Dosen :
Ns. Nurhusna., S.kep.,M.kep
Oleh :
Kelompok 6
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.Tuhan sekalian alam yang
selalu melimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tutor kasus 1 ini dengan judul “INITIAL ASSESSMENT”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas bimbingan yang
telah berikan dan telah membantu, sehingga penulis merasa lebih ringan dan lebih
mudah menulis makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
penulisan, penyusunan kata demi kata maupun dalam penyusunan bahasa. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran
berupa kritik dan saran dari para pembaca yang sifat yang membangun yang akan penulis
terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.6 Prinsip........................................................................................................................
2.7 Proses........................................................................................................................
ii
BAB III
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................51
Lampiran .........................................................................................................................5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada penelitian Canadian selama 5 tahun yang diakui oleh unit trauma,
96,3% mendukung terjadinya trauma tumpul, sisanya 3,7% cedera dengan
mekanisme penetrasi. Penyebab trauma tumpul berhubungan dengan
kecelakaan lalu lintas (70%), bunuh diri (10%), jatuh (8%), pembunuhan
(7%), dan lain-lain (5%). Banyak kejadian tersebut yang akhirnya menuju
kedalam kegawatdaruratan.
4
khususnya dalam system pelayanan tanggap darurat harus mengenal konsep
penilaian awal untuk meningkatkan keberhasilan penanganan kasus gawat
darurat.
5
3. Untuk mengetahuiBagaimana persiapan pada pasien dengan
kegawatdaruratan
4. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan intial assasment
5. Untuk mengetahuiBagaimana tahap pengelolaan penderita
6. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan primary survey dan
resistance
7. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan secondary survey
8. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan pengelolaan
secondary survey
9. Untuk mengetahuiApa yang dimaksud dengan re evaluasi penderita
10.Untuk mengetahuiBagaimana cara data fokus tambahan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Situasi gawat darurat tidak hanya terjadi akibat lalu lintas jalan raya
yag sangat padat saja, tapi dalam lingkup keluarga dan perumahan pun sering
terjadi. Misalnya, seorang yang habis melakukan olahraga tiba-tiba terserang
penyakit jantung, seorang yang makan tiba-tiba tersedak, seorang yang sedang
membersihkan rumput di kebun tiba-tiba digigit ular berbisa dan sebagainya.
Semua situasi tersebut perlu diatasi segera dalam hitungan menit bahkan detik,
sehingga perlu pengetahuan praktis bagi semua masyarakat tentang
pertolongan pertama pada gawat darurat. Pertolongan pertama pada gawat
darurat adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian
(Sutawijaya, 2009).
7
2. Gawat Darurat (mengancam kehidupan)
a. Nyeri dada
b. Multipel injuri berat
c. Luka terbuka dada dan abdomen
d. Kelainan persalinan
e. Perdarahan tidak terkontrol/mayor
f. Kejang
3. Darurat tidak gawat
a. Nyeri karena gangguan paru
b. Luka bakar
c. Multipel fraktur
d. Penurunan kesadaran
e. Diare, muntah terus menerus
f. Panas tinggi
8
1. Cek kesadaran pasien
"Yang pertama dilakukan adalah cek pasien, sadar atau tidak. Caranya
dengan menepuk pundak dan menanyakan nama pasien.Jika pasien menjawab,
artinya pasien dalam kondisi sadar. Namun bila tidak ada jawaban, Anda bisa
memberinya rangsangan rasa nyeri dengan mencubit tangan. Bila masih tidak
ada jawaban, segeralah cari bantuan.
Kondisi gawat darurat bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan di
mana saja. Agar tak panik bila orang-orang di sekitar kita mengalaminya,
9
ketahui apa saja yang perlu dilakukan sebagai pertolongan pertama."Yang
pertama harus dilakukan adalah menghubungi EMS (Emergency Medical
Services) atau ER (Emergency Response) Indonesia. ER (Emergency
Response) Indonesia adalah salah satu penyedia layanan kegawatdaruratan
medis di luar rumah sakit yang ada di Indonesia. Layanan utama ER Indonesia
meliputi pendampingan dan rujukan pasien antar rumah sakit yang dapat di
lakukan di dalam kota, luar kota, maupun luar negeri dengan menggunakan
ambulans darat ataupun ambulans udara. Bila terjadi kondisi darurat, bisa
segera menghubungi ER Indonesia ke nomor 021-3106886 atau
081317727522.Namun sembari menunggu ambulans sampai ke tempat
korban, yang ada di sekitar korban bisa melakukan pertolongan pertama,
tentunya dengan tidak memperparah kondisi korban.
10
Posisi 'mantap' adalah posisi berbaring dengan memiringkan pasien ke
samping. Dengan posisi ini, lidah pasien tidak akan menutup, dan cairan yang
menyumbat jalan napasnya bisa mengalir keluar.
11
Initial Assessment suatu proses tahapan evaluasi secara cepat kepada
penderita gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi
sesuai petunjuk. Ketika melakukan pengkajian pasien secara aman dan
dilakukan secara cepat tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (Level Of
Consciousnes) dan pegkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation), tindakan
ini diberikan dengan segera dengan pasien yang mengancam nyawa. Wijaya,
2019, p. 102)
2.7 Prinsip
2.7 Proses
12
5. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
6. rujuk ke pusat rujukan yang lebih baik dan memadahi
1. Persiapan
a. Fase pra-rumah sakit
b. Fase rumah sakit
2. Triase
a. Multipel casualties
b. Mase casualties
3. Primary survey
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation dengan kontrol perdarahan
d. Disability
e. Exposure
f. Foley catheter lihat ada kontra indikasi
g. Gastric tube
h. Heart monitor,pulse oxsimeter, pemeriksaan radiology
4. Resusitasi
a. Re- evalusi ABCDE
b. Berikan kepada pasien Dosis awal pemberian cairan kristaloid
adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak dengan
tetesen cepat
c. Evaluasi resusitasi cairan
d. Pemberian cairan selanjutnya berdasarkan respon terhadap
pemberian carian awal
1) Respon cepat
a) Pemberian cairan diperlambat sampai kecepatan
maintenance
13
b) Belum terlihat indikasi bolus cairan tambahan yang lain
atau pemberian darah kepada pasien
c) Pemeriksaan darah
d) Konsultasi pada ahli bedah karena intervensi opratif
mungkin masih diperlukan
2) Respo sementara
a) Pemberian cairan tetap dilanjutkan ditambah dengan
memberikan darah menentukan tindakan operatif
b) Pemberian darah menentukan tindakan operatif
c) Konsultasikan kepada ahli bedah.
3) Tanpa respon
a) Konsultasikan pada ahli bedah
b) Perlu tindakan operatif sangat segera
c) Patau dan amati kemungkinan syok non hemoragik seperti
temponade antung atau kontusio miokard
5. Tahapan pada primary survey dan resusitasi
a. Pasang EKG
Bila ada bradikardi dan hipotermia
b. Pasang kateter uretra
Kecurigaan adanya ruptur uretra, bila terdapat kesulita pemasangan
kateter karena struktur urera atau BPH, pengambilan sampel urin
rutin, produksi urine merupakan indikator yang peka untuk menilai
perfusi ginjal dan hemodinamik penderita dan output urine normal
sekitar 0,5 ml/kgBB/ja pada orang dewasa 1 ml/kgBB/jam pada
anak-anak dan 2ml/kgBB/jam pada bayi.
c. Pasangan kateter lambung
Bila ada kecirigaan fraktur basis krania merupakan faktor indikasi
pemasangan nasogastric tube, dan selalu sediaka alat suction
selama pemasangan kateter lambung karena bahaya aspirasi saat
pasien muntah.
14
d. Monitoring hasil resultasi dan laboratorium
Monitor, nadi nafas, teanan darah, analisa gs darah juga sangat
penting, suhu, output urine dan pemeriksaan laboratorium darah.
e. Pemeriksaan foto rotgen
1) Segerakan lakukan foto toraks, pelvis dan servikal lateral,
mengunaan mesin x-ray portabel dan atau FASTbila terdapat
kecurigaan trauma abdomen
2) Pemeriksaan foto rotgen harus selektif dan sampai menghabat
proses resusitasi.
3) Pada wanita hamil, foto rotgen yang mutlak diperlukan, tetap
harus dilakukan.
1. Anamnesis
Anamnesis harus lengkap karena akan memberikan gambaran
mengenai cidera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:
- Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk
pengaman : cidera wajah, maksilo – fasial,servikal, toraks ,
abdomen dan tungkai bawah.
- Jatuh dari pohon setinggi 6 meter : perdarahan intrakranial,
frakture servikal atau vertebra lain, fragture ekstermitas.
- Terbakar dalam ruangan tertutup : cidera inhalasi , keracunan
CO2
15
Anamnesis juga harus meliputi :
A : alergi
M : medikasi atau obat obatan
P : penyakit sebelumnnya yang diderita: hipertensi, DM
L : last meal (terakhir makan jam berapa, bukan makan
apa)
E : events , hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cidera
Dapatkan riwayat AMPLE dari penderita keluarga atau
petugas praRS
2. Pemeriksaan fisik
Meliputi insfeksi , auskutasi , palpasi dan perkusi.
1. Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa. Cukup sering terjadi bahwa
penderita yang nampaknya cidera ringan, tiba tiba ada darah
dilantai yang berasal dari tetesan luka dibelakang kepala.
Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk
adanya laserasi, kontusi, fraktur dan luka termal.
2. Wajah
Ingat prinsip : “luck-listen-feel” apabila cidera sekitar mata
maka jangan lalai memeriksa mata, karna pembengkakan
dimata akan menyebabkan pemeriksaan mata selanjutnya
menjadi sulit. Reevaluasi tingkat kesadaran dengan score GCS.
- mata : periksa korena ada cidera atau tidak, pupil mengenai
isokori serta refleks cahaya, acies visus dan acies campus.
- hidung : apabila pembengkakan, dilakukan palpasi akan
kemungkinnan akan krepitasi dari suatu faktor.
- zygoma : apabila ada pembengkakan jangan lupa mencari
krepitasi akan adanya fraktur zigoma.
- telinga : periksa dengan senter mengenai keutuhan membran
timpani atau adanya hemotimpanum.
- rahang atas : periksa stabilitas rahang atas.
- rahang bawah : periksa akan adanya fraktur.
16
3. Vertebra servikalis dan leher
Pada saat memeriksa leher, kolar terpaksa dilepas. Jangan lupa
untuk seorang pembantu tetap melakukan fiksasi. Periksa adaanya
cidera tumpul atau tajam, devisiasi trakea , dan pemakaian otot
tambahan. Palpasi akan adanya nyeri, deformitas , pembengkakan ,
emfisima subkutan , deviasi trakea, dan simetri pulsasi. Tetap jaga
imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Jaga airway pernafasan
dan oksigenasi. Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak
sekunder, dan lepaskan lensa kontak .
4. Toraks
Pemeriksaan dilakukan dengan “luck – listen- feel” .inspeksi
dinding dada bagian depan samping dan belakang untuk adanya
trauma tumpul atau tajam pemakaian otot pernafasan tambahan dan
ekspamsi toraks bilateral. Auskultasi pada bagian depan untuk
bising nafas (bilateral) dan bising jantung. Palpasi seluruh dinding
dada untuk adanya trauma tajam atau tumpul, emfisema subkutan,
nyeri tekan dan krepitasi. Perkusi untuk adanya hipersonar dan
keredupan. Ingat bahwa setiap cidera dibawah puting susu ada
kemungkinan cidera intra abdominal pula.
5. Abdomen
Cidera intra-abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis,misalnya
pada keadaan cedera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur
vertebra dengan kelumpuhan (penderita tidak akan nyeri perutnya
dan gejala defans otot dan nyeri tekan/ lepas tidak ada). Infeksi
abdomen bagian depan dan belakang untuk adanya trauma tajam,
tumpul dan adanya perdarahan internal. Auskultasi bising usus,
perkusi abdomen untuk mendapatkan nyeri lepas (ringan). Palpasi
abdomen untuk nyeri tekan ,defans ,muskuler, ngeri lepas yang
jelas, atau uterus yang hamil. Bila ragu-ragu akan adanya
perdarahan intra-abdominal dapat dilakukan pemeriksaan DPL
(diagnostic peritoneal lavage), ataupun USG (ultra-sonography).
17
Ingat bahwa pada perforasi organ berlumen misalnya usus halus
gejala mungkin tidak akan nampak dengan segera, karena itu
memerlukan re-evaluasi berulang-kali.
Pengelolaan: Transfer penderita ke ruang operasi bila diperlukan.
6. Pelvis
Cedera pada pelvis yang berat,akan nampak pada pemeriksaan fisik
(pelvis menjadi tidak stabil). Pada cedera berat ini kemungkinan
penderita akan masuk dalam keadaan syok, yang aharus segera
diatasi. Bila ada indikasi pasang PASG/ gurita untuk kontrol
perdarahan dari fraktur pelvis.
7. Ekstermitas
Pemeriksaan dilakukan dengan’look-feel-move’. Pada saat
inspeksi, jangan lupa untuk memeriksa adanya luka dekat daerah
fraktur (fraktur terbuka) , pada saat palpasi jangan lupa untuk
memeriksa denyut nadi distal dari fraktur , pada saat
menggerakkan , jangan dipaksakan bila jelas fraktur. Sindroma
kompartemen (tekanan intra-kompartemen dalam ekstremitas
meninggi sehingga membahayakan aliran darah) mungkin luput
terdiagnosis pada penderita dengan penurunan kesadaran atau
kelumpuhan.
8. Bagian punggung
Memeriksa punggung dilakukan dengan ‘log roll’ (memiringkan
penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat ini
dapat dilakukan pemeriksaan punggung.
18
2.10 Data Fokus Tambahan
Setelah pengkajian sekunder ada beberapa intervensi yang perlu
dipertimbangkan menurut (Sheehy, 2018, p. 327) yaitu sebagai berikut:
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Primary survey
Primary survey adalah penanganan yang dilakukan pertama,
yang telah di bakukan menurut ATLS yang mencakup konteks
bahasan ABCDE. ABCDE adalah Airway, Breathing, Circulation,
Disability, exposure.
2. Secondary Survey
Meliputi penanganan pemeriksaan fisik head to toe, bila
menemukan pasien yang saat secondary survey mengalami
progress yang buruk, maka kembali lakukan primary survey.
3. Penanganan Definitif (menetap)
Adalah penanganan yang diberikan kepada klien yang telah
melewati masa yang akut, setelah primary survey dan secondary
survey.
4.2 SARAN
21
kita tidak akan bingung apabila mendapatkan kasus kegawatdaruratan yang
seperti kita tahu bahwa kasus kegawatdaruratan memerlukan tidak hanya
tindakan yang cepat namun juga tindakan tepat guna mendapatkan hasil yang
maksimal, yaitu menurunkan resiko kecacatan atau bahkan kematian.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sheehy (2018) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. Ist edn. Edited
by A. Kurniati, Y. Trisyani. and M. Theresia. Siwi. Ikaristi. Singapore:
ELSEVIER
23
LAMPIRAN
KASUS TUTORIAL 1
Anda bekerja di Rumah Sakit, memiliki ahli bedah umum, radiologi dan
laboratorium. Menerima pasien diantar oleh mobil ambulans puskesmas,
mendapatkan informasi bahwa riwayatnya telah terjadi kecelakaan lalu lintas,
melibatkan 1 mobil pick up yang berisi seorang supir, dan 1 unit sepeda motor
dengan 1 orang pengendara, kecelakaan terjadi sangat cepat di sebuah perempatan
yang sepi, sepeda motor melaju dengan kecepatan diperkirakan lebih dari 85
KM/jam menerobos lampu merah sehingga menabrak mobil pick up, pengendara
sepeda motor terlempar sejauh 10 meter ke bahu jalan.
Fisik :
Cedera :
24
Fraktur terbuka pada femur sinistra 1/3 proximal
25
1. MULTI ABRASI & LASERASI
26
Step 1
1. Fraktur mandibula
2. Deviasi trakea
3. Multi abrasi
4. Sianosis
5. Distensi Vena jugularis
6. Laserasi
Jawab :
27
STEP 2
STEP 3
28
Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis,
pulsus arteri distal
Susunan Saraf Pusat (disability)
cek kesadaran
Adakah cedera kepala?
Adakah cedera leher?
perhatikan cedera pada tulang belakang
Kontrol Lingkungan (Exposure/ environmental )
Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan
2. Pemeriksaan penunjang yg diperlukan
1. Pemeriksaan laboratorium darah seperti Hb
2. Pemeriksaan radiologi
3. CT scan kepala untuk memastikan kondisi cedera kepala
4. Ekg untuk memastikan jantung tidak terganggu
- MRI ini lebih sensitif untuk menunjukkan area kecil konstitusional atau perdarahan
kecil, cedera aksonal, dan perdarahan kecil ekstra aksial
- CT scan whole body digunakan pada kasus multitrauma untuk mengurangi waktu
diagnosis, dapat digunakan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil.
3. Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus
Bersihkan jalan nafas tidak efektif bd snoring
Resiko pendarahan bd fraktur terbuka pada femur sinistra 1/3 proximal
Nyeri bd mulut abrasi dan laserasi pada wajah, tangan, kaki
4. Masuk ke triage merah dan tingkat prioritas 1 karena kasus dengan penyakit dengan
gawat darurat yang mengancam nyawa. Karena pasien kecelakaan dengan luka parah.
Ada fraktur di mandibula dan femur sinistra dan juga pasien mengalami penurunan
kesadaran, multi trauma, Dan sianosis
29
5. Pasien akan mengalami kematian, karena airway atau jalan napas nya mengalami
gangguan. Dalam keadaan darurat ganggua pernapasan harus lebih cepat di tangani.
Tn.X
Riwayat Biomekanika
Tanda : Sadar
Multitrauma
Sianosis
Fisik Cedera
Tanda :
Pengkajian/IA
30