Anda di halaman 1dari 11

TEORI HEMODIALISA TERBARU

KONSEP DASAR HEMODIALISA


A. Pengertian
Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi
permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses
difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut.
Pada dialisis, molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara
mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih
encer (konsentrasi solut lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran semipermeabel dengan
cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekakan eksternal pada membran).
Membran semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-pori terbuat dari selulosa atau bahan
sintetik. Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah
seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas
melalui membran, tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar
untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut
gradien konsentrasi.
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan
memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien
dengan penyakit ginjal stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi
permanen.
Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan glomerolus serta tubulus renal dan
bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya.

Sistem ginjal buatan:


a.       Membuang produk metabolisme.
b.      Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara darah dan bagian
cairan.
c.       Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.
d.      Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
mengeluarkan air yang berlebih. Pada hemodilisa, aliran darah yang penuh dengan toksin dan
limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiter tempat darah tersebut dibersihkan dan
kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien.

CAPD (Continuius Ambulatory Peritoneal Dialysis)


Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum. Selaput ini memiliki area permukaan
yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring
melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang
menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu
sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut,
kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
B. Indikasi
MEDIKAL (Penyakit dalam)
a.       ARF- pre renal/renal/post renal, apabila pengobatan konvensional gagal mempertahankan RFT
normal.
b.      CRF, ketika pengobatan konvensional tidak cukup
c.       Snake bite
d.      Keracunan
e.       Malaria falciparum fulminant
f.       Leptospirosis
GINEKOLOGI
a.       APH
b.      PPH
c.       Septic abortion
Indikator biokimiawi yang memerlukan tindakan hemodialisa
a.       Peningkatan BUN > 20-30 mg%/hari
b.      Serum kreatinin > 2 mg%/hari
c.       Hiperkalemia
d.      Overload cairan yang parah
e.       Odem pulmo akut yang tidak berespon dengan terapi medis

Pada CRF:
1. BUN > 200 mg%
2. Creatinin > 8 mg%
3. Hiperkalemia
4. Asidosis metabolik yang parah
5. Uremic encepalopati
6. Overload cairan
7. Hb: < 8 gr% – 9 gr% siap-siap tranfusi

C.    PERALATAN
1.      Dialiser atau Ginjal Buatan
Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang memisahkan kompartemen darah dan
dialisat. Dialiser bervariasi dalam ukuran, struktur fisik dan tipe membran yang digunakan untuk
membentuk kompartemen darah. Semua factor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang
mengacu pada kemampuannya untuk membuang air (ultrafiltrasi) dan produk-produk sisa
(klirens).
2.      Dialisat atau Cairan dialysis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal. Dialisat ini dibuat dalam system bersih dengan air keran dan bahan kimia disaring.
Bukan merupakan system yang steril, karena bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan
potensial terjadinya infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat
menyebabkan reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeable yang besar, air untuk
dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat biasanya disediakan oleh pabrik
komersial. Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, namun dapat dibuat variasinya
untuk memenuhi kebutuhan pasien tertentu.
3.      Sistem Pemberian Dialisat
Unit pemberian tunggal memberikan dialisat untuk satu pasien: system pemberian
multiple dapat memasok sedikitnya untuk 20 unit pasien. Pada kedua system, suatu alat
pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol
rasio konsentrat-air.

4.      Asesori Peralatan


Piranti keras yang digunakan pada kebanyakan system dialysis meliputi pompa darah,
pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk pendeteksi suhu tubuh bila terjadi
ketidakamanan, konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udaara, dan kebocoran darah.
5.      Komponen manusia
6.      Pengkajian dan penatalaksanaan

D.    PROSEDUR HEMODIALISA


Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan
peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasi dicapai
melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter
hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau 16) dibutuhkan untuk
mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena
subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka dalam kondisi aseptic sesuai dengan
kebijakan institusi.
                                                                             

 Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa darah. Bagian
dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk
membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan
dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum “arterial” diletakkan paling dekat dengan
anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan
normal salin yang di klep selalu disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah.
Pada kejadian hipotensi, darah yang  mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal
salin yang diklem dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus  untuk memperbaiki
tekanan darah. Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit  pada
keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah. Infus heparin dapat
diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung peralatan yang digunakan.
Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke dalam
kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang
meninggalkan dialiser melewati detector udara dan foam yang mengklem dan menghentikan
pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan
diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk diingat, bagaimanapun
bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang
diperintahkan.
Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau selang postdialiser.
Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri dengan mengklem darah dari pasien,
membuka selang aliran normal salin, dan membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien.
Selang dan dialiser dibuang kedalam perangkat akut, meskipun program dialisis kronik sering
membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialysis karena
pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib untuk digunakan
oleh perawat yang melakukan hemodialisis.
E. Pedoman Pelaksanaan Hemodialisa
1.      Perawatan sebelum hemodialisa
a)      Sambungkan selang air dengan mesin hemodialisa
b)      Kran air dibuka
c)      Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk kelubang atau saluran
pembuangan
d)     Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak
e)      Hidupkan mesin
f)       Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit
g)      Matikan mesin hemodialisis
h)      Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat
i)        Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialisis
j)        Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap)

A.Menyiapkan sirkulasi darah


1.      Bukalah alat-alat dialysis dari set nya
2.      Tempatkan dializer pada tempatnya dan posisi “inset” (tanda merah) diatas dan posisi “outset”
(tanda biru) di bawah.
3.      Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung “inset”dari dializer.
4.      Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung “out set” dari dializer dan tempatkan buble tap di
holder dengan posisi tengah..
5.      Set infus ke botol NaCl 0,9% – 500 cc
6.      Hubungkan set infus ke slang arteri
7.      Bukalah klem NaCl 0,9%, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu diklem.
8.      Memutarkan letak dializer dengan posisi  “inset” di bawah dan “out set” di atas, tujuannya agar
dializer bebas dari udara.
9.      Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin
10.  Buka klem dari infus set ABL, VBL
11.  Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/menit, kemudian naikkan secara
bertahap sampai dengan 200 ml/menit.
12.  Isi bable-trap dengan NaCl 0,9% sampai ¾ cairan
13.  Berikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk mengalirkan udara dari dalam dializer,
dilakukan sampai dengan dializer bebas udara (tekanan lebih dari 200 mmHg).
14.  Lakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada
botol (kalf) sisanya ditampung pada gelas ukur.
15.  Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru
16.  Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor.
17.  Hidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dializer baru 15-20 menit untuk dializer reuse
dengan aliran 200-250 ml/menit.
18.  Kembalikan posisi dializer ke posisi semula di mana “inlet” di atas dan “outlet” di bawah.
19.  Hubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit, siap untuk dihubungkan
dengan pasien )soaking.

B.Persiapan pasien
a)      Menimbang berat badan
b)      Mengatur posisi pasien
c)      Observasi keadaan umum
d)     Observasi tanda-tanda vital
e)      Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya mempergunakan salah
satu jalan darah/blood akses seperti di bawah ini:
                                             i.      Dengan interval A-V shunt / fistula simino
                                           ii.      Dengan external A-V shunt / schungula
                                         iii.      Tanpa 1 – 2 (vena pulmonalis)

F. Intrepretasi Hasil
Hasil dari tindakan dialysis harus diintrepretasikan dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang
dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil segera setelah dialysis dapat
menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan
berlangsung terus menerus setelah dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam sel ke plasma.

G. Komplikasi
1.      Ketidakseimbangan cairan
a.       Hipervolemia
b.      Ultrafiltrasi
c.       Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
d.      Hipovolemia
e.       Hipotensi
f.       Hipertensi
g.      Sindrom disequilibrium dialysis

2.      Ketidakseimbangan Elektrolit
a.       Natrium serum
b.      Kalium
c.       Bikarbonat
d.      Kalsium
e.       Fosfor
f.       Magnesium
3.      Infeksi
4.      Perdarahan dan Heparinisasi
5.      Troubleshooting
a.       Masalah-masalah peralatan
b.       Aliran dialisat
c.       Konsentrat Dialisat
d.      Suhu
e.       Aliran Darah
f.       Kebocoran Darah
g.      Emboli Udara

6.      Akses ke sirkulasi
a.       Fistula Arteriovenosa
b.      Ototandur
c.       Tandur Sintetik
d.      Kateter Vena Sentral Berlumen Ganda

PERAWATAN SEBELUM HEMODIALISIS (PRA HD)


a.       Persiapan mesin
         Listrik
         Air (sudah melalui pengolahan)
         Saluran pembuangan
         Dialisat (proportioning sistim, batch sistim)
b.      Persiapan peralatan + obat-obatan
         Dialyzer/ Ginjal buatan (GB)
         AV Blood line
         AV fistula/abocath
         Infuse set\
         Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
         Heparin inj
         Xylocain (anestesi local)
         NaCl 0,90 %
         Kain kasa/ Gaas steril
         Duk steril
         Sarung tangan steril
         Bak kecil steril
         Mangkuk kecil steril
         Klem
         Plester
         Desinfektan (alcohol + bethadine)
         Gelas ukur (mat kan)
         Timbangan BB
         Formulir hemodialisis
         Sirkulasi darah
         Cuci tangan
c.       Letakkan GB pada holder, dengan posisi merah diatas
d.      Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah
e.       Hubungkan ujung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL dihubungkan dengan alat
penampung/ mat-kan
f.       Letakkan posisi GB terbalik, yaitu yang tanda merah dibawah, biru diatas
g.      Gantungkan NaCl 0,9 % (2-3 kolf)
h.      Pasang infus set pada kolf NaCl
i.        Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat khusus
j.        Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, (untuk hubungan tekanan arteri, tekanan
vena, pemberian obat-obatan)
k.      Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set
 100 ml/mJalankan Qb dengan kecepatan
l.        Udara yang ada dalam GB harus hilang (sampai bebeas udara) dengan cara menekan-nekan
VBL  Air trap/Bubble trap diisi 2/3-3/4 bagian
Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan
m.    Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung VBL, klem tetap dilepas
n.      Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U
o.      Ganti kolf NaCl dengan yang baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus dibuka
p.      Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan GB) selama 10-15 menit sebelu
dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)

Cttn:
PERSIAPAN SIRKULASI

a.       Rinsing/Membilas GB + VBL + ABL


b.      Priming/ mengisi GB + VBL + ABL
c.       Soaking/ melembabkan GB.
d.      Volume priming : darah yang berada dalam sirkulasi (ABL + GB + VBL )

Cara menghitung volume priming :


Σ NaCl yang dipakai membilas dikurangi jumlah NaCl yang ada didalam mat kan (gelas
tampung/ ukur)

Contoh :
∑ NaCl yang dipakai membilas : 1000 cc
∑ NaCl yang ada didalam mat kan : 750 cc
Jadi volume priming : 1000 cc – 750 cc = 250 cc

Cara melembabkan (soaking) GB


Yaitu dengan menghubungkan GB dengan sirkulasi dialisat
Bila mempergunakan dialyzer reuse / pemakaian GB ulang :
Buang formalin dari kompartemen darah dan kompartemen dialisat
Hubungkan dialyzer dengan selang dialisat
 15 menit pada posisi rinseBiarkan 
Test formalin dengan tablet clinitest :
Tampung cairan yang keluar dari dialyzer atau drain
 10 tts (1/2 cc), masukkan ke dalam tabung gelas, masukkanAmbil cairan  1 tablet clinitest ke
dalam tabung gelas yang sudah berisi cairan

Lihat reaksi :
Warna biru : – / negatif
Warna hijau : + / positif
Warna kuning : + / positif
Warna coklat : +/ positif

Selanjutnya mengisi GB sesuai dengan cara mengisi GB baru


Persiapan pasien
1. Persiapan mental
2. Izin hemodialisis
3. Persiapan fisik :Timbang BB, Posisi, Observasi KU (ukur TTV
PERAWATAN SELAMA HEMODIALISIS (INTRA HD)
Pasien

a.       Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino
b.      Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan
Teknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
c.       Anestesi local (lidocain inj, procain inj)
Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa
steril
d.      Berikan bolus heparin inj (dosis awal)
Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa steril
Den
gan eksternal A-V shunt (Schibner)
Desinfektan
Klem kanula arteri & vena
Bolus heparin inj (dosis awal)
Tanpa 1 & 2 (femora dll)
Desinfektan
Anestesi local
Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang besar, biasanya di lengan).
Bolus heparin inj (dosis awal)
Fiksasi, tutup kassa steril
Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)
Raba arteri femoralis
Tekan arteri femoralis
 0,5 – 1 cm ke arah medialVena femoralis 
Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)
Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit
Fiksasi
Tutup dengan kassa steril

Memulai hemodialisis:
a.        Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
b.      Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
c.       Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, sampai sirkulasi darah terisi darah
semua.4.Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
d.      Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
e.       Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
f.       cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan sesuai
kebutuhan)     .
g.      Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai 300
ml/m (dilihat dari keadaan pasien)
h.      Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan air/ blood
leak detector
i.        Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan NaCl
j.        Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur TD, N,
lebih sering.
k.      Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming yang
masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.

CATATAN !!!!

1.      Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi kembalikan ke posisi
sebenarnya.
2.      Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus diamankan lebih
dulu
3.      Semua sambungan dikencangkan
4.      Tempat-tempat punksi harus harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi perdarahan dari
tempat punksi.
Mesin

  Memprogram mesin hemodialisis :


1.Qb : 200 – 300 ml/m
2.Qd : 300 – 500 ml/m
3.Temperatur : 36-400C
4.TMP. UFR
5.Heparinisasi

  Tekanan (+) /venous pressure


Trans Membran Pressure / TMP Tekanan (-) / dialysate pressure

  Tekanan (+) + tekanan (-)


Tekanan / pressure :
Arterial pressure / tekanan arteri : banyaknya darah yang keluar dari tubuh
Venous pressure / tekanan vena : lancar/ tidak darah yang masuk ke dalam.
Heparinisasi
Dosis heparin :
Dosis awal : 25 – 50 U/kg BB
Dosis selanjutnya (maintenance) = 500 – 1000 U/kg BB

Cara memberikan
Kontinus
Intermiten (biasa diberikan tiap 1 jam sampai 1 jam terakhir sebelum HD selesai)
Heparinisasi umum
Kontinus :
Dosis awal : ……. U
Dosis selanjutnya : …… U
Intermitten :
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ……. U
Heparinisasi regional
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ….. U
Protamin : …. U
Heparin : protamin = 100 U : 1 mg
Heparin & protamin dilarutkan dengan NaCl.
Heparin diberikan/ dipasang pada selang sebelum dializer.
Protamin diberikan/ dipasang pada selang sebelum masuk ke tubuh/ VBL.
Heparinisasi minimal

Syarat-syarat :
Dialyzer khusus (kalau ada).
Qb tinggi (250 – 300 ml/m)
Dosis heparin : 500 U (pada sirkulasi darah).
Bilas dengan NaCl setiap : ½ – 1 jam
Banyaknya NaCl yang masuk harus dihitung
Jumlahnya NaCl yang masuk harus dikeluarkan dari tubuh, bisa dimasukkan ke dalam program
ultrafiltrasi

CATATAN
Dosis awal : diberikan pada waktu punksi : sirkulasi sistem
Dosis selanjutnya: diberikan dengan sirkulasi (maintenance) ekstra korporeal.

PENGAMATAN OBSERVASI, MONITOR SELAMA HEMODIALISA

PASIEN
KU pasien
TTV
Perdarahan
Tempat punksi inlet, outlet
Keluhan/ komplikasi hemodialisis

MESIN & PERALATAN


Qb
Qd
Temperature
Koduktiviti
Pressure/ tekanan : arterial, venous, dialysate, UFR
Air leak & Blood leak
Heparinisasi
Sirkulasi ekstra corporeal
Sambungan-sambungan

CATATAN :
Obat menaikkan TD ( tu. pend hipotensi berat) : Efedrin 1 ampul + 10 cc aquadest kmd disuntik
2 ml/IV

PERAWATAN SESUDAH HEMODIALISIS (POST HD)


Mengakhiri HD

Persiapan alat :
Kain kasa/ gaas steril
Plester
Verband gulung
Alkohol/ bethadine
Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)
Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral
Cara bekerja

a.       5 menit sebelum hemodialisis berakhir


Qb diturunkan sekitar 100cc/m
UFR = 0
b.      Ukur TD, nadi
c.       Blood pump stop
d.      Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas punksi inlet ditekan dengan kassa steril yang
diberi betadine.
e.       Hubungkan ujung abl dengan infus set
 50 – 100 cc) 100 ml/m (NaCl masuk : 6.Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do
dorong dengan nacl sambil qb dijalankan
f.       Setelah darah masuk ke tubuh Blood pump stop, ujun VBL diklem.
g.      Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril yang diberi
bethadine
h.      Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outletdengan
antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang verband.
i.        Ukur TTV : TD. N, S, P
j.        Timbang BB (kalau memungkinkan)
k.      Isi formulir hemodialisis

CATATAN :

1.      Cairan pendorong/ pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan , kalau perlu di dorong dengan
udara ( harus hati-hati)
2.      Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3.      Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan bantal
pasir
4.      Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5.      Memakai teknik aseptik dan antiseptik
SCRIBNER

a.       Pakai sarung tangan


b.      Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena harus diklem lebih
dulu
c.       kanula arteri & vena dibilas dengan NaCl yang diberi 2500 U – 300 U heparin inj
d.      Kedua sisi kanula dihubungkan kembali dengan konektor
e.       Lepas klem pada kedua kanula
f.       Fiksasi
g.      Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar, untuk mengetahui ada bekuan atau
tidak.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HEMODIALISIS


Pada pasien yang baru pertama kali hemodialisis, jika kondisi pasien memungkinkan, pasien
diorientasikan pada ruangan paviliun II dan alat-alat yang ada. Selain itu pasien diberikan
penjelasan ringkas tentang prosedur yang akan dijalankan, prinsip hemodialisis, diet,
pembatasan cairan, perawatan cimino, hal-hal yangBOLEH  dan tidak boleh dilakukan selama
hemodialisis dan efek dari hemodialisis.
1.      Pengkajian
Pengkajian Pre HD
e.       Riwayat penyakit, tahap penyakit
f.       Usia
g.      Keseimbangan cairan, elektrolit
h.      Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
i.        Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
j.        Respon terhadap dialysis sebelumnya.
k.      Status emosional
l.        Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
m.    Sirkuit pembuluh darah.
Pengkajian Post HD
 Tekanan darah: hipotensi
 Keluhan: pusing, palpitasi
 Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien yang menjalani hemodialisa


Pre HD
a.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumber informasi
b.       Cemas b.d krisis situasional
Intra HD
a.       Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelemahan proses pengaturan
b.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan kurang kontrol, ketergantungan pada dialysis,
sifat kronis penyakit
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Post HD
a.       Resiko cedera berhubungan dengan akses vaskuler dan komplikasi sekunder terhadap penusukan
b.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah

Pre Hemodialis
Pada pre hemodialisis, kegiatan perawatan meliputi : menghidupkan mesin, meyediakan alat-
alat, memasang alat pada mesin, sirkulasi cairan NaCl pada mesin, mengawasi penimbangan
berat badan pasien, mengukur suhu badan, mengukur tekanan darah dan menghitung denyut
nadi.

Intra Hemodialisa
Pada tahap pemasangan alat dan selama pemasangan, kegiatannya meliputi : desinfeksi
daerah penusukan, pemberian anestesi lokal (kalau perlu), penusukan jarum, pemasukan
heparin (bolus), selanjutnya menyambung jarum pada arteri blood line. Lalu menekan tombol
BFR, membuka klem venous dan arteri blood line, memprogram penurunan berat badan, waktu
pelaksanaan, venous pressure, kecepatan aliran heparin dan UFR. Kemudian menghubungkan
heparin contnous ke sirkulasi, monitoring pernafasan, makan dan minum, pengaturan posisi
tubuh, monitoring alat-alat dan kelancaran sirkulasi darah, mengukur tekanan darah dan
menciptakan suasana ruangan untuk mengisi kegiatan pasien selama hemodialisis
berlangsung.

Post Hemodialisis
Pada tahap penghentian hemodialisis meliputi : penghentian aliran darah, mencabut jarum inlet
dan menekan bekas tusukan sambil menunggu sampai aliran darah pada venous blood line
habis. Langkah selanjutnya adalah mencabut jarum out line dan menekan bekas tusukan,
mengganti gaas bethadine dan fiksasi dengan plester. Setelah penghentian hemodialisis,
dilakukan pengukuran tekanan darah, mengukur suhu, mengawasi penimbangan berat badan,
membereskan alat-alat dan dilanjutkan dengan desinfeksi alat.
Semua kegiatan baik pada tahap pre hemodialisis selama pemasangan dan penghentian
hemodialisis dilakukan oleh perawat kecuali penimbangan berat badan dan minum yang pada
beberapa pasien dilakukan sendiri. Disamping itu beberapa pasien telah dapat melaporkan
pada perawat apabila ada ketidakberesan pada mesin atau akses vaskular, setelah mencoba
mengatasi sendiri.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang dijalankan dalam bentuk lembaran observasi pasien
yang berisi tentang : TTV sebelum atau selama dan sesudah HD, BB sebelum dan sesudah
HD, dosis heparin, program penurunan BB , priming dan keluhan pasien setelah HD.
Pembuatan rencana perawatan pasien sudah berjalan dimana dalam pengkajian meliputi data
fisik dan psikososial. Data psikososial yang dikaji sebatas pada adanya rasa cemas dan bosan.
Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan mengarah kepada pemberian bantuan sepenuhnya. Hal
ini dapat terlihat dari kegiatan :

a.       Pada tahap persiapan


Persiapan alat dan mesin
Selama ini pasien dipersilahkan masuk ke ruangan HD dalam keadaan mesin sudah siap pakai
karena perawat sudah menyiapkannya. Pada saat itu pasien menunggu di ruang tunggu.
Sebenarnya bagi pasien yang memungkinkan bisa dilibatkan sejak awal, dari mulai
menghidupkan mesin, mempersiapkan alat-alat, memasang alat pada mesin sampai mesin
tersebut dipakai.
Menimbang BB
Penimbangan BB bagi pasien yang mampu memang sudah dilakukan sendiri oleh pasien begitu
mereka masuk ruangan. Pasien menyebutkan berapa BBnya dan perawat mencatatnya dalam
lembaran observasi. Dalam hal ini pasien dapat diberi kesempatan untuk mencatat Bbnya
sendiri, namun tetap dalam pengawasan perawat.
Mengukur suhu badan, tekanan darah dan menghitung denyut nadi
Kegiatan-kegiatan ini semuanya masih dilakukan oleh perawat. Sebenarnya dapat mulai
dikenalkan kepada pasien mengenai alat-alat dan cara pengukurannya, mulai dari hal-hal yang
sedrhana tapi dapat menarik minat untuk belajar.
b.      Pada tahap pelaksanaan
c.       Pada tahap penghentian.

Anda mungkin juga menyukai