Anda di halaman 1dari 5

Martina Kilativa Putri

3312420093

Tema: UPAYA GENERASI MILENIAL DALAM MENJAGA KEUTUHAN RI DI


ERA NEW NORMAL

Sub Tema: Pendidikan

MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA EDUKASI BAGI GENERASI MILENIAL


DEMI MELINDUNGI KEUTUHAN REPUBLIK INDONESIA DI TENGAH
PANDEMI

Pendahuluan

Sepanjang tahun 2020 ini, dunia sedang dihadapkan pada suatu permasalahan
serius yang memberikan dampak sangat besar bagi kehidupan manusia hingga masa-masa
mendatang. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah pandemi Covid-19. Kasus terjangkit
Covid-19 pertama kali dilaporkan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 dan kemudian
menyebar keseluruh China hingga keseluruh dunia (Muhyiddin, 2020). Hingga saat ini,
tanggal 23 September 2020 setidaknya sudah sebanyak 31,8 juta kasus Covid-19
dilaporkan di seluruh dunia dengan angka kematian hampir mencapai 1 juta kasus.
Indonesia sendiri pada tanggal yang sama mencatat kasus sebanyak 257 ribu kasus
dengan angka kematian hampi 10 ribu. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah
mengingat laju peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia khususnya masuh terus
mengalami peningkatan.

Pandemi Covid-19 bukan hanya mampu merenggut nyawa dan kesehatan


manusia, namun juga turut merusak tatanan segala aspek kehidupan manusia dari sosial
hingga ekonomi. Hal ini disebabkan penyebaran Covid-19 yang berlangsung dengan
sangat cepat bukan hanya dengan kontak fisik namun juga bisa melalui udara. Hal ini
yang menyebabkan wacana social distancing diberlakukan oleh banyak pemerintahan
hampir diseluruh dunia untuk menekan angka penularan Covid-19. Dalam menjalankan
wacana social distancing, banyak negara kemudian memberlakukan kebijakan lockdown
demi membatasi aktivitas masyarakat diluar rumah dalam segala bidang baik pendidikan,
perkantoran, hingga pelayanan publik. Pemerintah Indonesia sendiri menggunakan istilah
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang memiliki makna serupa dengan
kebijakan lockdown di negara lain hanya saja tidak terlalu ketat. Banyak tempat usaha
yang ditutup, dan para pekerja kantor dan pelajar beraktivitas dari rumah secara daring.

Pembahasan

Kebijakan lockdown atau PSBB tentunya tidak berdampak baik secara ekonomi
bagi hampir seluruh lapisan masyarakat. Rendahnya aktivitas masyarakat di luar rumah
menyebabkan banyak bidang usaha yang mengalami kerugian bahkan kebangkrutan
akibat minim atau tidak adanya pemasukan. Akibatnya banyak badan usaha yang tutup
atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan para pekerjanya. Situasi ini
berlangsung selama beberapa bulan sehingga mengakibatkan banyak masyarakat yang
mengalami krisis ekonomi karena kesulitan menghidupi dirinya sendiri. Kondisi ini
kemudian membangkitkan keresahan dan kemarahan masyarakat karena kebutuhan hidup
harus terus dipenuhi setiap harinya namun pemasukan sangat minim bahkan tidak ada.
Bantuan dari pemerintah pun dianggap tidak dapat memenuhi secara cukup kebutuhan
hidup masyarakat. Menanggapi keadaan yang semakin parah, pemerintah Indonesia
kemudian memberlakukan New Normal atau pelonggaran PSBB dengan kembali
mengkatifkan kembali beberapa sektor ekonomi masyarakat demi kembali menjalankan
roda perekonomian.

Meskipun New Normal telah dijalankan, situasi tidak kembali begitu saja seperti
masa sebelum pandemi. Pembatasan yang masih dilakukan pada beberapa aspek dan
bidang kehidupan manusia seperti pendidikan, pariwisata, dan lain-lain ditambah kasus
Covid-19 yang terus meningkat setiap harinya perlahan membangkitkan rasa frustasi
masyarakat. Kesulitan ekonomi ditambah terbatasnya interaksi sosial antar individu
menyebabkan masyarakat hidup dalam tekanan selama beberapa bulan terakhir. Rasa
frustasi ini yang kemudian dilampiaskan melalui masayarakat melalui internet dan media
sosial, mengingat terbatasanya aktivitas masyarat di luar rumah menyebabkan
peningkatan aktivitas sosial media.

Arus informasi di media sosial kemudian menjadi semakin tidak terkendali dan
semua informasi baik benar maupun tidak dapat tersebar begitu saja. Di antara begitu
banyak informasi yang tersebar, ada beberapa informasi salah atau sesat yang disebar oleh
orang-orang tidak bertanggung jawab yang frustasi menghadapi situasi pandemi ini.
Informasi yang tersebar ini isinya bervariasi, diantaranya adalah dugaan bahwa Covid-19
adalah konspirasi pemerintah dan sebenarnya tidak ada, ada pula informasi dari orang
yang meremehkan Covid-19 sebagai virus flu biasa yang tidak berbahaya. Informasi-
informasi inilah yang kemudian menyebar begitu luas dan berhasil meyakinkan pada
kalangan dari yang terdidik hinga tidak terdidik karena besarnya tekanan era pandemi.
Hal ini kemudian menjadi berbahaya ketika para pemercaya informasi ini kemudian
berlaku seenaknya dengan mengabaikan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan oleh
pemerintah untuk menekan angka penyebaran. Belum lagi berita-berita hoaks lainnnya
yang secara liar bermunculan juga menyebabkan perdebatan yang berujung pada
perpecahan dan konflik lainnya.

Menanggapi situasi ini, sudah seharusnya generasi milenial mengambil peran


penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai bahaya Covid-19 dan pentingnya
keutuhan negara di situasi seperti ini. Generasi milenial adalah mereka sudah akrab
dengan teknologi sejak lahir (Tapscott, 2005). Oleh sebab itu tentunya generasi milenial
memiliki tanggung jawab lebih untuk memberikan pemahaman akan penting sekaligus
berbahanya dampak media sosial dalam penyebaran berita bohong kepada lingkungan
sekitarnya. Khususnya kepada generasi yang lebih tua dan tidak begitu memahami
teknologi sebaik generasi milenial, sehingga memiliki kecenderungan untuk tidak
menyaring informasi yang diperoleh dari media sosial atau internet. Hal ini tentunya
bebahaya apabila terus terjadi mengingat keterbatasan tenaga dan fasilitas medis di
Indonesia untuk menangani seluruh pasien Covid-19.

Hal paling sederhana yang bisa dilakukan generasi milenial adalah memberikan
pemahaman kepada keluarga mengenai Covid-19 itu sendiri mulai dari penularan, gejala,
hingga dampak dan bahayanya bagi tubuh. Selain itu, penting juga untuk
mensosialisasikan khususnya kepada orang terdekat dan generasi yang lebih tua untuk
bagaimana menggunakan media sosial dengan baik dan bijak. Selalu ingatkan untuk tidak
menelan mentah-mentah segala informasi yang diterima baik dari media sosial apapun.
Kemudian juga melakukan pengecekan kembali informasi yang diterima dengan
menelusuri sumber berita tesebut, apakah penyebar berita adalah media kredibel atau
tidak. Selain itu juga penting untuk melakukan pengecekan informasi keberbagai sumber
untuk memastikan kebenarannya.
Peran generasi milenial tidak terbatas pada keluarganya atau lingkungan
sekitarnya, namun juga bagi masyarakat. Melalui media sosial dan kemudahan teknologi
lainnya, generasi milenial dapat membantu penyebaran informasi yang benar dan
bermanfaat bagi masyarakat. Misalnya dengan menulis artikel dan menyebarkan berita
yang benar menggunakan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Selain
itu generasi milenial yang umumnya berpendidikan juga bisa menyelenggarakan seminar
atau sosialisasi secara online mengenai bahaya Covid-19, pentingnya meminimalisir
konflik ditengah pandemi dan sebagainya. Bahkan di era kreatif seperti ini, informasi
seperti diatas tidak terbatas hanya pada ruang formal akademik seperti seminar dan
diskusi, namun juga bisa dibuat dalam bentuk lainnya. Misalnya membuat vlog atau film
pendek mengenai kerukunan bermasyarakat, membuat atau mengcover lagu bersama-
sama untuk memberikan semangat bagi masyarakat di tengah era pandemi, dan lain-lain.

Alasan mengapa penting bagi generasi milenial untuk melakukan berbagai hal
diatas bukan hanya karena pengetahuan teknologinya yang melebihi generasi lain, namun
juga semangat dan jiwa muda yang dimiliki oleh generasi milenial untuk dapat
menggerakkan masyarakat (Achmad, Poluakan, Dikayuana, Wibowo & Raharjo 2019).
Generasi milenial juga cenderung lebih ekspresif dalam menunjukkan isi ide dan
pemikirannya dalam bentuk karya yang terbukti pada masa kini banyak generasi milenial
yang aktif dalam menghasilkan karya dalam situasi dan kondisi apapun. Karya ini yang
kemudian diarahkan dalam banyak spektrum seperti salah satunya akan untuk
menunjukkan rasa cinta tanah air. Ketersediaan platform seperti Youtube, Instagram,
hingga Tik Tok memberikan kebebasan bagi generasi milenial manapun untuk
menuangkan ide dan pikirannya dalam bentuk konten apapun demi menjaga keutuhan
negara Indonesia.

Kesimpulan

Mengingat betapa berlarut-larutnya situasi pandemi hingga saat ini, tetap


diperlukan kewaspadaan pada diri setiap individu untuk dapat menjaga dirinya demi
menekan angka penularan Covid-19. Meskipun pada proses selalu ada hambatan dimulai
dari pemasalahan ekonomi, konflik sosial, sampai pada maraknya berita atau informasi
yang tidak benar beredar pada masyarakat. Keadaan kemudian diperparah dengan begitu
banyaknya masyarakat yang percaya informasi salah ini sehingga meremehkan Covid-
19. Tindakan meremehkan ini tentunya dapat berbahaya karena masyarakat yang abai
akan protokol kesehatan tentunya dapat mempermudah penyebaran virus. Belum lagi
konflik yang muncul diantara masyarakat akibat perdebatan yang muncul menanggapi
berbagai informasi hoaks ini. Oleh sebab itu generasi milenial harus berperan dan ambil
bagian untuk meluruskan informasi yang beredar pada masyarakat demi menghindari
konflik-konflik di masa mendatang. Dengan menggabungkan semangat, ide, dan
kreatifitas generasi milenial dengan kemajuan teknologi yang pesat, niscaya Indonesia
dapat tetap kuat dan utuh bahkan dalam kondisi krisis pandemi sekalipun.

Daftar Pustaka

Achmad, R Willya. Marcelino Vincentius Poluakan. Didin Dikayuana. Herry Wibowo.,


dan Santoso Tri Raharjo. 2019. Potret Generasi Milenial Pada Era Revolusi
Industri 4.0. Jurnal Pekerjaan Sosial Vol. 2 No. 2 Hal:187-189.

Muhyiddin. 2020. Covid-19, New Normal dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia.


The Indonesian Journal of Development Planning Volume IV No.2

Tapscott, Don. 2008. Grown Up Digital. New York: McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai