Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Keperawatan Jiwa

OLEH:

INDRA NURDIANSYAH

4180180019

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Biologis
1) Faktor Neurologi
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang
mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresi
2) Faktor Genetik
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami (2007)
dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang sedang
tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal
3) Faktor biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak contohnya
epineprin, norepenieprin, dopamin dan serotonin sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh.
4) Brain Area Disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak,
tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi
ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan

b. Teori Psikologis
1) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak
mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang
cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan
setelah dewasa sebagai komponen adanya ketidakpercayaan pada
lingkungannya
2) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah
saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu
saat mara

C. Patofisiologi
1. Faktor predisposisi
pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya
mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu :
a. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak – kanak
yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau
sanki penganiayaan dapat menyebabkan gangguan jiwa pada usia dewasa
atau remaja.
b. Biologis, respon biologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat,
takhikardi, wajah merah, pupil melebar dan frekuensi pengeluaran urine
meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan
c. Perilaku, Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
d. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)
dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah – olah perilaku kekerasan diterima (permissive).
e. Aspek spiritual, kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi ungkapan
marah individu. Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal ini bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa
tidak berdosa
2. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberap faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun
eksternal dari lingkungan
c. Lingkungan: panas, padat, bising
D. Manifestasi Klinis
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda atau orang lain
j. Merusak benda
k. Tidak memiliki kemampuan untuk mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa abnormalitas
otak seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel dengan rasio
ventrikel otak meningkat yang dapat dihubungkan dengan derajat gejala yang
dapat dilihat
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan
gambaran yang lebih kecil dari lobus frontal rata-rata, atrofi lobus temporal
3. Positron Emission Tomography (PET)
4. Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
5. Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
F. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai
dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif
rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan transquilizer
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti
membaca koran.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat
4. Terapi Somatik
Terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku
adaftif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik
pasien,terapi adalah perilaku pasien
5. Terapi Kejang Listrik
Adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani
skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah
setiap 2-3 hari sekali
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu
a. Fisik: Muka merah, berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik, nafas
pendek, tekanan darah meningkat, penyalahgunaan obat.
b. Emosi: Tidak adekuat, rasa terganggu, tidak aman, marah / jengkel dan
dendam.
c. Sosial: Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor.
d. Spiritual: Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebejatan,
kebajikan / kebenaran diri dan kreatifitas terhambat karena tidak dapat
dipilih secara rasional. Intelektual: Mendominasi, bawel, sarkasme,
berdebat, dan meremehkan
2. Diagnosa
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sensiri dan orang lain
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Pasien Keluarga


Resiko SP IP SP I K
Perilaku 1. Mengidentifikasi penyebab 1. Mendiskusikan masalah
kekerasan perilaku kekerasan yang dirasakan
2. Mengidentifikasi tanda dan keluarga dalam
gejala perilaku kekerasan merawat pasien
3. Mengidentifikasi perilaku 2. Menjelaskan pengertian
kekerasan yang dilakukan perilaku kekerasan,
4. Mengidentifikasi akibat tanda dan gejala, serta
perilaku kekerasan proses terjadinya
5. Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
perilaku kekerasan 3. Menjelaskan cara
6. Melatih klien cara merawat pasien dengan
mengontrol perilaku Perilaku Kekerasan
kekerasan fisik I (nafas
dalam)
7. Membimbing pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP II P SP II K
1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga
latihan sebelumnya. mempraktikkan cara
2. Melatih pasien cara merawat pasien dengan
mengontrol perilaku perilaku kekerasan
kekerasan fisik II (memukul 2. Melatih keluarga
bantal / kasur / konversi melakukan cara
energi) merawat langsung
3. Membimbing pasien kepada pasien Perilaku
memasukan dalam jadwal Kekerasan
kegiatan harian.
SP III P SP III K
1. Memvalidasi masalah dan 1. Membantu keluarga
latihan sebelumnya. membuat jadwal
2. Melatih pasien cara aktivitas di rumah
mengontrol Perilaku termasuk minum obat
Kekerasan secara verbal (discharge planning)
(meminta, menolak dan 2. Menjelaskan follow Up
mengungkapkan marah pasien setelah pulang
secara baik)
3. Membimbing pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP IV P
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
2. Melatih pasien cara
mengontrol Perilaku
Kekerasan secara spiritual
(berdoa, berwudhu, sholat)
3. Membimbing pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP V P
1. Memvalidasi masalah dan
latihan sebelumnya
2. Menjelaskan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan
meminum obat (prinsip 5
benar minum obat)
3. Membimbing pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian

Anda mungkin juga menyukai