St Fatimah Azzahra
azzahraflh@yahoo.co.id
Universitas Kristen Indonesia
ABSTRACT
This research is aimed to know the differences increase critical thinking skills through
learning group and individual problem solving in thermochemical material. This
research uses a quasi-experimental design with nonequivalent control group design
and study sample consisted of 103 students, divided into the first experimental (group
problem solving) (35 students), the two group experimental (individual problem
solving) (34 students). The collected through pretest-posttest. The analyzed with the
Kruskal Wallis test, the results showed that the learning problem solving as a group or
individually can improve students’ critical thinking skills. Statistical test there are
significant differences in the students critical thinking skills thermochemical material
between students who received group and individual problem solving. Critical thinking
skills improvement with problem solving individual learning higher compared with
group learning problem solving.
ABSTRAK
99
J D P Volume 9, Nomor 2, Juli 2016: 99 – 108
100
Azzahra, Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia …
(problem solving) 10,2%, dan pembelajaran dkk., (2008) melakukan penelitian mengenai
kooperatif (cooperative learning) 12,6%. Menurut pengaruh pembelajaran group problem solving
pendapat guru-guru, pembelajaran yang dalam perkuliahan kimia umum terhadap hasil
diperkirakan berkonstribusi secara signifikan belajar mahasiswa. Dari penelitian ini diperoleh
dalam mengembangkan keterampilan berpikir bahwa penggunaan kelompok-kelompok kecil
kritis siswa adalah pembelajaran berbasis masalah untuk memecahkan masalah pada perkulihan
(PBL), pembelajaran kontekstual, dan kimia umum merupakan alat yang efektif untuk
pembelajaran pemecahan masalah (problem meningkatkan kemampuan memecahkan
solving). masalah dalam kimia. Selanjutnya, hasil
Rahayu (2013) menyatakan bahwa salah penelitian Intan (2009) juga menunjukkan bahwa
satu pembelajaran yang menyediakan banyak pembelajaran problem solving dapat
kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
keterampilan berpikir kritis adalah pembelajaran SMA.
problem solving.Pada pembelajaran problem Huda (2013) mengatakan bahwa
solving siswa dihadapkan pada masalah yang pembelajaran group tidak efektif untuk semua
harus dipecahkan melalui bimbingan guru siswa. Tidak semua siswa memilih untuk bekerja
sehingga mengarah pada langkah-langkah dalam kelompok kecil. Ketika siswa merasa dalam
penyelesaian yang terstruktur dengan kelompok kecil yang terbentuk mengambil
baik.Dengan pembelajaran problem solving pendekatan yang sama untuk memecahkan
sangat memungkinkan siswa menjadi aktif dan masalah yang diberikan atau mungkin memiliki
membuka pemahaman terhadap konsep-konsep kesalahpahaman yang sama, hal ini yang
secara fleksibel. Apabila siswa melakukan membuat sebagian siswa tidak menyenangi
pembelajaran problem solving, maka akan pembelajaran dengan group. Selain itu, apabila
memberikan banyak kesempatan kepada siswa kelompok kecil yang terbentuk adalah kelompok
untuk mengembangkan keterampilan berpikir yang homogen maka mengandung berbagai
kritisnya. perspektif yang diperlukan untuk memahami
Pembelajaran dengan menggunakan materi baru dan mungkin tidak mengatasi
problem solving dapat diartikan sebagai aktivitas kesalahpahaman dalam memahami materi
pembelajaran yang menekankan kepada proses (Mahalingam, dkk., 2008). Hal ini yang
penyelesaian masalah yang dihadapi secara menyebabkan pembelajaran secara individual
ilmiah. Pembelajaran problem solving tidak lebih disenangi oleh sebagian siswa. Rusda &
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengar, Utiya (2012) menyatakan bahwa melalui
mencatat kemungkinan, menghafal materi pembelajaran problem solving secara klasikal
pelajaran, akan tetapi siswa aktif berpikir, (group) atau secara individual problem solving
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
akhirnya menyimpulkan (Sanjaya, 2011). Guru siswa.
perlu melakukan suatu alternatif dalam Cooper, dkk (2008) menyatakan bahwa
melaksanakan pengajarannya yang berorientasi siswa setelah pembelajaran dengan kelompok
pada keterampilan pemecahan masalah kecil memiliki strategi pemecahan masalah yang
(Subratha, 2007). baik yang telah mereka kembangkan dalam
Pembelajaran problem solving secara kelompok mereka masing-masing.Menurut
group maupun secara individual dapat digunakan Mahaligam, dkk (2008) pembelajaranproblem
oleh guru sebagai salah satu alternatif dalam solving dapat meningkatkan keterampilan siswa
melaksanakan pengajaran yang berorientasi pada dalam pemecahan masalah dan umumnya siswa
keterampilan pemecahan masalah. Pembelajaran ingin bekerja secara berkelompok (group) dalam
group problem solving dapat memberikan banyak memecahkan masalah, dengan pembelajaran
keuntungan seperti petukaran ide-ide sehat dalam secara kelompok kecil dapat meningkatkan
kelompok kecil (group), tidak hanya pemahaman siswa serta meningkatkan motivasi
meningkatkan minat siswa tetapi juga dapat siswa. Sedangkan menurut Cooper, dkk (2009)
meningkatkan berpikir kritis siswa. Siswa bekerja pembelajaran problem solving dapat
dalam kelompok (group) dapat menyimpan meningkatkan penalaran siswa dalam
informasi lebih lama serta berpikir tingkat tinggi, memecahkan masalah-masalah yang diberikan
pembelajaran bersama banyak memberikan siswa dan siswa tidak lagi bergantung pada pemecahan
kesempatan untuk terlibat diskusi dan mengambil masalah cara hafalan.
tanggung jawab untuk pembelajaran mereka Implikasi dari kenyataan di atas,
sendiri (Mahalingam, dkk., 2008). Mahalingam, diharapkan dengan menggunakan pembelajaran
101
J D P Volume 9, Nomor 2, Juli 2016: 99 – 108
problem solving siswa dapat memahami dan Group Design (Sugiyono, 2008). Rancangan
memecahkan masalah pada materi termokimia tersebut berbentuk sebagai berikut:
serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa.Nuryanti (2009) menyatakan bahwa Tabel 1
pembelajaran problem solving merupakan Desain Penelitian
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih
siswa menghadapi berbagai masalah untuk Treatment group O X1 O
dipecahkan sendiri (individual) atau secara Treatment group O X2 O
bersama-sama (group).Suparno (2007) juga Sumber: Sugiyono (2008)
menyatakan bahwa pembelajaran problem Keterangan:
solving adalah pemecahan masalah dalam O : Pemberian pretest-posttestdan skala sikap
pembelajaran, guru memberikan masalah yang ilmiah (sebelum dan sesudah perlakuan)
sesuai topik yang mau diajarkan dan siswa X1 : Perlakuan (Pembelajaran groupproblem
diminta untuk memecahkan masalah tersebut.Hal solving)
ini dapat dilakukan baik dalam kelompok ataupun X2 : Perlakuan (Pembelajaran individual
individual.Dengan demikian penelitian ini problem solving)
bertujuan untuk melihat perbedaan peningkatan
keterampilan berpikir kritis antara pembelajaran Pada penelitian ini, untuk melakukan
problem solvingyang dilakukan secara analisis instrumen peneliti hanya melakukan uji
groupproblem solving maupun individual validasi saja.Validasi merupakan suatu ukuran
problem solvingpada materi termokimia dan yang menunjukkan kevalidan/kesahihan
membantu siswa untuk memahami secara instrumen.Instrumen yang valid mempunyai
mendalam materi tersebut. validitas yang tinggi.Sebelum instrumen
digunakan dalam penelitian maka instrumen
METODE PENELITIAN harus divalidasi terlebih dahulu.Pada penelitian
ini validitas yang digunakan adalah validitas
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa isi.Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
kelas XI di salah satu SMA Negeri di Kota apabila butir soal yang membangun tes dapat
Tangerang Selatan. Subjek penelitian terdiri dari mengukur setiap aspek berpikir yang tercantum
dua kelompok eksperimenyang masing-masing dalam indikator pembelajaran (Arikunto, 2012).
kelas terdiri dari 35 siswa kelompok eksperimen Pengolahan data pretest dan posttest
pertama dan 34 siswa kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
kedua. Kelompok eksperimen merupakan terlebih dahulu untuk mengetahui uji signifikansi
kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran yang digunakan selanjutnya adalah statistik
groupproblem solvingdan individual problem parametrik atau nonparametrik. Jika data normal
solving. Pemilihan subjek dilakukan dengan dan homogen digunakan uji statistik parametrik
teknik purposive sampling dilakukan dengan yaitu uji one way ANOVA. Sedangkan jika data
alasan bahwa pada penelitian ini peneliti ingin yang tidak normal dan homogen digunakan uji
mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan statistik nonparametrik yakni uji Kruskal Wallis.
berpikir kritis siswapadadua kelas yang ekivalen, Dalam penelitian ini, analisis data statistik
ditunjukkan dengan tingkat kecerdasan rata-rata menggunakan program SPSS for Windows versi
siswa pada kedua kelas adalah relatif sama. 16.0.
Penelitian ini menggunakan metode Pada hasil uji ini terdapat nilai
quasi experimen (eksperimen semu) yaitu metode signifikansi (sig.) untuk mengetahui hasil
yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. hipotesis, yaitu membandingkan sig. dengan
Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok tingkat kepercayaan α = 0,05. Jika sig.> α maka
penelitian, yaitu dua kelompok eksperimen. H0 ditolak, begitu juga sebaliknya.Pada penelitian
Subjek pada kedua kelompok tersebut diberi ini, digunakan untuk menguji keterampilan
pretest terlebih dahulu, kemudian pada kelompok berpikir kritis antara data kelompokgroup
eksperimen pertama diberi pembelajaran group problem solving, individual problem solving. Data
problem solving dan kelompok eksperimen kedua yang digunakan dalam analisis adalah data
diberi pembelajaran individual problem solving. pretest-posttest keterampilan berpikir kritis siswa.
Setelah implementasi pembelajaran, subjek pada Untuk data aspek keterampilan berpikir kritis
kedua kelompok diberi posttest. dilihat dari besarnya peningkatan masing-masing
Rancangan penelitian yang digunakan keterampilan pada siswa sebelum dan sesudah
adalah: Nonequivalent Pretest-Posttest Control penerapan pembelajaran group dan
102
Azzahra, Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia …
103
J D P Volume 9, Nomor 2, Juli 2016: 99 – 108
104
Azzahra, Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia …
105
J D P Volume 9, Nomor 2, Juli 2016: 99 – 108
seseorang siswa berbicara, mengeluarkan mendapatkan hasil yang baik karena penilaian
pendapat, bertanya kepada anggota yang dilakukan oleh guru secara individu.
kelompoknya, siswa harus menyerahkan salah Seiring dengan hal tersebut Heller &
satu kancingnya dan meletakkannya di tengah- Hollabaugh (1992) mengemukakan bahwa
tengah kelompoknya.Jika kancing yang dimiliki pembelajaran problem solving secara group
seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi terbukti menjadi teknik yang efektif untuk
sampai semua rekannya juga menghabiskan membantu siswa mempelajari skill komplek.
kancing mereka. Jika semua kancing sudah habis, Tetapi harus kelompok-kelompok yang berfungsi
sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh dengan baik, siswa harus berbagi pengetahuan
mengambil kesepakatan untuk membagikan ketika mereka bersama-sama memecahkan
kancing lagi dan mengulang prosedur kembali masalah.
(Lie, 2002). Jadi kelompok eksperimen pertama yang
Lie (2002) menyatakan, dengan kancing menggunakan pembelajaran group problem
gemerincing setiap individu dalam kelompok solving lebih rendah dibandingkan kelompok
meberikan konstribusi mereka dalam eksperimen kedua disebabkan karena seharusnya
mengemukakan pendapat dan mendengarkan sebuah kelompok akan lebih produktif jika setiap
pemikiran orang lain, setiap anggota mempunyai anggotanya selalu bersedia untuk mendengarkan
kesempatan yang sama, tidak ada anggota yang orang lain dan bekerja sama untuk mencapai
mendominasi dan banyak bicara sementara tujuan yang secara kualitas lebih baik, tetapi
anggota yang lain pasif. Dengan kancing dalam penelitian ini pembelajaran group tidak
gemerincing pemerataan tanggung jawab dapat lebih baik dari kelompok eksperimen kedua yang
tercapai, tidak ada anggota yang menggunakan pembelajaran individual problem
menggantungkan diri pada rekannya yang solving.
mendominasi. Jadi pembelajaran group problem Karena tiap kelompok tidak efektif dalam
solving dengan strategi kancing gemerincing guru pembelajaran group maka tidak tercapai
dapat memastikan siswa mendapat kesempatan pembelajaran problem solving secara maksimal.
untuk berperan serta dalam kelompoknya, Menurut Heller & Hollabaugh (1992) latihan-
sehingga dalam pembelajaran group problem latihan menggunakan konsep-konsep dan prinsip-
solving diharapkan dapat meningkatkan prinsip pada berbagai persoalan perlu dilakukan
keterampilan berpikir kritis siswa lebih baik lagi. secara bertahap. Pembelajaran problem solving
Supaya tujuan pembelajaran group dalam memecahkan masalah harus dilakukan
problem solving tercapai seharusnya setiap secara sistematis dan harus sering dilatih.Apabila
anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sering dilatih maka siswa dapat dengan cepat
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, mengidentifikasi konsep apa yang dibutuhkan
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan masalah.
diantara anggota kelompoknya, masing-masing Kelompok ekseperimen kedua yang
siswa mendapatkan evaluasi setelah belajar menggunakan pembelajaran individual problem
berkelompok, membutuhkan keterampilan untuk solvingmengalami peningkatan keterampilan
belajar bersama selama proses belajar dan setiap berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa diminta mempertanggung jawabkan secara kelompok eksperimen pertama yang
individual materi yang ditangani dalam kelompok menggunakan pembelajaran group problem
(Huda, 2013). solving. Hal ini karena pada pembelajaran
Menurut Huda (2013) bahwa persaingan individual problem solving, siswa menunjukkan
lebih kental di SMA dan siswa cenderung performa secara mandiri dan tidak bergantung
menghargai pencapaian individu dibandingkan pada teman-temannya. Menurut Sagala (2012)
dengan pencapain yang diperoleh dari hasil pembelajaran individu akan memberikan
berkelompok.Sehingga dalam pembelajaran kesempatan masing-masing individu
group problem solving guru dapat melakukan mengembangkan keterampilan yang dimiliki
penilai siswa secara individu sesuai keaktifan siswa. Artinya siswa memiliki keleluasaan belajar
siswa dalam kelompoknya. Dengan hal ini, berdasarkan kemampuan sendiri.
diharapkan semua siswa dapat aktif dalam Pada prinsipnya dalam pembelajaran
kelompoknya, dapat bekerjasama dalam problem solving sebaiknya dilakukan secara
kelompok, diharapkan tidak ada yang teratur dan logis agar diperoleh kebenaran yang
mendominasi dalam kelompok karena semua reliabel. Artinya jika dihadapkan pada masalah
anggota kelompok bersaing dan termotivasi untuk lain maka akan tetap mencapai kebenaran.
Dengan melalui tahap-tahap pembelajaran
106
Azzahra, Perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi termokimia …
problem solving baik secara group problem deducing the limiting reagent in chemical
solving ataupun individual problem solving yang reaction.Journal Chemistry Education and
baku diharapkan membantu siswa untuk lebih Practice
cermat dan tentunya menghasilkan jawaban yang Eka, A. (2010). Pembelajaran berbasis praktikum
benar. Jawaban-jawaban ini juga akan bersifat untuk meningkatkan kemampuan berpikir
reliabel, terutama jika diberikan soal-soal yang kritis mahasiswa.Jurnal Matematika dan
lebih bervariasi (Mutakinati, 2010). IPA. Vol. 1 No. 2
107
J D P Volume 9, Nomor 2, Juli 2016: 99 – 108
108