Anda di halaman 1dari 45

GAMBARAN PERSEPSI IBU MENOLAK PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA

BALITA DI DESA KADUR WILAYAH PUSKESMAS KADUR


KABUPATEN PAMEKASAN

PROPOSAL

Oleh:
FERIAN HERDIANSYAH
NIM: 18.010

POLITEKNIK NEGERI MADURA


JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
2020
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi adalah salah satu upaya untuk memberikan daya tahan tubuh pada anak dan
bayi, walaupun secara alamiah manusia mempunyai kekebalan atau daya tahan tubuh sejak
lahir untuk menghindari kuman atau virus. Namun, manusia juga butuh imunisasi sebagai
penunjang sehingga dengan imunisasi di harapkan bayi dan anak akan terhindar dari berbagai
macam penyakit dan dapat hidup dengan sehat. Di Indonesia sendiri terdapat 2 jenis
imunisasi, yaitu imunisasi yang wajib di berikan atau imunisasi dasar seperti BCG, campak,
difteri, polio, DPT+Hepatitis B sesuai anjuran WHO da nada pula imunisasi yang hanya di
anjurkan atau di perlukan jika ada keperluan tertentu seperti orang yang akan berangkat
menunaikan ibadah haji yang di berikan imunisasi meningitis dan imunisasi untuk mencegah
penyakit endemik. Banyak ibu-ibu tidak membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan
imunisasi karena berbagai alasan, seperti karena takut terhadap efek samping imunisasi,
khawatir terhadap kandungan pada vaksin dan beberapa alasan lainnya. Menurut data
(Riskesdas 2013) beberapa alasan anak tidak di bawa ke posyandu untuk imunisasi dasar
diantaranya karena takut terhadap efek samping imunisasi seperti panas, keluarga tidak
mengizinkan, pelayanan kesehatan yang jauh, kesibukan orang tua sehingga tidak sempat
membawa anaknya imunisasi, dan tidak tahu tempat imunisasi. Mereka lebih meminati cara
mengkonsumsi bahan-bahan alami serta yang terpenting menjauhi makanan yang
mengandung bahan pewarna dan pengawet serta bahan kimia lainnya, yang mereka dapatkan
dari hasil kebun mereka sendiri, seperti daun soekarno, daun asam jawa yang masih muda,
kunyit dan temu lawak. Menurut mereka, vaksin yang di imunisasikan kepada anak berasal
dari ginjal kera, sel janin yang digugurkan, dan sel-sel babi sehingga merekan
menganggapnya haram, jijik, dan berbahaya. Padahal, semua orang terutama bayi dan anak
wajib di berikan imunisasi untuk menghindari dari berbagai macam penyakit. Setiap bayi
(usia 0-11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari Hepatitis B,
BCG, DPT-HB-Hib, polio dan campak. Terjadinya suatu penyakit berawal dari virus atau
bakteri yang masuk menyerang tubuh. Virus atau bakteri tersebut di anggap benda asing oleh
tubuh sehingga daya tahan tubuh akan membuat antibody untuk menyerang benda asing

2
tersebut. Oleh karena itu, imunisasi disebut sebagai salah satu langkah yang diberikan agar
terbentuk system kekebalan tubuh terhadap paparan penyakit. (Wulandari et al., 2019).
Lebih dari 1,4 juta anak meninggal di Indonesia setiap tahunnya karena berbagai penyakit
seperti difteri, tetanus, hepatitis B, radang selaput sekitar otak, pneumonia, pertussis, dan
polio. Penyakit tersebut dapat di sebut dengan penyakit yang dapat di cegah dengan
imunisasi. Salah satu upaya efektif untuk menurunkan angka kematian anak adalah dengan
pemberian vaksinasi. Tidak hanya itu, vaksin juga merupakan salah satu upaya intervensi
kesehatan masyarakat yang paling berhasil, dan hemat biaya (low cost), terutama untuk
Negara berkembang, karena di Negara berkembang sangat mudah ditemukan vaksin dan
harganya yang relative lebih murah. (Ijnhs & Rkw, 2020). Menurut data (Riskesdas, 2018)
cakupan dasar imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan di Indonesia pada tahun
2013 mencapai 59,2 %, sedangkan tahun 2018 mencapai 57,9% yang artinya dalam hal ini
mengalami penurunan dalam cangkupan imunisasi dasar lengkap. Sedangkan cakupan dasar
imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan di Jawa Timur 61,3 %. Menurut data
profil kesehatan kabupaten pamekasan tahun 2016 Pencapaian desa atau kelurahan UCI di
kabupaten pamekasan tahun 2014 sebesar 75,1% tahun 2015 terjadi penurunan 38,73% dari
target 100%. Puskesmas Teja di tempatkan sebagai Puskesmas dengan capaian tertinggi
untuk imunisasi dasar lengkap dan capaian terendah di Puskesmas Kadur tepatnya di Desa
Kadur. Masih rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap di Desa Kadur Wilayah
Puskesmas Kadur dari 107 balita sebanyak 23 balita yang mau di imunisasi, sisanya
sebanyak 84 balita tidak mau di imunisasi dikarenakan persepsi masyarakat yang masih salah
tentang imunisasi sehingga masih banyak penolakan dari masyarakat terkait pemberian
imunisasi (Sari & Nadjib, 2019).
Persepsi ibu-ibu yang menolak pemberian imunisasi dasar balita bertentangan dengan
teori yang ada. Persepsi yang salah tersebut di pengaruhi oleh pengetahuan ibu serta
dukungan keluarga. Menurut mereka, imunisasi dasar balita adalah upaya pencegahan
terhadap berbagai macam penyakit tertentu bagi bayi dan anak usia di bawah lima tahun yang
diberikan dengan cara memasukkan bahan yang berbahaya bagi anak seperti kuman, virus,
bahan-bahan kimia dan agen penyebab penyakit lainnya. Anggapan ibu-ibu tersebut adalah
imunisasi bukanlah cara yang terbaik untuk mencegah penyakit. Imunisasi itu tidak aman
bagi kesehatan anak, bahkan akan mendatangkan penyakit yang tidak terduga dan lebih parah

3
bagi anak, padahal memang seperti itu efek samping imunisasi seperti demam atau gatal-
gatal. (Wulandari et al., 2017). Salah satu penyebab terjadinya penurunan angka imunisasi
adalah adanya penolakan terhadap pemberian imunisasi dasar dari berbagai kalangan.
Penolakan imunisasi juga di sebabkan oleh factor keraguan terhadap kehalalan vaksin
meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa No. 04 tahun 2016
tentang imunisasi. MUI mengeluarkan fatwa bahwa boleh menggunakan vaksin yang halal
dan suci. Vaksin yang najis dan haram tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurat
dan belum ditemukan vaksin yang halal (Komisi Fatwa MUI, 2016). Dampak tidak di
lakukan imunisasi adalah bayi memiliki imun atau daya tahan tubuh yang rendah dan akan
mudah terkena penyakit yang bisa menyebabkan kecacatan sampai kematian (M Andika,
2013).
Dengan kasus penolakan ibu terhadap imunisasi dasar pada balita, sebagai petugas
kesehatan lebih gencar kembali dalam memberikan edukasi kesehatan tentang pentingnya
imunisasi guna memaksimalkan upaya preventif dari peningkatan kejadian suatu penyakit
yang terjadi pada balita dengan bekerja sama dengan puskesmas setempat yang dapat di
berikan melalui posyandu. Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran persepsi ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita di
Puskesmas Talang.
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimana gambaran persepsi ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur
Puskesmas Kadur?”
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui gambaran persepsi ibu yang menolak imunsasi dasar pada balita di
Desa Kadur Wilayah Puskesmas Kadur.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi ilmiah dalam pengembangan
Ilmu Keperawatan Anak dan Keperawatan Komunitas yang dapat memberi suatu
informasi tentang gambaran persepsi ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Perawat

4
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai media untuk mendapatkan informasi
dan pertimbangan tentang persepsi ibu menolak imunisasi dasar pada balita, sehingga
dapat digunakan untuk menyusun asuhan keperawatan yang tepat dalam upaya
meningkatkan angka imunisasi dasar pada balita.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rumah sakit
tentang data ibu menolak imunisasi dasar pada balita, khususnya di Puskesmas
Kadur.
3. Bagi institusi pendidikan
Menambah referensi dan pengembangan penelitian mengenai persepsi ibu yang
menolak imunisasi dasar pada balita dan dijadikan sumber rujukan bagi penelitian
selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan tentang imunisasi dasar.
4. Bagi keluarga atau orang tua
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi orang tua tentang pentingnya
pemenuhan imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu untuk menghindarkan anak pada
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi dan sebagai masukan bagi Puskesmas
tentang cakupan imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu, upaya orang tua untuk
memenuhi imunisasi dasar lengkap dan tepat waktu untuk meningkatkan taraf
kesehatan bagi anak.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai pengamatan tentang objek-objek, peristiwa

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan atau makna. Misalnya, masing-masing partisipan komunikasi

akan membentuk sebuah kesan atau persepsi terhadap partisipan lainnya. Kesan

atau persepsi ini sangat penting untuk mencapai kesamaan makna. Dalam

komunikasi interpersonal, persepsi dibentuk oleh factor personal (pengalaman,

motivasi, dan kepribadian) dan factor situasional (deskripsi verbal dan petunjuk-

petunjuk nonverbal). Pengaruh persepsi dalam komunikasi interpersonal dapat

bersifat negatif, misalnya terjadi kesalahan persepsi yang dapat menimbulkan

konflik. Namun pengaruh persepsi dalam komunikasi interpersonal juga dapat

bersifat positif, misalnya memahami dan menghargai adanya perbedaan persepsi

(Hardianto et al, 2020).

Dari lingkungan akan terbentuk sikap, nilai-nilai, serta kepercayaan yang mendasari

kepribadian mereka. Anak kembar sekalipun secara biologis mempunyai persamaan

namun akan berbeda kepribadiannya jika dibesarkan dalam lingkungan social yang

berbeda. Setiap orang dengan sendirinya memiliki persepsi yang berbeda

sehubungan dengan kepribadiannya. Teori psikologi umum telah merumuskan

konsep persepsi selektif berdasarkan perbedaan-perbedaan kepribadian individu.

6
Setiap orang akan menanggapi isi media berdasarkan kepentingan mereka dan

disesuaikan dengan kepercayaan serta nila-nilai social mereka (Suprapto, 2009).

Persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan seseorang untuk memilih,

mengorganisir, serta menafsirkan rangsangan dari lingkungan. Proses tersebut juga

dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Mulyana, 2000).

2.1.2 Jenis Persepsi

Dilihat dari keragaman indra penerima informasi, persepsi dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1) Persepsi visual

Persepsi visual adalah persepsi yang didasarkan pada penglihatan.

Persepsi ini sangat mengutamakan peran indra penglihatan (mata)

dalam prosedur perseptualnya. Akomodasi adalah prosedur

penyesuaian bentuk lensa mata terhadap objek yang dilihat sesuai

jarak penglihatannya.

Dilihat dari dimensinya, ada 6 jenis persepsi visual yang dapat

dibedakan, yakni:

1. Persepsi keseluruhan dan bagian (kemampuan untuk membedakan

bagian-bagian suatu objek atau gambar dari keseluruhannya.

2. Persepsi kedalaman (kemampuan individu untuk mengukur jarak

dari posisi tubuh ke suatu objek).

3. Persepsi titikan ruang (kemampuan penglihatan untuk

mengidentifikasi, mengenal dan mengukur ruang).

7
4. Persepsi gerakan (kemampuan memperkirakan dan mengikuti

gerakan atau perpindahan objek oleh mata).

5. Persepsi konstanitas ukuran

Merupakan kemampuan individu untuk mengenal bahwa setiap

objek memiliki suatu ukuran yang konstan meskipun jaraknya

bervariasi.

6. Persepsi objek atau gambar pokok dan latar

Persepsi ini memungkinkan individu untuk menempatkan suatu

objek yang berada atau yang tersimpan pada suatu latar yang

membingungkan.

2) Persepsi pendengaran (pengamatan dan penilaian terhadap suara yang

diterima oleh bagian telinga).

Seperti halnya persepsi penglihatan, perkembangan persepsi

pendengaran mencangkup beberapa dimensi, yaitu:

1. Persepsi lokasi pendengaran

Persepsi ini berkenaan dengan kemampuan mendeteksi tempat

munculnya suatu sumber suara.

2. Persepsi perbedaan

Membedakan suara suara tertentu.

3. Persepsi pendengaran utama dan lainnya

Kemampuan untuk memperhatikan suara-suara tertentu dengan

mengabaikan suara-suara lain yang tidak berhubungan (Yasbiati,

2019).

8
Setelah individu melakukan interaksi dengan obyek-obyek yang

dipersepsikan maka hasil persepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Persepsi positif yaitu Persepsi yang menggambarkan segala

pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan

yang diteruskan dengam upaya pemanfaatannya.

2) Persepsi negatif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala

pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan tanggapan

yang tidak selaras dengan obyek persepsi (Yasbiati, 2019).

2.1.3 Komponen Persepsi

Pada dasarnya, persepsi memiliki 3 aspek atau komponen, yaitu

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif (Asrori,

2020).

1. Kognitif

Kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk

menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau

peristiwa. Demista mengatakan perkembangan kognitif adalah salah

satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan

yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana

individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

2. Afektif

Afektif adalah sesuatu yang berkenaan dengan perasaan, suasana hati,

atau emosi yang nampak pada sikap, nilai, minat, apresiasi, karakter,

penyesuaian, moral dan tingkah laku individu. Afektif juga merupakan

9
perkembangan social emosional, moral dan etika. Afektif juga sering

dikaitkan dengan moral, etika, kecerdasan emosi dan spiritual (Jamin,

2017).

3. Konatif

Komponen konatif adalah aspek volisional, yaitu berhubungan dengan

kebiasaan, dan kemauan bertindak. Komponen konatif dalam factor

sosiopsikologis adalah kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah

aspek perilaku manusia yang menetap, serta yang berlangsung

otomatis dan tidak direncanakan. Kebiasaan dapat dipandang sebagai

hasil dari proses pelazinan yang berlangsung lama dan berulang.

Dengan adanya kebiasaan, kita dapat meramalkan pola perilaku

seseorang (Jonathan Sarwono, 2014).

Sedangkan dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama

berikut:

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit,

2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga

mempunyai arti bagi seseorang.

3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk

tingkah laku sebagai reaksi (Asrori, 2020).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

10
Persepsi setiap manusia terhadap suatu stimulus beragam dikarenakan

adanya factor yang mempengaruhi tersebut. Factor yang mempengaruhi

persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

1. Factor internal

Perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau

harapan, perhatian (focus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan

kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat dan motivasi.

2. Factor eksternal

Latar belakang, sikap dan kepribadian informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan dasar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan

suatu objek.

Factor lainnya yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang

adalah sebagai berikut:

1. Frame of reference, yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki

yang di pengaruhi oleh pendidikan, bacaan dan penelitian, dll

2. Factor of experience, yaitu berdasarkan pengalaman yang telah

dialaminya yang tidak terlepas dari keadaan lingkungan sekitarnya

(Asrori, 2020).

2.1.5 Syarat-syarat Terjadinya Persepsi

Syarat terjadinya persepsi menurut (Sunaryo, 2004) adalah sebagai berikut:

1. Adanya obyek yang di persepsikan, lalu objek tersebut menimbulkan stimulus

yang mengenai alat indra atau reseptor.

11
2. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.

3. Adanya alat indra atau reseptor sebagai penerima stimulus dan syaraf sensoris

sebagai alat untuk meneruskan ke otak lalu dari otak dibawa melalui syaraf

motoric sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.2 Konsep Dasar Imunisasi

2.2.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak diimunisasi,

berarti diberi kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu

penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 2003). Ada dua macam

jenis kekebalan, yaitu kekebalan bawaan dan kekebalan buatan.

1. Kekebalan Bawaan

Kekebalan bawaan adalah kekebalan yang dibawa sejak lahir yang sudah da dalam

tubuh, misalnya sel darah putih. Kegunaan sel darah putih adalah untuk mengadakan

perlawanan terhadap bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh. Daya pertahanan ini disebut

kekebalan bawaan. Kekebalan bawaan ada dua macam yaitu :

1) Kekebalan aktif bawaan

Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu,

misalnya anak yeng telah sembuh dari penyakit campak. Ia akan kebal terhadap penyakit

campak.

2) Kekebalan pasif bawaan

Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya melalui placenta, ibu telah memperoleh

kekebalan terhadap penyakit tertentu, misalnya campak, malaria dan tetanus, maka anaknya atau

12
bayi akan memperoleh kekebalan terhadap penyakit terssebut untuk beberapa bulan pertama.

Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara.

2. Kekebalan Buatan

Kekebalan buatan adalah kekebalan yang sengaja diberikan kepada seorang anak

dengan cara menyuntikkan vaksin untuk mencegah bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh.

Vaksin adalah suatu pembersih kuman-kuman yang sudah dibunuh/dilemahkan.

Cara mendapatkan dan memberikan kekebalan antara lain :

1) Kekebalan aktif buatan di dapat dari banteri ataupun irus hidup, yaitu kuman yang digunakan

masih hidup tetapi dapat menyembuhkan/memberikan kekebalan terhadap penyakit,

misalnya penyakit polio sabit, bakteri maupun virus mati yang digunakansudah mati biasanya

polio salk dan racun.

2) Kekebalan pasif buatan di dapat dari hasil pemberian serum (zat anti yang sudah mati).

Dengan pemberian serum, tubuh tidak harus secara aktif membuat zat anti. Contoh ATS

(Anti Tetanus Serum) (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Tujuan Imunisasi pada Bayi

Tujuan dari imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi. Iminisasi dapat memberikan

kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit (Marimbi, 2010).

2.2.3 Manfaat Imunisasi

Menurut (Marimbi, 2010), pemberian imunisasi bermanfaat untuk anak, keluarga, dan

negara.

1. Untuk anak

13
Mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat/mati.

2. Untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong

pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-

kanak yang nyaman.

3. Untuk negara

Meningkatkan kesejahteraan yang optimal, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk

melanjutkan pembangunan bangsa, memperbaiki citra bangsa Indonesia antar segenap

bangsa di dunia.

2.2.4 Syarat Pemberian Imunisasi

Menurut (Marimbi, 2010) syarat yang paling utama adalah anak yang akan mendapat

imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian

virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian

menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam

kondisi sehat. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak akan bagus.

2.2.5 Macam – Macam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Ada tujuh macam penyakit yang bisa dicegah dengan pemberian imuni sasi, yaitu

TBC, diphteri, pertusis, campak, polio, dan hepatitis B.

1) TBC (Batuk Darah)

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa.Gejala dari penyakit TBC, yaitu berbulan-bulan anak sering batuk,pilek dengan

demam, berat badan kurang, anak tampak lesu.Tanpa pencegahan daari pengobatan maka

14
penyakit TBC dapat menyebabkan radang paru-paru, cacat pada tulang belakang, radang selaput

otak bahkan sampai kematian.Hal ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG.

2) Diphteri

Diphteri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman/jazadrenik yang disebut

corynae bacterium diphteriae. Pada hari ke 1-3 gejala dimulai dengan batuk dan pilek dengan

panas ringan, sakit kalau menelan, leher sedikit membengkak, dan pada hari ke 4-6 anak tampak

sakit berat dimana leher membengkak yang ditandai dengan selaput yang tadinya putih menjadi

kebiru-biruan. Selaput dapat meluas menutup saluran nafas, sehingga sukar bernafas dan dapat

menimbulkan kematian.Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian imunisasi DPT.

3) Pertusis

Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Kordetello partusis. Pada

minggu pertama bagi pendarita batuk dan pilek dengan hidung berair dan disertai panas. Pada

minggu ke-2 batuk tidak hilang walaupun minum obat, malam hari batuk bertambah hebat

didahului dengan nafas dalam sampai terdengar “awuup” batuk tak dapat dihentikan sampai

akhirnya muntah (kecuali umur 6 bulan ke bawah), terutama pendarahan pada selaput mata serta

mata menjadi bengkak. Pada minggu ke-3 dan seterusnya batuk terus menerus lalu berkurang

secara perlahan-lahan.Pengaruh/akibat batuk rejan, yaitu gizi anak menjadi buruk, radang paru-

paru, radang otak.Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian imunisasi DPT.

4) Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh racun kuman yang dihasilkan oleh

kuman Closetridium Tetani.Penyakit ini timbul oleh suatu luka kecil, mulut anak menjadi kaku

dan sukar dibuka.Selanjutnya punggung kaku dan melengkung mulai dari bahu sampaipinggul,

kejang-kejang pada seluruh tubuh terutama akibat adanya rangsangan/suara. Tanpa pengobatan

15
yang segara dan tepat, anak yang terserang akan meninggal. Penyakit ini bisa dicegah dengan

pemberian imunisasi DPT.

5) Polio

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio, pada hari ke 1-3 anak

terserang batuk/pilek disertai demam dan mencret ringan.Pada hari ke 3-5 demam berlangsung

terus diikuti kaku kuduk tungkai/lengan.Pada hari ke 5-7 mendadak tungkai/lengan menjadi

lumpuh, kelumpuhan umumnya pada satu tungkai/lengan tetapi dapat juga pada kedua

tungkai/lengan.Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin polio.

6) Campak (Tampek, Gabagen,Morbili)

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus morbili.Gejala pada hari 1-3

anak batuk pilek dan panas,mata mera dan sakit bila kena cahaya, panas semakin hari semakin

tinggi.Pada hari ke 3-4 panas sedikit turun, timbul bercak-bercak merah pada kulit yang dimulai

dari belakang telinga menjalar ke wajah, kemudian pada mata terdapat cairan kuning kental,

setelah tubuh terdapat bercak-bercak.Dan pada hari ke 4-6 bercak berubah menjadi kehitaman

dan mulai mengering.Selanjutnya kulit mengelupas secara berangsur-angsur, akhirnya kulit

menjadi seperti semula tanpa menimbulkan bekas.Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian

imunisasi campak.

7) Hepatitis B

Hepatitis B atau penyakit kuning adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

hepatitis yang menyerang hati yang dapat bersifat akut/ kronik.Pada sebagian kecil dapat

berlanjut menjadi sirosis hati.Gejala pada hepatitis akut, yaitu selera makan hilang, rasa tidak

enak di perut, mual sampai muntah, nyeri dan rasa penuh perut pada perut sisi kanan atas,

demam tidak tinggi,kadang-kadang disertai nyeri sendi.Setelah satu minggu timbul gejala utama,

16
seperti selaput putih pada mata (sklera) tampak berwarna kuning, kulit seluruh tubuh tampak

kuning, air kencing berwarna coklat seperti teh. Sedangkan gejala pada hepatitis kronis, yaitu

sebagian besar tanpa gejala, kadang-kadang penderita datang ke dokter dengan stadium lanjut

dengan keluhan muntah darah (Hematemesis), berak darah (Melena), perut buncit (Asietes) (RI,

2000).

2.2.6 Macam Vaksin, Kegunaan pada Bayi, Dosis dan Jumlah serta Waktu

Pemberian

Jenis imunisasi yang diuraikan mencakup vaksinasi BCG, hepatitis B, DPT, Polio

Dan campak yang sesuai dengan sasaran pemerintah diIndonesia agar setiap anak mendapat

imunisasi dasar terhadap tujuh penyakit utama yang dapat dicegah dengan imunisasi.

1) Vaksin BCG (Bacillus Colmette Guerme)

Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit Tuberculosis (TBC).Dibuat dari

bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan Colmet Guerin sehingga disebut

BCG.Vaksin BCG adalah vaksin yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG diberikan satu kali pada

umur 0-11 bulan (Depkes RI,2000) dengan dosis 0,05 cc dengan cara menyuntikkan intra kutan

tepatnya di Insertio M Deltoideus kanan atas. BCG ulangan tidak di anjurkan karena

keberhasilannya diragukan.

2) Vaksin Hepatitis B

Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.

vaksin ini diberikan sedini mungkin pada bayi baru lahir, imunisasi dasar diberikan tiga kali

dengan jarak waktu 1 bulan antara suntikan 1 dan 2, dan 5 bulan antara suntikan 2 dan 3.

Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. Dosis setiap pemberian 0,5 cc

dengan cara menyuntikkan secara intra muskuler pada bagian luar.

17
3) Vaksin DPT (Dipleteri, Pertusis, Tetanus)

Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit diphteri,

pertusis, dan tetanus dalam waktu yang bersamaan.Vaksin ini terdiri dari toxoid diphteri, bakteri

pertusis, dan tetanus toxoid.vaksin ini sering disebut “Triple Vaksin”. Dibawah ini merupakan

macam-macam Triple Vaksin :

a. Vaksin toxoid diphteri

Vaksin ini merupakan bagian dari DPT, DT dan TT.Diphteri disebabkan oleh bakteri

yang memproduksi racun (toxoid), vaksin tebuat dari toxoid yaitu racun diphteri yang telah

dilemahkan. Vaksin diphteri akan rusak jika diberikan, dan juag rusak oleh panas.

b. Vaksin pertusis

Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT. Vaksin ini dibuat dari bakteri yang

dimatikan, akan mudah rusak bila kena panas. Dalam vaksin DPT koponen pertussis

marupakan vaksin yang paling mudah rusak.

c. Vaksin tetanus

Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, TT atau sebagai Tetanus Toxoid

(TT).Tetanus disebabkan oleh bakteri yang diproduksi toksin (racun).Vaksin terbuat dari

toxoid yaitu toksin tetanus yang telah dilemahkan. Tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan,

dan juga rusak bila terkena panas. Imunisasi DPT diberikan pada umur 2-11 bulan dengan

dosis 0,5 cc dengan jumlah suntikan 3 kali secara I.M/SC. Selang waktu pemberian minimal

4 minggu.Imunisasi ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat

masuk sakolah dasar ( 12 tahun). Menurut program pemerintah vaksinasi ulangan dilakukan

dengan memberika DT di kelas 1 SD dilanjutkan dengan TT di kelas 2 dan 3 SD.

4) Vaksin Polio

18
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap Poliomelitys vaksin yang

digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup yang telah dilemahkan,

vaksin ini terbentuk cairan berwarna merah muda jernih/orange pucat kecemasan sebanyak

1cc/2cc dalam flacon dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian secara oral

sebanyak 2 tetes langsung dimulut bayi, tanpa menyentuh mulut bayi.Vaksin polio oral sangat

mudah dan cepat rusak jika kena panas dibandingkan dengan vaksin lainnya. Vaksin ini

diberikan 4 kali pada umur 0-11 bulan dengan selang waktu pemberian minimal 4 minggu

imunisasi ulang diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk SD (5-6 tahun)

dan saat meninggalkan SD (12 tahun).

5) Vaksin Campak

Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.Vaksin

yang digunakan adalah vaksin hidup yang telah di lemahkan. Vaksin yang telah dilarutkan

potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam (Vedemecum Bio farma, 1997).

Vaksin ini diberikan 1 kali pada umur 9 bulan dengan dosis 0,5 cc, dengan menyuntik secara SC

biasanya di lengan kiri bagian atas. Apabila pemberian faksin campak kurang dari 9 bulan

diulangi pada umur 15 bulan (RI, 2000).

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi (Standar Nasional) (RI, 2000)


Vaksin Pemberian Selang Umur Keterangan
Imunisasi Waktu
Pemberian
BCG 1x - 0-11 - Untuk bayi yang
DPT 3x 4 minggu Bln lahir dirumah
(DPT 1,2,3) 2-11 sakit atau
Polio 4x 4 minggu Bln puskesmas
(polio1,2,3,4) Hepatitis B, BCG
Campak 1x - 0-11 dan polio dapat
3x 4 minggu Bln segera diberikan
Hepatitis (Hepatitis - Bila anak dalam
B B1,2,3) 9-11 keadaan sakit,

19
Bln pemberian
imunisasi dapat
0-11 ditunda.
Bln

2.2.7 Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi

1. Vaksin BCG

Kontra indikasi pada pasien dengan munokompromis (leukemia, pengobatan steroid

jangka panjang dan inflamasi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi :

a. Reaksi lokal yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan berupa indurasi dan eritema

ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus, dan

akhirnya sembuh spontan dalam waktu 8-23 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

b. Reaksi regional berupa pembesaran kelenjar aksila, konsistensi padat, tidak nyeri tekan ,

demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

2. Vaksin Hepatitis B

Kontra indikasinya anak yang sakit berat.

3. Vaksin DPT

Kontra indikasinya usia di atas 7 tahun, demam (<38oC), sakit berat (terutama

kelainan neorologis), riwayat reaksi berat pemberian DPT sebelumnya syok, kejang, penurunan

kesadaran atau gejala neorologis lainnya bila anak berusia lebih dari tujuh tahun dapat diberikan

imunisasi DPT dengan kontra indikasi anak yang sakit parah (sedang menderita demam tinggi).

4. Vaksin Polio

Kontra indikasinya diare berat, difisiensi imunologis (karena obat imunosupreson :

kortiko streroid), dan kehamilan.

5. Vaksin Campak

20
Kontra indikasinya infeksi berat disertai demam lebih dari 38 oC, difisiensi

imunologis, pengobatan dengan imunosupresif, alergi protein telur, hiper sensitifitas terhadap

anamisin dan eritromisin, serta wanita hamil (Mansjoer,A, et all, 2000).

2.2.8 Efek Samping Pemberian Imunisasi pada Bayi

Kadang- kadang terjadi efek samping setelah pemberian vaksin.Ini adalah pertanda

baik yang membuktikan bahwa vaksin betul – betul bekerja secara tepat. Efek samping yang bisa

terjadi pada setiap vaksin adalah sebagai berikut :

1) BCG

Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan

dengan garis tengah 10mm. setelah 2-3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil

yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. hal ini perlu diberitahukan kepada ibu

anak tersebut agar tidak memberikan obat apapun pada luka dan membiarkan terluka atau bila

ditutup dengan mempergunakan kain kasa kering. Luka tersebut akan kering sendiri dengan

meninggalkan jaringan parut yang kuat.

2) Hepatitis B.

Efek sampingnya berupa efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sintesis (demam

ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan hilang beberpa hari.

3) DPT

Kebanyakan akan menderita pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi

panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari. Bila panas yang timbul lebih dari satu hari sesudah

pemberian DPT, bukanlah disebabkan vaksin DPT. Mungkin infeksi lain yang perlu diteliti lebih

lanjut. Sebagian anak mersa nyeri, sakit kemerahan, bengkak di tempat suntikan, keadaan ini

tadak berbahaya dan tidak perlu pengobatan akan sembuh sendiri.

21
4) Polio

Efek samping polio umumnya tidak ada (Depkes RI, 2000), tetapi ada yang

berpendapat efek samping vaksin polio yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-

kejang.

5) Campak

Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setalah satu minggu penyuntikan, kadang-

kadang disertai kemerahan seperti penderita campak ringan (RI, 2000).

2.2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Imunisasi.

1. Status Imun Penjamu

a) Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya :

1. Campak pada bayi

2. Kolustrum ASI – IgA polio

b) Maturasi imunulogik : neonates fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi optonin.

c) Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi ditunda sampai umur 2

bulan.

d) Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal terhadap simultan, bayi di

imunisasi.

e) Frekuensi penyakit, dampaknya pada neonates berat imunisasi dapat diberikan pada

neonates.

f) Status imunulogik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.

2. Genetik

Secara genetic respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah

keberhasilan vaksinasi tidak 100%

22
3. Kualitas vaksin

a) Cara Pemberian

Misal polio oral, imunitas oral dan sistemik

b) Dosis Vaksin

1) Tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping.

2) Rendah tidak merangsang sel imonokompeten

c) Frekuensi Pemberian

Respon imun sekunder sel efektor lebih cepat, lebih tinggi produksinya, afinitas lebih

tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila aksin

berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab

spesifik tidak merangsang sel imonokompeten.

d) Ajuvan

1. Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag

2. Mempertahan Ag tidak cepat hilang

3. Mengaktifkan sel imonokompeten

e) Jenis Vaksin

Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik

f) Kandungan Vaksin

1. Antigen virus

2. Bakteri

3. Vaksin yang dilemahkan : polio, campak, BCG

4. Eksotoksin : toksoid, diphteri, tetanus

5. Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur

23
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi.

2.3.1 Faktor lingkungan

1) Pengetahuan

Pengetahuan ialah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain konatif mempunyai 6

tingkatan(Notoatmodjo, 2003):

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke

dalamatau rangsangan yangpengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh

karena itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondis riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

huhum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konsep yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya dengan yang lain.

24
5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suetu kamampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan baguian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu (Sudirman, 1980). Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

yang baru diperkenalkan (Priani, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu dapat

menunutn manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

berhubngan dengan kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.

3) Kebudayaan

Kebudayaan aadalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan

dengan belajar serta dengan keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.

2.3.2 Faktor Perilaku

1) Persepsi

25
Persepsi ibu-ibu yang menolak pemberian imunisasi dasar balita bertentangan

dengan teori yang ada. Persepsi yang salah tersebut di pengaruhi oleh

pengetahuan ibu serta dukungan keluarga. Menurut mereka, imunisasi dasar

balita adalah upaya pencegahan terhadap berbagai macam penyakit tertentu bagi

bayi dan anak usia di bawah lima tahun yang diberikan dengan cara

memasukkan bahan yang berbahaya bagi anak seperti kuman, virus, bahan-

bahan kimia dan agen penyebab penyakit lainnya. Anggapan ibu-ibu tersebut

adalah imunisasi bukanlah cara yang terbaik untuk mencegah penyakit.

Imunisasi itu tidak aman bagi kesehatan anak, bahkan akan mendatangkan

penyakit yang tidak terduga dan lebih parah bagi anak, padahal memang seperti

itu efek samping imunisasi seperti demam atau gatal-gatal (Wulandari et al.,

2017).

2) Sikap

Sikap adalah perasaan seseorang tentang objek, aktivitas, dan peristiwa.

Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan

cara tertentu.

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yaitu:

1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu

pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki

individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek

emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

26
merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan

perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai

dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau

kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk

mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi

perilaku.

Menurut tingkatannya, sikap terdiri dari :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.

Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

oranglain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,

misalnyaseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb)

27
untukmenimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi

adalahsuatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segalaresiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu

maumenjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua

atauorang tuanya sendiri.

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif

1) Sikap positif adalah kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

2) Sikap negatif adalah sikap yang terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

3) Nilai masyarakat

Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemamfaatan jasa pelayanan

yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan

memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaanatau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan,

demikian juga sebaliknya.

2.3.3 Faktor Pelayanan Kesehatan

1) Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia di tempat-

tempat kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan yang baik. Tujuan utama pengembangan

sarana kesehatan adalah untuk meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan kesehatan serta

memperluas ruang lingkup dari pada jumlah penduduk yang dapat dilayani oleh sarana kesehatan.

28
2.4 Konsep Balita

2.4.1 Pengertian

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan

yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan BB naik 2x BB lahir

dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai

lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang lebih 2kg/tahun, kemudian

pertumbuhan konstan mulai berakhir.

Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima tahun. Istilah

ini cukup popular dalam program kesehatan. Balita merupakan kelompok usia tersendiri

yang menjadi sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan.

Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian

keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada

masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran social, emosional dan intelegansia berjalan

sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2014).

2.4.2 Kebutuhan Balita

Kebutuhan dasar anak balita untuk tumbuh kembang, secara umum digolongkan menjadi

kebutuhan dasar.

1. Kebutuhan fisik-biomedisn(ASUH) meliputi

a. Pangan atau gizi

b. Perawatan kesehatan dasar

c. Papan/pemukiman yang layak

d. Sanitasi lingkungan

29
e. Sandang

f. Kesegaran jasmani/rekreasi

2. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH)

Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara

ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh

kembang yang selaras, baik fisik, mental atau spiritual. Kasih saying dari orang tua

akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan

pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan

mental psikososial, kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kretivitas, agama,

kepribadian, moral-etika, produktivitas, dan sebagainya (Halimatus Saidah, 2020).

2.4.3 Ciri Khas Perkembangan Balita

1. Perkembangan fisik

Diawal balita, pertambahan berat badan Balita merupakan singkatan bawah lima

tahun, satu periode usia manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun, ada juga

yang menyebut dengan periode usia prasekolah, pada fase ini anak berkembang

dengan sangat pesat (Choirunisa, 2009).

Pertambahan berat badan menurun terutama di awal balita. Hal ini terjadi karena

balita menggunakan banyak energy untuk bergerak.

2. Perkembangan Psikologis

Dari segi psiokomotor, balita mulai terampil dalam pergerakannya (locomotion),

seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, menjinjit, menggenggam, melempar

30
yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang

atensi (Halimatus Saidah, 2020).

2.2.4 Komunikasi Pada Balita

Karakteristik anak usia balita (terutama anak usia dibawah 3 tahun atau toddler)

sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya

sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang akan terjadi pada dirinya.

Aspek bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih, oleh karena itu saatu

menjelaskan gunakan kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya.

Posisi tubuh yang baik saat berbicara pada anak yaitu jongkok, duduk di kursi kecil atau

berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya. Satu hal yang akan

mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan

memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap orang

tuanya (Supartini, 2004).

31
BAB 3

KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep

Kebutuhan Balita:
1. Fisik Biomedis
Balita 2. Emosi atau kasih
sayang
3. Stimulasi mental

Pemberian Imunisasi Dasar

Menolak Menerima

Faktor yang mempengaruhi


persepsi ibu menolak
imunisasi dasar

Internal
Eksternal Predisposisi
1) Perasaan
1) Pengetahuan 1) Frame of
2) Sikap
2) Informasi dari reference
3) Kepribadian
luar 2) Factor of
4) Keinginan
3) Latar belakang experience
5) Persepsi
1. Kognitif
2. Afektif
3. Konatif

Positif Negatif

Ket:
: Tidak di teliti
: Di teliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Persepsi Ibu Menolak Pemberian Imunisasi Dasar
Pada Balita di Desa Kadur Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan.

32
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun. Balita mempunyai kebutuhan yaitu fisik
biomedis, emosi dan kasih sayang serta stimulasi mental. Pada kebutuhan fisik biomedis
didalamnya terdapat kebutuhan imunisasi, tujuannya tidak lain untuk memberikan kekebalan
tubuh agar anak tidak rentan terhadap penyakit, walaupun secara alami anak sudah memiliki
kekebalan tubuh yang diperoleh dari ASI. Tetapi, dengan pemberian imunisasi diharapkan anak
terhindar dari penyakit dan memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Kelengkapan imunisasi dasar di
pengaruhi oleh beberapa factor diantaranya persepsi ibu. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi persepsi antara lain factor internal, eksternal dan predisposisi, dimana factor
tersebut mempengaruhi ibu yang nantinya akan membawa anaknya ke posyandu untuk di berikan
imunisasi dasar atau tidak. Fenomena saat ini banyak ibu yang mempunyai persepsi negatif
terhadap pemberian imunisasi sehingga anak tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

33
BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah sesuatu yang sangat penting untuk memecahkan masalah
menurut metode keilmuan. Pada bab ini akan di sajikan 1) Desain/Rancangan, 2) Kerangka kerja,
3) Populasi, Sample, dan Sampling, 4) Identifikasi Variabel, 5) Definisi Operasional, 6)
Pengumpulan Data dan Analisa Data, 7) Etika Penelitian, dan 8) Keterbatasan.

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah rencana sistematis sebagai kerangka yang dibuat untuk mencari
jawaban atas pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada strategi keseluruhan yang
dipilih untuk mengintegrasikan berbagai komponen penelitian dengan koheren dan logis untuk
memastikan efektifitas pemecahan masalah penelitian. Desain penelitian adalah blueprint untuk
pengumpulan pengukuran dan analisis data (Ismail Nurdin, 2019). Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Deskriptif Cross Sectional, Gambaran Persepsi Ibu Menolak Imunisasi
Dasar Pada Balita di Desa Kadur Wilayah Kerja Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan.
Peneliti menemukan balita yang tidak di berikan imunisasi dasar lalu meneliti persepsi ibu yang
menolak imunisasi dasar pada balitanya. Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu
desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat suatu situasi dan area populasi tertentu yang
bersifat factual (Darwis, 2003).

34
4.2 Kerangka Kerja
Populasi
Seluruh Ibu yang menolak imunisasi dasar balita di Desa Kadur
wilayah kerja Puskesmas Kadur
N = 84
Sampel
Seluruh Ibu menolak imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur
Wilayah Puskesmas Kadur
n= 84

Sampling
Total Sampling

Desain Penelitian
Deskriptif Cross Sectional

Pengumpulan Data
Menggunakan Kuesioner dengan skala likert

Pengolahan Data dan Analisis Data


Editing, Coding, Tabulating
∑f
P= X 100 %
n

Penyajian Hasil Peneliti:


Tabel dan Narasi

Penarikan kesimpulan dan Deseminasi

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Gambaran Persepsi Ibu Menolak Imunisasi dasar pada Balita di
Desa Kadur Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan 2020.

35
4.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subejak dan atau objek yang akan menjadi sasaran
penelitian. Subjek penelitian merupakan tempat atau lokasi data variable yang akan digunakan.
(Slamet Ryanto, 2020).

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini,
populasinya adalah seluruh ibu yang menolak imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur wilayah
kerja Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan sebanyak 84 orang.

4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah bagian yang memberikan gambaran secara umum dari populasi.
Sampel penelitian memiliki karakteristik yang sama atau hamper sama dengan karakteristik
populasi, sehingga sampel yang digunakan dapat mewakili populasi yang diamati (Slamet
Ryanto, 2020). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang menolak imunisasi dasar
pada balita di Desa Kadur Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan sebanyak 84 orang.

4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi
(Nursalam, 2008). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
Sampling Total sampling. yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
jumlah populasinya.

4.4 Identifikasi Variabel


Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga disebut
sebagai factor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan diteliti (Sandu Siyoto,
2015). Variable yang di teliti adalah variable dependen yaitu Persepsi ibu menolak pemberian
imunisasi dasar pada balita di Desa Kadur wilayah kerja Puskesmas Kadur Kabupaten
Pamekasan.

36
4.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Persepsi Ibu Menolak Imunisasi Dasar di
Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Skor


Penelitian Operasional
Gambaran Persepsi ibu Persepsi: Kuesioner Ordinal Nilai jawaban
Persepsi Ibu menolak 1. Kogniti dengan skala untuk skala
Menolak imunisasi f likert likert:
Imunisasi dasar pada 2. Afektif 1. Sangat
Dasar pada balita di 3. Konatif Setuju:5
Balita di pengaruhi 2. Setuju:4
Puskesmas oleh 3. Ragu-ragu:3
Talang. beberapa 4. Tidak setuju:2
factor salah 5. Sangat tidak
satunya setuju:1
pengetahuan Kategori:
ibu yang Positif: Jika skor
salah tentang T ≥ mean.
imunisasi Negatif: Jika skor
sehingga T < mean.
balita tidak
mendapatkan
imunisasi
dasar
lengkap.
4.6 Pengumpulan dan Analisa Data
4.6.1 Pengumpulan data
1. Proses pengumpulan data

Peneliti mendapatkan izin dari Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Madura,
kemudian menyerahkan kepada Kepala Puskesmas Kadur untuk menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian serta mendapatkan persetujuan meminta data balita yang tidak imunisasi.

37
Setelah dari Puskesmas Kadur lalu ke Bidan Desa Kadur untuk menjelskan tujuan penelitian
Kemudian memilih populasi yaitu semua Ibu yang memiliki balita yang tidak di imunisasi.

2. Instrument penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala likert
dengan jumlah pertanyaan 18. Kuesioner mengenai Gambaran Persepsi ibu menolak
imunisasi dasar pada balita di Puskesmas Kadur Kabupaten Pamekasan.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data awal pada bulan Januari dan rencana penelitian akan di lakukan pada
bulan Januari-April 2021 di Desa Kadur Wilayah Kerja Puskesmas Kadur.

4.6.2 Analisa Data


1. Pengolahan Data
a. Editing
Setelah jawaban responden terkumpul, segera memeriksa kembali semua data
yang terkumpul, untuk mengecek kembali apakah semua skala sudah diisi dengan
petunjuk, kemudian memisahkan subjek penilaian yang tidak sesuai dengan kriteria
inklusi.
b. Coding
Memberikan kode-kode tertentu pada setiap jawaban sesuai dengan kategori. Untuk
data umum usia ibu <20 tahun diberi kode 1, 20-30 tahun diberi kode 2, 31-40 tahun
diberi kode 3. Usia bayi: < 6 bulan diberi kode 1, 6 bulan diberi kode 6, > 6 bulan
diberi kode 3. Pendidikan Tidak sekolah/Tidak tamat SD diberi kode 1, Tamat SD
diberi kode 2, Tamat SMP diberi kode 3, Tamat SMA diberi kode 4,
AKADEMIK/Sarjana diberi kode 5. Pekerjaan Tani diberi kode 1, PNS diberi kode 2,
Ibu Rumah Tangga diberi kode 3 dan Wiraswasta diberi kode 4. Jumlah anak yang di
miliki 1 orang diberi kode 1, 2-3 orang diberi kode 2, 4-5 orang diberi kode 3, >5
orang diberi kode 4. Jumlah anggota keluarga dalam rumah ≤3 orang diberi kode 1, 4-
6 orang diberi kode 2, 7-8 orang diberi kode 3, >8 orang diberi kode 4. Agama: Islam
diberi kode 1, Kristen diberi kode 2, Hindu diberi kode 3, Budha diberi kode 4,

38
Konghucu diberi kode 5. Anak sebelumnya di beri imunisasi, ya diberi kode 1, tidak
diberi kode 2.
c. Scoring
Untuk analisa data dilakukan dengan cara memberikan nilai 5 untuk jawaban
sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban
tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Lalu dikategorikan dalam postif
jika nilai T ≥ mean dan negatif jika T < mean.
d. Tabulating
Tabulasi data dilakukan dengan menghitung frekuensi-frekuensi dari data umum dan
khusus hasil penelitian ke dalam table distribusi frekuensi.
e. Enterpretating
Kemudian hasil presentase dari pengolahan dan di interpretasikan dengan
menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data yang telah diinterpretasikan
kemudian dijelaskan sebarannya menggunakan skor T sebagai berikut:
1) Persepsi positif jika skor T ≥ mean
2) Persepsi negatif jika T < mean
Skor T dihitung dengan menggunakan rumus:
X . X́
T =50+10
s
T = 50 + 10
Keterangan:
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor
X́ = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
2. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data
dengan menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dengan menyajikan data
secara tabulasi silang yang konfirmasikan dalam bentuk presentase dan narasi (Nursalam,
2013).
4.7 Etika peneltian
4.7.1 Lembar Persetujuan menjadi responden (informed concent)

39
Informed Consent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian. Informed concent dimulai dengan pernyataan salah satu pihak (peneliti) untuk
mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang disebut penawaran. Kemudian
diikuti dengan pernyataan dari pihak lain (subjek penelitian) untuk menerima penawaran
yang disebut penerimaan (Wais, 2008). Tujuan informed concent agar subjek mengetahui
maksud peneliti dan tujuan penelitian, serta dampaknya.
4.7.2 Tanpa nama (anonimity)
Menurut (Wais, 2008) masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menggunakan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4.7.3 Kerahasiaan (confidentiality)
Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu mengganggu kehidupan
pribadi partisipan. Peneliti wajib menjaga kerahasiaan informasi atau data yang diberikan
oleh partisipan, termasuk menjaga privacy partisipan (Swarjana, 2012). Dan hanya di
publikasikan dalam bentuk laporan sebagai tugas akhir pada program studi D III
keperawatan.

40
KUESIONER GAMBARAN PERSEPSI IBU MENOLAK IMUNISASI DASAR PADA
BALITA DI DESA KADUR PUSKESMAS KADUR
A. Karakteristik Ibu
Nomor Responden:
1. Nama (inisial)
2. Usia Ibu
a. <20 tahun
b. 20-30 tahun
c. 31-40 tahun
3. Usia bayi
a. < 6 bulan
b. 6 bulan
c. > 6 bulan
4. Alamat:
5. Pendidikan terakhir
a. Tidak tamat SD/Tidak sekolah
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Tamat Akademik/Sarjana
6. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah
a. ≤ 3 orang
b. 4-6 orang
c. 7-8 orang
d. > 8 orang
7. Jumlah anak yang dimiliki
a. 1 orang
b. 2-3 orang
c. 4-5 orang
d. > 5 orang
8. Apakah anak sebelumnya diberikan imunisasi?
a. Ya
b. Tidak
9. Agama
a. Islam
b. Kristen/Katolik
c. Hindu
d. Budha
e. Konghucu

10. Pemberian imunisasi dasar

41
BCG DPT-1 DPT-2 DPT-3 Campak

Hep B-0 Hep B-1 Hep B-2 Hep B-3

Polio-1 Polio-2 Polio-3 Polio-4

B. Pengaruh Agama Responden


Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada kotak pilihan
Anda.
Keterangan pilihan jawaban:
1. SM : Sangat Menganjurkan
2. M : Menganjurkan
3. N : Netral
4. TM : Tidak Menganjurkan
5. STM : Sangat Tidak Menganjurkan
No Pertanyaan Jawaban
SM M N TM STM
1 Bagaimanakah pandangan
mengenai anjuran
pemberian imunisasi pada
balita menurut agama yang
ibu anut?

C. Kerentanan/keseriusan Penyakit Anak


Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada kotak pilihan
Anda.

No Pertanyaan Jawaban
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
setuju ragu Setuju tidak
setuju
1 Balita saya lebih beresiko
tertular penyakit Hepatitis
B, TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio dan
Campak.
2 Saya prihatin tentang
balita maupun anak-anak
yang sakit berat

42
dikarenakan tertular virus
penyakit Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak
3 Balita saya lebih mudah
tertular penyakit Hepatitis
B, TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak
4 Balita saya beresiko tinggi
tertular virus penyebab
penyakit Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak

D. Cause to Action (Isyarat untuk bertindak)


Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda (√) pada kotak
pilihan Anda.
No Pertanyaan Jawaban
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
setuju ragu Setuju tidak
setuju
1 Balita saya mempunyai
kemungkinan besar untuk
tertular virus penyakit
Hepatitis B, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio
dan Campak.
2 Infeksi penyakit Hepatitis
B, TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio dan
Campak dapat
menyebabkan masalah
kesehatan yang lain.
3 Jika balita saya terinfeksi
penyakit Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio atau
Campak, maka
aktivitasnya akan
menurun.
4 Saya sangat khawatir
dengan penularan virus

43
penyebab penyakit
Hepatitis B, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio
atau Campak
5 Setiap kali balita saya
sakit tampak sangat serius

E. Manfaat yang dirasakan Responden


Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada kotak pilihan
Anda.
No Pertanyaan Jawaban
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
setuju ragu Setuju tidak
setuju
1 Imunisasi dasar lengkap
efektif untuk melindungi
balita saya dari virus
penyakit Hepatitis B,
TBC, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio dan
Campak.
2 Mendapatkan imunisasi
dasar lengkap akan
mencegah balita saya
tertular virus penyakit
Hepatitis B, TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Polio
dan Campak.

F. Hambatan yang Dirasakan Responden


Petunjuk : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada kotak pilihan
Anda.
No Pertanyaan Jawaban
Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat
setuju ragu Setuju tidak
setuju
1 Saya tidak perlu
memberikan imunisasi
dasar kepada balita saya.
2 Imunisasi dasar memiliki
efek samping yang buruk
untuk balita saya
3 Umumnya saya
menentang imunisasi

44
4 Terlalu banyak kesulitan
yang saya hadapi untuk
mendapatkan imunisasi
dasar lengkap bagi balita
saya.
5 Saya tidak punya waktu
untuk mengantarkan balita
saya ke pelayanan
kesehatan untuk
mendapatkan imunisasi.
6 Saya khawatir vaksin
imunisasi yang diberikan
kepada balita saya tidak
halal karena menggunakan
media yang tidak sesuai
ajaran agama.

45

Anda mungkin juga menyukai