Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun Oleh :

Mirna Aryani Sofia

P17020317016

POLTEKNIK KESEHATAN BANDUNG

PRODI KEPERAWATAN BOGOR

2020

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Appendicitis adalah peradanagn akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenernya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bias
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umum berbahaya. (wim de jong et al, 2005 dalam NANDA
NIC NOC, 2015).
Klasifikasi appendusitis terbagi atas 3 yakni :
1. Apendisitis akut radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,
disertai maupun tidak disertai rangsangan peritoneum local.
2. Apendisitis rekurens
3. Apendisitis kronis
B. Etiologi
Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan
lender 1-2 ml per hari yang normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya
mengalir kesekum. Hambatan aliran lendir dimuara apendiks tampaknya berperan dalam
pathogenesis apendiks.
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia
jaringan limfe, fikalit (tinja atau batu), tumor apednsiks dan cacing askaris yang
dapat menyebabakan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite
(E.histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis
akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak pernah kembali
kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari
dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik) dan
keluhan menghilang setelah apendiktomi.
C. Patofisologi
Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks
akan menyebabkan obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah
fekolit yang akhirnya sebagai kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Semakin lama
mukus semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan epigastrium, nausea, muntah. invasi
kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan mukosa, submukosa, lapisan
muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah peritonitis lokal kanan
bawah. Suhu tubuh mulai naik. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan
bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan ini
yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri
terganggu akan terjadi infark diding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah, akan
menyebabkan apendisitis perforasi. Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan
usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan
abses atau bahkan menghilang. Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan
apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan
daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada
orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer,
2000)

D. Manifestasi Klinis
Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke
kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.
Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya
juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada
permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam
beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan
seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada
kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme
biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, psoas, dan obturatorpositif, akan semakin
meyakinkan diagnosa klinis. Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang
terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa
secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan
jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-
38,8°C. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut.
Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi
berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurur Mansjoer, 2000 :
1. Pra Operatif
- Pemasangan sonde lambung untuk deskompresi
- Pemasangan kateter untuk control pengeluaran urin
- Rehidrasi
- Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
- Bila demam, harus segera diturunkan sebelum diberi anestesi

2. Intraoperatif
- Apendiktomi
- Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
- Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau
abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu
sampai 3 bulan.
3. Post Operatif
- Observasi TTV
- Baringkan pasien dalam posisi semi fowler
- Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien di
puaskan
- Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan
sampai fungsi usus kembali normal
- Berikan minum mulai 15ml/jam sela 4-5 jam lalu naikan menjadi 30ml/jam.
Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan
lunak
- Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tekpat tidur
selama 2x30 menit
- Pada hari kedua pasien dapat berdiri diluar kamar
- Hari ke 7 jaitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang
4. Pada keadaan masa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai
dengan :
- Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
- Pemeriksaan local pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda
peritonitis
- Laboratprium masih terdapat leukositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri
5. Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih
tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai
dengan :
- Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih
- Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
lagi
- Pemeriksaan local abdomen tidak terdapat tanda – tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan
- Laboratorium hitung leukosit dan hitung jenis normal
- Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan
istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan
perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih
dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila
dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan
diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat
ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan
karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan
perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
2. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari
13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya lekositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan
urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal
bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. Pada apendisitis akut dan
perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak
normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.
Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
G. Pathway
Makan tidak teratur kerja fisik yang keras

Massa keras feses

Obstruksi lumen

Suplay darah menurun, mukosa terkikis

Peradangan appendik

Nyeri akut

Perforasi abses distensi abdomen

Apendiktomi menekan gaster

Resiko infeksi HCL meningkat

Mual, muntah

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

H. Data Yang Perlu Dikaji


1. Pre operasi
1) Nyeri akut
DS : klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
DO : klien tampak meringis sambil memegang perut
2) Ansietas
DS : klien mengatakan merasa khawatir karena pertama kali di
operasi
DO : klien tampak gelisah
2. Post operasi
1) Nyeri akut
DS : klien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasi
DO : klien tampak meringis menahan sakit
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS : klien mengatakan tidak nafsu makan, terasa mual dan muntah
DO : klien tampak lemah dan tidak nafsu makan
3) Resiko infeksi
DS : klien mengatala
DO :
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko infeksi
J. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan NOC NIC


Nyeri akut  Pain level Pain Management
 Pain control
 Lakukan pengkajian nyeri
 Comfort level
secara kompherensif
Kriteria Hasil :
 Observasi reaksi nonverbal dari
 Mampu mengontrol nyeri
ketidaknyamanan
 Melaporkan bahwa nyeri
 Gunakan teknik terapeutik
berkurang
 Kontrol lingkungan yang dapat
 Mampu mengenali nyeri
mempengaruhi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman
 Ajarkan teknik non
setelah nyeri berkurang
farmakologis
 Monitor penerimaan klien
tentang menejemen nyeri
Analgesic Administration
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Tentukan analgesic sesuai
beratnya nyeri
 Monitor ttv sebelum dan setelah
pemberian oabt
Ketidakseimbangan  Nutritional status: food and fluid Nutrition Management
nutrisi kurang dari intake  kaji adanya alergi makan
kebutuhan tubuh  Nutritional status: nutrient  kolaborasi dengan ahli gizi
intake untuk menentukan jumlah kalori
 Wight control dan nutrisi yang dibutuhkan
Kriteria Hasil : klien
 Adanya peningkatan berat badan  berikan makanan yang terpilih
Sesuai dengan tujuan (sudah konsultasi dengan ahli
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi gizi)
 Menunjukan peningkatan fungsi  monitor jumlah nutrisi dan
pengecapan dari menelan kandungan kalori
 brikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 kaji kemampuan klien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 monitor adanya penurunan berat
badan
 monitor lingkungan selama
makan
 monitor mual dan muntah
Resiko Infeksi  immune status Infection Control
 knowledge : infection control  batasi pengunjung bila perlu
 risk control  instruksikan pada pengunjung
Kriteria Hasil : untuk mencuci tangan saat
 klien bebas dari tnda dan gejala berkunjung dan setelah
infeksi berkunjung meninggalkan klien
 mendeskripsikan proses  pertahankan lingkungan aseptic
penularan penyakit, faktor yang  tingkatkan intake nutrisi
mempengaruhi penularan serta  monitor tanda dan gejala infeksi
penatalaksanaannya sistemik dan local
 menunjukan perilaku hidup  ajarkan klien dan keluarga
sehat tanda, gejala dan menghindari
infeksi
 laporkan kecurigaan infeksi
Ansietas  Anxiety self-control Anxiety Reduction
 Anxiety level
 Gunakan pendekatan yang
 Coping
menenagkan
Kriteria Hasil :
 Jelaskan semua prosedur dan
 Klien mampu mengidentifikasi,
apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejal cemas
prosedur
serta menunjukan teknik untuk
 Temani klien untuk memberikan
mengontrol cemas
keamanan dan mengurangi takut
 Vital sign dalam batas normal
 Dorong klien untuk
 Postrur tubuh, ekspresi wajah,
mengungkaokan perasaan,
bahasa tubuh dan tingkat
ketakutan dan persepsi
aktivitas menunjukan
 Instrusikan klien menggunakan
berkurangnya kecemasan
teknik ralaksasi

K. Sumber
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic –
Noc Edisi Revisi Jilid 1. Nurafif dan Kusuma. 2015. MediAction. Jogjakarta

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI

DISUSUN OLEH :
Mirna Aryani Sofia
(P17320317016)
Tk 3a

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG


PRODI KEPERAWATAN BOGOR
2020

ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian : Selasa, 11 Februari 2020
Waktu Pengkajian : 15.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Teratai

A. IDENTITAS
Nama : Ny. Y
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Suka Damai
Nama Penanggung Jawab : Tn. K
Status Penanggung Jawab : Suami

B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Anda mungkin juga menyukai