Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mia paramita

NIM : 030586577

1. Risiko keuangan terjadi karena adanya penggunaan hutang dalam struktur keuangan
perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap secara periodik
berupa beban bunga dan adanya kondisi pasar secara makro. Risiko keuangan terdiri dari empat
jenis risiko, yaitu risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan risiko pasar.
a. Risiko likuiditas adalah salah satu risiko yang paling umum terjadi. Secara garis besar, risiko
likuiditas bisa terjadi karena dua sebab, yakni:
1) aset tidak dapat dijual karena kurang likuid di pasar dan
2) risiko likuiditas dari utang, yakni tidak dapat melunasi utang, atau tidak dapat memperoleh
utang dengan biaya rendah. Risiko likuiditas ini berpotensi mengakibatkan kondisi keuangan
menjadi goyah. Antisipasi yang harus dilakukan agar perusahaan dapat mengurangi resiko
likuiditas dengan cara. Liquidity gap analysis. Melakukan analisa dan proyeksi terhadap arus
kas, sehingga kemudian akan menghasilkan `liquidity gap` yang terjadi antara ketidaksesuaian
antara inflow dan outflow di masa depan. Dengan melakukan analisa ini, maka perusahaan akan
dapat mengetahui kebutuhan likuiditas yang berpotensi terjadi di masa depan. Pengukuran risiko
kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari risiko. Keduanya
menentukan kebijakan perusahaan dalam memberikan kredit.
b. Risiko kredit adalah ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi
dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo
maupun sesudah jatuh tempo seperti tertuang dalam kesepakatan. Karena risiko kredit timbul
dari penyimpangan (deviasi) kinerja portofolio kredit dari nilai yang diharapkan, maka sebagian
dari risiko kredit ini dapat didiversifikasi. Tetapi risiko ini tidak mungkin dapat didiversifikasi
seluruhnya, karena ada porsi risiko yang dihadapi para konsumen atau debitur akibat dari
systemic risk. Antisipasi yang harus dilakukan agar perusahaan dapat mengurangi resiko kredit
dengan cara. Perusahaan akan lebih mengawasi konsumen atau debitur yang sifat pasarnya lokal
dan sempit atau yang memiliki stock barang dagang yang tidak likuid.
c. Risiko Permodalan Risiko ini merupakan risiko yang dihadapi perusahaan dan merupakan
akumulasi berbagai risiko yang terjadi sebelumnya, antara lain risiko suku bunga, risiko
likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko operasional.Beberapa waktu yang lalu saat Indonesia
mengalami krisis berat, banyak pengusaha membanggakan diri tidak mengalami musibah
sekalipun ditempa krisis. Dari sisi keuangan, hal itu sangatlah wajar, Antisipasi yang harus
dilakukan agar perusahaan

2. Risiko keuangan sangat paling eleven bgi prusahaan karena adanya penggunaan hutang dalam
struktur keuangan perusahaan, yang mengakibatkan perusahaan harus menanggung beban tetap
secara periodik berupa beban bunga dan adanya kondisi pasar secara makro.

3. Pengertian risiko Operasional Kata risiko sering diucapkan atau didengar dalam pembicaraan
sehari-hari. Risiko mempunyai beberapa arti baik yang dijelaskan dalam banyak literatur maupun
arti yang dipahami masyarakat. Risiko merupakan sesuatu yang akan diterima atau ditanggung
oleh seseorang sebagai konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan. Risiko juga memiliki arti
sebagai kesempatan atau kemungkinan timbulnya kerugian, risiko adalah ketidakpastian, risiko
adalah hasil yang berbeda dari yang diharapkan.Risiko merupakan ancaman atau kemungkinan
suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang
dicapai.Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak
diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan.Risiko merupakan kemungkinan terjadinya
suatu kerugian yang tidak di duga atau tidak di inginkan.Jadi ketidakpastian atau kemungkinan
terjadinya sesuatu yang apabila terjadi mengakibatkan kerugian.Menurut Fahmi, risiko
operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan,
dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol manajemen (management
control system) yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.Risiko operasional disebabkan
oleh kegagalan atau ketidakcukupan (tidakmemadainya) proses internal, manusia dan sistem atau
dari kejadian eksternal.Risiko ini akan memberikan dampak kepada seluruh bisnis usaha karena
risiko operasional sehari-hari. Risiko operasionaldapat timbul antara lain karena adanya
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal. Risiko ini juga dapat timbul karena
adanya kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal.
Dalam menghadapi risiko tersebut, cara yang dilakukan perusahaan, yaitu pemahaman tentang
risiko, pengukuran, pemantauan dan pengendaliannya. Perusahaan yang melakukan proses
manajemen risiko juga dapat memperkirakan skenario terburuk yang potensial terjadi terhadap
perusahaan dan dampaknya.Menurut Djohanputro risiko operasional adalah potensi
penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM,
teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada 2 (dua) tingkatan: teknis dan
organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan
mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai.
Pada tataran organisasi, resiko operasional bisa muncul karena system pemantauandan
pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.Risiko
Operasional menurut Muslichmempunyai dimensi yang luas dan kompleks dengan sumber risiko
yang merupakan gabungan dari berbagai sumber yang ada dalam organisasi, proses kebijakan,
sistem dan teknologi, orang dan faktor-faktor lainnya. Perusahaan mulai memikirkan untuk
melakukan proses manajemen risiko operasional karena risiko operasional tidak hanya terjadi di
bank komersil tetapi juga terjadi di semua industri. Banyaknya perusahaan yang bangkrut atau
likuidasi karena menderita kerugian operasional yang besar.

Anda mungkin juga menyukai