HIDAYAT PRIWAHYUDI K
oleh :
HIDAYAT PRIWAHYUDI K
O 271 15 038
Kelompok : 2 (Dua)
Universitas : Tadulako
Penulis
Mengetahui,
KoordinatorPraktikum AsistenPraktikum
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
diselesaikan tepat pada waktunya. Maksud dari penyusun laporan ini adalah sebagai
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua penulis, dan juga
kepada para Dosen yang telah membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini,
banyak terima kasih kepada Asisten asisten Dosen yang telah membantu dengan
segala upaya untuk menyelesaikan laporan dengan baik dan lancar. Penulis juga
menyadari bahwa laporan yang penulis buat masi jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis harap kan meminta keritikan dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan yang
penulis buat dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Ikan Lele Sangkuriang 3
2. Grafik pertumbuhan bobot ikan lele sangcuriang (Clarias gariepinus) 17
3. Grafik pertumbuhan panjang ikan lele sangcuriang (Clarias gariepinus) 18
11
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Alat dan Kegunaan Saat Praktikum 11
2 Kualitas air (pH) 19
3 Kualitas air (suhu) 20
12
I. PENDAHULUAN
merupakan sumber bahan makanan, devisa negara dan lapangan kerja. Semakin
banyak hasil perikanan dan jenis hasil perikanan yang dieksploitasi diakibatkan
oleh nilai budaya, populasi, taraf hidup dan lain sebagainya (Efendi dalam Novitarini,
2015).
Ikan lele sangkiriang menjadi salah satu komoditi hasil perikanan yang sangat
budidaya ikan lele mengahadapi permasalahan yaitu produktifitas yang masih rendah,
harga faktor produk (benih, tenaga kerja, pakan, dan pupuk) setiap tahunya hampir
bisa dipastikan akan naik dan harga lele akan berfluktuatif tidak menentu ketika
laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung, dan sawah. Dari penggolongan lahan
budidaya di atas, lahan budidaya kolam merupakan salah satu penghasil produksi
prinsip dasar dalam melakukan usaha budidaya ikan lele. Kegunaan Praktikum Dasar-
dan mempunyai keterampilan dalam menganalisa kondisi suatu usaha budidaya ikan
lele.
14
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Ikan lele umumnya memiliki warna kehitaman atau ke abuan dengan bentuk
tubuh yang panjang dan pipih ke bawah. Memiliki kepala yang pipih dan tidak
memiliki sisik dan terdapat alat pernapasan bantuan. Insang pada ikan lele berukuran
kecil dan terletak dibagian belakang kepala. Jumlah sirip ikan lele sebanyak 68-79,
sirip dada 9-10,sirip perut 5-6, sirip dubur 50-60, dan sungut berjumlah 4 pasang.
Sirip dada di lengkapi dengan duri tajam patil yang memiliki panjang maksimum
mencapai 400 mm. Matanya berukuran 1/8 dari panjang kepalanya. Giginya
berbentuk villiform dan menempel pada rahangnya (suyanto dalam Pratiwi , 2014)
Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku
terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Kepala pipih, simetris dan dari kepala sampai
punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergerigi, bagian badan
bulat dan memipih ke arah ekor, memiliki patil serta memiliki alat pernapasan
tambahan (accesory breathing organ) berupa kulit tipis menyerupai spons, yang
dengan alat pernapasan tambahan ini lele dapat hidup pada air dengan kadar oksigen
rendah. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen
hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari), dua buah lubang
penciuman yang terletak di belakang bibir atas, sirip punggung dan anal memanjang
sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata
berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya terhadap serangan atau ancaman dari
Ikan ini hanya hidup pada perairan air tawar. Selain itu ikan ini dapat hidup di
perairan yang airnya hanya memiliki sedikit kandungan oksigennya karna ikan lele
sangkuriang terdapat organ insang tambahan yang membuat ikan ini dapat
mengambil oksigen dari udara di luar air. Ikan ini juga dapat hidup di selokan yang
airnya kotor sebab ikan lele sangkuriang relatif tahan pada pencemaran bahan-bahan
organik.(suyanto, dalam Pratiwi, 2014). Ikan ini adalah ikan yang hidup di air tawar,
ia bersifat nokturnal artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat
yang gelap. Siang hari, ikan lele ini lebih memilih berdiam di lubang-lubang atau
Daerah dataran rendah ikan ini dapat hidup dengan baik. Pertumbuhan lele
sangkuriang akan melambat pada lingkunga hidup yang memiliki suhu yang terlalu
dingin dan pada daerah diatas 700 meter pertumbuhan ikan ini tidak begitu baik.
Perairan bersih ikan ini akan tumbuh dengan baik jika di pelihara dengan baik
(Wartono, 2011).
2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
(Arief, 2014). Menurut Ahmadi (2012), kandungan nutrisi pada pakan sangat
lakukan dengan pemberian probiotik pada pakan buatan, hal ini merupakan elternatif
17
untuk menghasilkan pakan yang memiliki fungsi ganda dan secara tidak langsung
sangatlah rakus, dan selain itu, ikan ini juga bersifat kanibalisme. Ikan ini lebih aktif
makan pada malam dibandingkan siang hari sehingga pakan yang diberikan harus
tertentu. Pasokan energy dari pakan merupakan salah satu factor yang mendukung
pertumbuhan ikan lele sangkuriang. Ikan lele sankuriang menggunakan energi yang
Arif 2014). Laju pertubuhan ikan lele sangkuriang dapat di pengaruhi oleh fungsi
awal dan akhir priode (Hermawan, 2012). Menurut Goddard (1996), faktor
hidup. Nafsu makan ikan lele sangkuriang akan menurun apabila oksigen pada kolam
kelangsungan hidup. Pergantian air merupakan Salah satu tindakan yang diglakukan
Sistem budidaya berbasiskan air atau pen system terdiri dari, keramba jarring
jaring apung merupakan salah satu budidaya berbasis air yang dikembangkan secara
intensif pada perairan terbatas (Widyastuti dkk 2009). Keramba Jaring Tancap (KJT)
merupakan jaring kantong berbentuk persegi yang dipasang pada kerangka bambu
atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Kombongan adalah wadah yg berupa
kandang yg terbuat dari kayu, papan, atau bambu yg ditempatkan di dasar sungai
dengan cara menggali dasar sungai sehingga bagian atas wadah setingkat dg
permukaan sungai. Sumber daya air didapat dari sungai dan saluran irigasi. Longline
Budidaya juga dapat dilakukan di darat salah satunya pada kolam budidaya.
Kolam merupakan tempat atau wadah dengan bentuk pematang atau dengan menggali
tanah sehingga dapat menampung air. Menurut Badrul (2013) dalam Bisena (2015),
ada tiga jenis kolam menurut bahan pembuatannya, antara lain. Kolam tanah, Kolam
beton dan Kolam terpal. Budidaya kolam terpal merupakan salah satu pilihan dalam
budidaya. Harga yang relatif murah membuat pembudidaya memilih kolam terpal,
19
dalam hal teknis juga memiliki kemudahan yang sangat membantu pembudidaya
dalam melakukan usahanya, baik dari pembibitan maupun pembesaran. Kolam terpal
2.2.2.1 Ekstensif
budidaya ekstensif. Struktur kolamnya pun sangat sederhana dan pengontrolan atas
kualitas atau kuantitas air sedikit, drainese pada air pun tidak sempurna. Komposisi,
jumlah dan ukuran dari spesies ikan tidak ada ketentuan dalam ekstensif (Sukadi,
2002).
pada pakan yang di berikan tidak seimbang. Pakan yang di berikan hanyalah berupa
limbah rumah tangga dan limbah pertanian, seperti dedak, bungkil dan kelapa.
rosmaniar 2011)
tambak, di sawah dan di jaring apung. Sitem budidaya ini biasanya digunakan untuk
pendedran. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan
secara teratur (Rosmaniar, 2011). Sistem semi intensif juga dapat dilakukan secara
20
terpadu, artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan
2.2.2.3 Intensif
Sistem budidaya intensif pada struktur budidaya KJA dapat menarik perhatian
publik terkait dengan keberlanjutan kondisi ekologi dan lingkungan perairan jangka
panjang. Pengembangan usaha dalam budidaya ikan secara intensif dipengaruhi oleh
beberapa aspek, seperti kualitas perairan atau lingkungan budidaya, kualitas benih
tambak air payau juga dengan pengairan yang baik. Peningkatan padat tebar yang di
ikuti dengan peningkatan pemakain pakan buatan kaya protein dapat menandai
pakan dan menejemen lingkungan yang baik dapat menunjukan pembesaran ikan
Sistem ultra-intensif merupakan bentuk evolusi dari sistem yang telah ada
awalnya dikembangkan oleh petani dan perusahaan swasta. Sistem tersebut lebih
dengan kolam ini menggunakan cara tradisional atau statik. Selama pemeliharan tidak
terjadi pergantian air. Menjaga kualitas air biasanya dengan memilih area yang luas
karna didalamnya terdapat biomasa dengan jumlah yang besar (appleford, 2012).
alami dari ekologi alam. Pada sistem ini kepadatan biomasa cukup rendah karena
proses alam dapat memberikan suplay oksigen terhadap biomasa,. Oksigen ini dapat
berasal dari difusi air, hasil dari fotosintessis dari tumbuhan alga, ataupun keduanya
(appleford, 2012).
memindahkan air. Ada beberapacara kerja pergantian air pada sistem ini, langkah-
langkah yang pertama ke arah lampiran atau penambahan proses alami. Sistem semi-
closed menggunakan sumber air secara alami, seperti curah hujan, mata air, ataupun
nilai produksi jauh lebih tinggi, produktivitasnya1,000 kali lipat dibanding dengan
produktifitas yang dihasilkan akan jauh lebih besar pula (appleford, 2012).
Sistem tertutup menjadi salah satu sistem yang digunakan dalam sistem
budidaya akuakultur. Sistem ini adalah hasilrekayasa manusia yang menjadi dasar
yang paling utama yaitu sistem ini mampu mengendalikan semua variabel lingkungan
di dalam sistem budidaya. Temperatur air dalam sistem tertutup dapat dirawat sangat
dekat jumlah maksimum bertumbuh temperatur untuk organisme budidaya. Sistem ini
mempunyai banyak dampak positif, tidak hanya laju pertumbuhan tetapi juga
air dapat secara konstan dinetralisir dengan ultra lembayung ( UV) atau ozon untuk
Peristiwa lingkungan eksternal seperti banjir atau perubahan cuaca mendadak tidak
menjadi masalah dalam sistem tertutup. Makanan dapat diatur secara efisien dengan
cara memonitor. Volume Persediaan air yang kurang menjadi perhatian khusus
pada hari Jumat tanggal 26 Februari 2016, sampai pada hari Jumat tanggal 22 April
Bahan yang di gunakan pada praktek Dasar Dasar Akuakultur ini meliputi benih ikan
3 x 1 m.
2. Memasang terpal pada kerangka kolam yang telah siap dengan hati-hati agar tidak
beberapa hari agar lumut dapat tumbuh dan untuk pertumbuhan fito plankton
1. Mengukur pH air, suhu air dan suhu ruang sebelum melakukan penebaran bibit
2. Menyiapkan bibit ikan lele sangkuriang, sebelum penebaran bibit penulis melaukan
3.3.3 Pemeliharaan
merupakan factor pendukung pertumbuhan ikan lele sangkuriang, hal ini dapat
3. Memberikan pakan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore dan di lakukan
setiap hari.
Menjaga kualitasa air merupakan hal yang perlu di perhatikan pada budidaya.
Untuk menjaga kualitas air dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengukur pH air dan suhu air kolam pada pagi dan sore hari dan di lakukan setiap
hari
3.3.3.3 Sampling
mengetahui banyak pakan yang akan di berikan dan di lakukan setiap 7 hari
sekali
26
3.4.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan cara panjang awal ikan di
kurangi dengan panjang akhir ikan. Panjang mutlak dapat dirumuskan sebagai
berikut:
L= L2- L1
W= Wt – Wo
menggunakan rumus :
SR = ( Nt / No ) x 100%
Kualitas air terdiri dari pengukuran pH dan suhu. Pagi dan sore melakukan
pengukuran pada kualitas air. Nilai pH selama penelitian berkisar antara 6-7. Hal ini
menunjukan bahwa selama penelitian nilai pH yang didapat masih dalam nilai pH
yang baik. Sedangkan, pada kisaran nilai suhu yang diukur dalam penelitian berkisar
antara 25-280C.
28
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan
19.949
6.626 8.125
5.645
1.16 4.143 4.165
1.329
1 2 3 4 5 6 7 8
Penurunan bobot badan ikan lele terjadi pada minggu ke empat. Penurunan ini terjadi
akibat menejemen pakan pada minggu ke empat tidak optimal dan kualitas air yang
buruk. Hal ini di perkuat Wijaya ( 2014) Laju pertubuhan ikan lele sangkuriang dapat
di pengaruhi oleh fungsi fisiologi dan kualitas air pada kolam budidaya. Petumbuhan
13.88
8.95 10.48
6.48 8
6.45
5.4 4.82
1 2 3 4 5 6 7 8
mengalami penurunan pada minggu ke dua dan minggu ke empat. Penurunan ini di
akibatkan pemberian pakan yang tidak optimal dan kualitas air yang buruk. Hal ini
diperkuat Wijaya ( 2014) Laju pertubuhan ikan lele sangkuriang dapat di pengaruhi
oleh fungsi fisiologi dan kualitas air pada kolam budidaya. Minggu ke lima
delapan.
30
Nt
= X 100%
N0
237
= X 100% = 94.8 %
250
cukup untuk mendukung kebutuhan pokok ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
sebab pada tingkat kelulus hidupan yang tinggi memberikan pengaruh yang besar
P S P S P S P S P S P S P S P S P S
1 6 7 6 6 6 7 7 7 6 7 7 7 6 6 6 7 6 7
2 7 7 6 7 6 7 7 7 6 7 6 7 6 7 7 6 6 7
3 7 6 6 7 6 6 6 6 7 7 6 6 6 7 6 7 6 8
4 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 7 6 7 7 8 6 8
5 6 7 6 6 6 6 7 7 6 7 6 7 6 6 6 7 7 6
6 6 6 6 6 6 7 6 6 7 6 6 6 7 7 6 7 7 6
7 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 6 6 6 6 6 6 7 6
31
Hasil bahwa pH pada wadah berkisaran 6-8 yang merupakan pH yang cocok
untuk kelangsungan hidup ikan ini. Menurut Jubedah, dalam Rudhiyufa (2011) pH
yang ideal untuk kehidupan ikan lele adalah antara6,5 – 8,5. pada kolam budidaya
mengandung amoniak yang tinggi yang disebabkan oleh penumpukan sisa-sisa pakan
yang berada dalam wadah. Penumpukan ini terjadi karna proses sifon yang di lakukan
tidak optimal yang membuat pakan menumpuk pada dasar kolam sehingga amoniak
P S P S P S P S P S P S P S P S P S
1 26 27 26 28 26 27 25 27 27 28 26 27 27 26 27 27 26 27
2 26 27 26 28 26 27 27 28 26 28 26 27 27 26 27 26 27 27
3 27 26 27 28 27 28 27 27 26 28 27 27 26 26 26 26 26 27
4 27 26 27 28 27 27 27 26 26 25 27 28 26 26 27 26 26 27
5 28 28 27 28 28 28 28 27 26 26 27 27 28 26 27 27 26 27
6 28 27 27 28 28 27 28 25 27 26 26 27 27 27 27 27 26 27
7 26 26 27 27 26 28 26 26 26 26 26 26 26 26 27 27 26 28
Hasil suhu pada kolam budidaya berkisaran 25-28 derajat. Suhu berkisaran
25-28 derajat merupakan suhu yang ideal bagi pertumbuhan ikan lele sangkuriang.
Memurut Tai et al., (1994) dalam Az-zanurji (201). pertumbuhan ikan lele akan baik
5.1 Simpulan
empat.
2. Laju pertumbuhan ikan lele sangat di pengaaruhi oleh kualitas air dan
menejemen pakannya.
3. Lele sangkuriang dapat hidup ideal pada ph kisaran 6-8 dan suhu kisaran 25-28
derajat.
5.2 Saran
pemeliharan ikan lele sangkuriang (Clarias Gariepinus) pada kolam terpal praktikan
lebih serius dan asisten dosen selalu mengawasi praktikan pada saat melakukan
pemeliharaan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Arif,A., Fitriani,N., Subekti, S., 2014. Pengaru Pemberian Probiotik pada Pakan
Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Ikan Lele Sangkuriang
(clarias sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Airlangga. Vol : 6(1) :46-51
Bisena, I.K.A., Ambrawati., Astiti, N.W.S., 2015. Analisis Efisinsi Budidaya Ikan
Lele: Studi Kasus Pada Kelompok Tani Unit Pembibitan. Jurnal Manajemen
Agribisnis. Program Studi Magister Agribisnin. FAkultas Pertanian.
Universitas Udamayu. Vol : 3(1): 11-12.
Lestari. A,. 2011. Analisis Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreocherimis Niloticus)
Dengan Sistem Karamba di Desa Pudak Setegagal. Skripsi. Program Studi
Budiaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanudin. Makasar.
Wijaya, O. Rahardja B.S., Prayoga,. 2014. Pengaryh Padat Teabar Terhadap Laju
Pertumbuhan Dan SRPada Sistem akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Universitas Eirlangga. Vol :
6(1)