BAB II KAJIAN
PUSTAKA
dimiliki seseorang misalnya kekayaan dalam bentuk tabungan, saham atau surat
menjadi uang kas, tabungan atau surat berharga akan menentukan tingginya
susunan komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat
dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi, sebab
uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid. Likuid diukur dengan
transaksi) tanpa adanya kerugian nilai. Tetapi kekayaan dalam bentuk uang kas
teorinya tentang permintaan akan uang kas, membedakan antara motif transaksi,
besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang
dibanding
dengan yang pendapatannya lebih rendah. Ketergantungan permintaan uang untuk
transaksi terhadap pendapatan dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 sebagai berikut,
sebanyak M0. Dan pada saat pendapatan naik menjadi Y1, permintaan uang untuk
transaksi sebanyak M1. Dari sini jelas bahwa Keynes mengikuti jejak kaum
yang diperlukan untuk berjaga-jaga. Hal ini digambarkan dalam kurva pada
Dari Gambar 2.2 tampak bahwa saat pendapatan sebesar Y0, permintaan
uang untuk berjaga-jaga sebanyak M0. Ketika pendapatan naik menjadi Y1,
permintaan uang untuk berjaga-jaga juga naik sebanyak M1. Namun Keynes
berbeda dengan kaum klasik dalam hal penekanan pada motif spekulasi dan
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang
kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang
disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun kekayaan (store of
value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk
keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan atau motif spekulasi.
Alasannya, pertama apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang
kas (opportunity cost of holding money) makin besar atau tinggi, sehingga
keinginan masyarakat akan uang kas akan semakin rendah, begitu juga
Pada saat suku bunga sebesar r0, permintaan uang untuk berspekulasi
sebanyak M0. Dan ketika suku bunga bertambah atau meningkat menjadi r1,
rL L2
L2
0
Gambar 2.4 Liquidity Trap Keynes
Sumber : Nopirin (2010).
dari permintaan uang kas pada tingkat bunga rL. Liquidity trap menggambarkan
bahwa pada tingkat bunga yang begitu rendah, elastisitas permintaan uang kas
menjadi tak terhingga besarnya. Masyarakat tidak akan memegang surat berharga
pada tingkat bunga ini (rL) karena mereka memperkirakan bahwa keuntungan dari
memegang surat berharga pada tingkat rL lebih rendah dari pada kerugian yang
sebab tingkat bunga rL sudah begitu rendah, tidak mungkin turun lagi.
Implikasi dari adanya hipotesa liquidity trap ini bahwa tingkat bunga rL
tidak bisa turun lagi, padahal mungkin r L ini dirasa terlalu tinggi untuk
keadaan demikian output dan kesempatan kerja akan tetap berada di bawah
tidak bertambah, akibatnya output tetap tidak berubah. Hal tersebut dapat
menurunnya produktifitas.
kenaikan jumlah uang beredar. Dalam teorinya mengenai pasar uang, jumlah
uang beredar atau penawaran uang dianggap langsung terjadi di pasar uang.
Sekali lagi, bahkan sampai zaman keynes pun, teori penawaran uang
masih belum berkembang dan masih dalam bentuk sederhana. Teori penawaran
hakikatnya, penawaran uang adalah jumlah uang yang tersedia dalam suatu
yang beredar yang diartikan sebagai semua uang kartal dan uang giral yang ada
di tangan masyarakat bukan bank, atau jumlah uang kartal dan uang giral di luar
sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik. Menurut Iswardono yang
tercantum dalam Ening (2011), jumlah uang beredar dianggap bisa ditentukan
dengan uang inti, yang terdiri dari uang kartal ditambah dengan cadangan
atau Bank Sentral yang langsung dibawah kekuasaan masyarakat umum untuk
menggunakannya. Uang kertas atau uang logam Bank Sentral yang disimpan di
dalam lemari besi bank tidak termasuk uang kartal. Jadi yang disebut uang kartal
hanya uang yang dikeluarkan Bank Sentral yang berada diluar Bank Umum dan
Bank Sentral. Jumlah uang kartal ini besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
adalah uang yang diciptakan oleh Bank Umum karena memberi kredit kepada
nasabah. Kredit yang diberikan dalam bentuk giro setiap saat dapat diambil dan
Seperti halnya uang kartal, maka giro dapat diartikan sebagai uang yang dalam
Perubahan jumlah uang beredar secara garis besar dipengaruhi oleh uang
inti dan pelipat uang. Besarnya uang inti sangat tergantung pada tindakan-
uang di lain pihak disamping dipengaruhi oleh perilaku Bank Sentral, juga
ditentukan oleh perilaku agen-agen ekonomi lainnya seperti Bank Umum dan
maka yang dimaksud dengan jumlah uang beredar di Indonesia adalah nilai
beredar dibagi dua yaitu jumlah uang beredar dalam arti sempit dan dalam arti
luas. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow money atau M1) adalah
jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Pengertian
yang dipegang anggota masyarakat (the nonpublic) dan (demand deposit) yang
(M1 = K + D)...............................................(2.1)
didasarkan atas anggapan bahwa, sebenarnya bukan hanya uang tunai dan saldo
giro saja yang bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Uang
milik masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk deposito berjangka atau
tabungan juga memiliki ciri yang mendekati uang tunai. Kedua simpanan ini bisa
diubah tanpa banyak kesulitan menjadi uang tunai untuk pembayaran transaksi
sehingga sering disebut dengan istilah quasi money atau near money, yaitu
sesuatu yang mendekati ciri dari uang. Menurut pengertian yang kedua ini uang
(M2 = K + D + T) ...........................................(2.2)
dimana T adalah saldo deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada
perbankan. Konsep uang yang beredar ini disebut uang beredar dalam arti luas
Keterangan
analisa aspek keadaan yang ingin digambarkan. Dalam keadaan normal biasanya
narrow money dan broad money berkembang sejalan satu sama lain, sehingga
masing- masing negara. Secara garis besar dapat disebutkan beberapa faktor yang
masyarakat, suku bunga dan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh otoritas
pada saat inflasi. Oleh karena itu, kurva penawaran uang merupakan kurva
inelastis sempurna yang berbentuk garis tegak lurus. Perubahan dalam penawaran
penawaran uang. Sebaliknya, pergerakan kurva penawaran uang dari MS0 ke MS1
dalam perekonomian. Jika tingkat bunga terlalu tinggi, dunia usaha akan lesu
Inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi rendah dan
beredar
dimasyarakat. Namun disamping hal tersebut, inflasi juga
kecil.
Setiap bank diharuskan memiliki cadangan uang yang cukup untuk menjaga
untuk menurunkan jumlah uang rupiah yang beredar, sehingga sesuai dengan
Sekitar abad ke-20 Sir Jhon Richard Hicks memberikan kontribusi yang
besar di bidang ekonomi, terutama terkait dengan model IS-LM yang bertolak
keseimbangan antara tiga komuditas yaitu uang, konsumsi dan investasi. Kurva
dari pasar barang dan jasa. Sedangkan kurva LM singkatan dari Liquidity
Pasar barang dan jasa serta pasar uang dihubungkan oleh variabel tingkat bunga,
jasa) dan mempengaruhi permintaan uang (representasi pasar uang). Model IS-
dan pengeluaran oleh equilibrium dalam pasar barangdan pasar uang. Pada
pasar barang diwakili oleh equilibrium antara investasi dan tabungan (IS) dan
pasar uang diwakili oleh penawaran uang dan preferensi likuiditas (LM).
pengeluaran meningkat makaakan lebih banyak uang yang ditabung, yang artinya
relasi positif di pasar uang. Kurva IS menunjukan kombinasi suku bunga dan
tingkat
pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan
jasa. Dapat dilihat pada Gambar 2.6 perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal
memiliki kemiringan yang negatif karena tingkat suku bunga yang tinggi
permintaan
(Suku Bunga)
IS₁
IS₀
IS₂
(Investasi)
0
Gambar 2.6 Kurva IS (Pasar Barang)
Sumber : Detri Karya (2016).
uang dalam keadaan seimbang. Hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan
yang muncul di pasar uang dinyatakan dengan kurva LM. Teori preferensi
yang paling likuid yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran uang dan P
menyatakan
tingkat harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan uang riil. Teori
Bank Sentral. Tingkat harga P juga merupakan variable eksogen dalam model
ini. Asumsi ini menunjukan bahwa penawaran uang riil adalah tetap dan
banyak uang yang ingin dipegang ileh masyarakat. Alasannya adalah bahwa
tingkat bunga adalah biaya peluang (opportunity cost) dari memegang uang.
permintaan saldo riil bisa sama dengan tingkat penawaran tetap, pendapatan harus
terhadap keseimbangan uang riil dan semakin tinggi bunga keseimbangan, oleh
Gambar 2.7 dapat dilihat bahwa kurva LM menunjukan kombinasi tingkat bunga
dan sebaliknya kenaikan dalam penawaran dari keseimbangan uang riil akan
LM₂
LM₀
LM₁
(Jumlah Uang)
0
Gambar 2.7 Kurva LM (Pasar Uang)
Sumber : Detri Karya (2016).
kurva imajiner yang menunjukan hubungan dari pendapatan dan suku bunga
yang terjadi pada saat keseimbangan di pasar barang. Hal ini ditandai dengan
suku bunga keseimbangan yang dihasilkan dari permintaan akan dana yang
berupa investasi (I) sama dengan penawaran dana yang berupa saving (S) untuk
kegiatan riil, dari terminologi S dan I inilah maka kurva ini dinamai dengan
kurva IS. Kurva LM adalah kurva imajiner yang menunjukkan hubungan dari
pendapatan (atau lebih tepatnya tingkat output keseimbangan) dan suku bunga,
yang terjadi pada saat keseimbangan di pasar uang. Hal ini ditandai dengan suku
Preference) sama dengan penawaran uang yang dikontrol spenuhnya oleh Bank
Sentral (Money supply). Dari terminologi L dan M inilah maka kurva ini dinamai
(Suku Bunga i)
LM₀
i₀
i₁
IS₀
(Pendapatan Y)
0 Y₁ Y₀ Y₂
LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada suku
bunga i1 terjadi keseimbangan antara jumlah uang beredar dan permintaan uang
dan penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Pada tingkat suku
bunga i0, pasar uang dan pasar barang berada dalam keseimbangan pada tingkat
pendapatan Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik perpotongan antara kurva IS
dan LM.
(Bank Central), untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang
kebijakan moneter terutama untuk stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan
bidang moneter yang mampu mengurangi jumlah uang beredar. Kebijakan yang
dilakukan antara lain menurunkan jumlah uang primer, menaikan cadangan wajib
dan tingkat suku bunga, sehingga pertumbuhan ekonomi dan sasaran ekonomi
makro yang lainnya juga dapat tercapai (Sudirman, 2011). Berikut pada
Gambar
2.8 akan dijelaskan mengenai efek kebijakan moneter terhadap kurva IS-LM.
(Suku Bunga i)
LM₀
LM1
∆M(1/K)
i₀
IS₀
(Pendapatan Y)
0 Y0 Y1 Y₂
motif transaksi, spekulasi, berjaga-jaga dan jumlah uang beredar. Pada gambar
bergeser kekanan sebesar ∆M(1/k) yang disebabkan oleh kenaikan jumlah uang
kecil dari Y2-Y0 (yaitu pergeseran kurva LM). Kontraksi moneter atau pengetatan
uang). Ketika terjadi peningkatan jumlah uang beredar (penawaran uang) disebut
moneter yang terdiri dari sistem keuangan moneter dan non moneter.
Indonesia sebagai Bank Sentral dan sistem perbankan yang mencakup Bank
Umum dan BPR, serta sistem otoritas non moneter mencakup Asuransi,
Pegadaian, Leasing, Modal Ventura dan Dana Pensiun. Otoritas monater diemban
adalah khusus di bidang moneter dan sistem pembayaran. Saat ini sistem
keuangan moneter dan non moneter diawasi oleh OJK namun tetap berkoordinasi
Sistem perbankan terdiri atas Bank Umum dan BPR yang dibina
dilakukan oleh Bank Umum dan BPR. Bank Umum dan BPR melakukan
kegiatan atas dasar pelaksanaan kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesial sehingga Bank Umum dan BPR disebut sebagai bank pelaksana.
Dengan UU No 7 Tahun
menyebutkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari
kesejahteraan masyarakat.
bank akan berhasil jika sistem perbankan berfungsi dengan baik, sehingga dari
kondisi
tersebut dapat dilihat apakah lembaga keuangan bank mendominasi dalam suatu
perekonomian atau tidak. Dalam dominasi itu dapat dipilih struktur kepemilikan
dana bank (giro, tabungan, deposito dan sejenisnya), dan jenis penyaluran kredit
kredit, sehingga hal itu membuktikan peran bank sebagai sarana dalam
neraca pembayaran dan yang lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa semua ukuran
kebijakan dan stablitias moneter tidak dapat dipisahkan dari sistem keuangan
sektor perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti
lainnya. Secara lebih lengkap, OJK adalah lembaga independen dan bebas dari
wewenang
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana dimaksud
pasar modal secara resmi beralih dari Kementerian Keuangan dan Bapepam-
beralih ke OJK pada 31 Desember 2013 dan lembaga keuangan mikro pada 2015.
dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu
daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan
Sementara berdasarkan pasal 6 dari UU No 21 Tahun 2011, tugas utama dari OJK
jasa
keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
usaha bank.
(2). Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
2). Terkait pengaturan lembaga jasa keuangan (bank dan non bank)
keuangan.
3). Terkait pengawasan lembaga jasa keuangan (bank dan non bank) meliputi:
keuangan.
Kepala Eksekutif.
(4). Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau
pihak tertentu.
keuangan.
penerimaan dana dari luar negeri, penerimaan dana valuta asing maupun
pinjaman komersial luar negeri. Berikut ini berbagai bentuk nyata sinergi antara
2). Tidak hanya dalam pembuatan aturan, Bank Indonesia dan OJK juga harus
Melalui
penggabungan sistem informasi ini, Bank Indonesia dan OJK akan
masing lembaga setiap saat (timely basis). Informasi strategis yang dimiliki
3). Dalam rangka pemeriksaan bank, Bank Indonesia dan OJK juga terus
perbankan. Dengan kerja sama itu pula tindakan penanganan yang tepat
menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan BPR. BPR adalah bank yang
dalam bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Menurut Triandaru dan
Budisantoso (2009) usaha yang dapat dilakukan oleh BPR adalah meliputi,
1). Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu.
1). Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
5). Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13. Sedangkan bentuk hukum dari BPR dapat berupa, Perusahaan
1) Tujuan BPR
khususnya.
ekonomi rendah.
produksi.
perbankan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dimana sumber dana terdiri
dari tabungan, deposito, pinjaman yang diterima dari bank lain atau pinjaman
lainnya, dan modal sendiri. Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi
perbankan dalam menjalankan usahanya adalah LDR yang juga biasa digunakan
sebagai ukuran kinerja keuangan, likuiditas dan kesehatan bank. LDR digunakan
menggunakan dana yang diterima. LDR juga dapat digunakan untuk melihat
masyarakat dengan total DPK ditambah dengan dana yang diterima oleh
bank.
Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber
pendapatan utama bank berasal dari kegiatan tersebut. Semakin besar penyaluran
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa peran utama bank dalam hal
Dalam menjalankan perannya tersebut indikator yang bisa dipakai untuk melihat
fungsi bank sebagai lembaga intermediasi berjalan dengan baik atau tidak adalah
digunakan sebagai instrumen penilaian kesehatan bank yang dilihat dari sisi
likuiditas. Oleh karena itu LDR menjadi salah satu rasio yang sangat penting
dalam dunia perbankan, karena dari rasio tersebut masyarakat dapat mengetahui
apakah usaha perbankan sudah berjalan dengan baik atau tidak. Bank Indonesia
dari 78 maka kepada bank tersebut harus lebih gencar dalam menyalurkan
kredit melalui strategi pemberian kredit yang lebih efektif dalam rangka
mempunyai ukuran lebih dari ukuran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia agar
lebih waspada terhadap kondisi likuiditas. Berkaitan dengan hal tersebut maka
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral akan memberlakukan disinsentif bagi bank
Istilah credit crunch muncul pada tahun 1966 sebagai suatu bentuk
moneter yang dilakukan oleh Federal Reserve menjadi sangat ketat untuk
mengatasi inflasi. Kebijakan yang sangat ketat itu telah meningkatkan suku
bunga jangka pendek meningkat jauh diatas batas atas suku bunga deposito yang
suku bunga yang lebih tinggi pada aset finansial lainnya sehingga deposito
akibat peraturan seperti ini tidak terjadi lagi (Kliesen dan Tatom, 1992).
Definisi yang lebih luas adalah bahwa pembatasan suplai kredit yang
perbankan yang terlalu mengikat seperti peraturan masalah modal dan legal
lending limit, atau akibat penurunan kualitas aset dan profitabilitas perbankan.
Dalam istilah yang lebih teknis, Bernanke dan Lown (1991) mendefinisikan
credit crunch sebagai pergeseran kurva suplai kredit perbankan dengan kondisi
suku bunga dan kualitas nasabah potensial tidak berubah. Definisi ini sejalan
credit crunch sebagai penurunan suplai kredit akibat menurunnya kemauan bank-
bank untuk memberikan pinjaman, tanpa diikuti oleh kenaikan suku bunga
pinjaman. Definisi yang paling kuat diberikan oleh Gosh (1999) yang
mengartikan credit
crunch sebagai quantity rationing, dimana suku bunga pinjaman tidak lagi
terkait dengan konsep credit rationing yang dikemukakan oleh Stiglitz dan Weiss
(1981) dan Jafee dan Stiglitz (1990) yang mendefinisikan credit rationing
walaupun mereka mau membayar suku bunga pinjaman yang lebih tinggi.
perbankan secara tajam sebagai akibat dari menurunnya kemauan bank dalam
kredit tercermin dari meningkatnya spread yaitu selisih antara suku bunga
pinjaman dan suku bunga dana dan semakin ketatnya kriteria untuk memperoleh
kredit. Dalam kondisi yang ekstrim, credit crunch terjadi dalam bentuk credit
rationing, yaitu bank menolak memberikan kredit terhadap nasabah tertentu atau
rangka memenuhi standar BIS oleh banyak kalangan disinyalir menjadi penyebab
terjadinya credit crunch. Pada masa itu bank-bank tidak dapat menjual
saham baru karena kinerjanya yang kurang baik, sementara itu banyak
juga yang
menurunkan laju pertumbuhan dan memperbaiki kreditnya untuk
kredit, tingginya suku bunga yang melebihi kemampuan membayar nasabah, dan
keengganan bank untuk menyalurkan kredit yang terkait dengan tingginya risiko
dunia usaha.
Pada masa resesi, penurunan kredit merupakan hal normal yang terjadi
menunjukkan pola yang agak berbeda dengan kondisi normal. Dengan demikian,
penjelasan mengenai sisi permintaan kredit dalam hal ini diharapkan dapat
signifikan
meningkatkan leverage-nya, baik yang berasal dari pinjaman bank
dalam negeri maupun dari luar negeri. Krisis keuangan yang terjadi
pada tahun
Disamping itu, kenaikan suku bunga yang begitu tinggi ketika krisis telah
secara umum meskipun terdapat peluang untuk investasi maka nasabah yang
secara otomatis
juga akan berkurang. Selain itu, dalam kondisi resesi perusahaan biasanya
Salah satu dampak krisis adalah terjadinya penurunan modal perbankan yang
cukup tajam akibat besarnya kerugian dan turunnya kualitas aset. Sebagai
kondisi capital constrained seperti itu, adalah sangat wajar jika bank-bank
dengan
telah selesainya program rekapitalisasi, kewajiban pemenuhan CAR
merupakan salah satu faktor internal yang membatasi ruang gerak perbankan
menyalurkan kredit.
Selain kecukupan modal, tingginya NPL, merupakan salah satu faktor yang
Salah satu indikator yang mencerminkan masih tingginya risiko dunia usaha
suku bunga kredit dengan suku bunga dana. Menurut Bernanke dan Lown
(1991) salah satu penyebab lebarnya spread suku bunga pasca krisis adalah
besarnya komponen marjin risiko yang ditetapkan bank dalam suku bunga
mendukung
bahwa masih tingginya risiko dunia usaha telah menimbulkan keengganan
debitur lama yang telah dikenal dan terjadi perubahan organisasi kredit pada
risiko kredit juga tercermin dari masih tingginya leverage perusahaan seperti
Kegiatan usaha yang paling utama dari suatu bank tidak terkecuali BPR
dana berasal dari berbagai sumber antara lain dari bank itu sendiri, dari deposan
atau nasabah, pinjaman dari bank lain maupun dari Bank Indonesia. Sedangkan
penyaluran kredit, kegiatan investasi dan dalam bentuk aktiva tetap serta
nasabah ini sering disebut dengan DPK. DPK yang berhasil dihimpun sebagian
Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukan oleh LDR. LDR merupakan
dengan jumlah dana masyarakat, modal sendiri serta dana yang diteriama oleh
menjadi
indikator untuk menilai peran intermediasi, tingkat kesehatan, likuiditas dan
kelancaran usaha suatu bank (Kasmir, 2007). Semakin tinggi (sesuai dengan
diterima serta modal yang dimiliki sebagai sumber pendanaannya, maka peran
yang diterima serta modal yang dimiliki oleh suatu bank, menunjukan peran
intermediasi tidak berjalan dengan baik karena dana yang diterima oleh pihak
digunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli SBI, inventaris dan
sebagainya.
Tingkat LDR suatu bank haruslah tetap dijaga agar tidak terlalu rendah.
Untuk itu Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan syarat LDR berada
Indonesia (PBI) No. 17/11/PBI/2015 tanggal 25 Juni 2015. Sanksi dari Bank
sebesar
0,1 persen dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk setiap 1
persen kekurangan LDR yang dialami bank. Sementara untuk Bank Umum yang
memiliki tingkat LDR diatas 100 persen akan diminta untuk menambah giro
wajib minimum primer sebesar 0,2 persen dari jumlah simpanan nasabah di bank
bersangkutan untuk setiap 1 persen nilai kelebihan LDR yang dialami, dimana
CAR diatas 14 persen tidak terkena penalty walaupun LDRnya diatas 100 persen.
Menurut Dendawijaya (2003), LDR adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang disalurkan oleh bank dengan dana yang diterima oleh bank. Kasmir
(2014) juga mendefinisikan LDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah
tanggal 25
Menurut Zinsari (2011) LDR dihitung dengan membagi total jumlah kredit yang
diberikan dengan dana yang berhasil dihimpun dikalikan 100 persen. Dana yang
berhasil dihimpun yang dimaksud terdiri dari tabungan deposito dari masyarakat,
pinjaman dari Bank Indonesia, pinjaman atau deposito dari bank lain lebih dari 3
bulan, pinjaman dari non bank lebih dari 3 bulan, modal inti dan modal
total kredit dengan dana yang diterima oleh bank. Berdasarkan pengertian
tersebut LDR
Menurut Susilo (2000), jika bank mempunyai LDR yang sangat tinggi,
maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi pada
titik tertentu bank akan mengalami kerugian. Menurut Sartono (2001), LDR yang
atau menjadi tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan
bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.
yang
masih berkisar antara 72,88 persen sampai dengan 83,58 persen (Statistik
Perbankan Indonesia, 2017). Angka LDR tersebut masih berada dibawah harapan
dana oleh pihak perbankan. Dana yang diterima oleh pihak perbankan tersebut
bersumber dari modal sendiri, pinjaman dari bank lain, serta DPK yang berhasil
dihimpun oleh pihak bank. Sumber dana terbesar yang digunakan oleh
dihimpun dari masyarakat yang berupa tabungan dan deposito (untuk BPR).
Dalam penelitian ini yang diteliti dari LDR bukan nilai secara kuantitatif yang
dan penghimpunan dana merupakan faktor penentu pembentuk nilai LDR pada
variabel indikator dari LDR akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
Kredit berasal dari kata Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan,
ayat 1
bahwa, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
Penawaran kredit perbankan sama dengan teori penawaran uang dimana besar
(1). Kepercayaan
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan
(2). Waktu
prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang
akan
datang. Jangka waktu kredit dapat kita bagi atas tiga kategori yaitu
panjang
> 3 tahun
perbankan) karena uang atau barang atau jasa telah lepas kepada orang
bank harus merasa yakin kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.
tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan sebagai cara
a). Character
b). Capacity
pinjamannya.
c). Capital
e). Conditions
Adalah apa yang biasa disebut suasana dunia usaha atau ‘business
serta karakternya.
Dalam praktiknya kredit yang diberikan Bank Umum dan BPR untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Menurut Kasmir (2004) secara umum
baku,
membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan
ini tidak ada pertambahan barang atau jasa yang dihasilkan, karena
usaha.
Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun
mahasiswa.
waktu panjang.
antara kredit konsumen, kredit produsen, kredit antar bank, dan terutama di
dalam
artian yang luas mencakup juga kredit perdagangan, kredit ekspor,
yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara spiritual
kemajuan.
tahapan yang lebih baik, maksudnya baik bagi pihak debitur maupun
bahwa fungsi kredit secara umum pada dasarnnya ialah memenuhi jasa
bentuk jasa yang diberikan oleh bank kepada masyarakat dalam menaikkan
dua fungsi kredit yaitu profitability dan sefty. profitability yaitu tujuan untuk
keutungan dari bunga maupun bagi hasil yang diperoleh sedangkan bagi
yang akan dilakukan maupun yang sedang dilakukan dan bagi pemerintah
perekonomian yang baik. serta juga manfaat kredit bagi masyarakat luas
(1). Aspek yuridis yaitu mengenai masalah legalitas badan usaha serta
(4). Aspek teknis atau oprasional membahas masalah produksi, lokasi dan
lay out.
(6). Aspek sosial ekonomi untuk menganalisis dampak yang timbul akibat
secara umum.
(7). Aspek amdal merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air, dan
NPL, risiko tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya kredit yang akan
penggunaan kredit, NPL dapat dibedakan menjadi NPL kredit investasi, NPL
kredit modal kerja dan NPL kredit konsumsi. Berdasarkan surat edaran Bank
sebagai berikut.
(1). Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga, tidak
diberikan
total kredit sebesar 1000, sehingga rasio NPL bank tersebut adalah 5 persen
(50 /
1000 = 0.05).
rumus berikut,
(1). NPL Gross, yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan
total
(2). NPL Net, yaitu perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan
naik turunnya NPL suatu bank (Ening, 2011), diantaranya adalah sebagai
Kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga
pinjaman tidak akan ada artinya tanpa kemauan dan itikad baik
NPL suatu bank. Misalnya Bank Indonesia menaikan Rate yang akan
indikator
ekonomi makro yang mempunyai pengaruh terhadap NPL
tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
deposito. Menurut Kasmir (2014), DPK adalah dana yang berasal dari masyarakat
luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu
operasionalnya dari sumber dana ini. Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998
1). Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
2). Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu
dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Kepercayaan nasabah terhadap lembaga perbankan merupakan unsur yang
untuk menjadi nasabah dan menyimpan dananya pada bank tersebut. Selain
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya dana yang mampu dihimpun oleh
lembaga perbankan. Suku bunga simpanan yang baik dan mampu bersaing
dengan lembaga keuangan lainnya akan meningkatkan jumlah DPK pada suatu
bank.
melalui pemberian kredit kepada masyarakat guna mencapai tujuan baik tujuan
pemberian kredit erat kaitannya dengan tujuan kredit yaitu profitability dan
kegagalan penerapan strategi pemberian kredit, ini akan tercermin dalam tingkat
sistematik yang relevan dengan situasi atau masalah pemasaran kredit yang
dihadapi bank.
Apabila dari riset pemasaran telah diperoleh kesimpulan bahwa pasar yang
Hal ini diperlukan agar dapat ditentukan apa yang segera dapat dilakukan,
pasar yang akan dilayani sesuai dengan sumber daya yang dimiliki bank.
dikembangkan dalam penelitian ini karena merupakan dasar tindakan teknis yang
mengarah pada kegiatan atau usaha dalam hal perkreditan, yang dilakukan oleh
tersebut meliputi tahapan-tahapan yang dilalui oleh pihak BPR sebelum dan
kondisi internal dan eksternal bank sebagai dasar pijakan dan refrensi agar
kredit dapat dikatakan efektif dan efisien apabila kredit tersebut dapat
kembali sesuai waktu yang telah ditetapkan dengan sejumlah bunga yang
NPL yang dicapai akan rendah yaitu dibawah standar maksimal, yaitu 5 persen
(Kasmir,2003).
pemberian kredit. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Dewi (2009) dan Anggraini
(2013), bahwa strategi pemberian kredit secara teknis meliputi tingkat suku
bunga, prosedur, cara pemasaran kredit dan pengawasan kredit yang dipengaruhi
oleh kondisi internal bank seperti proses pencairan kredit, proses penagihan
indikator antara lain adalah tingkat SBK, prosedur kredit, pemasaran kredit dan
hal pemberian kredit secara teknis sebelum dan sesudah kredit tersebut
disalurkan, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu pada sub bab
berikutnya.
Suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang atau bisa juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu dan
masyarakat
atau pasar uang. Bunga kredit merupakan sejumlah ganti rugi atau balas jasa atas
penggunaan uang oleh nasabah. Bagi peminjam, bunga kredit dipandang sebagai
suatu biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh peminjam. Sedangkan bagi bank,
(Gilarso, 2003).
1). Kredit bunga kerja, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan bank untuk
2). Kredit investasi, yaitu jangka menengah atau jangka panjang untuk
usaha atau pendirian usaha baru. Jika kredit ini dipergunakan untuk
Pinjaman kredit bagi kegiatan produksi dapat menjadi modal kerja yang
terlepas dari adanya tingkat bunga kredit yang merupakan aspek biaya yang
kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit karena adanya tambahan
biaya pengembalian utang. Hal ini menyebabkan sedikitnya minat pelaku usaha
tingkat suku bunga sangat mempengaruhi pelaku usaha juga penyalur kredit.
Tingkat SBK merupakan salah satu nilai jual bagi lembaga perbankan,
indikator dalam strategi kredit karena bagi masyarakat berguna untuk bahan
SBK tinggi dan tidak mampu dijangkau oleh masyarakat maka strategi
pemberian kredit akan tidak efektif dan berimbas pada permintaan kredit bank
yang menurun dan sebaliknya, ketika SBK rendah maka strategi pemberian
akan meningkat. SBK tiap bank berbeda-beda namun tetap dalam batas suku
dilakukan oleh Irma Anindita (2011), faktor internal bank salah satunya adalah
bank satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Perbedaan yang terjadi dan
menjadi nilai jual masing-masing BPR dalam hal ini yaitu pada pendekatan
bank
dalam menilai kelayakan suatu usaha. Prosedur pemberian kredit secara umum
hukum, kemudian dapat juga ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk
(1). Latar belakang perusahaan atau riwayat hidup singkat seseorang, jenis
perkembangan perusahaan.
(2). Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan atau
(3). Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini pemohon menentukan
besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya.
(5). Jaminan kredit, hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko
belum
lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya
dalam batas waktu tertentu. Apabila dalam batas waktu tersebut nasabah
3). Wawancara I
yang dijadikan usaha atau jaminan, kemudian hasil on the spot disesuaikan
5). Wawancara II
on the spot. Catatan kesesuaian pada saat wawancara I dan saat on the spot
jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, biaya-biaya yang harus
dibayar.
jaminan
atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatangan dilaksanakan
dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil
BPR pada umumnya lebih mudah, fleksibel tidak berbelit-belit dan lebih
itu maka pendekatan yang digunakan BPR dalam hal prosedur kredit
menjadi indikator variabel strategi pemberian kredit pada penelitian ini. Karena
mengedepankan nilai humanis dan personal dapat membangun loyalitas dan akan
menjadi nilai tambah tersendiri bagi BPR dalam hal memasarkan produk-
penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2014) yang menyatakan bahwa prosedur
berpengaruh positif terhadap kinerja bank yang salah satu ukurannya adalah
LDR.
2.9.3 Konsep Pemasaran Kredit
dimana induvidu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan apa
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Menurut
adalah menciptakan nilai untuk konsumen dan untuk menangkap nilai dari
Stanton (2000), pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
komoditi. Dalam dunia perbankan produk yang dipasarkan tidak berupa benda
melainkan berupa jasa salah satunya jasa pinjaman yang diberikan kepada
tindakan kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
yang memerlukan dana baik untuk modal usaha, investasi ataupun konsumsi.
satu bagian dari strategi pemberian kredit, target jumlah kredit yang harus
bagian dari strategi pembereian kredit yang merupakan serangkaian tujuan dan
dalam dunia perbankan. Menurut Tjiptono (2005), terdapat tiga elemen pokok
aspek transaksi, namun justru lebih fokus pada aspek relasi. Untuk itu
usaha perbankan, mengingat bahwa kredit merupakan aset yang berisiko risk
asset bagi bank karena asset tersebut dikuasai oleh pihak luar yaitu nasabah
debitur apakah dalam pelaksanaan pemberian kredit sesuai dengan rencana yang
Secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dari pengawasan
kredit adalah sejalan dengan batasan pengertian pengawasan tersebut diatas atau
ditetapkan sebelumnya.
yang sangat erat misalnya administrasi kredit yang dilaksanakan secara teliti dan
nasabah. Nasabah perlu dibina agar usahanya maju dan berkembang sehingga
maupun pejabat yang terjun secara langsung kepada nasabah untuk melihat
dilakukan seperti laporan keadaan keuangan (dari neraca dan laporan laba
permasalahan tersebut.
tersebut meliputi,
laba rugi, dan lain-lain), laporan tenaga kerja, laporan asuransi aktiva tetap,
3). Keharusan bagi petugas kredit (account officer) untuk melakukan kunjungan
4). Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur,
5). Adanya suatu sistem peringatan (warning system) pada admistrasi bank atau
nasabah
kredit yang berkaitan dengan kepatuhan kepada ketentuan yang telah
(2). Besarnya nilai agunan yang masih ada dibandingkan dengan nilai sisa
yang bisa memberikan bimbingan terhadap nasabah agar kredit yang diterima
dapat dikembalikan dengan lancar tepat waktu dan sesuai perjanjian. Apabila hal
kredit akan dapat berjalan efektif dan berpengaruh pada peningkatan jumlah
indikator berjalan dengan baik atau tidaknya usaha yang dilakukan oleh
pihak bank. Bank bersedia memberikan prestasi berupa kredit apabila pihak
manajemen bank tersebut benar-benar yakin bahwa penerima kredit akan mampu
disetujui bersama. Tanpa keyakinan itu maka lembaga kredit tidak akan
suku bunga acuan, persepsi bank terhadap kondisi pasar, persepsi bank
terhadap prospek usaha debitur, persepsi bank terhadap persaingan usaha antar
lembaga keuangan dan faktor internal seperti karakteristik bank itu sendiri yang
atau banyak sangat penting karena modal bank dimaksudkan untuk memperlancar
setiap bank wajib memenuhi kecukupan modal atau CAR 12 persen. CAR
risiko, dibiayai dari modal sendiri. Kecukupan modal yang tinggi dan memadai
ini merupakan salah satu unsur faktor internal bank yang juga dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kesehatan bank (Bank Indonesia, 2016). Kesehatan bank
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, bank dan pengelola bank,
masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia dan OJK selaku
melalui penawaran pinjaman berupa kredit kepada pelaku usaha serta masyarakat
dapat tercapai.
Sumber dana yang digunakan untuk pemberian kredit berasal dari modal
bank, pinjaman dari lembaga keuangan lainnya serta DPK yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Jumlah kredit yang diberikan dan jumlah dana yang
Penilaian kesehatan bank ini dapat dilihat dari salah satu rasio likuiditas yaitu
LDR. Selain itu LDR juga dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai peran
perbankan dalam melakuakan usahanya apakah sudah berjalan baik atau tidak.
LDR yang baik berada pada kisaran antara 78 sampai dengan 92 persen (Bank
pertumbuhan kredit yang disebabkan oleh faktor strategi pemberian kredit yang
yang dapat mempengaruhi LDR, maka semakin baik dan efektif strategi
pemberian kredit akan berdampak pada semakin baiknya kondisi LDR sebagai
indikator perbankan dalam melakukan usaha, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini
dapat pula menunjukan bahwa strategi pemberian kredit yang efektif akan
berimbas pada peningkatan jumlah kredit yang disalurkan sehingga LDR juga
akan meningkat dan diikuti oleh peningkatan laba yang diperoleh bank melalui
pendapatan bunga yang tinggi (Kasmir, 2008). Menurut Hujaemah (2011) dalam
juga terhadap NPL. Kondisi LDR yang baik dapat mencerminkan peran
usaha perbankan berjalan dengan efektif dan selain itu juga dapat mencerminkan
Faktor internal bank merupakan faktor yang terjadi di dalam suatu bank
bank mencerminkan kondisi internal perbankan dalam hal ini BPR. Pada Tahun
2004
Indonesia Tahun 2004 No. 38, tambahan Lembaran Negara No. 4382). Perubahan
kompleksitas usaha bank dan profil risiko yang dimilki bank. Semakin
meningkatnya kompleksitas usaha bank dan profil risiko yang dimiliki serta
unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-
faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri
No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Menurut PBI No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12
April 2004 mengenai sistem penilaian tingkat kesehatan bank (Lembaran Negara
No. 4382), pada dasarnya penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian
terhadap hasil usaha bank dalam waktu tertentu dan tingkat kesehatan bank akan
SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tujuan penilaian dari masing-masing
kerugian.
Penilaian tehadap faktor ini dilakukan karena kualitas asset merupakan salah
Pengelolaan asset yang baik meliputi tata cara pemberian kredit yang dapat
Penilaian
manajemen cenderung bersifat subjektif dan kualitatif serta perlu dicarikan
yang dihasilkan, kualitas dan sumber laba juga menjadi objek penilaian.
Laba yang dihasilkan secara stabil dan tumbuh secara konsisten memberi
nilai tambah.
kebanyakan bersifat secara tidak liquid dengan sumber dana dan jangka
waktu yang lebih pendek. Oleh sebab itu likuiditas digunakan untuk
untuk melihat bagaimana pergerakan faktor pasar dalam hal ini suku
bunga dan nilai tukar yang akan memperngaruhi perolehan nilai modal
rasio perbankan yang dapat mencerminkan faktor internal suatu bank yang
selanjutnya
dalam penelitian ini rasio-rasio tersebut digunakan sebagai indikator dari variabel
antara lain adalah permodalan diukur dengan rasio CAR, aktiva yang diukur
melalui KAP, rentabilitas yang diukur dengan ROA, likuiditas yang diukur
CAR atau sering disebut rasio permodalan merupakan modal dasar yang
modal bank (Sufa, 2008). Rasio CAR digunakan untuk mengukur kemampuan
perbankan
diwajibkan memenuhi kewajiban penyertaan modal minimum atau dikenal
dengan CAR yang diukur dari persentase tertentu terhadap ATMR. Sejalan
ATMR (SEBI No. 6/23/DPNP 2004). Menurut Siamat (2003) fungsi modal bank
bank.
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) ikut dibiayai dari modal bank, disamping memperoleh dana dari
sumber- sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
Modal Bank
CAR = × 100%.........(2.7)
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Tabel 2.1
Kesehatan Bank dari Sisi Capital Adequacy Ratio (CAR)
funds dari bank terbesar diberikan dalam bentuk fasilitas kredit. Akan
tetapi, sebagian dana itu disisihkan dalam bentuk penanaman lain, yaitu surat-
surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan modal bank pada
lembaga keuangan yang bukan bank atau perusahaan lain. Aktiva yang produktif
atau productive assets sering juga disebut dengan earning assets atau aktiva yang
penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan
juga mengatur tentang cash reserve (aset likuiditas) dan fixed assets (aktiva tetap
dan inventaris). Ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang
penempatan dana pada bank lain dan penyertaan. Keempat jenis aktiva tersebut
memperhatikan bahwa sumber dana terbesar untuk penempatan aktiva itu adalah
berasal dari DPK dan pinjaman, maka risiko yang mungkin timbul atas
penempatan alokasi dan hal tersebut harus diikuti dan diamati terus melalui
sebatas pada penyaluran kredit dan penempatan di bank lain, BPR tidak
diperbolehkan
menanamkan dana yang dimiliki untuk surat berharga dan penyertaan
dikarenakan skalanya yang dianggap kecil. Usaha penanaman dana dalam bentuk
dimana tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan. Sementara itu penanaman
dalam bentuk kredit merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional dan
aktiva secara keseluruhan. Karena itu pengamatan dan analisis tentang bagaimana
Rasio yang digunakan untuk mengukur KAP adalah rasio aktiva yang
Tabel 2.2
Kesehatan Bank dari Sisi Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
pemberian kredit adalah faktor internal bank yang dilihat dari sisi kesehatannya
yang salah satu indikatornya adalah KAP. Kosmidou (2008) berpendapat bahwa
keadaan internal lembaga perbankan dapat dinilai dari tingkat kesehatannya yang
salah satu indikatornya adalah KAP. Semakin baik tingkat kesehatan suatu
bank
maka akan menopang kemampuan bank tersebut dalam memberikan kredit.
tinggi ROA, semakin besar pula tingkat laba atau keuntungan yang dicapai dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Keuntungan
pemberian kredit akan dapat berjalan optimal dan efektif. Laba merupakan
tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha, termasuk juga bagi
usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba perbankan tersebut dapat berupa
atas kinerja pimpinan, dan meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan
terkait, bunga merupakan unsur atau komponen pendapatan yang paling besar.
kecilnya laba
yang dihasilkan bank sangat dipengaruhi oleh kinerja bank dalam mengelola
secara efisien.
Tabel 2.3
Kesehatan Bank dari Sisi Return On Asset (ROA)
nilai profitabilitas dengan ukuran aset, yang mana sebagian besar dananya
berasal dari masyarakat dan nantinya oleh bank juga harus disalurkan kembali
yang baik adalah sebesar 1,5 persen, meskipun ini bukan suatu keharusan.
dikuasai bank, dengan kewajiban yang segera dibayar (hutang lancar). Alat-
alat likuid yang dikuasai bank adalah bagian dari kekayaan bank (aktiva)
yang berbentuk
uang tunai (cash). Komponen alat likuid untuk semua jenis bank adalah
sama, yaitu saldo kas dan saldo rekening pada Bank Indonesia. Untuk
memperhitungkan CR, hanya dua pos saja yang dianggap sebagai alat likuid
(Ridwan, 2004). Alat likuid yang dimaksud diantaranya adalah kas (segala
uang tunai baik kertas maupun logam yang ada bank yang bersangkutan),
penempatan dana pada bank lain, selisih tabungan antar bank (selisih
ketiga yang sifatnya harus segera dibayar, misalnya utang bunga, utang pajak,
tidak terikat jangka waktu dan dapat dilakukan setiap saat), deposito (penempatan
dana pada bank bersangkutan oleh masyarakat atau pihak lain yang hanya dapat
ditarik setelah melewati waktu jatuh temponya yang penarikannya tidak bisa
dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang
disimpan di bank. CR adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva
lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Menurut Sudana
(2011) CR adalah kemampuan kas dan surat berharga yang dimiliki perusahaan
untuk menutup utang lancar. Rasio ini paling akurat dalam mengukur
pengertian
rasio kas atau CR menurut Syamsuddin (2007) yaitu perbandingan antara
kas dengan total utang lancar atau dapat juga dihitung dengan mengikut
sertakan surat-surat berharga. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas
adalah efek atau surat berharga, dengan demikian rumus untuk menghitung
CR menurut
Alat Likuid
CR = × 100%...............................(2.10)
Pasiva Lancar
Tabel 2.4
Kesehatan Bank dari Sisi Cash Ratio (CR)
penelitian ini adalah kondisi permodalan yang dicerminkan dari CAR. CAR
bank yang bersangkutan. Semakin tinggi CAR, menunjukkan kinerja bank dalam
kebutuhan
minimum dan menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko, misalnya kredit yang diberikan. Dengan kata lain, CAR merupakan
tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menyediakan dana untuk
bank sangat penting dalam menyalurkan kredit pada masyarakat. Bila tingkat
kecukupan modal bank baik, maka jumlah kredit yang akan mampu disalurkan
akan tinggi, dan pihak bank memiliki dana cadangan jika sewaktu-waktu terjadi
meningkat maka jumlah kredit yang disalurkan juga akan meningkat melalui
internal bank memiliki pengaruh yang positif terhadap peran intermediasi yang
variabel unsur-unsur pemberian kredit. Pada penelitian Pauzi (2011), CAR yang
merupakan bagian dari faktor internal bank yang berpengaruh positif dan
signifikan terhadap strategi pemberian kredit. Semakin tinggi rasio CAR yang
merupakan faktor internal bank maka semakin besar daya tahan bank dalam
menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta
bermasalah (Riyadi, 2006). Dengan demikian dapat diduga bahwa CAR yang
Kabupaten Badung.
variabel faktor internal adalah KAP. KAP merupakan rasio antara aktiva
bahwa KAP merupakan rasio untuk mengetahui risiko gagal bayar dari aktiva
bahwa aktiva produktif yang dimiliki bank banyak mengandung risiko sehingga
dana cadangan yang harus dipersiapkan juga meningkat. Hal tersebut disebabkan
(Akbar, 2013).
kerugian yang lebih besar dari kerugian yang ditimbulkan aktiva produktif yang
dalam pemberian kredit, dikarenakan strategi pemberian kredit akan lebih efektif
apabila KAP dalam kondisi sehat (Usman, 2011). Jadi mengacu dari hasil
penelitian yang terdahulu diduga terjadi hubungan antara KAP yang merupakan
bagian dari faktor internal dengan LDR yang salah satu indikatornya adalah
penyaluran kredit,
melalui strategi pemberian kredit sebagai pemediasi secara langsung
penelitian ini adalah ROA. ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa
apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan
kredit memiliki hubungan yang positif melalui strategi pemberian kredit yang
Semakin tinggi ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut. Dengan laba yang besar maka bank dapat
yang efektif. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan,
sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR yang
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah usaha,
tarik investor untuk menanamkan modalnya. Laba yang tinggi membuat bank
yang besar maka suatu bank akan mudah dalam hal pemberian kredit
didukung oleh penelitian yang dilakukan Arisandi (2008) dan Prayudi (2011),
yang menyatakan bahwa faktor internal bank yang salah satu pembentuknya
adalah ROA berpengaruh positif terhadap strategi pemberian kredit bank. Pada
merupakan bagian dari kondisi kesehatan bank memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan yang dapat diukur dari LDR.
berpengaruh terhadap laba melalui loanable fund, jika CR ditentukan pada posisi
terlalu tinggi agar likuiditas aman, maka loanable fund kecil sehingga berakibat
keuntungan bank dari pendapatan bunga juga menurun. Sebaliknya jika posisi CR
turun namun tidak dalam posisi terlalu rendah, maka loanable fund
yang sehat akan berdampak pada strategi pemberian kredit yang lebih efektif dan
untuk menentukan strategi dalam hal pemberian kredit yang berdampak pada
kondisi LDR.
Dari uraian masing-masing indikator yang membentuk variabel faktor
internal bank yaitu CAR, KAP, ROA dan CR diduga berpengaruh positif secara
berpengaruh terhadap kondisi LDR yang lebih baik, melalui strategi pemberian
penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2014) yang berjudul “Faktor-Faktor yang
dan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Pernyataan yang sama juga
bahwa penawaran kredit yang merupakan implementasi dari strategi dalam hal
ukur melalui rasio-rasio keuangan bank diantaranya DPK, CAR, NPL dan ROA.
Semakin
tinggi pendapatan nasabah akan meningkatkan permintaan kredit, hal
pada permintaan kredit apabila terjadi kenaikan harga barang (inflasi). Ketika
besar pengaruh inflasi terhadap usaha yang dilakukan baik dalam hal
yang diikuti oleh menurunnya jumlah kredit yang disalurkan oleh pihak
operasional, akan menjadi nilai tambah. Pihak manajemen bank akan lebih
mudah untuk menarik hati dan kepercayaan nasabah, sehingga strategi pemberian
kredit menjadi efektif yang akan diikuti oleh peningkatan jumlah penyaluran
kredit. Dari uraian tersebut variabel faktor eksternal bank dapat diukur melalui
pada strategi pemberian kredit yang efektif dan diikuti oleh peningkatan
pertumbuhan jumlah kredit yang dapat dilihat dari LDR, secara langsung maupun
likuiditas yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Inflasi adalah indikator untuk
melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
konsep inflasi, kenaikan harga yang terjadi adalah kenaikan harga umum barang
terjadi hanya sekali saja, meskipun dengan persentase yang cukup besar,
bukan merupakan inflasi. Sebagai contoh misalnya harga barang ekspor seperti
beras, kopi, teh naik maka indeks biaya hidup juga akan mengalami kenaikan
sebab barang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang yang tercakup
Seorang investor akan merasa lebih terjamin untuk berinvestasi, pada saat
terlalu kuat, yang menyebabkan kenaikan harga pada tingkat produksi yang
Harga
AS
P²
P¹ AD²
AD¹
0 Q¹ Q² Output
akan
bergeser dari AS1 ke AS2. Akibatnya tingkat produksi menurun
Harga
AS²
P² AS¹
P¹
AD
0 Q² Q¹ Output
dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10 persen per tahun).
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang - kadang berjalan dalam
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali, dimana dalam
Nilai uang
merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang. Perputaran
uang semakin cepat, sehingga harga naik secara cepat dan berakselerasi.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul antara lain karena defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa juga
Inflasi yang berasal dari luar negeri yang timbul karena kenaikan harga-
inflasi dari luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada
perdagangan luar.
Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena
teori kuantitas
pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar.
Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi
apabila jumlah permintaan efektif dari semua golongan pada tingkat harga
harga- harga karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.
memperoleh dana yang lebih besar, baik dari golongan pemerintah melalui
pencetakan uang baru, para pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau
pekerja melalui kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan
masyarakat melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga
yang berlaku.
gradual
dalam jangka waktu yang panjang. Teori ini memberi tekanan pada
proses tertsebut pada umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain
adalah ketegaran di mana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding
memburuk dan supply barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan
Pendapatan dalam ilmu ekonomi teoritis adalah hasil yang diterima, baik
faktor
produksi yang dimiliki kepada sektor produksi. Selain itu pendapatan adalah
seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada
2). Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang tidak bisa
sebagai sumber penghasilan dari berbagai macam jenis profesi. Pada umumnya
barang
tersebut merupakan barang superior atau normal, ini seperti efek selera dan efek
banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Begitu sebaliknya pada kasus
sektor moneter adalah permohonan modal usaha dan investasi akhirnya semakin
(Winardi, 2001).
tingkat hidup dalam satuan rupiah, yang dapat dinikmati seorang individu atau
bervariasi.
3). Kecakapan dan Keahlian
Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan
penghasilan.
4). Motivasi
besar pula penghasilan yang diperoleh. Selain itu juga lokasi bekerja yang
dekat dengan tempat tinggal dan kota, akan membuat seseorang lebih
besar kecilnya modal yang dipergunakan. Suatu usaha yang besar akan dapat
diperoleh.
terhadap
minat masyarakat untuk menjadi nasabah perbankan dan berinvestasi salah
kredit biasanya digunakan oleh nasabah untuk membiayai usaha ataupun untuk
dimiliki oleh nasabah lembaga perbankan akan memudahkan pihak bank untuk
tersebut. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh nasabah suatu bank
maka, kecenderungan untuk menambah porsi kredit serta dana yang disimpan
Matesih hal tersebut berdampak pada strategi pemberian kredit yang dilakukan
dapat berjalan dengan optimal. Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh
ketatnya
persaiangan usaha di dunia perbankan mengharuskan masing-masing bank
keuangan tidak hanya terjadi antar bank namun datang dari lembaga keuangan
lainnya seperti Koprasi, Finance, Pegadaian dan khususnya di Provinsi Bali ada
yang disebut LPD yaitu lembaga perkreditan yang dimiliki oleh masing-masing
inovatif.
persaiangan usaha antar bank tersebut atau antar lembaga keuangan lainnya.
Semakin baik pelayanan dan produk-produk yang ditawarkan oleh suatu bank,
pemberian kredit efektif untuk menarik minat nasabah, sehingga nasabah untuk
bekerjasama dengan bank tersebut akan semakin meningkat. Hal ini akan diikuti
oleh jumlah volume kredit yang disalurkan juga akan semakin meningkat.
Sebaliknya jika produk-produk dan pelayanan yang ditawarkan oleh suatu bank
material.
operasional sehari-hari. Bahwasanya lokasi yang paling ideal bagi bank adalah
lokasi yang biaya operasinya paling rendah atau serendah mungkin (Murti
Sumarni, 2002). Lokasi yang salah akan menyebabkan biaya operasional bank
tinggi, sebagai akibatnya bank tersebut tidak akan mampu bersaing dan
mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu lokasi yang tepat merupakan tuntutan
yang multak harus di penuhi setiap bank (Basu Swastha, 2007). Menurut Sriyadi
(2005), lokasi lebih tegas berarti tempat secara fisik, sedangkan menurut
Lokasi sangat penting dalam dunia usaha karena lokasi menentukan tempat
(1). Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau
(2). Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi
Secara relevan bank perlu menentukan lokasi dimana bank itu akan
Lokasi dalam hal ini juga menyangkut kemampuan pihak bank dalam
didaerahnya agar strategi dalam pemberian kredit dapat berjalan dengan efektif.
Lokasi yang strategis akan berdampak positif pada pertumbuhan kredit serta
langsung oleh masyarakat yang berada di daerah sekitar tempat bank tersebut
beroperasi.
Lokasi dalam hal ini tidak hanya mengenai lokasi bank secara
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi keadaan alam dan geografis daerah
yang lebih efektif dan tepat sasaran dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Menurut Haryati
(2009) tekanan inflasi yang cukup kuat mendorong Bank Indonesia melakukan
perbankan akan
mengalami perlambatan dalam hal penyaluran kredit. Peristiwa tersebut juga
sesuatu yang non produktif dari pada harus berinvestasi di bank. Konsekuensinya
dana dari masyarakat yang dapat dihimpun oleh pihak perbankan akan
mengurangi porsi kredit yang mampu disalurkan serta strategi dalam hal
bahwa Inflasi yang merupakan bagian dari faktor eksternal bank, akan
cenderung mengurangi simpanan (saving) dan akhirnya aset perbankan secara riil
menjadi menurun yang dapat diukur dari LDR. Dampaknya adalah menurunnya
kredit porsinya juga akan meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh Novianti
faktor (suku bunga, inflasi dan jumlah pendapatan nasabah mempunyai pengaruh
signifikan terhadap permintaan kredit secara simultan. Secara parsial SBK dan
akan memudahkan strategi bank dalam hal pemberian kredit, sehingga strategi
yang diterapkan dapat berjalan optimal. Selanjutnya kondisi tersebut juga akan
berpengaruh terhadap baik tidaknya LDR dari suatu bank. Dengan dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung pada BPR di Kabupaten Badung.
Indikator ketiga yang membentuk variabel faktor eksternal adalah
kegiatan usaha yang dilakukan dapat berjalan optimal. Faktor persaingan usaha
merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha
usaha yang sehat dan kompetitif akan menciptakan suasana yang nyaman dan
usaha dapat
memberikan pengaruh positif bagi perbankan dalam menjalankan peran
lokasi. Menurut Kasmir (2004) lokasi bank tidak bisa ditentukan sembarangan
masyarakat. Lokasi dalam hal ini tidak hanya lokasi fisik melainkan sejauh mana
pihak bank mampu menyesuaikan diri dengan kondisi geografis dan keadaan
alam sekitar. Semakin strategis lokasi suatu bank akan mempermudah dalam
strategis akan mempermudah strategi dalam hal pemberian kredit kepada nasabah
yang diikuti dengan meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan. Berarti bahwa
kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan. Menurut Adlani (2010) penentuan
lokasi suatu bank merupakan kebijakan yang sangat penting, bank yang berada di
produk yang ditawarkan oleh pihak perbankan dan strategi yang dilakukan
perbankan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Fajryah (2013) yang
menyatakan bahwa lokasi memiliki pengaruh yang positif terhadap LDR melalui
strategi pemberian kredit perbankan. Dari uraian tersebut dan dengan dukungan
pengaruh yang positif terhadap strategi pemberian kredit dan berdampak pada
faktor eksternal BPR yang terdiri dari inflasi, pendapatan nasabah, persaingan
usaha dan lokasi diduga faktor eksternal bank berpengaruh positif terhadap
strategi pemberian kredit yang berarti bahwa semakin baik kondisi eksternal
BPR di Kabupaten Badung strategi pemberian kredit juga akan dapat berjalan
usaha, serta lokasi tempat operasional suatu bank dalam melakukan usaha, dapat
yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Kredit dan Dampaknya
strategi pemberian kredit. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Artini (2015)
penelitian sebelumnya. Yang menjadi nilai tambah dalam penelitian ini adalah
rasio dan likert. Masing- masing indikatornya juga merupakan representasi dari
52
BPR, sehingga nantinya hasil yang didapat akan lebih akurat dan mampu
menggambarkan kondisi BPR yang ada di Kabupaten Badung secara lebih nyata.
Pola hubungan yang digunakan juga menguji pengaruh secara langsung maupun
dalam penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chandra
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah dari sisi lokasi
variabel. Dalam hubungan pengaruh yang diuji pada penelitian tersebut sebatas
yang relevan. Pada penelitian tersebut variabel yang menjadi tujuan akhir adalah
penelitian oleh Artini (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Internal
dan Eksternal Terhadap Jumlah Kredit dan Dampaknya Terhadap NPL pada LPD
kondisi internal LPD, kondisi calon debitur, kondisi eksternal yang berpengaruh
pada penelitian tersebut juga hanya sebatas hubungan secara langsung saja,
berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan pola hubungan secara langsung
maupun tidak langsung. Variabel yang digunakan pada penelitian tersebut tidak
semunya menggunakan variabel laten, namun pada penelitian ini variabel yang
juga terletak pada objek penelitiannya, pada penelitian tersebut yang digunakan
sebagai objek adalah LPD di Kabupaten Gianyar, sedangkan pada penelitian ini
juga berbeda disesuaikan dengan objek penelitiannya yaitu dalam penelitian ini
adalah BPR. Teknik anaslisis data yang digunakan pada penelitian tersebut
yang tidak membutuhkan banyak asumsi dan jumlah sampel yang besar.
Dari hasil
pengujiannya seluruh variabel pada penelitian tersebut berpengaruh
Upaya Dalam Meminimalkan Nilai NPL Studi Kasus pada Bank-Bank yang
terdiri dari faktor internal, faktor eksternal, strategi pemberian kredit dan NPL.
Pola hubungannya juga hanya menguji pengaruh secara langsung saja. Faktor
purposive sampling dan teknik analisis data yang digunakan adalah SEM.
pada penelitian ini variabel yang digunukan merupakan variabel laten secara
Simpan
Pinjam Studi pada PT. Bank Danamon Terbuka Wilayah Jawa Tengah dan
dan kinerja. Pola hubungan yang digunakan juga menguji pengaruh secara
Penelitian tersebut hanya dilakukan di satu objek bank sehingga hasil yang
terdahulu. Penelitian penelitian lain yang mendukung dan tidak tercantum pada
pembahasan pada bab bab dalam penelitian ini. Hal tersebut dilakukan agar
tidak terkonsentrasi pada satu sub bab saja sehingga terlihat menjadi kaku.
sub bab dalam penelitian ini menjadikan pernyataan dan argumentasi yang