Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL KASUS I

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

Dosen :
Ns. Nurhusna., S.kep.,M.kep
Oleh :

Kelompok 6

Fitria Husni G1B118004


Citra Julia Anggraini G1B118006
Etia Zaria Amna G1B118007
Rachel Arga Mutiara G1B118008
Lintang Athala G1B118009
Indah Eka Purwasih G1B118030
Vanessa Rabbani G1B118031
Melati Octaviany Simamora G1B118037
Yusi Lorenza G1B118047
Lendra Apriansyah G1B118048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.Tuhan sekalian alam yang
selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tutor kasus 1 ini dengan judul “INITIAL ASSESSMENT”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas bimbingan yang
telah berikan dan telah  membantu, sehingga penulis merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
penulisan, penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran
berupa kritik dan saran dari para pembaca yang sifat yang membangun yang akan penulis
terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Jambi, April 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................i

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................i

1.3 Tujuan Umum................................................................................................................i

1.4 Tujuan Khusus................................................................................................................i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kegawatdaruratan............................................................................................i

2.2 Keadaan Kegawatdaruratan...................................................................................i

2.3 Persiapan Pasien Kegawatdaruratan ...........................................................................i

2.4 Definisi Initial Assessment............................................................................................i

2.5 Tahapan Pengelolaan penderita...................................................................................i

2.6 Prinsip........................................................................................................................

2.7 Proses........................................................................................................................

2.8 Second Survey dan Pengelolaan....................................................................................i

2.9 Re-Evaluasi penderita....................................................................................................i

2.10 Data Fokus Tambahan.................................................................................................i

ii
BAB III

3.1 ASKEP KASUS .................................................................................................................39

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................39

4.2 saran ..............................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................51

Lampiran .........................................................................................................................5

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan


tugas yang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem
Pelayanan Tanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini (early)
karena trauma yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam
sejak cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma.
Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk menghambat resiko kecacatan dan
bahkan kematian. Hal ini bisa saja terjadi karena trauma yang terjadi dalam
beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma tidak mendapatkan
penanganan yang optimal. Berdasarkan kasus diatas, penilaian awal
merupakan salah satu item kegawatdaruratan yang sangat mutlak harus
dilakukan untuk mengurangi resiko kecacatan, bahkan kematian.

Pada penelitian Canadian selama 5 tahun yang diakui oleh unit trauma,
96,3% mendukung terjadinya trauma tumpul, sisanya 3,7% cedera dengan
mekanisme penetrasi. Penyebab trauma tumpul berhubungan dengan
kecelakaan lalu lintas (70%), bunuh diri (10%), jatuh (8%), pembunuhan
(7%), dan lain-lain (5%). Banyak kejadian tersebut yang akhirnya menuju
kedalam kegawatdaruratan.

Berdasarkan penelitian diatas, seorang tenaga kesehatan harus mampu


melakukan tindakan medis yang tepat dan cepat untuk mengatasinya. Melalui
protocol-protokol yang berlaku, seorang tenaga kesehatan harus mampu
melakukan penilaian awal, sehingga mampu memberikan tindakan yang tepat
sesuai dengan tujuan penilaian awal. Tujuan penilaian awal adalah untuk
menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan
untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan dan efisiensi
tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai. Oleh karena itu tenaga medis,

4
khususnya dalam system pelayanan tanggap darurat harus mengenal konsep
penilaian awal untuk meningkatkan keberhasilan penanganan kasus gawat
darurat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah yang kami


kemukakan dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan?


2. Bagaimana keadaan pada pasien kegawatdaruratan?
3. Bagaimana persiapan pada pasien dengan kegawatdaruratan?
4. Apa yang dimaksud dengan intial assasment?
5. Bagaimana tahap pengelolaan penderita?
6. Apa yang dimaksud dengan primary survey dan resistance?
7. Apa yang dimaksud dengan secondary survey?
8. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan secondary survey?
9. Apa yang dimaksud dengan re evaluasi penderita?
10. Bagaimana cara data fokus tambahan?

1.3 TUJUAN UMUM

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan


tugas tutorial mata kuliah Keperawatan gawat darurat serta untuk menambah
pengetahuan tentang keperawatan khususnya keperawatan kegawatdaruratan
dan yang termasuk didalamnya adalah konsep initial assesment.

1.4 TUJUAN KHUSUS

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan makalah


ini adalah :

1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan


2. Untuk mengetahui Bagaimana keadaan pada pasien
kegawatdaruratan

5
3. Untuk mengetahuiBagaimana persiapan pada pasien dengan
kegawatdaruratan
4. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan intial assasment
5. Untuk mengetahuiBagaimana tahap pengelolaan penderita
6. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan primary survey dan
resistance
7. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan secondary survey
8. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan pengelolaan
secondary survey
9. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan re evaluasi penderita
10.Untuk mengetahuiBagaimana cara data fokus tambahan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gawat Darurat

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu


mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa
yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan
kematian korban (Hutabarat& Putra, 2016).

Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya
yag sangat padat saja, tapi dalam lingkup keluarga dan perumahan pun sering
terjadi. Misalnya, seorang yang habis melakukan olahraga tiba-tiba terserang
penyakit jantung, seorang yang makan tiba-tiba tersedak, seorang yang sedang
membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit ular berbisa dan sebagainya.
Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan menit bahkan detik,
sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua masyarakat tentang
pertolongan pertama pada gawat darurat. Pertolongan pertama pada gawat
darurat adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian
(Sutawijaya, 2009).

2.2 KEADAAN KEGAWATDARURATAN

1. Sangat Gawat Darurat (sangat megancam kehidupan)


a. Hentijantung (cardiac arrest)
b. Kesulitanbernafas
c. Syok
d. Infarkmiokard
e. Cedera kepala berat
f. Keracunan
g. Gangguan vertebrata

7
2. Gawat Darurat (mengancam kehidupan)
a. Nyeri dada
b. Multipel injuri berat
c. Luka terbuka dada dan abdomen          
d. Kelainan persalinan
e. Perdarahan tidak terkontrol/mayor
f. Kejang
3. Darurat tidak gawat
a. Nyeri karena gangguan paru   
b. Luka bakar
c. Multipel fraktur
d. Penurunan kesadaran
e. Diare, muntah terus menerus
f. Panas tinggi

2.3 Persiapan Pasien Kegawatdaruratan


Kondisi gawat darurat bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan di
mana saja. Agar tak panik bila orang-orang di sekitar kita mengalaminya,
ketahui apa saja yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama."Yang
pertama harus dilakukan adalah menghubungi EMS (Emergency Medical
Services) atau ER (Emergency Response) Indonesia. ER (Emergency
Response) Indonesia adalah salah satu penyedia layanan kegawatdaruratan
medis di luar rumah sakit yang ada di Indonesia. Layanan utama ER Indonesia
meliputi pendampingan dan rujukan pasien antar rumah sakit yang dapat di
lakukan di dalam kota, luar kota, maupun luar negeri dengan menggunakan
ambulans darat ataupun ambulans udara. Bila terjadi kondisi darurat, bisa
segera menghubungi ER Indonesia ke nomor 021-3106886 atau
081317727522.Namun sembari menunggu ambulans sampai ke tempat
korban, yang ada di sekitar korban bisa melakukan pertolongan pertama,
tentunya dengan tidak memperparah kondisi korban.

Tindakan pertolongan pertama untuk korban dengan penurusan


kesadaran atau pingsan, yaitu:

8
1. Cek kesadaran pasien
"Yang pertama dilakukan adalah cek pasien, sadar atau tidak. Caranya
dengan menepuk pundak dan menanyakan nama pasien.Jika pasien menjawab,
artinya pasien dalam kondisi sadar. Namun bila tidak ada jawaban, Anda bisa
memberinya rangsangan rasa nyeri dengan mencubit tangan. Bila masih tidak
ada jawaban, segeralah cari bantuan.

2. Call for help


"Anda bisa teriak mencari bantuan, telepon ER, ambulans, atau
satpam. Selain untuk mencari bantuan, juga untuk menjadi saksi.

3. Lihat, rasakan dan dengar


Pipi dan telinga dekatkan ke wajah pasien. Lihat gerakan dada pasien
untuk memeriksa apakah ia masih bernapas. Rasakan hembusan napasnya dan
dengan suara napasnya."Kalau suaranya ngorok dan banyak cairan, seperti
orang kumur-kumur, artinya ada gangguan pada jalan napasnya. Miringkan
pasien pada posisi 'mantap',". Posisi 'mantap' adalah posisi berbaring dengan
memiringkan pasien ke samping. Dengan posisi ini, lidah pasien tidak akan
menutup, dan cairan yang menyumbat jalan napasnya bisa mengalir keluar.

4. Tekan luka bila ada pendarahan


Bila ada pendarahan, tekan luka dengan apa saja yang ada di sekitar
Anda, seperti baju, ikat pinggang, atau kain.

5. Jangan sembarangan memindahkan


Jangan sembarangan memindahkan pasien karena ditakutkan ada patah
tulang di daerah leher dan tulang belakang, yang justru bisa menghambat
napasnya.

Kondisi gawat darurat bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan di
mana saja. Agar tak panik bila orang-orang di sekitar kita mengalaminya,

9
ketahui apa saja yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama."Yang
pertama harus dilakukan adalah menghubungi EMS (Emergency Medical
Services) atau ER (Emergency Response) Indonesia. ER (Emergency
Response) Indonesia adalah salah satu penyedia layanan kegawatdaruratan
medis di luar rumah sakit yang ada di Indonesia. Layanan utama ER Indonesia
meliputi pendampingan dan rujukan pasien antar rumah sakit yang dapat di
lakukan di dalam kota, luar kota, maupun luar negeri dengan menggunakan
ambulans darat ataupun ambulans udara. Bila terjadi kondisi darurat, bisa
segera menghubungi ER Indonesia ke nomor 021-3106886 atau
081317727522.Namun sembari menunggu ambulans sampai ke tempat
korban, yang ada di sekitar korban bisa melakukan pertolongan pertama,
tentunya dengan tidak memperparah kondisi korban.

Tindakan pertolongan pertama untuk korban dengan penurusan


kesadaran atau pingsan, yaitu:

1. Cek kesadaran pasien


"Yang pertama dilakukan adalah cek pasien, sadar atau tidak. Caranya
dengan menepuk pundak dan menanyakan nama pasien.Jika pasien menjawab,
artinya pasien dalam kondisi sadar. Namun bila tidak ada jawaban, Anda bisa
memberinya rangsangan rasa nyeri dengan mencubit tangan. Bila masih tidak
ada jawaban, segeralah cari bantuan.

2. Call for help


"Anda bisa teriak mencari bantuan, telepon ER, ambulans, atau
satpam. Selain untuk mencari bantuan, juga untuk menjadi saksi.

3. Lihat, rasakan dan dengar


Pipi dan telinga dekatkan ke wajah pasien. Lihat gerakan dada pasien
untuk memeriksa apakah ia masih bernapas. Rasakan hembusan napasnya dan
dengan suara napasnya."Kalau suaranya ngorok dan banyak cairan, seperti
orang kumur-kumur, artinya ada gangguan pada jalan napasnya. Miringkan
pasien pada posisi 'mantap',".

10
Posisi 'mantap' adalah posisi berbaring dengan memiringkan pasien ke
samping. Dengan posisi ini, lidah pasien tidak akan menutup, dan cairan yang
menyumbat jalan napasnya bisa mengalir keluar.

4. Tekan luka bila ada pendarahan


Bila ada pendarahan, tekan luka dengan apa saja yang ada di sekitar
Anda, seperti baju, ikat pinggang, atau kain.

5. Jangan sembarangan memindahkan


Jangan sembarangan memindahkan pasien karena ditakutkan ada patah
tulang di daerah leher dan tulang belakang, yang justru bisa menghambat
napasnya.

2.4 Pengertian Initial Assessment

Initial Assessment merupakan pengkajian paling awal saat korban


cidera mengalani kedaan yang sangat darurat akibat cedera multipel disinilah
tiap menitnya sangat berharga karen menyangkut nyawa seeorag hidup atau
pun mati sehingga sangat diperlukan pelayanan yang cepat saatkeadaan
darurat untuk mencegah kematian dini. Kejadian ini biasanya pasien
kekurangan oksigen yang tidak adekuat pada organ vital terutama otak dan
jantung.(Wijaya, 2019, p. 102)

Maka pengkajian awal sangat diperlukan untuk menyetablkan pasien,


mengidentifikasi cidera, serta untuk mengatur kecepan dan efisiensi tindakan
definitif atau tranfer kepasilitas yang sesuai.

Initial Assessment yaitu proses penilaian yang cepat tepat untuk


menghindari kematian mendadak pada pasien. Tujuannya untuk melakukan
tidakan dan penilaian yang tepat untuk menghindari kematian pasien. Wijaya,
2019, p. 102)

11
Initial Assessment suatu proses tahapan evaluasi secara cepat kepada
penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi
sesuai petunjuk. Ketika melakukan pengkajian pasien secara aman dan
dilakukan secara cepat tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of
Consciousnes) dan pegkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation), tindakan
ini diberikan dengan segera dengan pasien yang mengancam nyawa. Wijaya,
2019, p. 102)

2.5 Pengkajian awal menurut (Lumbantouran, 2015, p. 126)

1) Primary survey, yaitu penanganan ABCDE dan resutasi untuk


mencari keadaan yang mencantum nyawa dan segera lakukan
resusitasi.
2) Secondary survay yaitu head to toe: pemeriksaan dengan peneliti
dari ujung kepala sampai kaki dengan teknik log rol untuk melihat
bagian tubuh yang ada dibelakang
3) Pemasangan alat definitif.

2.7 Prinsip

Menurut (Lumbantouran, 2015, p. 127) Pertolongannya dengan


memperhatikan DANGER yang terdiri atas 3A (mandiri, pasien dan
lingungan) dan jangan lupa mengunakan alat pelindung diri.

2.7 Proses

Ada beberapa proses Initial asessment menurut Wijaya, 2019, p. 103-


113)

Persiapan Triase Primary Survey (ABCDE)


1. Resusitasi
2. Tambahan terhadap Primary Survey dan resusitasi
3. Scondary Surevey
4. Tambahan terhadap Scondary Survey

12
5. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
6. rujuk ke pusat rujukan yang lebih baik dan memadahi

Berikut penjeasan dari proses Initial asessment yag dapat dilakukan


secara bersamaan dan terus menerus.

1. Persiapan
a. Fase pra-rumah sakit
b. Fase rumah sakit
2. Triase
a. Multipel casualties
b. Mase casualties
3. Primary survey
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
d. Disability
e. Exposure
f. Foley catheter lihat ada kontra indikasi
g. Gastric tube
h. Heart monitor,pulse oxsimeter, pemeriksaan radiology
4. Resusitasi
a. Re- evalusi ABCDE
b. Berikan kepada pasien Dosis awal pemberian cairan kristaloid
adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak dengan
tetesen cepat
c. Evaluasi resusitasi cairan
d. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap
pemberian carian awal
1) Respon cepat
a) Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan
maintenance

13
b) Belum terlihat indikasi bolus cairan tambahan yang lain
atau pemberian darah kepada pasien
c) Pemeriksaan darah
d) Konsultasi pada ahli bedah karena intervensi opratif
mungkin masih diperlukan
2) Respo sementara
a) Pemberian cairan tetap dilanjutkan ditambah dengan
memberikan darah menentukan tindakan operatif
b) Pemberian darah menentukan tindakan operatif
c) Konsultasikan kepada ahli bedah.
3) Tanpa respon
a) Konsultasikan pada ahli bedah
b) Perlu tindakan operatif sangat segera
c) Patau dan amati kemungkinan syok non hemoragik seperti
temponade antung atau kontusio miokard
5. Tahapan pada primary survey dan resusitasi

Menurut Wijaya, 2019, p. 114-119)

a. Pasang EKG
Bila ada bradikardi dan hipotermia
b. Pasang kateter uretra
Kecurigaan adanya ruptur uretra, bila terdapat kesulita pemasangan
kateter karena struktur urera atau BPH, pengambilan sampel urin
rutin, produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai
perfusi ginjal dan hemodinamik penderita dan output urine normal
sekitar 0,5 ml/kgBB/ja pada orang dewasa 1 ml/kgBB/jam pada
anak-anak dan 2ml/kgBB/jam pada bayi.
c. Pasangan kateter lambung
Bila ada kecirigaan fraktur basis krania merupakan faktor indikasi
pemasangan nasogastric tube, dan selalu sediaka alat suction
selama pemasangan kateter lambung karena bahaya aspirasi saat
pasien muntah.

14
d. Monitoring hasil resultasi dan laboratorium
Monitor, nadi nafas, teanan darah, analisa gs darah juga sangat
penting, suhu, output urine dan pemeriksaan laboratorium darah.
e. Pemeriksaan foto rotgen
1) Segerakan lakukan foto toraks, pelvis dan servikal lateral,
mengunaan mesin x-ray portabel dan atau FASTbila terdapat
kecurigaan trauma abdomen
2) Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan sampai menghabat
proses resusitasi.
3) Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap
harus dilakukan.

2.6 Secondary Survey dan Pengelolaannya


Survai skunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung
rambut sampai ujung kaki, dari depan sampai belakang dan setiap lubang
dimasukan jari (tube finger in every orifice) Survai skunder hanya dilakukan
apabila penderita telah stabil.

Sedikit mengenai pengertian stabil: penderita stabil berarti bahwa


keadaan penderita sudah tidak menurun. Mungkin masih ada tanda syok,
namun tidak bertambah berat. Ini berbeda dengan keadaan normal, dimana
penderita kembali kekeadaan normal. Survai skunder juga harus meliputi
pemeriksaan yang teliti akan setiap lubang (tubes and finger in ecery orifice).

1. Anamnesis
Anamnesis harus lengkap karena akan memberikan gambaran
mengenai cidera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:
- Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk
pengaman : cidera wajah, maksilo – fasial,servikal, toraks ,
abdomen dan tungkai bawah.
- Jatuh dari pohon setinggi 6 meter : perdarahan intrakranial,
frakture servikal atau vertebra lain, fragture ekstermitas.
- Terbakar dalam ruangan tertutup : cidera inhalasi , keracunan
CO2

15
Anamnesis juga harus meliputi :
A : alergi
M : medikasi atau obat obatan
P : penyakit sebelumnnya yang diderita: hipertensi, DM
L : last meal (terakhir makan jam berapa, bukan makan
apa)
E : events , hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cidera
Dapatkan riwayat AMPLE dari penderita keluarga atau
petugas praRS
2. Pemeriksaan fisik
Meliputi insfeksi , auskutasi , palpasi dan perkusi.
1. Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa. Cukup sering terjadi bahwa
penderita yang nampaknya cidera ringan, tiba tiba ada darah
dilantai yang berasal dari tetesan luka dibelakang kepala.
Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk
adanya laserasi, kontusi, fraktur dan luka termal.
2. Wajah
Ingat prinsip : “luck-listen-feel” apabila cidera sekitar mata
maka jangan lalai memeriksa mata, karna pembengkakan
dimata akan menyebabkan pemeriksaan mata selanjutnya
menjadi sulit. Reevaluasi tingkat kesadaran dengan score GCS.
- mata : periksa korena ada cidera atau tidak, pupil mengenai
isokori serta refleks cahaya, acies visus dan acies campus.
- hidung : apabila pembengkakan, dilakukan palpasi akan
kemungkinnan akan krepitasi dari suatu faktor.
- zygoma : apabila ada pembengkakan jangan lupa mencari
krepitasi akan adanya fraktur zigoma.
- telinga : periksa dengan senter mengenai keutuhan membran
timpani atau adanya hemotimpanum.
- rahang atas : periksa stabilitas rahang atas.
- rahang bawah : periksa akan adanya fraktur.

16
3. Vertebra servikalis dan leher
Pada saat memeriksa leher, kolar terpaksa dilepas. Jangan lupa
untuk seorang pembantu tetap melakukan fiksasi. Periksa adaanya
cidera tumpul atau tajam, devisiasi trakea , dan pemakaian otot
tambahan. Palpasi akan adanya nyeri, deformitas , pembengkakan ,
emfisima subkutan , deviasi trakea, dan simetri pulsasi. Tetap jaga
imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Jaga airway pernafasan
dan oksigenasi. Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak
sekunder, dan lepaskan lensa kontak .
4. Toraks
Pemeriksaan dilakukan dengan “luck – listen- feel” .inspeksi
dinding dada bagian depan samping dan belakang untuk adanya
trauma tumpul atau tajam pemakaian otot pernafasan tambahan dan
ekspamsi toraks bilateral. Auskultasi pada bagian depan untuk
bising nafas (bilateral) dan bising jantung. Palpasi seluruh dinding
dada untuk adanya trauma tajam atau tumpul, emfisema subkutan,
nyeri tekan dan krepitasi. Perkusi untuk adanya hipersonar dan
keredupan. Ingat bahwa setiap cidera dibawah puting susu ada
kemungkinan cidera intra abdominal pula.
5. Abdomen
Cidera intra-abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis,misalnya
pada keadaan cedera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur
vertebra dengan kelumpuhan (penderita tidak akan nyeri perutnya
dan gejala defans otot dan nyeri tekan/ lepas tidak ada). Infeksi
abdomen bagian depan dan belakang untuk adanya trauma tajam,
tumpul dan adanya perdarahan internal. Auskultasi bising usus,
perkusi abdomen untuk mendapatkan nyeri lepas (ringan). Palpasi
abdomen untuk nyeri tekan ,defans ,muskuler, ngeri lepas yang
jelas, atau uterus yang hamil. Bila ragu-ragu akan adanya
perdarahan intra-abdominal dapat dilakukan pemeriksaan DPL
(diagnostic peritoneal lavage), ataupun USG (ultra-sonography).

17
Ingat bahwa pada perforasi organ berlumen misalnya usus halus
gejala mungkin tidak akan nampak dengan segera, karena itu
memerlukan re-evaluasi berulang-kali.
Pengelolaan: Transfer penderita ke ruang operasi bila diperlukan.
6. Pelvis
Cedera pada pelvis yang berat,akan nampak pada pemeriksaan fisik
(pelvis menjadi tidak stabil). Pada cedera berat ini kemungkinan
penderita akan masuk dalam keadaan syok, yang aharus segera
diatasi. Bila ada indikasi pasang PASG/ gurita untuk kontrol
perdarahan dari fraktur pelvis.
7. Ekstermitas
Pemeriksaan dilakukan dengan’look-feel-move’. Pada saat
inspeksi, jangan lupa untuk memeriksa adanya luka dekat daerah
fraktur (fraktur terbuka) , pada saat palpasi jangan lupa untuk
memeriksa denyut nadi distal dari fraktur , pada saat
menggerakkan , jangan dipaksakan bila jelas fraktur. Sindroma
kompartemen (tekanan intra-kompartemen dalam ekstremitas
meninggi sehingga membahayakan aliran darah) mungkin luput
terdiagnosis pada penderita dengan penurunan kesadaran atau
kelumpuhan.
8. Bagian punggung
Memeriksa punggung dilakukan dengan ‘log roll’ (memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat ini
dapat dilakukan pemeriksaan punggung.

2.9 Re-evaluasi penderita


Penilaian ualang penderita dengan mencatat, melaporkan setiap
perubahan pada kondisi penderita dan respon terhadap resusitasi. Monitoring
dari tanda vital dan jumlah urin mutlak dilakukan. Jangan lakukan
pemeriksaan yang tidak perlu apabila penderita akan dirujuk ke RS lainnya.

18
2.10 Data Fokus Tambahan
Setelah pengkajian sekunder ada beberapa intervensi yang perlu
dipertimbangkan menurut (Sheehy, 2018, p. 327) yaitu sebagai berikut:

1. Monitoring dan saturasi oksigen secara berkelanjutan


2. Pemasangan selang gastrik
3. Pemasangan kateter urine
4. Temuan laboratorium yang sesuai
5. Focused asessment with sonographylor Trauma (FAST)

19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

20
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Initial Assesment adalah proses penilaian yang cepat dan pengelolaan


yang tepat guna menghindari kematian pada pasien gawat darurat. Initial
assessment secara luas adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita
gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi. Penilaian dan
resusitasi dilakukan berdasarkan prioritas kegawatan pada penderita
berdasarkan adanya gangguan pada jalan napas (Airway), pernapasan
(Breathing) dan sirkulasi (circulation). Proses penilaian awal, pada dasarnya
meliputi

1. Primary survey
Primary survey adalah penanganan yang dilakukan pertama,
yang telah di bakukan menurut ATLS yang mencakup konteks
bahasan ABCDE. ABCDE adalah Airway, Breathing, Circulation,
Disability, exposure.
2. Secondary Survey
Meliputi penanganan pemeriksaan fisik head to toe, bila
menemukan pasien yang saat secondary survey mengalami
progress yang buruk, maka kembali lakukan primary survey.
3. Penanganan Definitif (menetap)
Adalah penanganan yang diberikan kepada klien yang telah
melewati masa yang akut, setelah primary survey dan secondary
survey.

4.2 SARAN

Penanganan awal (initial assesment) adalah hal mutlak yang harus


dipahami oleh tenaga kesehatan kegawatdaruratan. Oleh sebab itu, para tenaga
kesehatan, dimanapun berada, harus memahami konsep kegawatdaruratan ini.
Karena, apabila kita telah mengerti mengenai konsep initial assesment, maka

21
kita tidak akan bingung apabila mendapatkan kasus kegawatdaruratan yang
seperti kita tahu bahwa kasus kegawatdaruratan memerlukan tidak hanya
tindakan yang cepat namun juga tindakan tepat guna mendapatkan hasil yang
maksimal, yaitu menurunkan resiko kecacatan atau bahkan kematian.

22
DAFTAR PUSTAKA

 David Knighton, dkk, Tindakan-tindakanGawatDaurat, Jakarta,


Kedokteran:EGC
 Jhon A, Boswick, Ir, MD, PerawatanGawatDarurat, Jakarta,
Kedokteran:EGC
 Jhon Mills, MD, dkk, GawatDaruratParu-paru, Jakarta, Kedokteran:EGC

 Lumbantouran, P. (2015). BTCLS DISASTER MANAGEMENT. yayasan


pelatih keperawatan indonesia.

 Luz Heller, Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, Jakarta,


Kedokteran:EGC
 Marry EM, ProsedurKeperawatanDarurat, Missouri, EGC

 Norfitri, I. M. H. Z. R. L. P. R. (2019) Caring dan Confort Perawat


dalamKegawatdaruratan. Yogyakarta: DEEPUBLISH(Grup
PenerbitanBudi Utama).CV

 Sheehy. (2018). keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. ELSEVIER.

 Wijaya, andra S. (2019). KEGAWATDARURATAN DASAR. cv. Trans


Info Media.

 Sheehy (2018) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. Ist edn. Edited
by A. Kurniati, Y. Trisyani. and M. Theresia. Siwi. Ikaristi. Singapore:
ELSEVIER

23
LAMPIRAN

KASUS TUTORIAL 1

KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN

Anda bekerja di Rumah Sakit, memiliki ahli bedah umum, radiologi dan
laboratorium. Menerima pasien diantar oleh mobil ambulans puskesmas,
mendapatkan informasi bahwa riwayatnya telah terjadi kecelakaan lalu lintas,
melibatkan 1 mobil pick up yang berisi seorang supir, dan 1 unit sepeda motor
dengan 1 orang pengendara, kecelakaan terjadi sangat cepat di sebuah perempatan
yang sepi, sepeda motor melaju dengan kecepatan diperkirakan lebih dari 85
KM/jam menerobos lampu merah sehingga menabrak mobil pick up, pengendara
sepeda motor terlempar sejauh 10 meter ke bahu jalan.

Pengendara sepeda motor laki-laki, mengalami penurunan kesadaran, multi


trauma, pasien tampak sianosis

Evaluasi pemeriksaan fisik dan lokasi cedera pada pasien:

Fisik :

 Terdengar suara snoring


 Kesadaran Pasien dengan GCS 5 E: 1, V:1, M:3
 Hilangnya bising nafas pada rongga dada sebelah kanan, deviasi trachea,
distensi Vena jugularis
 Terdapat distensi abdomen
 Perubahan bentuk dan krepitasi pada daerah femur kiri 1/3 proximal,
dengan nadi dapat teraba

Cedera :

 Multi abrasi dan laserasi pada wajah, tangan, kaki


 Fraktur mandibula
 Jejas penuh pada dinding dada sebelah kanan

24
 Fraktur terbuka pada femur sinistra 1/3 proximal

Visualisasi Temuan Cedera :

1. Multi abrasi dan laserasi pada wajah, tangan, kaki


2. Fraktur mandibula
3. Jejas penuh pada dinding dada sebelah kanan
4. Frektur terbuka pada femur sinistra 1/3 proximal

25
1. MULTI ABRASI & LASERASI

2. FRAKTUR MANDIBULA 4. JEJAS DADA KANAN 3. FRAKTUR FEMUR KIRI

26
Step 1

1. Fraktur mandibula
2. Deviasi trakea
3. Multi abrasi
4. Sianosis
5. Distensi Vena jugularis
6. Laserasi

Jawab :

1. Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas(kesinambungan) tulang mandibular.


Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan benar.
2. Trakea yang tidak berada di garis tengah
3. Multi abrasi adalah banyaknya luka lecet terjadi ketika kulit bergesekan dengan benda
atau material yang memiliki permukaan kasar.
4. Sianosis adalah kondisi ketika bibir, jari tangan, dan kuku tampak berwarna kebiruan
karena kurangnya jumlah oksigen di dalam darah.
5. Distensi Vena jugularis adalah terlihatnya denyutan Vena jugularis di daerah leher yang
merupakan tanda terjadi peningkatan tekanan Vena sentral yang menggambarkan tekanan
didalam Vena cava
6. Laserasi adalah luka dalam atau sobekan pada kulit. Kecelakaan dengan pisau, peralatan,
dan mesin sering menjadi penyebab laserasi

27
STEP 2

1. Apa pertolongan pertama yg dilakukan perawat berdasarkan kasus tersebut?


2. Pemeriksaan penunjang apa yang di butuhkan pasien berdasarkan kasus?
3. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasus
4. Pasien pada kasus masuk kedalam triage dengan tingkat prioritas berapa
5. Apa yg terjadi pada pasien jika pasien lambat mendapatkan pertolongan?

STEP 3

1. Dengan melakukan teknik


 Survei Primer (Primary Survey)
Pengertian : Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
Tujuan : Untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian
dilakukan tindakan life saving.
Cara pelaksanaan (harus berurutan dan simultan)
 Jalan nafas (airway)

Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)

Buka jalan nafas, yakinkan adekuat


Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan
menggunakan teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada
korban trauma
 Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
Suctioning bila perlu
 Pernafasan (breathing)
Lihat,dengar,rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada pertukaran
hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau tidak
 Perdarahan (circulation)
Lihat adanya perdarahan eksterna/interna

28
Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis,
pulsus arteri distal
 Susunan Saraf Pusat (disability)
cek kesadaran
Adakah cedera kepala?
Adakah cedera leher?
perhatikan cedera pada tulang belakang
 Kontrol Lingkungan (Exposure/ environmental )
Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan
2. Pemeriksaan penunjang yg diperlukan
1. Pemeriksaan laboratorium darah seperti Hb
2. Pemeriksaan radiologi
3. CT scan kepala untuk memastikan kondisi cedera kepala
4. Ekg untuk memastikan jantung tidak terganggu

- MRI ini lebih sensitif untuk menunjukkan area kecil konstitusional atau perdarahan
kecil, cedera aksonal, dan perdarahan kecil ekstra aksial
- CT scan whole body digunakan pada kasus multitrauma untuk mengurangi waktu
diagnosis, dapat digunakan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil.
3. Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus
 Bersihkan jalan nafas tidak efektif bd snoring
 Resiko pendarahan bd fraktur terbuka pada femur sinistra 1/3 proximal
 Nyeri bd mulut abrasi dan laserasi pada wajah, tangan, kaki
4. Masuk ke triage merah dan tingkat prioritas 1 karena kasus dengan penyakit dengan
gawat darurat yang mengancam nyawa. Karena pasien kecelakaan dengan luka parah.
Ada fraktur di mandibula dan femur sinistra dan juga pasien mengalami penurunan
kesadaran, multi trauma, Dan sianosis

29
5. Pasien akan mengalami kematian, karena airway atau jalan napas nya mengalami
gangguan. Dalam keadaan darurat ganggua pernapasan harus lebih cepat di tangani.

Step 4 : Mind Maping

Tn.X

Riwayat Biomekanika

Tanda : Sadar
Multitrauma
Sianosis

Fisik Cedera
Tanda :

Pengkajian/IA

30

Anda mungkin juga menyukai