Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TIDAK MERATANYA PEMBANGUNAN MENJADI FAKTOR PENGHAMBAT


INTEGRASI NASIONAL

Oleh:

1. Lutvia Martilanda 2016051010


2. M. Fauzi Rahmanto 2016051030
3. Junaedi Affendi 2016051032
4. Reggy Dharmawan 2016051038
5. Kiki Fauji 2016051062
6. M. Cheivo Rakhanatha Cherryryan 2056051001
7. Rofifatul Alimah 2056051013
8. Fawwaz Athallah 2056051019
9. Al Dira Fidella Athalani 2056051022

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL dan IILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah
Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak lupa pula sholawat serta salam selalu tetap tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam
jahiliyah ke alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk
umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Aamiin.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang di ampu oleh Bapak Prasetya Nugeraha, M.SI. Makalah ini berjudul
“Tidak Meratanya Pembangunan Menjadi Faktor Penghambat Integrasi Nasional”.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila ada kekeliruan kata atau kalimat,
kami memohon maaf yang sebesar besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii

BAB 1 ........................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

2. Urgensi Permasalahan ................................................................................................................... 2

3. Contoh Integrasi Nasional ............................................................................................................. 3

4. Contoh Disintegrasi Nasional ....................................................................................................... 3

BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5

KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................................. 5

BAB 3 ......................................................................................................................................................... 15

PENUTUP .............................................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia merupakan amanat konstitusi (UUD 1945). Ditegaskan
bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan tersebut
adalah pembangunan nasional yang mencakup semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi,
sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan. Bagi negara berkembang seperti Indonesia,
pembangunan merupakan langkah awal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mencapai pemerataan hasil pembangunan. Pemerintah bekerjasama dengan lembaga sosial
kemasyarakatan dan lembaga pendidikan dalam gerakan reformasi melalui pendidikan, pelatihan
dan pendidikan nonformal, terutama dalam rangka pemerataan pembangunan, pengurangan
angka kemiskinan dan pengangguran serta berupaya memperluas penekanan pada kesempatan
kerja. perkembangan industri, baik industri besar, industri menengah atau kecil atau industri
rumah tangga. Pembangunan industri padat karya di pedesaan bertujuan untuk mengurangi atau
menghentikan arus urbanisasi dari kerusakan perkotaan, karena tenaga kerja dapat diserap oleh
industri di pedesaan, sehingga menjamin pembangunan yang merata dan pengurangan
kemiskinan dan pengangguran sambil juga mencapai pendidikan. dan pendidikan merupakan alat
yang digunakan untuk memungkinkan masyarakat beradaptasi dan mengembangkan
keterampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki sebagai cara untuk memenuhi kualifikasi
pekerjaannya di bidang industri.

Indonesia sangat kaya akan budaya, ras, suku dan agamanya yang beragam. Integrasi
nasional diperlukan Indonesia untuk menyatukan keberagaman tersebut. Secara garis besar,
integrasi nasional bisa disebut sebagai upaya untuk menyatukan berbagai unsur dalam suatu
bangsa, agar bisa menjadi satu kesatuan yang utuh. Menurut Wahyu Widodo, dkk dalam buku
Pendidikan Kewarganegaraan (2015), integrasi nasional merupakan hasrat atau keinginan serta
kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang utuh. Integrasi nasional juga bisa diartikan
sebagai upaya menyatukan berbagai perbedaan yang ada dalam suatu negara, untuk mencapai
keselarasan dan keserasian secara menyeluruh atau nasional.

Integrasi nasional seringkali masih terhambat oleh masalah pembangunan yang kurang
merata. Pembangunan menjadi poin permasalahan yang terus menjadi perhatian dari tahun ke
tahun. Dengan kurang meratanya pembangunan tentu dapat menjadi penghambat proses integrasi
nasional. Kurang meratanya pembangunan tentu dapat menimbulkan banyak permasalahan.
Permasalahan yang mungkin akan timbul akibat dari kurang meratanya pembangunan adalah
kesenjangan ekonomi, kesenjangan pendidikan dan tentunya akan menimbulkan rasa cemburu
sosial. Dengan adanya permasalahan ini tentu akan membuat proses integrasi nasional menjadi
sangat sulit untuk dilakukan. Terhambatnya integrasi nasional yang diakibatkan oleh kurang
meratanya pembangunan dapat kita ambil contoh adalah pulau Papua. Di pulau Papua masih

1
sangat sulitnya akses untuk menuju ke beberapa wilayah membuat proses integrasi disana masih
sangat sulit untuk dilakukan.

Sulitnya memperoleh pendidikan yang layak juga menjadi faktor mengapa di Papua
proses integrasi menjadi hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Tingkat pendidikan yang berbeda
jauh antara Papua dengan beberapa pulau lain sering membuat banyak anak papua harus berhenti
dari bangku pendidikan. Oleh karena itu, hal ini sering menjadi penyebab mengapa Papua sering
merasa di anak tirikan karena pembangunan yang tidak merata antara pulau Papua dengan daerah
lain. Apabila permasalahan ini tidak segera ditangani dengan serius maka hal ini akan membuat
proses penyatuan ini menjadi sangat sulit. Semakin sulitnya proses penyatuan ini, karena
semakin tertinggalnya proses pembangunan di Papua dengan yang ada di daerah lain. Integrasi
nasional merupakan hal yang sangat penting, karena sebagai negara yang memiliki keragama
suku serta budaya, proses penyatuan perbedaan adalah suatu hal yang sangat wajib untuk
dilakukan.

Dalam integrasi nasional menggambarkan proses persatuan dari wilayah yang


mempunyai perbedaan, perbedaan tersebut antara lain berupa budaya, etnis hingga latar belakang
ekonomi. Adanya perbedaan tersebut tentunya dianggap sebagai rahmat, namun, perbedaan juga
bisa menjadi ancaman bagi bangsa. Itulah mengapa, sebagai warga negara penting untuk
mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mendorong adanya integrasi nasional.

2. Urgensi Permasalahan

Dengan wilayah negara Indonesia yang begitu luas, tantangan dalam melakukan integrasi
nasional ialah adanya ketimpangan pembangunan. Daerah di pulau Jawa dan Indonesia bagian
barat mungkin cenderung lebih maju pembangunannya daripada wilayah Indonesia timur. Hal
tersebut dapat menimbulkan rasa tidak puas bagi sebagian pihak.

Ketimpangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan
perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Adanya perbedaan ini
menyebabkan kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi
berbeda.

Dampaknya terjadi perpindahan penduduk sang sangat besar sehingga suatu wilayah akan
penuh dan banyak masyarakat yang tidak mendapat pekerjaaan serta tempat tinggal, solusinya
pemerintah harus meratakan pembangunan wilayah dan membuka banyak lapangan pekerjaan.
Sebenarnya, pembangunan yang tidak merata ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
perbedaan kondisi geografis serta sumber daya alam dan manusia yang dimiliki oleh masing-

2
masing wilayah. Akibatnya, kemampuan suatu daerah dalam membangun pertumbuhan ekonomi
wilayahnya juga berbeda-beda.

3. Contoh Integrasi Nasional

a. Toleransi antar warga negara


Indonesia memiliki 6 agama yang diakui secara resmi oleh negara. HAM sangat dilindungi.
Masyarakat dibebaskan untuk menjalankan agama dan beribadah sesuai dengan kepercayaan
masing-masing. Masyarakat dapat memberi toleransi kepada umat yang berbeda keyakinan
dengan kita.

b. Akulturasi dan asimilasi budaya


Integrasi budaya akan terlihat jika terjadi akulturasi dan asimilasi budaya. Setiap budaya yang
berdampingan akan berusaha menyatu dan beradaptasi. Tidak jarang, akulturasi dan asimilasi
melahirkan kebudayaan yang lebih baik dengan tidak mengesampingkan kebudayaan asli.

c. Gotong royong
Indonesia dikenal dengan masyarakat yang ramah dan berjiwa sosial yang tinggi. Saat gotong
royong, masyarakat akan melupakan sejenak perbedaan-perbedaan yang ada demi tercapainya
tujuan bersama. Gotong royong ini dapat dilihat ketika terjadi bencana alam, banyak yang
membantu mendirikan posko, kemudian membangun tempat ibadah seperti musholla, lalu
bergotong royong dalam menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal, dan masih banyak jenis
gotong royong yang lain.

4. Contoh Disintegrasi Nasional

a. PKI (Partai Komunis Indonesia)


Pemberontakan PKI yang terjadi di Indonesia adalah salah satu contoh disintegrasi karena partai
ini dengan sengaja ingin mengganti ideologi Pancasila dengan komunis serta menyalahi sila
pertama Pancasila yaitu ‘Ketuhanan yang Maha Esa’

3
b. Pemisahan diri dari Indonesia
Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999 setelah Presiden B.J. Habibie
memberika 2 opsi pilihan yaitu yang pertama diberikan otonomi daerah dan tetap menjadi bagian
NKRI atau menolak otonomi dalam artian memisahkan diri dari Indonesia. Berdasarkan kedua
opsi tersebut, rakyat Timor Timur memilih opsi kedua.

c. Black Campaign
Kampanye hitam merupakan cara untuk mendukung calon yang akan dipilihnya. Upaya yang
dilakukan dalam kampanye hitam adalah merayu, menyindir atau bahkan menyebarkan berita
hoax sehingga menimbulkan persepsi yang tidak baik. Cara ini juga dapat dilakuakan melalui
media sosial dengan target para remaja yang masih labil.

4
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai


perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial, di
samping akselerasi pertumbuhan ekonomi, pemerataan ketim- pangan pendapatan, serta
pemberantasan kemiskinan (Todaro, 2007). Maka tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan ekono- mi yang


meningkat dan distribusi pendapatan yang merata. Pertumbuhan ekonomi yang cepat yang tidak
diimbangi dengan pemerataan, akan menimbulkan ketimpangan wilayah. Ketimpangan wilayah
(regional disparity) tersebut, terlihat dengan adanya wilayah yang maju dangan wilayah yang
terbelakang atau kurang maju Hal ini dikarenakan tidak memperhatikan apakah pertumbuhan
tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan struktur
ekonomi.

Di Indonesia, Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki pertumbuhan


ekonomi yang cukup tinggi. Tetapi juga tidak lepas dari ketimpangan pembangunan. Hal ini
terlihat pada PDRB kabupaten dan kota Provinsi Jawa Timur yang sangat berbeda. Ada beberapa
wilayah kota yang tingkat perkembangan PDRBnya relatif cukup tinggi, dan ada beberapa
wilayah di kabupaten yang memiliki tingkat perkembangan PDRBnya cukup rendah. Contohnya
adalah kota Surabaya, kota Kediri, kota Malang, kota Sidoarjo dan kota Gresik yang mempunyai
PDRB yang cukup tinggi dikarenakan pusat kegiatan dari segala bidang perekonomian.
Sedangkan untuk wilayah kabupaten seperti kabupaten Pamekasan, kabupaten Sampang,
kabupaten ponorogo dan kabupaten bondowoso memiliki PDRB yang rendah dikarenakan
tingkat kegiatan produksi perekonomian masih rendah. Keadaan ini dari tahun 2005-2011 terus
mengalami perbedaan yang sangat jauh. Jika keadaan ini masih terus berlanjut, maka tingkat
ketimpangannya akan semakin jauh dan pemerataan pembangunan tidak akan merata keseluruh

5
wilayah Provinsi Jawa Timur. Sehingga, keadaan ini bisa saja berbanding terbalik dengan
pendapat Simon Kuznets dan teori Neo-klasik.

Selain itu juga, ketimpangan yang terjadi di Provinsi Jawa Timur tidak hanya
ketimpangan pada pertumbuhan ekonomi, tetapi ketimpangan fiskal dan ketimpangan Sumber
Daya Manusia (SDM). Ini dapat dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang berbeda-beda pada setiap daerah. Rata- rata daerah yang
mempunyai PDRB tinggi, mempunyai PAD dan IPM yang cukup tinggi pula.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pemerintah memainkan peran


desentralisasi fiskal tentang distribusi dari daerah yang kaya ke daerah yang miskin agar tidak
terjadi ketimpangan yang tajam. Kebijakan yang diambil adalah dengan dana perimbangan
terutama melalui DAU, dan masing-masing daerah akan menerima DAU yang berbeda-beda
tergantung pada kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal. Transfer DAU kesetiap daerah harus
mempertimbangkan kebutu-han fiskal dan kapasitas fiskal atau yang disebut dengan celah fiskal.
Jika kapasitas fiskal suatu daerah rendah sedangkan kebutuhan fiskalnya tinggi maka besarnya
DAU yang diterima akan besar pula.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menghitung seberapa besar tingkat ketim- pangan yang
terjadi di Provinsi Jawa Timur, apakah hipotesis Kuznets tentang U terbalik berlaku di Provinsi
Jawa Timur. Selain itu juga, untuk mengetahui pengaruh variabel PDRB, PAD, DAU dan IPM
terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa Timur.

Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai


dengan perubahan strktural yakni perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada
kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya pembangunan selalu
disertai dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembangunan.
Pada tingkat permulaan, pembangunan ekonomi dibarengi pula dengan pertumbuhan dan
sebaliknya (Irawan dan Suparmoko, 1988).

Penganut Model Neo-Klasik dalam Sjafrizal (2008) beranggapan bahwa mobilitas faktor
produksi, baik modal maupun tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan adalah kurang
lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah
yang lebih maju sehingga ketimpangan pembangunan regional cenderung melebar (divergence).

6
Akan tetapi bila proses pembangunan terus berlanjut, dengan semakin baiknya prasarana dan
fasilitas komunikasi maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan semakin lancar.
Dengan demikian, nantinya setelah negara yang bersangkutan telah maju maka ketimpangan
pemba-ngunan regional akan berkurang (conver-gence).

Model pertumbuhan endogen dikem- bangkan untuk melengkapi teori pertum- buhan
ekonomi neo-klasik. Teori pertum- buhan endogen pada awalnya berkembang dalam dua cabang
pemikiran yang bertumpu pada pentingnya sumber daya manusia sebagai kunci utama dalam
perekonomian (Capello, 2007). Menurut Simon Kuznets dalam Kuncoro (2006) membuat
hipotesis adanya kurva U terbalik (Inverted U Curve) bahwa mula-mula ketika pembangunan
dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai suatu tingkat
pembangunan tertentu, distribusi pendapatan semakin merata.

Musgrave dan Rostow dalam Mangkunsoebroto (1998), mengembangkan model


pembangunan tentang pengeluaran pemerintah, yang menghubungkan perkembangan
pengeluaran pemerintah dengan dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. Perkembangan
pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari negara tersebut. Pada
tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan penge- luaran negara yang besar untuk investasi
pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur. Pada tahap menengah pembangunan
ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi
sektor swasta sudah mulai berkembang. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran
peme- rintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka
diperlukan anggaran pendapatan yang besar untuk membiayai anggaran pengeluaran untuk
pembiayaan pembangunan. Untuk menghitung ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa
Timur, mengunakan rumus indeks Williamson seperti dalam Safrizal (1997).

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar (BPS, 2000).

7
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang didapat dari berbagai sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah (Mardiasmo, 2002).

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Dana Alokasi Umum, selanjutnya


disebut DAU, adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index (HDI) adalah
pengukuran perbandingan dari harapan hidup, buta huruf, pendidikan dan standar hidup untuk
semua negara seluruh dunia (BPS, BAPPENAS, UNDP, 2001).

Mopanga (2010), melakukan penelitian Ketimpangan Pembangunan dan Pertumbuhan


Ekonomi di Provinsi Gorontalo, dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa perbedaan pada
PDRB per kapita, Indeks Pembangunan Manusia dan Rasio Belanja Infrastruktur signifikan
sebagai sumber utama ketimpangan. Lebih lanjut secara deskriptif, Mopanga (2010) mengatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif dengan ketimpangan
pembangunan (Indeks Gini). Artinya secara vertikal pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan
yang positif dengan ketimpangan pembangunan.

Soekarno, Analisis Dampak Dana Alokasi Umum terhadap Ketimpangan Pendapatan di


Provinsi Aceh Tahun 2004- 2009. Menggunakan Indeks Williamson untuk mengukur
ketimpangan. Analisis menggunakan model regresi panel. Hasil dari penelitian ini pada model
menunjukkan bahwa rasio pengeluaran pendidikan memberikan dampak terhadap peningkatan
pendapatan perkapita. Pada model kedua terlihat bahwa DAU/APBD memberikan pengaruh
signifikan terhadap penurunan ketimpangan demikian halnya pendapatan perkapita. Penelitian
ini memberikan kesimpulan bahwa perlu pengawasan dan penetapan standar penggunaan dana
alokasi umum agar tepat pada tujuan dari desentralisasi yaitu memperkecil kesenjangan fiskal
daerah yang pada akhirnya memperkecil ketimpangan pendapatan Negara indonesia memiliki
wilayah yang luas dengan ribuan pulau didalamnya.

Tetapi sampai saat ini belum terdapat perataan pembangunan yang memadai bagi
masyarakat terkhusus lagi dikalimantan yang masih mendambakan pembangunan yang merata.
Pengertian dari pembangunan itu merupakan semua proses perubahan yang dilakukan melalui

8
upaya-upaya secara sadar dan terencana guna untuk memperbaiki semua aspek kehidupan yang
terus didambakan oleh masyarakat. Berarti dalam konteks ini indonesia belum melakukan
pembangunan yang merata diseluruh indonesia, dan yang terkhusus dibahas disini yaitu di
kalimantan karena pembangunan yang dilakukan masih terpusat pada daerah perkotaan saja dan
dampaknya daerah pedesaan kurang mendapat perhatian, yang dikarenakan belum sepenuhnya
mendapat perhatian dari pemerintah, disisi lain juga penghambatnya adalah faktor ekonomi yang
masih kurang stabil yang mengakibatkan pembangunan menjadi terhambat dan masyarakat juga
belum bisa memberikan informasi yang jelas mengenai ketidakmerataan itu, maka bisa juga
dibilang belum ada nya kerja sama ataupun interaksi yang baik antar masyarakat dan pemerintah.
Disini indonesia juga belum memanfaatkan wilayah-wilayah di daerah pedesaan yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk membanntu perekonomian negara.

Hal inilah yang mengakibatkan masih masih pembangunan yang belum terjangkau bagi
lapisan masyarakat. Pembangunan yang dikatakan belum merata disini yaitu pembangunan
infrastruktur baik jalur darat maupun jalur udara, pembangunan lampu, serta pembangunan
tower. Dan yang paling penting disini yaitu relasi yang baik antar masyarakat dan pemerintah
karena yang utama yaitu kerjasama dari semua pihak dengan begitu keadilan dan keseimbangan
akan terpenuhi maka terpenuhi pula tujuan awal bangsa indonesia yaitu kesejahteraan umum
bagi semua rakyat indonesia dari generasi ke generasi.

Saat ini pembangunan masih berkonsentrasi di daerah pusat khususnya di Ibukota dan
sekitarnya, keadaan seperti ini sangatlah jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan nasional
Indonesia mengenai usaha-usaha untuk pemerataan pembangunan. Salah satu contoh
ketidakmerataan pembangunan Indonesia dengan pembangunan masih berpusat di pulau Jawa,
dimana banyak terdapat fasilitas yang memadai seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan
sedangkan pulau kecil tidak mengalami pemerataan pembangunan, sehingga segala kebutuhan
hidup penduduk sulit untuk didapatkan, seperti pelayanan kesehatan ataupun sarana pendidikan
seperti daerah-daerah di Indonesia yang masih terpencil. Mereka harus bersusah payah untuk
mendapatkan fasilitas seperti layanan kesehatan, pendidikan atau fasilitas-fasilitas lainnya
mengingat jumlahnya yang sangat minim dan tempatnya yang jauh dari pemukiman penduduk.
Ketimpangan pengelolaan merupakan wujud paling nyata dari kelemahan internal kekuasaan

9
yang diharapkan mampu melaksanakan agenda pembangunan nasional bahkan pembangunan di
daerah.

Bantuan Pembangunan Berbasis Masyarakat (Bangsimas) memberikan kewenangan


seluas-luasnya kepada masyarakat pedesaan untuk menentukan arah dan tujuan kedepan yang
diinginkan oleh masyarakat di masing-masing desa. Dengan optimalisasi potensi dan ke-
mampuan yang dimiliki oleh tiap-tiap masyarakat pedesaan menjadikan pembelajaran bagi
masyarakat desa bahwa dalam sebuah pembangunan juga dibutuhkan perencanaan, pelaksanaan
dan pemanfaatan hasil pembangunan. Keadaan sosial masyarakat sebuah kawasan tidak bisa
dinilai sama dengan kawasan atau wilayah yang lain. Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai
mesin ekonomi penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara tidak terkecuali di
Indonesia. Namun demikian pada prinsipnya pariwisata memiliki spektrum fundamental
pembangunan yang lebih luas bagi suatu negara. Pembangunan kepariwisataan pada dasarnya
ditujukan untuk,Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Pariwisata mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke
seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan banyaknya warga negara yang melakukan kunjungan
wisata di wilayah-wilayah selain tempat tinggalnya akan timbul rasa persaudaraan dan
pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional. Selain kesatuan dan persatuan pariwisata
juga meningkatkan Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development).

Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya
dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk
menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan berbagai contoh pengelolaan kepariwisataan yang
baik, kondisi lingkungan alam dan masyarakat di suatu destinasi wisata mengalami peningkatan
yang berarti sebagai akibat dari pengembangan keparwiwisataan di daerahnya. Dengan begitu
dengan memanfaatkan pariwisata Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan
seharusnya mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi
pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata
akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan
barang dan jasa.

10
Syarat utama dari hal tersebut di atas adalah kemampuan usaha pariwisata setempat
dalam memberikan pelayanan berkelas dunia dengan menggunakan bahan dan produk lokal yang
berkualitas. Pada masa lalu pembangunan ekonomi lebih diorientasikan pada kawasan Indonesia
bagian barat. Hal ini terlihat lebih berkembangnya pembangunan sarana dan prasarana di
kawasan barat Indonesia, dibandingkan dengan yang terdapat di kawasan timur Indonesia. Hal
ini juga terlihat dari pembangunan di sektor pariwisata, dimana kawasan Jawa-Bali menjadi
kawasan konsentrasi utama pembangunan kepariwisataan.

Sementara dilihat dari kecenderungan perubahan pasar global, yang lebih mengutamakan
sumber daya alami sebagai destinasi wisata, maka potensi sumber daya alam di kawasan timur
Indonesia lebih besar di bandingkan kawasan barat. Kualitas sumber daya alam yang dapat
dijadikan daya tarik wisata unggulan di kawasan timur Indonesia, jauh lebih baik dan memiliki
peluang yang besar untuk dikembangkan. Namun demikian tidak secara otomatis kawasan timur
Indonesia dapat dikembangkan menjadi kawasan unggulan, karena adanya beberapa masalah
mendasar, seperti kelemahan infrastruktur, sumber daya manusia, dan sebagainya, maka dari itu
pembangunan pariwisata didaerah timur indonesia kurang dilirik karena kurang merata nya
pembangunan yang ada disana, baik SDM maupun infrastrukturnya.

Masuknya era globalisasi ditandai dengan keterbukaan akses informasi dan transfer
teknologi dari negara maju kepada negara sedang berkembang seperti Indonesia. Tidak
selamanya globalisasi membawa dampak yang baik bagi negara Indonesia karena luasnya
wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau yang menyebabkan tidak terjadinya
pemerataan baik terhadap akses informasi maupun dalam pembangunan. Akses teknologi
informasi di Indonesia masih mengalami kesenjangan dimana pengguna internet masih
didominasi di pulau-pulau pusat pemerintahan seperti Jawa dan Bali. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kesenjangan digital antara pulau Jawa dan pulau-pulau di wilayah timur Indonesia.
Selain itu, kesenjangan digital juga terjadi tidak hanya antar pulau, tetapi juga antara pusat kota
dan wilayah pinggiran yang mengakibatkan tidak bisa terjadi pemerataan pembangunan di
Indonesia. Selain karena kesenjangan digital yang terjadi, pembangunan di wilayah pedesaan
(rural development) juga terkendala dengan adanya aturan-aturan adat yang mengikat suatu desa
serta budaya-budaya tradisional yang menolak diterimanya paham-paham atau teknologi-
teknologi baru hasil dari globalisasi.

11
Untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan,
tentunya harus dilakukan perubahan paradigma pembangunan pedesaan yang menggabungkan
antara kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya
akan saling menguatkan satu sama lain. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka
akses pengetahuan dan kerjasama baik dengan wilayah lain ataupun dari negara lain, sedangkan
kearifan lokal akan berfungsi sebagai ciri dari desa tersebut dengan desa yang lain atau bisa
dikatakan sebagai corak alamiah dari suatu desa.

Dengan kesenjangan digital yang terjadi antara wilayah perkotaan dan wilayah pinggiran
maka semakin menambah jarak (GAP) kemajuan pembangunan antara wilayah kota dan wilayah
pinggiran karena internet atau dunia digital merupakan pintu utama dalam rangka mempercepat
laju pembangunan suatu daerah. Kalau kita melihat lebh jauh permasalahan yang dihadapi oleh
wilayah pedesaan (rural) adalah masih banyaknya perangkat desa atau penduduk desa yang
memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang rendah, dan ini bertolak belakang dengan prasyarat
diterimanya perkembangan teknologi informasi yang mensyaratkan majunya SDM sebagai kunci
utamanya. Selama ini, tampak perjalanan pembangunan daerah masih didominasi oleh strategi
yang menempatkan pembangunan masyarakat desa pada posisi setelah pembangunan Kota
(kelurahan). Padahal sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di daerah pedesaan yang
pada umumnya taraf hidup mereka masih rendah.

Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam dan wilayahnya
yang strategis. Sebagai Negara yang berkembang Indonesia juga melakukan usaha pembangunan
semenjak masa reformasi sampai sekarang, pembangunan di Indonesia dapat dikatakan lebih
maju terutama di daerah perkotaan yang pembangunannya relatif lebih cepat karena mengingat
jumlah penduduk serta aktivitas di daerah perkotaan lebih banyak. Untuk mengatasi hal tersebut
indonesia menerapkan sistem desentralisasi atau otonomi daerah untuk mengatasi persoalan
dalam pembangunan.

Desentralisasi adalah program yang baik, karena akan mendorong kemajuan,


pertumbuhan, dan pemerataan bagi seluruh rakyat. Dalam paradigma pemerintahan lama yang
sentralistik, maka aspirasi masyarakat daerah sulit untuk diserap sehingga menyebabkan
pembangunan hanya terlihat pada daerah perkotaan saja. Dengan desentralisasi, aspirasi rakyat di
daerah semakin mudah untuk diserap dan dilaksanakan.

12
Desentralisasi dilakukan dengan harapan supaya terjadi penataan kelembagaan
pemerintah yang mengupayakan semakin dekatnya pelayanan publik dan keputusan-keputusan
pembangunan ekonomi dengan kepentingan masyarakat dan pemerintah setempat. Artinya di sini
bahwa kesenjangan antara aspirasi rakyat dengan wujud pelaksanaannya harus semakin kecil
bahkan dapat dihilangkan. Hal ini menuntut kualitas wakil rakyat (yang berada di parlemen lokal
dan nasional) dan aparat pemerintah daerah (pemda) untuk memformulasikan aspirasi
masyarakatnya, dan mewujudkan dalam program-program pembangunan yang sesuai.

Namun kenyataanya masih banyak daerah-daerah yang kurang bahkan belum tersentuh
pembangunan seperti yang berada di pelosok terpencil. Masih banyak ditemui daerah terpencil
yang masih dilalui dengan jalan tanah dan belum masuknya listrik ke daerah tersebut. Sehingga
apabila kita lihat secara keseluruhan pembangunan di negara Indonesia, sebenarnya masihlah
sangat lambat dan sifatnya tidak merata. Pembangunan hanya dirasakan oleh daerah pusat dan
banyak pemberitaan bahwa dana pembangunan hanya habis dikorupsi oleh para para pemegang
kekuasaan.

Adapun faktor penyebab ketidakmerataan pembangunan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya perhatian pemerintah dalam menuntaskan masalah pemerataan pembangunan.


b. Pembangunan lebih banyak di fokuskan di daerah-daerah perkotaan
c. Kurangnya sifat kewirausahaan para pelaku pengembang ekonomi di wilayah
d. Lokasi-lokasi Pulau pelosok terpencil yang sulit dijangkau.
e. Keterbatasan Jaringan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk
unggulan daerah.
f. Lemahnya kerjasama antara pelaku pengembangan kawasan seperti pemerintah, lembaga non
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
g. Ketidakseimbangan pasokan sumber daya alam dengan kegiatan pembangunan.

Dari faktor yang menyebabkan ketidakmerataan pembangunan di indonesia dapat kita


lihat bahwa, cita-cita bangsa kita untuk mensejahterakan masyarakat belum sepenuhnya terwujud
mengingat pembangunan yang hanya terpusat di daerah pusat, bahkan cita-cita untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa tidak akan terwujud apabila tidak adanya pemerataan
pembangunan fasilitas pendidikan. Karena pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu hal

13
yang terpenting demi mencapai keberhasilan suatu bangsa. Kenyataan dilapangan pemerintah
lebih mementingkan kepentingan pribadinya dari pada menanggulangi permasalah masyarakat
secara keseluruhan.

Sebagai fakta yang dapat kita ketahui, di salah satu media elektronik tertulis, Ketua
DPRD Jabar Irfan Suryanagara mengakui bahwa pembangunan di Jabar belum merata. Kondisi
tersebut terjadi akibat Pemprov dan DPRD Jabar belum optimal mendesain APBD. “Selama ini
APBD disusun tanpa menggunakan data, akibatnya pembangunan hanya dilakukan berdasarkan
perkiraan. Hal ini terlihat bahwa jelas bahwasan pembangunan di Indonesia tidak merata.
Adanya kecurangan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam mendesain APBN sehingga nantinya
dikorupsi dan menjadi uang pribadi. Hal semacam inilah yang terus-menerus dilakukan oleh
wakil rakyat tampa menjalankan tugasnya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat banyak.

Dampak yang ditimbulkan dari ketidakmerataan pembangunan di Indonesia adalah:

a. Keterbelakangan pada Masyarakat terpencil

Dampak ketidakmerataan pembangunan tidak begitu dirasakan oleh masyarakat perkotaan yang
tinggal di daerah yang mengalami pembangunan pesat, karena segala kebutuhan hidupnya lebih
mudah didapat seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan, sangat jauh berbeda bila dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, mereka sangat kesulitan dalam mengakses
fasilitas pendidikan atau kesehatan yang dibangun pemerintah, selain jumlahnya sedikit, letaknya
pun yang kebanyakan jauh dari pemukiman sehingga banyak masyarakat terpencil yang enggan
mengaksesnya.

b. Pendapatan Negara Tidak maksimal

Pendapatan Negara tidak maksimal dikarenakan pembangunan yang tidak merata itu
menyebabkan kurangnya pemanfaatan sumber daya alam dari daerah yang memiliki potensi
ekonomi yang baik untuk jangka ke depannya.

14
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulannya Pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari wacana dan proses


pembangunan. Proses pembangunan Indonesia merupakan suatu kegiatan yang terus menerus
dan menyeluruh dilakukan mulai dari penyusunan suatu rencana, penyusunan pogram, kegiatan
program, pengawasan sampai pada pogram terselesaikan.

Namun pada kenyataannya proses pembangunan yang ada Indonesia tidak sesuai dengan
tujuan pembangunan nasional. Selama ini cendrung terjadi ketimpangan atau ketidakcocokan
antara wacana dan prakteknya. Sehingga pembangunan di Indonesia tidak merata masih terpusat
pada daerah-daerah perkotaan. Negara ini juga belum dapat memanfaatkan wilayah-wilayah
daerah pelosok yang memiliki potensi untuk membangun perekonomian Indonesia sehingga
dapat menambah pendapatan Negara. Tetapi dimasa pemerintahaan sekarang ini pembangunan
indonesia sedikit demi sedikit sudah mulai mebaik, pembangunan indonesia tidak lagi terfokus di
pulau jawa, bali dan sumatra saja tetapi juga memfokuskan pembangunan di daerah tertinggal
seperti papua, kalimantan dan sulawesi, baik pembangunan infrastruktur maupun sumber daya
manusia di daerah-daerah tersebut.

Untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah atau antar daerah daerah,
tentunya harus dilakukan perubahan paradigma pembangunan yang menggabungkan antara
kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya akan
saling menguatkan satu sama lain. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka akses
pengetahuan dan kerjasama baik dengan wilayah lain ataupun dari negara lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Asariansyah, M. F. (n.d.). Partisipasi Masyarakat Dalam Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Jalan.


Jurnal Administrasi Publik Vol. 1. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/75644-ID-partisipasi-masyarakat-dalam-
pemerataan.pdf

Nasution, R. D. (2016). Pengaruh Kesenjangan Digital Terhadap Pembangunan Pedesaan (Rural


Development). EFFECT OF DIGITAL DIVIDE ON RURAL DEVELOPMENT ( RURAL
DEVELOPMENT). Retrieved from https://202.89.117.136/index.php/jpkop/article/view/525

Nirwandar, S. (2006). Pembangunan Sektor Pariwisata di Era Otonomi Daerah. Retrieved from
https://www.academia.edu/download/53466866/440_1257-
PEMBANGUNANSEKTORPARIWISATA1.pdf

Nurhuda, R. (2005). Analisis Ketimpangan Pembangunan. Jurnal Administrasi Publik Vol 1. Retrieved
from https://media.neliti.com/media/publications/74424-ID-analisis-ketimpangan-pembangunan-
studi-d.pdf

Sindi, R. (n.d.). Pembangunan Yang Tidak Merata Di Kalimantan Ditinjau Dari Teori Filsafat Pancasila
Yaitu Teori Aristoteles Yaitu Mengenai Keadilan.

16

Anda mungkin juga menyukai