitian, dan 8) Keterbatasan.
34
4.2 Kerangka Kerja
Populasi
Seluruh Ibu yang menolak imunisasi dasar balita di Desa Kadur
wilayah kerja Puskesmas Kadur
N = 84
Sampel
Seluruh Ibu menolak imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur
Wilayah Puskesmas Kadur
n= 84
Sampling
Total Sampling
Desain Penelitian
Deskriptif Cross Sectional
Pengumpulan Data
Menggunakan Kuesioner dengan skala likert
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Gambaran Persepsi Ibu Menolak Imunisasi dasar pada Balita di
Desa Kadur Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan 2020.
35
4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subejak dan atau objek yang akan menjadi sasaran
penelitian. Subjek penelitian merupakan tempat atau lokasi data variable yang akan digunakan.
(Slamet Ryanto, 2020).
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini,
populasinya adalah seluruh ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur wilayah
kerja Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan sebanyak 84 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah bagian yang memberikan gambaran secara umum dari populasi.
Sampel penelitian memiliki karakteristik yang sama atau hamper sama dengan karakteristik
populasi, sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diamati (Slamet
Ryanto, 2020). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang menolak imunisasi dasar
pada balita di Desa Kadur Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan sebanyak 84 orang.
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
Sampling Total sampling. yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
jumlah populasinya.
36
4.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Persepsi Ibu Menolak Imunisasi Dasar di
Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan
Peneliti mendapatkan izin dari Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura,
kemudian menyerahkan kepada Kepala Puskesmas Kadur untuk menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian serta mendapatkan persetujuan meminta data balita yang tidak imunisasi.
37
Setelah dari Puskesmas Kadur lalu ke Bidan Desa Kadur untuk menjelskan tujuan penelitian
Kemudian memilih populasi yaitu semua Ibu yang memiliki balita yang tidak di imunisasi.
2. Instrument penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala likert
dengan jumlah pertanyaan 18. Kuesioner mengenai Gambaran Persepsi ibu menolak
imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan.
Pengambilan data awal pada bulan Januari dan rencana penelitian akan di lakukan pada
bulan Januari-April 2021 di Desa Kadur Wilayah Kerja Puskesmas Kadur.
38
Konghucu diberi kode 5. Anak sebelumnya di beri imunisasi, ya diberi kode 1, tidak
diberi kode 2.
c. Scoring
Untuk analisa data dilakukan dengan cara memberikan nilai 5 untuk jawaban
sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban
tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Lalu dikategorikan dalam postif
jika nilai T ≥ mean dan negatif jika T < mean.
d. Tabulating
Tabulasi data dilakukan dengan menghitung frekuensi-frekuensi dari data umum dan
khusus hasil penelitian ke dalam table distribusi frekuensi.
e. Enterpretating
Kemudian hasil presentase dari pengolahan dan di interpretasikan dengan
menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data yang telah diinterpretasikan
kemudian dijelaskan sebarannya menggunakan skor T sebagai berikut:
1) Persepsi positif jika skor T ≥ mean
2) Persepsi negatif jika T < mean
Skor T dihitung dengan menggunakan rumus:
X . X́
T =50+10
s
T = 50 + 10
Keterangan:
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor
X́ = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
2. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data
dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dengan menyajikan data
secara tabulasi silang yang konfirmasikan dalam bentuk presentase dan narasi (Nursalam,
2013).
4.7 Etika peneltian
4.7.1 Lembar Persetujuan menjadi responden (informed concent)
39
Informed Consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian. Informed concent dimulai dengan pernyataan salah satu pihak (peneliti) untuk
mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut penawaran. Kemudian
diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek penelitian) untuk menerima penawaran
yang disebut penerimaan (Wais, 2008). Tujuan informed concent agar subjek mengetahui
maksud peneliti dan tujuan penelitian, serta dampaknya.
4.7.2 Tanpa nama (anonimity)
Menurut (Wais, 2008) masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menggunakan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu mengganggu kehidupan
pribadi partisipan. Peneliti wajib menjaga kerahasiaan informasi atau data yang diberikan
oleh partisipan, termasuk menjaga privacy partisipan (Swarjana, 2012). Dan hanya di
publikasikan dalam bentuk laporan sebagai tugas akhir pada program studi D III
keperawatan.
40
KUESIONER GAMBARAN PERSEPSI IBU MENOLAK IMUNISASI DASAR PADA
BALITA DI DESA KADUR PUSKESMAS KADUR
A. Karakteristik Ibu
Nomor Responden:
1. Nama (inisial)
2. Usia Ibu
a. <20 tahun
b. 20-30 tahun
c. 31-40 tahun
3. Usia bayi
a. < 6 bulan
b. 6 bulan
c. > 6 bulan
4. Alamat:
5. Pendidikan terakhir
a. Tidak tamat SD/Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Akademik/Sarjana
6. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah
a. ≤ 3 orang
b. 4-6 orang
c. 7-8 orang
d. > 8 orang
7. Jumlah anak yang dimiliki
a. 1 orang
b. 2-3 orang
c. 4-5 orang
d. > 5 orang
8. Apakah anak sebelumnya diberikan imunisasi?
a. Ya
b. Tidak
9. Agama
a. Islam
b. Kristen/Katolik
c. Hindu
d. Budha
e. Konghucu
41
BCG DPT-1 DPT-2 DPT-3 Campak
No Pertanyaan Jawaban
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
setuju ragu Setuju tidak
setuju
1 Balita saya lebih beresiko
tertular penyakit Hepatitis
B, TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio dan
Campak.
2 Saya prihatin tentang
balita maupun anak-anak
yang sakit berat
42
dikarenakan tertular virus
penyakit Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak
3 Balita saya lebih mudah
tertular penyakit Hepatitis
B, TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak
4 Balita saya beresiko tinggi
tertular virus penyebab
penyakit Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak
43
penyebab penyakit
Hepatitis B, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio
atau Campak
5 Setiap kali balita saya
sakit tampak sangat serius
44
4 Terlalu banyak kesulitan
yang saya hadapi untuk
mendapatkan imunisasi
dasar lengkap bagi balita
saya.
5 Saya tidak punya waktu
untuk mengantarkan balita
saya ke pelayanan
kesehatan untuk
mendapatkan imunisasi.
6 Saya khawatir vaksin
imunisasi yang diberikan
kepada balita saya tidak
halal karena menggunakan
media yang tidak sesuai
ajaran agama.
45