Anda di halaman 1dari 9

6.

PENGEREMAN PADA MOTOR

Pengereman Dinamis
Pengereman tipe ini dilakukan dengan cara memutus rangkaian jangkar dari sumber tegangan dan
menyambungkan ke suatu tahanan, sehingga tegangan listrik yang dihasilkan diubah menjadi energi panas
oleh tahanan tersebut. Dengan adanya tahanan yang dipasang pada bagian terminal, maka putaran jangkar
menurun dengan cepat. Dalam hal ini Motor Shunt akan bekerja sebagai generator listrik dengan penguatan
terpisah. Pengereman ini sangat baik digunakan pada sistem pengereman untuk waktu yang sangat singkat
karena motor dapat berhenti dengan cepat.

Er
Besar arus yang mengalir pada waktu pengereman : Ia rem =
Ra+ Rp
Ra : tahanan jangkar ; Rp : tahanan pengereman ; Er : besar ggl saat pengereman

Ia rem Ia rem
Besar torsi pengereman : T rem = Er x = Ea x
ɷr ɷa
ɷr = kec sudut saat pengereman ; ɷa = kec sudut sebelum pengereman ; Ea = besar ggl sebelum
pengereman

Pengereman Plugging
Pengereman plugging yaitu pengereman dengan cara mengubah arah putaran motor sehingga putaran
motor akan berhenti.

Cara mengubah arah putaran ada dua yaitu dengan cara :


a. Mengubah beban sehingga motor berputar ke arah berlawanan / membalik arah arus medan (If)
Pada kondisi saat motor berjalan atau beroperasi arus mengalir pada kumparan medan serta melalui
kumparan jangkar. Kemudian ketika dilakukan pengereman, arus yang mengalir pada kumparan medan
akan berbalik arah sedangkan arus yang mengalir pada kumparan jangkar arahnya akan tetap. Hal ini
menyebabkan timbunya torsi yang baru yang berlawanan arah dengan torsi mula-mula sehingga
mengurangi kecepatan motor sampai akhirnya berhenti. Setelah kecepatan motor mencapai nol atau sudah
berhenti maka sumber tegangan dilepas untuk menghindari motor berputar pada arah yang berlawanan.
Pada saat pengereman dilakukan rangkaian tehubung dengan tahanan pengereman yang berfungsi untuk
menjaga agar arus yang mengalir pada kumparan jangkar tidak terlalu besar.
b. Mengubah arah arus jangkar (Ia) yang akan membalik arah putaran motor
Pada kondisi saat motor berjalan atau beroperasi arus mengalir pada kumparan medan serta melalui
kumparan jangkar. Kemudian ketika dilakukan pengereman, arus yang mengalir pada kumparan medan
akan tetap sedangkan arus yang mengalir pada kumparan jangkar arahnya akan berubah. Hal ini
menyebabkan timbunya torsi yang baru yang berlawanan arah dengan torsi mula-mula sehingga
mengurangi kecepatan motor sampai akhirnya berhenti. Setelah kecepatan motor mencapai nol atau sudah
berhenti maka sumber tegangan dilepas untuk menghindari motor berputar pada arah yang berlawanan.
Vt + Er
Besar arus yang mengalir pada waktu pengereman : Ia rem =
Ra+ Rp

Pengereman Regeneratif
Ketika saklar pemutus dihidupkan, maka arus mengalir dari jangkar, melewati skalar dan kembali ke
jangkar. Ketika sakalar pemutus dimatikan, maka energi yang tersimpan pada induktor jangkar akan
mengalir melewati dioda, baterai dengan tegangan Vt dan kembali ke jangkar. Pada saat daya
dikembalikan, kecepatan menurun.

7. RUGI-RUGI
Rugi – Rugi Tembaga (Pt)
Rugi tembaga terjadi karena adanya resistansi dalam belitan jangkar dan belitan medan magnet. Rugi
tembaga akan diubah menjadi panas dalam kawat jangkar maupun kawat penguat magnet. Timbul
dikarenakan nilai tahanan yang ada pada lilitan tembaga. Desain motor DC dilengkapi dengan kipas rotor
tujuannya untuk menghembuskan udara luar masuk ke dalam jangkar dan mendinginkan panas yang terjadi
akibat rugi-rugi tembaga.
Rugi tembaga dari belitan dibagi atas:
1. Rugi tembaga terjadi pada jangkar
Adalah rugi yang disebabkan oleh kumparan jangkar yang dilewati oleh arus listrik yang menyebabkan
terjadinya elektromagnetik, rugi ini equivalen dengan nilai dari tahanan jangkar dari motor DC. Nilai dari
rugi tembaga pada jangkar benilai 30 % dari total rugi yang terdapat pada motor DC.
Ia2 · Ra (Watt)
2. Rugi tembaga pada medan
Adalah rugi pada motor DC yang diakibatkan oleh adanya arus yang melalu lilitan tembaga pada medan,
nilai dari rugi ini sebanding dengan nilai tahanan yang terdapat pada kumparan medan dari motor. Nilai
dari rugi tembaga pada medan adalah konstan atau tetap untuk motor DC shunt pada umumnya pada motor
DC jenis shunt rugi tembaga pada medan di sebut sebagai rugi konstan atau constant losses (Wc)
Terdiri dari:
Ish 2 · Rsh (Watt) → Motor Shunt/ Motor Kompound
Is2 · Rs (Watt) → Motor Seri/ Motor Kompound
3. Rugi tahanan sikat
Rugi tahanan sikat arang adalah rugi yang di akibatkan oleh arus yang melewati sikat arang ke komutator.
Nilai dari rugi sikat arang ini sudah termasuk kedalam rugi tembaga pada jangkar.

Rugi-Rugi Besi
Ketika inti besi pada kumparan jangkar berputar melalui medan magnet dari kumparan medan, beberapa
rugi terjadi pada inti besi yang di sebut dengan rugi besi. Ketika inti dari jangkar yang terbuat dari besi
melewati medan magnet, arus juga akan terinduksi ke besi itu sendiri.
1. Rugi Histerisis
Diakibatkan oleh berbaliknya magnetisasi pada inti besi pada kumparan atau jangkar. Ketika intibesi dari
armatur memotong medan magnet, inti besi mengalami satu putaran magnetisasi yang berbalik. Sebagian
dari armatur berada di awah dari kutub selatan pada magnet, setelah melalui setengah putaran, bagian yang
sama berada dibawah kutub utara dari magnet, dan arah dari magnet berubah ketika berbaliknya arah dari
fluks magnet pada inti besi. Proses berbaliknya arah medan magnet pad armature ini mengkonsumsi
sejumlah energi yang disebut dengan rugi histerisis. Besi dengan koefisien histerisis yang kecil digunakan
untuk mereduksi dari jumlah rugi histerisis yang terjadi.
Ph =  . Bmax . x . f · V
η = koefisien histerisis ; Bmax = rapat fluks maksimum (Wb/m2 )
F = Frekuensi (Hz) ; V = Volume inti (m3 ) ; nilai x = antara 1,6 s/d 2
2. Arus Pusar (Eddy Current)
Berdasarkan pada hukum Faraday tentang induksi electromagnet., ketika sebuah inti besi berputar
melewati suatu medan magnet, maka ggl juga terinduksi kedalam inti besi. Begitu pula, ketika jangkar
berputar dalam medan magnet maka perpotongan fluks yang terjadi akan menyebabkan ggl, walaupun gaya
gerak listrik yang terjadi dalam jumlah yang kecil tetap akan menyebabkan adanya arus pada inti besi
dikarenakan konduktifitas dari besi. Arus yang mengalir ke inti besi ini tidak beguna bagi mesin itu sendiri
baik motor DC maupun generator DC. Rugi ini dinamakan dengan rugi eddy current. Rugi ini nilainya
hampir konstan untuk mesin DC. Inti pada stator dan inti pada jangkar motor terdiri dari tumpukan pelat
tipis dari bahan ferro magnetis.
Pe = Ke. Bmax 2 . f 2. V. t 2
t = Ketebalan dari inti magnit (m)
3. Rugi – rugi mekanis (gesekan dan angin)
Rugi ini disebabkan oleh adanya gesekan pada komponen yang bergerak seperti bearing, sikat arang,
komutator Dll. Selain rugi yang disebabkan oleh adanya gesekan pada rugi mekanis juga terdapat rugi yang
disebabkan oleh adanya udara pada lilitan tembaga, rugi dinamakan dengan windage losses.

8. EFISIENSI
Pm
1. Efisiensi Mekanik = x 100% Pin = Vt .IL ; Po = Ts . 2 . n
Pa
Pa Po
2. Efisiensi Elektrik = x 100% Pa = Ea.Ia ; Ts = 9,55
Pa+∑ Rugi cu+ sikat N
Pm Po
3. Efisiensi Ekonomi = x 100% Ts = Torsi sumbu (N,m) ; Pm =
Pin 735,5
m = Kecepatan putar rotor (rpd)

Dimana: Pa = daya output (watt) ; N = rpm; Ts = Nm

9. SUTET
 Menjadi sumber penyakit karena tingkat radiasinya yang tinggi.
 Memiliki risiko kerusakan material bangunan yang bisa berdampak buruk pada bangunan-bangunan
di sekitarnya. Sebagai contohnya, apabila ada korsleting yang terjadi pada sutet, sangat mungkin
dampak korsleting ini juga menyasar pada bangunan yang berada di sekitarnya sehingga bisa memicu
terjadinya kebakaran.
 Rentan kena petir

10. SALURAN
1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV – 500 KV
• Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
• Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga
diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
• Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi,
memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya
membutuhkan biaya yang besar.
• Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak
pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan
SUTET, Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan ganti
rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
• Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km.

2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV


• Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.
• Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa
dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai
saluran kembali.
• Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari
dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
• Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km.
• Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar, sehingga tegangan
diujung transmisi menjadi rendah.
• Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection
system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di
Indonesia.

3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV


SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa pertimbangan
• Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk
tapak tower.
• Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan
banyak gedung-gedung tinggi.
• Pertimbangan keamanan dan estetika.
• Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Jenis kabel yang digunakan:
• Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE).
• Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated).

Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:


• Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
• Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
• Pertimbangan fabrikasi.
• Pertimbangan pemasangan di lapangan.

Kelemahan SKTT:
• Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
• Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus
melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM,
Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.

Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain dan pesanan khusus,
misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi
150 KV, yaitu:
• Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).
• Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).

Beberapa hal yang perlu diketahui:


• Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
• Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa – Sumatera.
• Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas
Jembatan Suramadu.

4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV


• Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Namun secara berangsur-
angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hamper semuanya menggunakan tegangan operasi
20 KV.
• Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yang menghubungkan
dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan
(Pelanggan/ Konsumen).
• Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang)
antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena
relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif.
• Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas atau keuangan, kondisi
geografis dan lain-lain) transmisi SUTM di Indonesia melebihi kondisi ideal di atas.

5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV


Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTM. Perbedaan
mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.

Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah:


• Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
• Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman padat.
• Pertimbangan segi estetika.

Beberapa hal yang perlu diketahui:


• Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga kabel yang jauh lebih mahal
dibanding penghantar udara dan dalam pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi
dengan banyak pihak.
• Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan masalah, khususnya
terjadinya kemacetan lalu lintas.
• Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan memerlukan waktu yang
lebih lama jika dibandingkan SUTM.
• Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di wilayah PT. PLN (Persero)
Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt,
yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi
transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:


• Susut tegangan yang disyaratkan.
• Luas penghantar jaringan.
• Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
• Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
• susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter. Saat
ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC).

7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT – 1000 VOLT


Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan transmisi SUTR. Perbedaan
mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi
jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.

Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:


• Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena menggunakan transmisi SKTM.
• Faktor estetika.

Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah
kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika.
Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
• Biaya investasi mahal.
• Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
• Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama untuk perbaikannya.

Anda mungkin juga menyukai