Anda di halaman 1dari 7

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengetahuan Lingkungan Hidup” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Pak SUPARNO ST.M,Eng pada bidang studi Lingkungan Hidup. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Lingkungan Hidup bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak SUPARNO ST.M,Eng


selaku guru/dosen pembimbing mata kuliah Lingkungan Hidup, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jayapura, 23 oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………….i

Daftar isi………………………………………………………………………………........ii
BAB I
PENDAHULUAN

Lingkungan hidup serta sumberdaya alam yang baik dan sehat merupakan hak
asasi setiap warga negara Indonesia. Dan dalam rangka mendayagunakan sumber
daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam
Undang - Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan
Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan
menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi
masa depan.

Indonesia, negara kepulauan yang memiliki kualitas dan kuantitas sumber daya
alam sangat baik. Pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan terarah adalah
syarat yang harus terpenuhi apabila Indonesia ingin memaksimalkan semua potensi
sumber daya alamnya. Untuk memperkuat syarat tersebut, perlu dibentuk Undang-
Undang yang mengatur Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Lahirnya UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan lingkungan hidup yang salah
satu acuannya adalah UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok Pengelolaan
lingkungan hidup merupakan kemajuan besar bagi bangsa Indonesia dalam usaha
pemanfaatan sumber daya alamnya secara maksimal. Lingkungan hidup yang baik
akan menyokong semua elemen dalam kehidupan, kemudian mendorong sebuah
gagasan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Dalam perjalanannya, ternyata UU No.23 Tahun 1997 memiliki beberapa


kekurangan. UU No.23 Tahun 1997 hanya mampu bertahan selama 12 tahun.
Penyempurnaan dari UU No.23 Tahun 1997 lahir dalam bentuk UU No.32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

Dari segi kualitas, UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup lebih baik dibandingkan UU No.23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Hail ini terjadi karena secara hirarki UU No.32
Tahun 2009 adalah “penyempurna” UU No.23 Tahun 1997. UU No.32 Tahun 2009
memuat hal-hal yang lebih terperinci, seperti B3 dan pola perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Dalam penjelasan UU No.32 Tahun 2009 point ke-7 Perbedaan mendasar


antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dengan Undang- Undang  Nomor 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan
yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang prinsip-prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola
pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian
aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.

Adapun beberapa point penting yang terdapat dalam antara UU 23 tahun 1997 dan
UU No. 32 Tahun 2009 antara lain:

1. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan


lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis,
tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan
lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan
perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis
lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen lain yang
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;
3. Pendayagunaan pendekatan ekosistem;
4. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
5. Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
6. Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan
global;
7. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik
pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
8. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi,
dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup;
9. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
10. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang lebih efektif dan responsif; dan
11. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah; antara UU 23 tahun 1997
disebut kan dalam pasal 8-13 dimana dalam pasal-pasal tersebut tidak
disebutkan bagaimana kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dengan hanya menyebutkan bahwa penyerahan
sebagian kekuasaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah pada
pasal 13. Sedangkan dalam UU 32 tahun 2009 di dalam pasal 9-15
disebutkan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah
dimana disebutkan dalam pasal-pasal itu bahwa pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota wajib menyusun RPPLH
( Rancangan Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup).

Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang luas kepada Menteri untuk


melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta melakukan koordinasi dengan instansi lain.
Melalui Undang-Undang ini juga, Pemerintah memberi kewenangan yang sangat
luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di daerah masing-masing yang tidak diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Oleh karena itu,  Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukumlembaga yang mempunyai beban kerja berdasarkan Undang-
Undang ini tidak cukup hanya suatu organisasi yang menetapkan dan melakukan
koordinasi pelaksanaan kebijakan, tetapi dibutuhkan suatu organisasi dengan
portofolio menetapkan, melaksanakan, dan mengawasi kebijakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.

Selain itu, lembaga ini diharapkan juga mempunyai ruang lingkup wewenang untuk
mengawasi sumber daya alam untuk kepentingan konservasi. Untuk menjamin
terlaksananya tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut dibutuhkan dukungan
pendanaan dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang memadai untuk
Pemerintah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang memadai untuk
pemerintah daerah.

Adapun perbandingan yang dapat kita lihat dari kedua Undang-Undang ini, adalah

N Bahan Perbandingan UU No.23 Tahun 1997 UU No.32 Tahun 2009


o

1. Kewenangan Pusat Tidak terlalu detail Pembagian tugas dan


dan daerah dijelaskan pembagian kewenangan jelas dalam
kewenangan antara pasal 63-64
pusat dan daerah

2. Upaya pengendalian Belum diatur secara jelas Diatur dalam BAB V


lingkungan hidup dan terpisah tentang pengendalian

3.  Instrumen Diatur dengan peraturan Meliputi KLHS, baku


pencegahan pemerintah (pasal 14) mutu lingkungan hidup,
pencemaran dan/atau kriteria baku kerusakan
kerusakan lingkungan lingkungan hidup, dll
hidup

4. Unsur-unsur Unsur pengelolaan Penambahan unsur


Pengelolaan lingkungan hidup antara lain RPPLH,
lingkungan hidup tercantum dalam pasal 1 KLHS, UKL-UPL,
ayat 1-25 Perubahan iklim, dll

5. Pendayagunaan kegiatan yang dokumen amdal akan


perizinan sebagai menimbulkan dampak dinilai oleh komisi penilai
instrumen besar dan penting yang dibentuk oleh
pengendalian terhadap lingkungan menteri,
hidup wajib memiliki gubernur/walikota
amdal

6. Pendayagunaan tidak ada penetapan Ada wilayah ekoregion


pendekatan wilayah ekoregion
ekosistem

7. Denda pidana Denda paling sedikit Denda paling sedikit Rp


sebesar Rp 1000.000.000,00 (satu
100.000.000,00 (seratus milyar rupiah)
juta rupiah)

8. Pengawasan Dibentuk suatu lembaga pejabat pengawas


khusus oleh pemerintah lingkungan hidup
berkoordinasi dengan
penyidik PNS

Anda mungkin juga menyukai