Makalah Tugas PKN - Kelompok 11
Makalah Tugas PKN - Kelompok 11
Oleh:
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah
Pendidikan Kewarganegaraan. Tidak lupa pula sholawat serta salam selalu tetap tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kita dari alam
jahiliyah ke alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita termasuk
umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Aamiin.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang di ampu oleh Bapak Prasetya Nugeraha, M.SI. Makalah ini berjudul
“Tidak Meratanya Pembangunan Menjadi Faktor Penghambat Integrasi Nasional”.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberi kemudahan
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Apabila ada kekeliruan kata atau kalimat,
kami memohon maaf yang sebesar besarnya.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 1
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5
BAB 3 ......................................................................................................................................................... 15
PENUTUP .............................................................................................................................................. 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia merupakan amanat konstitusi (UUD 1945). Ditegaskan
bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan tersebut
adalah pembangunan nasional yang mencakup semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi,
sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan. Bagi negara berkembang seperti Indonesia,
pembangunan merupakan langkah awal untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mencapai pemerataan hasil pembangunan. Pemerintah bekerjasama dengan lembaga sosial
kemasyarakatan dan lembaga pendidikan dalam gerakan reformasi melalui pendidikan, pelatihan
dan pendidikan nonformal, terutama dalam rangka pemerataan pembangunan, pengurangan
angka kemiskinan dan pengangguran serta berupaya memperluas penekanan pada kesempatan
kerja. perkembangan industri, baik industri besar, industri menengah atau kecil atau industri
rumah tangga. Pembangunan industri padat karya di pedesaan bertujuan untuk mengurangi atau
menghentikan arus urbanisasi dari kerusakan perkotaan, karena tenaga kerja dapat diserap oleh
industri di pedesaan, sehingga menjamin pembangunan yang merata dan pengurangan
kemiskinan dan pengangguran sambil juga mencapai pendidikan. dan pendidikan merupakan alat
yang digunakan untuk memungkinkan masyarakat beradaptasi dan mengembangkan
keterampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki sebagai cara untuk memenuhi kualifikasi
pekerjaannya di bidang industri.
Indonesia sangat kaya akan budaya, ras, suku dan agamanya yang beragam. Integrasi
nasional diperlukan Indonesia untuk menyatukan keberagaman tersebut. Secara garis besar,
integrasi nasional bisa disebut sebagai upaya untuk menyatukan berbagai unsur dalam suatu
bangsa, agar bisa menjadi satu kesatuan yang utuh. Menurut Wahyu Widodo, dkk dalam buku
Pendidikan Kewarganegaraan (2015), integrasi nasional merupakan hasrat atau keinginan serta
kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang utuh. Integrasi nasional juga bisa diartikan
sebagai upaya menyatukan berbagai perbedaan yang ada dalam suatu negara, untuk mencapai
keselarasan dan keserasian secara menyeluruh atau nasional.
Integrasi nasional seringkali masih terhambat oleh masalah pembangunan yang kurang
merata. Pembangunan menjadi poin permasalahan yang terus menjadi perhatian dari tahun ke
tahun. Dengan kurang meratanya pembangunan tentu dapat menjadi penghambat proses integrasi
nasional. Kurang meratanya pembangunan tentu dapat menimbulkan banyak permasalahan.
Permasalahan yang mungkin akan timbul akibat dari kurang meratanya pembangunan adalah
kesenjangan ekonomi, kesenjangan pendidikan dan tentunya akan menimbulkan rasa cemburu
sosial. Dengan adanya permasalahan ini tentu akan membuat proses integrasi nasional menjadi
sangat sulit untuk dilakukan. Terhambatnya integrasi nasional yang diakibatkan oleh kurang
meratanya pembangunan dapat kita ambil contoh adalah pulau Papua. Di pulau Papua masih
1
sangat sulitnya akses untuk menuju ke beberapa wilayah membuat proses integrasi disana masih
sangat sulit untuk dilakukan.
Sulitnya memperoleh pendidikan yang layak juga menjadi faktor mengapa di Papua
proses integrasi menjadi hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Tingkat pendidikan yang berbeda
jauh antara Papua dengan beberapa pulau lain sering membuat banyak anak papua harus berhenti
dari bangku pendidikan. Oleh karena itu, hal ini sering menjadi penyebab mengapa Papua sering
merasa di anak tirikan karena pembangunan yang tidak merata antara pulau Papua dengan daerah
lain. Apabila permasalahan ini tidak segera ditangani dengan serius maka hal ini akan membuat
proses penyatuan ini menjadi sangat sulit. Semakin sulitnya proses penyatuan ini, karena
semakin tertinggalnya proses pembangunan di Papua dengan yang ada di daerah lain. Integrasi
nasional merupakan hal yang sangat penting, karena sebagai negara yang memiliki keragama
suku serta budaya, proses penyatuan perbedaan adalah suatu hal yang sangat wajib untuk
dilakukan.
2. Urgensi Permasalahan
Dengan wilayah negara Indonesia yang begitu luas, tantangan dalam melakukan integrasi
nasional ialah adanya ketimpangan pembangunan. Daerah di pulau Jawa dan Indonesia bagian
barat mungkin cenderung lebih maju pembangunannya daripada wilayah Indonesia timur. Hal
tersebut dapat menimbulkan rasa tidak puas bagi sebagian pihak.
Ketimpangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan
perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Adanya perbedaan ini
menyebabkan kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi
berbeda.
Dampaknya terjadi perpindahan penduduk sang sangat besar sehingga suatu wilayah akan
penuh dan banyak masyarakat yang tidak mendapat pekerjaaan serta tempat tinggal, solusinya
pemerintah harus meratakan pembangunan wilayah dan membuka banyak lapangan pekerjaan.
Sebenarnya, pembangunan yang tidak merata ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
perbedaan kondisi geografis serta sumber daya alam dan manusia yang dimiliki oleh masing-
2
masing wilayah. Akibatnya, kemampuan suatu daerah dalam membangun pertumbuhan ekonomi
wilayahnya juga berbeda-beda.
c. Gotong royong
Indonesia dikenal dengan masyarakat yang ramah dan berjiwa sosial yang tinggi. Saat gotong
royong, masyarakat akan melupakan sejenak perbedaan-perbedaan yang ada demi tercapainya
tujuan bersama. Gotong royong ini dapat dilihat ketika terjadi bencana alam, banyak yang
membantu mendirikan posko, kemudian membangun tempat ibadah seperti musholla, lalu
bergotong royong dalam menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal, dan masih banyak jenis
gotong royong yang lain.
3
b. Pemisahan diri dari Indonesia
Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 1999 setelah Presiden B.J. Habibie
memberika 2 opsi pilihan yaitu yang pertama diberikan otonomi daerah dan tetap menjadi bagian
NKRI atau menolak otonomi dalam artian memisahkan diri dari Indonesia. Berdasarkan kedua
opsi tersebut, rakyat Timor Timur memilih opsi kedua.
c. Black Campaign
Kampanye hitam merupakan cara untuk mendukung calon yang akan dipilihnya. Upaya yang
dilakukan dalam kampanye hitam adalah merayu, menyindir atau bahkan menyebarkan berita
hoax sehingga menimbulkan persepsi yang tidak baik. Cara ini juga dapat dilakuakan melalui
media sosial dengan target para remaja yang masih labil.
4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
5
wilayah Provinsi Jawa Timur. Sehingga, keadaan ini bisa saja berbanding terbalik dengan
pendapat Simon Kuznets dan teori Neo-klasik.
Selain itu juga, ketimpangan yang terjadi di Provinsi Jawa Timur tidak hanya
ketimpangan pada pertumbuhan ekonomi, tetapi ketimpangan fiskal dan ketimpangan Sumber
Daya Manusia (SDM). Ini dapat dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang berbeda-beda pada setiap daerah. Rata- rata daerah yang
mempunyai PDRB tinggi, mempunyai PAD dan IPM yang cukup tinggi pula.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menghitung seberapa besar tingkat ketim- pangan yang
terjadi di Provinsi Jawa Timur, apakah hipotesis Kuznets tentang U terbalik berlaku di Provinsi
Jawa Timur. Selain itu juga, untuk mengetahui pengaruh variabel PDRB, PAD, DAU dan IPM
terhadap ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa Timur.
Penganut Model Neo-Klasik dalam Sjafrizal (2008) beranggapan bahwa mobilitas faktor
produksi, baik modal maupun tenaga kerja, pada permulaan proses pembangunan adalah kurang
lancar. Akibatnya, pada saat itu modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah
yang lebih maju sehingga ketimpangan pembangunan regional cenderung melebar (divergence).
6
Akan tetapi bila proses pembangunan terus berlanjut, dengan semakin baiknya prasarana dan
fasilitas komunikasi maka mobilitas modal dan tenaga kerja tersebut akan semakin lancar.
Dengan demikian, nantinya setelah negara yang bersangkutan telah maju maka ketimpangan
pemba-ngunan regional akan berkurang (conver-gence).
Model pertumbuhan endogen dikem- bangkan untuk melengkapi teori pertum- buhan
ekonomi neo-klasik. Teori pertum- buhan endogen pada awalnya berkembang dalam dua cabang
pemikiran yang bertumpu pada pentingnya sumber daya manusia sebagai kunci utama dalam
perekonomian (Capello, 2007). Menurut Simon Kuznets dalam Kuncoro (2006) membuat
hipotesis adanya kurva U terbalik (Inverted U Curve) bahwa mula-mula ketika pembangunan
dimulai, distribusi pendapatan akan makin tidak merata, namun setelah mencapai suatu tingkat
pembangunan tertentu, distribusi pendapatan semakin merata.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar (BPS, 2000).
7
Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang didapat dari berbagai sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah (Mardiasmo, 2002).
Tetapi sampai saat ini belum terdapat perataan pembangunan yang memadai bagi
masyarakat terkhusus lagi dikalimantan yang masih mendambakan pembangunan yang merata.
Pengertian dari pembangunan itu merupakan semua proses perubahan yang dilakukan melalui
8
upaya-upaya secara sadar dan terencana guna untuk memperbaiki semua aspek kehidupan yang
terus didambakan oleh masyarakat. Berarti dalam konteks ini indonesia belum melakukan
pembangunan yang merata diseluruh indonesia, dan yang terkhusus dibahas disini yaitu di
kalimantan karena pembangunan yang dilakukan masih terpusat pada daerah perkotaan saja dan
dampaknya daerah pedesaan kurang mendapat perhatian, yang dikarenakan belum sepenuhnya
mendapat perhatian dari pemerintah, disisi lain juga penghambatnya adalah faktor ekonomi yang
masih kurang stabil yang mengakibatkan pembangunan menjadi terhambat dan masyarakat juga
belum bisa memberikan informasi yang jelas mengenai ketidakmerataan itu, maka bisa juga
dibilang belum ada nya kerja sama ataupun interaksi yang baik antar masyarakat dan pemerintah.
Disini indonesia juga belum memanfaatkan wilayah-wilayah di daerah pedesaan yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk membanntu perekonomian negara.
Hal inilah yang mengakibatkan masih masih pembangunan yang belum terjangkau bagi
lapisan masyarakat. Pembangunan yang dikatakan belum merata disini yaitu pembangunan
infrastruktur baik jalur darat maupun jalur udara, pembangunan lampu, serta pembangunan
tower. Dan yang paling penting disini yaitu relasi yang baik antar masyarakat dan pemerintah
karena yang utama yaitu kerjasama dari semua pihak dengan begitu keadilan dan keseimbangan
akan terpenuhi maka terpenuhi pula tujuan awal bangsa indonesia yaitu kesejahteraan umum
bagi semua rakyat indonesia dari generasi ke generasi.
Saat ini pembangunan masih berkonsentrasi di daerah pusat khususnya di Ibukota dan
sekitarnya, keadaan seperti ini sangatlah jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan nasional
Indonesia mengenai usaha-usaha untuk pemerataan pembangunan. Salah satu contoh
ketidakmerataan pembangunan Indonesia dengan pembangunan masih berpusat di pulau Jawa,
dimana banyak terdapat fasilitas yang memadai seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan
sedangkan pulau kecil tidak mengalami pemerataan pembangunan, sehingga segala kebutuhan
hidup penduduk sulit untuk didapatkan, seperti pelayanan kesehatan ataupun sarana pendidikan
seperti daerah-daerah di Indonesia yang masih terpencil. Mereka harus bersusah payah untuk
mendapatkan fasilitas seperti layanan kesehatan, pendidikan atau fasilitas-fasilitas lainnya
mengingat jumlahnya yang sangat minim dan tempatnya yang jauh dari pemukiman penduduk.
Ketimpangan pengelolaan merupakan wujud paling nyata dari kelemahan internal kekuasaan
9
yang diharapkan mampu melaksanakan agenda pembangunan nasional bahkan pembangunan di
daerah.
Pariwisata mampu memberikan perasaaan bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke
seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan banyaknya warga negara yang melakukan kunjungan
wisata di wilayah-wilayah selain tempat tinggalnya akan timbul rasa persaudaraan dan
pengertian terhadap sistem dan filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi sehingga akan
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional. Selain kesatuan dan persatuan pariwisata
juga meningkatkan Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable Development).
Dengan sifat kegiatan pariwisata yang menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya
dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali sumberdaya yang habis digunakan untuk
menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan berbagai contoh pengelolaan kepariwisataan yang
baik, kondisi lingkungan alam dan masyarakat di suatu destinasi wisata mengalami peningkatan
yang berarti sebagai akibat dari pengembangan keparwiwisataan di daerahnya. Dengan begitu
dengan memanfaatkan pariwisata Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan
seharusnya mampu memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi
pariwisata. Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses pelayanan di bidang pariwisata
akan juga memberikan kesempatan kepada industri lokal untuk berperan dalam penyediaan
barang dan jasa.
10
Syarat utama dari hal tersebut di atas adalah kemampuan usaha pariwisata setempat
dalam memberikan pelayanan berkelas dunia dengan menggunakan bahan dan produk lokal yang
berkualitas. Pada masa lalu pembangunan ekonomi lebih diorientasikan pada kawasan Indonesia
bagian barat. Hal ini terlihat lebih berkembangnya pembangunan sarana dan prasarana di
kawasan barat Indonesia, dibandingkan dengan yang terdapat di kawasan timur Indonesia. Hal
ini juga terlihat dari pembangunan di sektor pariwisata, dimana kawasan Jawa-Bali menjadi
kawasan konsentrasi utama pembangunan kepariwisataan.
Sementara dilihat dari kecenderungan perubahan pasar global, yang lebih mengutamakan
sumber daya alami sebagai destinasi wisata, maka potensi sumber daya alam di kawasan timur
Indonesia lebih besar di bandingkan kawasan barat. Kualitas sumber daya alam yang dapat
dijadikan daya tarik wisata unggulan di kawasan timur Indonesia, jauh lebih baik dan memiliki
peluang yang besar untuk dikembangkan. Namun demikian tidak secara otomatis kawasan timur
Indonesia dapat dikembangkan menjadi kawasan unggulan, karena adanya beberapa masalah
mendasar, seperti kelemahan infrastruktur, sumber daya manusia, dan sebagainya, maka dari itu
pembangunan pariwisata didaerah timur indonesia kurang dilirik karena kurang merata nya
pembangunan yang ada disana, baik SDM maupun infrastrukturnya.
Masuknya era globalisasi ditandai dengan keterbukaan akses informasi dan transfer
teknologi dari negara maju kepada negara sedang berkembang seperti Indonesia. Tidak
selamanya globalisasi membawa dampak yang baik bagi negara Indonesia karena luasnya
wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau yang menyebabkan tidak terjadinya
pemerataan baik terhadap akses informasi maupun dalam pembangunan. Akses teknologi
informasi di Indonesia masih mengalami kesenjangan dimana pengguna internet masih
didominasi di pulau-pulau pusat pemerintahan seperti Jawa dan Bali. Hal ini mengakibatkan
terjadinya kesenjangan digital antara pulau Jawa dan pulau-pulau di wilayah timur Indonesia.
Selain itu, kesenjangan digital juga terjadi tidak hanya antar pulau, tetapi juga antara pusat kota
dan wilayah pinggiran yang mengakibatkan tidak bisa terjadi pemerataan pembangunan di
Indonesia. Selain karena kesenjangan digital yang terjadi, pembangunan di wilayah pedesaan
(rural development) juga terkendala dengan adanya aturan-aturan adat yang mengikat suatu desa
serta budaya-budaya tradisional yang menolak diterimanya paham-paham atau teknologi-
teknologi baru hasil dari globalisasi.
11
Untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan,
tentunya harus dilakukan perubahan paradigma pembangunan pedesaan yang menggabungkan
antara kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya
akan saling menguatkan satu sama lain. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka
akses pengetahuan dan kerjasama baik dengan wilayah lain ataupun dari negara lain, sedangkan
kearifan lokal akan berfungsi sebagai ciri dari desa tersebut dengan desa yang lain atau bisa
dikatakan sebagai corak alamiah dari suatu desa.
Dengan kesenjangan digital yang terjadi antara wilayah perkotaan dan wilayah pinggiran
maka semakin menambah jarak (GAP) kemajuan pembangunan antara wilayah kota dan wilayah
pinggiran karena internet atau dunia digital merupakan pintu utama dalam rangka mempercepat
laju pembangunan suatu daerah. Kalau kita melihat lebh jauh permasalahan yang dihadapi oleh
wilayah pedesaan (rural) adalah masih banyaknya perangkat desa atau penduduk desa yang
memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang rendah, dan ini bertolak belakang dengan prasyarat
diterimanya perkembangan teknologi informasi yang mensyaratkan majunya SDM sebagai kunci
utamanya. Selama ini, tampak perjalanan pembangunan daerah masih didominasi oleh strategi
yang menempatkan pembangunan masyarakat desa pada posisi setelah pembangunan Kota
(kelurahan). Padahal sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di daerah pedesaan yang
pada umumnya taraf hidup mereka masih rendah.
Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam dan wilayahnya
yang strategis. Sebagai Negara yang berkembang Indonesia juga melakukan usaha pembangunan
semenjak masa reformasi sampai sekarang, pembangunan di Indonesia dapat dikatakan lebih
maju terutama di daerah perkotaan yang pembangunannya relatif lebih cepat karena mengingat
jumlah penduduk serta aktivitas di daerah perkotaan lebih banyak. Untuk mengatasi hal tersebut
indonesia menerapkan sistem desentralisasi atau otonomi daerah untuk mengatasi persoalan
dalam pembangunan.
12
Desentralisasi dilakukan dengan harapan supaya terjadi penataan kelembagaan
pemerintah yang mengupayakan semakin dekatnya pelayanan publik dan keputusan-keputusan
pembangunan ekonomi dengan kepentingan masyarakat dan pemerintah setempat. Artinya di sini
bahwa kesenjangan antara aspirasi rakyat dengan wujud pelaksanaannya harus semakin kecil
bahkan dapat dihilangkan. Hal ini menuntut kualitas wakil rakyat (yang berada di parlemen lokal
dan nasional) dan aparat pemerintah daerah (pemda) untuk memformulasikan aspirasi
masyarakatnya, dan mewujudkan dalam program-program pembangunan yang sesuai.
Namun kenyataanya masih banyak daerah-daerah yang kurang bahkan belum tersentuh
pembangunan seperti yang berada di pelosok terpencil. Masih banyak ditemui daerah terpencil
yang masih dilalui dengan jalan tanah dan belum masuknya listrik ke daerah tersebut. Sehingga
apabila kita lihat secara keseluruhan pembangunan di negara Indonesia, sebenarnya masihlah
sangat lambat dan sifatnya tidak merata. Pembangunan hanya dirasakan oleh daerah pusat dan
banyak pemberitaan bahwa dana pembangunan hanya habis dikorupsi oleh para para pemegang
kekuasaan.
13
yang terpenting demi mencapai keberhasilan suatu bangsa. Kenyataan dilapangan pemerintah
lebih mementingkan kepentingan pribadinya dari pada menanggulangi permasalah masyarakat
secara keseluruhan.
Sebagai fakta yang dapat kita ketahui, di salah satu media elektronik tertulis, Ketua
DPRD Jabar Irfan Suryanagara mengakui bahwa pembangunan di Jabar belum merata. Kondisi
tersebut terjadi akibat Pemprov dan DPRD Jabar belum optimal mendesain APBD. “Selama ini
APBD disusun tanpa menggunakan data, akibatnya pembangunan hanya dilakukan berdasarkan
perkiraan. Hal ini terlihat bahwa jelas bahwasan pembangunan di Indonesia tidak merata.
Adanya kecurangan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam mendesain APBN sehingga nantinya
dikorupsi dan menjadi uang pribadi. Hal semacam inilah yang terus-menerus dilakukan oleh
wakil rakyat tampa menjalankan tugasnya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat banyak.
Dampak ketidakmerataan pembangunan tidak begitu dirasakan oleh masyarakat perkotaan yang
tinggal di daerah yang mengalami pembangunan pesat, karena segala kebutuhan hidupnya lebih
mudah didapat seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan, sangat jauh berbeda bila dibandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, mereka sangat kesulitan dalam mengakses
fasilitas pendidikan atau kesehatan yang dibangun pemerintah, selain jumlahnya sedikit, letaknya
pun yang kebanyakan jauh dari pemukiman sehingga banyak masyarakat terpencil yang enggan
mengaksesnya.
Pendapatan Negara tidak maksimal dikarenakan pembangunan yang tidak merata itu
menyebabkan kurangnya pemanfaatan sumber daya alam dari daerah yang memiliki potensi
ekonomi yang baik untuk jangka ke depannya.
14
BAB 3
PENUTUP
Namun pada kenyataannya proses pembangunan yang ada Indonesia tidak sesuai dengan
tujuan pembangunan nasional. Selama ini cendrung terjadi ketimpangan atau ketidakcocokan
antara wacana dan prakteknya. Sehingga pembangunan di Indonesia tidak merata masih terpusat
pada daerah-daerah perkotaan. Negara ini juga belum dapat memanfaatkan wilayah-wilayah
daerah pelosok yang memiliki potensi untuk membangun perekonomian Indonesia sehingga
dapat menambah pendapatan Negara. Tetapi dimasa pemerintahaan sekarang ini pembangunan
indonesia sedikit demi sedikit sudah mulai mebaik, pembangunan indonesia tidak lagi terfokus di
pulau jawa, bali dan sumatra saja tetapi juga memfokuskan pembangunan di daerah tertinggal
seperti papua, kalimantan dan sulawesi, baik pembangunan infrastruktur maupun sumber daya
manusia di daerah-daerah tersebut.
Untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah atau antar daerah daerah,
tentunya harus dilakukan perubahan paradigma pembangunan yang menggabungkan antara
kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya akan
saling menguatkan satu sama lain. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka akses
pengetahuan dan kerjasama baik dengan wilayah lain ataupun dari negara lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nirwandar, S. (2006). Pembangunan Sektor Pariwisata di Era Otonomi Daerah. Retrieved from
https://www.academia.edu/download/53466866/440_1257-
PEMBANGUNANSEKTORPARIWISATA1.pdf
Nurhuda, R. (2005). Analisis Ketimpangan Pembangunan. Jurnal Administrasi Publik Vol 1. Retrieved
from https://media.neliti.com/media/publications/74424-ID-analisis-ketimpangan-pembangunan-
studi-d.pdf
Sindi, R. (n.d.). Pembangunan Yang Tidak Merata Di Kalimantan Ditinjau Dari Teori Filsafat Pancasila
Yaitu Teori Aristoteles Yaitu Mengenai Keadilan.
16