Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM ANALITIK DASAR

PERCOBAAN III
ASIDI DAN ALKALI METRI

Oleh :

Nama : Desy Nila Rahmana

No.Mhs : M0319016

Hari/Tgl. Praktikum : Selasa/ 13 Oktober 2020

Asisten Pembimbing : Jeesica Hermayanti Pratama

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNUVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
I. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah
1. Dapat melakukan standarisasi larutan HCl dengan boraks
2. Dapat melakukan standarisasi konsentrasi NaOH dengan HCl
3. Dapat melakukan standarisasi konsentrasi NaOH denganH2C2O4
4. Dapat menetapkan kadar CH3COOH dalam cuka
5. Dapat menentukan kadar asam sitrat dalam sampel
6. Dapat menetapkan konsentrasi campuran NaOH dengan Na 2CO3
7. Dapat menetapkan kadar asam askorbat dalam sampel
8. Dapat menetapkan kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam obat maag

II. Dasar Teori

Titrasi adalah metode analisis yang digunakan untuk mengukur zat dari suatu larutan. Ada banyak jenis
titrasi, yang paling umum adalah asam basa, oksidasi reduksi, dan pengendapan serta titrasi kompleksometri
(Pierre, 2019). Titrasi adalah proses untuk memastikan volume yang tepat dari satu larutan yang secara
kimiawi setara dengan jumlah zat lain yang diberikan, baik larutan lain atau sejumlah bahan padat yang
dilarutkan dalam pelarut. Peralatan yang biasanya digunakan dalam titrasi adalah buret jika larutan asam
dititrasi dengan larutan basa, titik ekivalen, titik di mana jumlah asam dan basa yang setara secara kimiawi
telah dicampur, dapat ditemukan dengan menggunakan indikator. Ini memungkinkan untuk analisis
kuantitatif konsentrasi asam atau larutan basa yang tidak diketahui (Mane dkk., 2016).
Titrasi asam basa atau biasa disebut dengan titrasi asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi
yang menggunakan metode prinsip netralisasi antara larutan asam dan basa. Jumlah senyawa yang dititrasi
bisa dihitung dari volume dan faktor normalitas atau molaritas titran (Bogoriani dkk., 2019). Alkalimetri
merupakan suatu metode volumetrik dengan prinsip reaksi penetralan asam basa. Alkalimetri adalah
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam (Ulfa, 2016).
Asidimetri dan alkalimetri termasuk titrasi basa bebas dengan asam standar dan titrasi asam bebas
dengan basa standar masing-masing. Reaksinya melibatkan kombinasi hidrogen dan ion hidroksil untuk
membentuk air. Ini hanya bisa diidentifikasi dengan penggunaan pewarna yang disebut indikator. Indikator
pH adalah bahan kimia halokromik senyawa yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke suatu larutan sehingga
pH (keasaman atau alkalinitas) (Khalid dkk., 2016).
Larutan sampel adalah larutan yang mengandung zat yang akan ditentukan secara kuantitatif. Titik
ekivalen adalah titik dalam titrasi di mana jumlah titran yang ditambahkan secara kimiawi setara dengan
jumlah sampel yang akan dititrasi.titik akhir titrasi adalah titik dimana solusi menunjukkan adanya perubahan
warna yang nyata (Kahlert dkk., 2016). Zat yang berubah warna ketika keasaman larutan berubah dikenal
sebagai indikator asam-basa (Khalid dkk., 2016).
Antasida termasuk garam karbonat dan bikarbonat (misalnya, natrium bikarbonat, kalsium atau
magnesium karbonat), kompleks alkali dari aluminium dan / atau magnesium (misalnya, aluminium dan
magnesium hidroksida), aluminium dan magnesium fosfat, magnesium trisilikat, dan rakit pembentuk
berbasis alginat formulasi (parakh & Patil, 2018). Magnesium hidroksida tidak dapat larut pada pH netral,
akan tetapi Magnesium Hidroksida akan perlahan larut pada pH asam (Chen dkk.,2018).
Methyl Orange ( MO ) atau metil jingga adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S dan
biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Metil orange merupakan indikator pH karena
mengubah warna yang jelas dan sangat sering digunakan dalam titrasi. Metil orange dibuat dari asam
sulfanilat dan N, N-dimethylaniline. Metil orange merupakan pewarna yang digunakan untuk memberikan
warna pada zat, terutama kain. Metil orange berbahaya untuk kesehatan karena bersifat toksik dan mutagenic
(Nurlaili dkk.,2017). Fenolphtalein (phenolphthalein) atau biasa disingkat sebagai pp adalah suatu senyawa
organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai sebagai indikator untuk titrasi asam basa. Tidak
bewarna dalam larutan asam dan berwarna merah muda bila dalam larutan basa (Simanjuntak, 2018).

III. Alat dan Bahan


a. Bahan
1. HCN 0,1 N 7. Obat maag 5 mL
2. Aquades 8. Asam askorbat
3. Boraks 9. Asam sitrat
4. NaOH 0,1 N 10. CH3COOH
5. Indikator PP 11. Campuran NaOH dan Na2CO3
6. Indikator MO
b. Alat
1. Gelas ukur 10 mL (10 buah)
2. Gelas beaker 100 mL (2 buah)
3. Pipet tetes (1 buah)
4. Corong kaca (1 buah)
5. Buret 25 mL (1 buah)
6. Statif (1 buah)
7. Holder (1 buah)
8. Erlenmeyer 250 mL (4 buah)
9. Pipet volume 5 mL (1 buah)
10. Labu ukur 250 mL (1 buah)
c. Gambar alat

Gelas ukur Gelas beaker Pipet tetes Corong kaca


Buret Statif Holder Erlenmeyer

Pipet volume Labu ukur

d. Gambar rangkaian alat

Keterangan

1. Buret
2. Statif
3. Holder
4. Erlenmeyer
IV. Cara Kerja
4.1 Standarisasi HCl dengan boraks

5mL Na2B4O7 0,05 M


ditambah
1 tetes MO
dititrasi dengan
HCl
diamati warna hingga merah jingga
dicatat
Volume HCl
dilakukan
2 kali titrasi (duplo)

4.2 Standarisasi NaOH dengan HCl


ditambah
5 mL NaOH 0,1M 1 tetes MO
dititrasi

HCl 0,1M

diamati warna hingga merah jingga


dicatat
Volume HCl
dilakukan
2 kali titrasi

4.3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4


ditambah
5 mL H2C2O4 0,1M 1 tetes PP
dititrasi

NaOH 0,1M

diamati warna hingga merah muda tipis konstan


dicatat
Volume NaOH
dilakukan
2 kali titrasi
4.4 Penentuan kadar CH3COOH dalam cuka

ditambah
5 mL CH3COOH 1 tetes PP
dititrasi

NaOH 0,1M

diamati warna hingga merah muda tipis konstan


dicatat
Volume NaOH
dilakukan
2 kali titrasi

4.5 Penentuan kadar asam sitrat dalam sampel

ditambah
5 mL sampel asam sitrat 2 tetes PP

dititrasi

NaOH 0,1 M

diamati warna hingga merah muda tipis konstan


dicatat
Volume NaOH

dilakukan
2 kali titrasi
4.6 penentuan konsentrasi campuran NaOH dan Na2CO3

Ditambah
5 mL campuran NaOH dan Na2CO3 2 tetes PP

Dititrasi

HCl 0,1 N

Diamati hingga warna merah menghilang

Larutan tidak berwarna 1 tetes MO


Ditambah
Dititrasi

HCl 0,1N
Diamati warna orange menjadi jingga
Dicatat

Volume HCl

Dilakukan

2 kali titrasi

4.7 Penentuan kadar asam askorbat dalam sampel

Ditambah
5 mL asam askorbat 2 tetes PP
Dititrasi

NaOH 0,1 N
Diamati hingga merah muda tipis konstan
Dicatat

Volume NaOH

Dilakukan

2 kali titrasi
4.8 Penetapan kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam obat maag

10 mL obat maag cair

diencerkan

20 mL aquades

diperoleh

Larutan

diambil
ditambah
5 mL sampel 1 tetes MO

dititrasi

HCl 0,1 M

diamati hingga warna merah jingga larutan


dicatat
Volume HCl

dilakukan

2 kali titrasi

4.9 Pembuatan larutan blanko

a. Blanko HCl

ditambah
5mL akuades 1 tetes MO
dititrasi
HCl
diamati
dicatat
Volume HCl

dilakukan

2 kali titrasi
b. Blanko NaOH

ditambah
5mL akuades 2 tetes PP
dititrasi
NaOH

dicatat
Volume NaOH

dilakukan
2 kali titrasi

V. Pembahasan
A. Data Percobaan
Volume I Volume II
No. Percobaan Warna awal Warna akhir
(mL) (mL)
Standarisasi HCl dengan Kuning Jingga
1 4,2 4,4 Kemerahan
boraks
Standarisasi NaOH Kuning Jingga
2 4,9 4,8 Kemerahan
dengan HCl
Standarisasi NaOH Tidak Ungu bening
3 5,5 5,5 berwarna
dengan H2C2O4
Penetapan kadar Tidak Pink bening
4 0,1 0,2 berwarna
CH3COOH dalam cuka
Penentuan kadar asam Tidak Pink bening
5 16,9 17,2 berwarna
sitrat dalam sampel
Campuran NaOH dan Pink Tidak
6 0,8 0,7 berwarna
Na2CO3
Penetapan kadar asam Tidak Agak kuning
7 7,5 7,4 berwarna
askorbat dalam sampel
Kadar Mg(OH)2 dan Tidak Pink bening
8 Al(OH)3 dalam obat 0,4 0,2 berwarna
maag
Tidak Agak kuning
9 Blanko HCl 0,1 0,1
berwarna
Tidak Pink bening
10 Blanko NaOH 0,1 0,1
berwarna

B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk dapat melakukan standarisasi larutan HCl dengan boraks, dapat
melakukan standarisasi konsentrasi NaOH dengan HCl, dapat melakukan standarisasi konsentrasi NaOH
denganH2C2O4, dapat menetapkan kadar CH3COOH dalam cuka, dapat menentukan kadar asam sitrat dalam
sampel, dapat menetapkan konsentrasi campuran NaOH dengan Na 2CO3, dapat menetapkan kadar asam
askorbat dalam sampel, serta dapat menetapkan kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam obat maag. Pada
percobaan ini metode titrasi yang digunakan adalah asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri
termasuk titrasi basa bebas dengan asam standar dan titrasi asam bebas dengan basa standar masing-masing
(Khalid dkk., 2016). Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan
menggunakan baku asam (Ulfa, 2016). Percobaan yang menggunakan titrasi alkalimetri adalah standarisasi
NaOH dangan H2C2O4, penetapan kadar CH3COOH dalam asam cuka, penetapan kadar asam askorbat dalam
sampel dan blanko NaOH. Sedangkan percobaan yang menggunakan titrasi asidimetri adalah standarisasi
HCl dengan boraks, standarisasi NaOH dengan HCl, penentuan konsentrasi campuran NaOH dan Na 2CO3,
penentuan kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam obat maag dan blanko HCl.
Percobaan pertama adalah standarisasi HCl dengan boraks. Percobaan ini menggunakan titrasi
asidimetri dikarenakan titrasi basa dengan larutan standar asam yaitu HCl. Dalam percobaan ini digunakan
indikator MO dengan rentang PH 3,1-4,4 dan yang akan memberikan perubahan warna merah. Penggunaan
indikator MO ini dikarenakan larutan standar yang digunakan bersifat asam dimana memiliki PH kurang dari
7. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna dan pada saat itulah, titrasi dihentikan. Reaksi
yang terjadi dalam percobaan ini adalah:
Na2B4O7.10H2O(aq) + 2NaCl(aq) → 2 NaCl(aq) + 4H3BO3(aq) + 5H2O(l)……………………(1)
Volume yang digunakan untuk menitrasi larutan adalah sebesar 4,2 mL dan 4,4 mL. Sehingga
diperoleh volume rata-ratanya sebesar 4,3 mL. Berdasarkan volume tersebut dapat diketahui konsentrasi HCl
sebesar 0,1163 M dan 0,097 M. Percobaan yang kedua adalah standarisasi NaOH dengan HCl. Pada
percobaan ini digunakan titrasi asidimetri, yang mana menggunakan larutan standar asam HCl. Percobaan ini
menggunakan indikator MO yang dikarenakan larutan standar yang digunakan bersifat asam. Titrasi
dihentikan ketika adanya perubahan warna. Pada percobaan ini terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
jingga kemerahan. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) +H2O(l)…………………………………………………..(2)
Volume yang digunakan untuk menitrasi larutan adalah sebesar 4,9 mL dan 4,8 mL. Sehingga
diperoleh volume rata-rata sebesar 4,85 mL. Berdasarkan volume tersebut, didapatkan konsentrasi NaOH
sebesar 0, 1128 M. percobaan yang ketiga adalah standarisasi NaOH dengan H2C2O4. Percobaan ini
menggunakan titrasi alkalimetri dimana digunakan larutan standar basa yaitu NaOH. Karena menggunakan
larutan standar basa yang memiliki PH lebih dari 7, maka digunakannya indikator PP dengan rentang PH 8,3-
10,0. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi ungu bening. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)…………………………………………(3)
Volume yang digunakan untuk menetrasi larutan adalah 5,5 mL dan 5,5 mL sehingga diperoleh
reratanya adalah sebesar 5,5 mL. Sehingga dari volume tersebut dapat dihiyung konsentrasi NaOH sebesar
0,09 M. konsentrasi tersebut sudah mendekati dengan konsentrasi sebenarnya dimana konsentrasi sebenarnya
adalah sebesar 0,1 M. hal tersebut menandakan bahwa titrasi berjalan dengan baik. Percobaan yang keempat
adalah penentuan kadar CH3COOH dalam cuka. Dalam percobaan ini menggunakan titrasi alkalimetri
dimana digunakannya larutan standar basa yaitu NaOH. Pada titrasi ini digunakan indikator PP yang
dikarenakan larutan standar yang digunakan bersifat basa. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi pink bening yang menandakan titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini
adalah sebagai berikut:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)…………………………………….(4)
Volume yang digunakan untuk menitrasi adalah sebesar 0,1 mL dan 0,2 mL sehingga diperoleh rerata
sebesar 0,15 mL. Dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,097 M diperoleh massa CH3COOH diperoleh sebesar
150 mg dan besar kadarnya 150 ppm. Dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,1128 M diperoleh massa
CH3COOH sebesar 169,2 mg dan kadar sebesar 169,2 ppm. Selanjutnya dengan konsentrasi NaOH sebesar
0,09 M diperoleh massa CH3COOH sebesar 135 mg dan kadarnya sebesar 135 ppm. Percobaan kelima
adalah penentuan kadar asam sitrat dalam sampel. Pada percobaan ini titrasi yang digunakan adalah titrasi
alkalimetri dimana menggunakan larutan standar basa NaOH. Pada percobaan ini indikator yang digunakan
adalah PP karena dalam percobaan ini digunakan larutan standar basa yang memiliki PH lebih dari 7. Pada
percobaan ini terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink bening yang menandakan titik akhir
titrasi. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah:
H3Cit(aq) + NaOH(aq) → Na3Cit + 3H2O…………………………………………………...(5)
Volume yang digunakan untuk menitrasi adalah 16,9 mL dan 17,2 mL sehingga diperoleh reratanya
sebesar 17,05 mL. Sehingga dari volume tersebut dan konsentrasi NaOH yang telah diketahui dapat dihitung
kadar asam sitrat. Dengan konsentrasi 0,1128 M NaOH didapatkan massa asam sitrat sebesar 20.350 mg dan
kadarnya sebesar 20.350 ppm. Kemudian dengan konsentrasi 0,097 M NaOH didapatkan massa asam sitrat
sebesar 17.470 mg dan kadarnya sebesar 17.470 ppm. Selanjutnya dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,09
didapatkan massa asam sitrat sebesar 16.320 mg dan kadarnya diperoleh sebesar 16.320 ppm.
Percobaan yang keenam adalah penentuan konsentrasi campuran NaOH dan Na 2CO3. Dalam percobaan
ini digunakan titrasi asidimetri dimana menggunakan larutan standar asam HCl. Percobaan ini menggunakan
2 indikator yaitu PP dan MO. Digunakannya 2 indikator dikarenakan saat reaksi antara NaOH dan Na 2CO3
masih menghasilkan garam dan larutan NaHCO3 yang bersifat basa. Sehingga dititrasi kembali dengan
indikator MO. Pada percobaan ini larutan yang ditetesi PP berubah menjadi warna pink yang menandakan
larutan bersifat basa maka dari itu dititrasi dengan HCl dan larutan akan berubah menjadi tidak berwarna dan
ditambahkan indikator MO yang akan merubah menjadi orange dan dititrasi akan berubah menjadi jingga.
Dilakukannya titrasi duplo untuk mendapatkan volume untuk menghitung massa NaOH dan Na 2CO3. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)………………………………………………………(6)
Na2CO3(aq)+ 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + CO2(g) + H2O(l)………………………………………….(7)
NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)…………………………………………..(8)
Volume yang digunakan untuk menitrasi dengan indikator PP adalah 0,8 mL dan 0,7 mL sehingga
reratanya sebesar 0,75 mL. Sedangkan volume yang digunakan untuk menitrasi dengan indikator MO adalah
sebesar 0,4 mL dan 0,5 mL, sehingga reratanya sebesar 0,45 mL. Sehingga dapat dihitung massa dari NaOH
sebesar 3 mg dan massa Na2CO3 sebesar 4,77 mg. Percobaan ketujuh adalah penentuan kadar asam askorbat
dalam sampel. Percobaan ini menggunakan titrasi alkalimetri dimana menggunakan larutan standar basa
NaOH. Pada percobaan ini digunakan indikator PP yang merubah warna dari tidak berwarna menjadi pink
bening. Reaksi pada percobaan ini adalah:
C6H8O6(aq) + NaOH(aq) → NaC6H7O6 (aq)+ H2O(l)…………………………………………….(9)
Volume yang digunakan untuk menitrasi adalah 7,5 mL dan 7,4 mL sehingga diperoleh rerata sebesar
7,45 mL. melalui volume tersebut, massa asam askorbat dapat dihiung dan diperoleh sebesar 129 mg dan
kadarnya sebesar 129 ppm. Percobaan ke delapan adalah penentuan kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam obat
maag. Titrasi yang digunakan pada percobaan ini adalah titrasi asidimetri dimana menggunakan larutan
standar asam HCl. Pada percobaan ini digunakan indikator Mo dikarenakan larutan stansar yang digunakan
adalah asam yang memiliki PH kurang dari 7 yang termasuk ke bagian rentang PH MO. Larutan dititrasi
hingga adanya perubahan warna menjadi merah jingga yang menandakan akhir titrasi. Reaksi pada
percobaan ini adalah:
Mg(OH)2(aq) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + 2H2O(l)……………………………………………(10)
Al(OH)3(aq) + 3HCl(aq) → AlCl3(aq) + 3H2O(l)………………………………………………(11)
Volume yang dibutuhkan untuk menitrasi adalah 0,4 mL dan 0,2 mL sehingga diperoleh rerata sebesar
0,3 mL. sehingga diperoleh kadar obat maag sebesar 2,74 x 10 -2 ppm. Sedangkan, pada literatur kadar obar
maag adalah sebesar 200 ppm. Perbedaan tersebut dikarenakan berbagai faktor seperti ketidak tepatan dalam
proses titrasi, kurang tepatnya pengukuran volume, ketidaktepatan dalam pengenceran, atau ketidak telitian
dalam perhitungan.
VI. Kesimpulan
1. Standarisasi HCl dengan larutan boraks menggunakan metode titrasi asidimetri dan dihasilkan
konsentrasi HCl sebesar 0,1163 M.
2. Standarisasi NaOH dengan HCl menggunakan metode titrasi asidimetri dan didapatkan
konsentrasi NaOH sebesar 0,1128 M dan 0,097 M.
3. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4 menggunakan titrasi alkalimetri dan didapatkan
konsentrasi sebesar 0,09 M.
4. Penentuan kadar CH3COOH dalam cuka menggunakan titrasi alkalimetri dan didapatkan
kadar sebesar 150 ppm pada konsentrasi NaOH 0,097 M. Kadar sebesar 169,2 ppm pada
konsentrasi NaOH 0,1128 M. Kadar sebesar 135 ppm pada konsentrasi NaOH sebesar 0,09 M.
5. Penentuan kadar asam sitrat dalam sampel menggunakan titrasi alkalimetri. Kadar sebesar
20.350 ppm pada konsentrasi NaOH sebesar 0,1128 M. Kadar sebesar 17.470 ppm pada
konsentrasi NaOH sebesar 0,097 M. Kadar sebesar 16.320 ppm pada konsentrasi NaOH
sebesar 0,09 M.
6. Penentuan konsentrasi campuran NaOH dan Na2CO3 menggunakan titrasi asidimetri. Massa
NaOH didapatkan sebesar 3 mg dan massa Na2CO3 didapatkan sebesar 4,77 mg.
7. Penentuan kadar asam askorbat dalam sampel menggunakan titrasi alkalimetri. Kadar asam
askorbat adalah sebesar 129 ppm.
8. Penentuan kadar Mg(OH)2 dan Al(OH)3 dalam obat maag menggunakan titrasi asidimetri.
Kadar obat maag dalam sampel adalah 2,74 x 10-2 ppm.
VII. Daftar Pustaka

Bogoriani, N. W., Suaniti, N. M., Putra, A. A. B., & Pradnya, K. D. 2019. The Activity of Cordyline
Terminalis’s Leaf Extract as Antidiabetic in Obese Wistar Rats. International Journal of
Pharmaceutical Research & Allied Sciences, 8(2):206-213.
Chen, F., Zhang, Z., Deng, Z., Zhang, R., Fan, G., Ma, D., dan McClements, D. J. 2018. Controlled-release
of antacids from biopolymer microgels under simulated gastric conditions: Impact of bead dimensions,
pore size, and alginate/pectin ratio. Food Research International, 106:745-751.
Kahlert, H., Meyer, G., dan Albrecht, A. 2016. Colour maps of acid–base titrations with colour indicators:
how to choose the appropriate indicator and how to estimate the systematic titration
errors. ChemTexts, 2(2), 1-28.
Khalid, K. D. U., Idris, M. B., Muhammad, N. A., dan Bala, A. (2016). Study of acid-base indicator property
of ethanolic extract of Nerium indicum flower. Journal of Pharmaceutical Research International, 1-4.
Mane, A.N., Koli, D.S., dan Kumbhar, V.B. 2016. Use Of Combretum Indicum Flower Extract As A Natural
Indicator In Acid-Base Titration. International Journal of Institutional Pharmacy and Life Sciences
6(3): 316-324.
Nurlaili, T., Kurniasari, L., dan Ratnani, R. D. 2017. Pemanfaatan limbah cangkang telur ayam sebagai
adsorben zat warna methyl orange dalam larutan. Jurnal Inovasi Teknik Kimia, 2(2):11-14.
Parakh, R.K dan Patil, N.S. 2018. Review Article Anaesthetic antacids: a review of its pharmacological
properties and therapeutic efficacy. International Journal of Research in Medical Sciences, 6(2):383-
393.
Pierre, D. 2019. Acid-Base Titration. Undergraduate Journal of Mathematical Modeling: One + Two,10
(8):1-17.
Simanjuntak, R. 2018. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Sabun Mandi Cair Merek “Lx” dengan
Metode Titrasi Asidimetri. Jurnal Ilmiah Kohesi, 2(4): 59-70.
Ulfa, A. M. 2016. Analisa Kadar Tablet Antasida Di Beberapa Apotek Kota Bandar Lampung Secara
Alkalimetri. Jurnal Kebidanan Malahayati, 2(1):1-6.

Lampiran

1. Perhitungan

Mengetahui, Surakarta, 17 Oktober 2020


Asisten Pembimbing Praktikan

Jeesica Hermayanti Pratama Desy Nila Rahmana


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai