Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

DASAR – DASAR AKUAKULTUR

BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG


DENGAN METODE KOLAM TERPAL

HIDAYAT PRIWAHYUDI K

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
DASAR – DASAR AKUAKULTUR

BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG


DENGAN METODE KOLAM TERPAL

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah
Dasar-Dasar Akuakultur

oleh :

HIDAYAT PRIWAHYUDI K
O 271 15 038

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur Mengenai


Pemeliharan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Kolam
Terpal

Nama : Hidayat Priwahyudi K

No. Stambuk : O 271 15 038

Kelompok : 2 (Dua)

Universitas : Tadulako

Palu, Mei 2016

Penulis

Mengetahui,

KoordinatorPraktikum AsistenPraktikum

Kusmadi .L. Binangkari Yoel Minggu


O 271 12 002 O 271 12 064
Menyetujui
Koordinator Praktikum Dasar Dasar Kuakultur

Rusaini S.Pi M.sc,Phd


Nip.196906371999031001
6

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga Laporan Lengkap Praktikum Dasar-Dasar akuakultur

diselesaikan tepat pada waktunya. Maksud dari penyusun laporan ini adalah sebagai

syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Dasar-Dasar Akuakultur.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua penulis, dan juga

kepada para Dosen yang telah membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini,

khususnya kepada Rusaini S.Pi M.Sc,Phd sebagai selaku kordinator Dosen

Pembimbing Praktikim Dasar-Dasar Akuakultur. Tak lupa pula penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada Asisten asisten Dosen yang telah membantu dengan

segala upaya untuk menyelesaikan laporan dengan baik dan lancar. Penulis juga

menyadari bahwa laporan yang penulis buat masi jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis harap kan meminta keritikan dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan yang

penulis buat dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.

Palu, Mei 2016

Penulis
7

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan dan Kegunaan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Lele Sangkuring (Clarias Gariepinus) 3


2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Sangkuring (Clarias Gariepinus) 3
2.1.3 Habitat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus) 5
2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele Sangkuriang
(ClariasGariepinus) 6
2.1.5 Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias Gariepinus 6
2.1.6 Kelangsungan Hidup Ikan Lele sangkuriang (Clarias
Gariepinus) 7
2.2 SISTEM BUDIDAYA 7
8

2.2.1 Struktur Budidaya 7


2.2.1.1 Water based aquaculture 7
2.2.1.2 Land based aquaculture 8
2.2.2 Intensitas budidaya 8
2.2.2.1 Ekstensif 8
2.2.2.2 Semi intensif 8
2.2.2.3 Intensif 9
2.2.2.4 Ultra intensif 9
2.2.3 Pergantian air 10
2.2.3.1 Static system 10
2.2.3.2 Open system 10
2.2.3.3 Semi closed system 10
2.2.3.4 Closed system 11
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat 12


3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Prosedur Kerja 13
3.3.1 Persiapan wadah 13
3.3.2 Penebarab Benih 13
3.3.3 Pemeliharaan 14
3.3.3.1 Pemberian pakan 14
3.3.3.2 Manajemen kualitas air 14
3.3.3.3 Sampling 14
3.4 Analisa Data 15
3.4.1 Pertumbuhan 15
3.4.1.1 Pertumbuhan panjang mutlak 15
3.4.1.2 Pertumbuhan berat mutlak 15
3.4.2 Sintasan (Survival rate) 15
9

3.4.3 Kualitas air 16


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 17
4.1.1 Pertumbuhan 17
4.1.2 Sintasan 19
4.1.3 Kualitas air 19
4.2 pembahasan 17
4.2.1 Pertumbuhan 17
4.2.2 Sintasan 19
4.2.3 Kualitas air 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 21
5.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
10

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Ikan Lele Sangkuriang 3
2. Grafik pertumbuhan bobot ikan lele sangcuriang (Clarias gariepinus) 17
3. Grafik pertumbuhan panjang ikan lele sangcuriang (Clarias gariepinus) 18
11

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1 Alat dan Kegunaan Saat Praktikum 11
2 Kualitas air (pH) 19
3 Kualitas air (suhu) 20
12

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya perairan adalah aktivitas untuk memproduksi biota akuatik di

lingkungan terkontrol dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Budidaya perairan

berasal dari bahasa Inggris aquaculture. Kegiatan budidaya merupakan suatu

kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak, menumbuhkan, dan meningkatkan

kualitas biota sendiri sehingga menghasilkan keuntungan. Organisme akuatik

termasuk kelompok ikan (Lestari, 2011).

Sub sektor perikanan memiliki peranan penting dalam pembangunan, karena

merupakan sumber bahan makanan, devisa negara dan lapangan kerja. Semakin

banyak hasil perikanan dan jenis hasil perikanan yang dieksploitasi diakibatkan

karena permintaan masyarakat yang meningkat. Permintaan tersebut dipengaruhi

oleh nilai budaya, populasi, taraf hidup dan lain sebagainya (Efendi dalam Novitarini,

2015).

Ikan lele sangkiriang menjadi salah satu komoditi hasil perikanan yang sangat

digemari masyarakat Indonesia. Komoditi ini memiliki prospek yang sangat

menjajikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya. Pengembangannya

budidaya ikan lele mengahadapi permasalahan yaitu produktifitas yang masih rendah,

harga faktor produk (benih, tenaga kerja, pakan, dan pupuk) setiap tahunya hampir

bisa dipastikan akan naik dan harga lele akan berfluktuatif tidak menentu ketika

panen besar (Az-zarnuji, 2011).


13

Potensi Lahan Budidaya di Indonesia digolongkan menjadi 3, yaitu budidaya

laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung, dan sawah. Dari penggolongan lahan

budidaya di atas, lahan budidaya kolam merupakan salah satu penghasil produksi

terbesar (Az-zarnuji, 2011).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur adalah mengetahui secara

mendalam mengenai dasar-dasar akuakultur dan memberikan gambaran mengenai

prinsip dasar dalam melakukan usaha budidaya ikan lele. Kegunaan Praktikum Dasar-

Dasar Akuakultur adalah menambah pengetahuan dan pengalaman yang mendalam

dan mempunyai keterampilan dalam menganalisa kondisi suatu usaha budidaya ikan

lele.
14

II. TNJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus )

2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele sangkuriang (clarias Gariepinus )

Menurut Widodo dalam Pratiwi (2014), klasifikasi ikan lele sangkuriang (

clarias gariepinus ) sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Siluroidae

Famili : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariedpinus var

Gambar 1: ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)


Sumber : Nasrudin dalam Pratiwi (2014).
15

2.1.2. Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus)

Ikan lele umumnya memiliki warna kehitaman atau ke abuan dengan bentuk

tubuh yang panjang dan pipih ke bawah. Memiliki kepala yang pipih dan tidak

memiliki sisik dan terdapat alat pernapasan bantuan. Insang pada ikan lele berukuran

kecil dan terletak dibagian belakang kepala. Jumlah sirip ikan lele sebanyak 68-79,

sirip dada 9-10,sirip perut 5-6, sirip dubur 50-60, dan sungut berjumlah 4 pasang.

Sirip dada di lengkapi dengan duri tajam patil yang memiliki panjang maksimum

mencapai 400 mm. Matanya berukuran 1/8 dari panjang kepalanya. Giginya

berbentuk villiform dan menempel pada rahangnya (suyanto dalam Pratiwi , 2014)

Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang baku

terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Kepala pipih, simetris dan dari kepala sampai

punggung berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergerigi, bagian badan

bulat dan memipih ke arah ekor, memiliki patil serta memiliki alat pernapasan

tambahan (accesory breathing organ) berupa kulit tipis menyerupai spons, yang

dengan alat pernapasan tambahan ini lele dapat hidup pada air dengan kadar oksigen

rendah. Ikan ini memiliki kulit berlendir dan tidak bersisik (mempunyai pigmen

hitam yang berubah menjadi pucat bila terkena cahaya matahari), dua buah lubang

penciuman yang terletak di belakang bibir atas, sirip punggung dan anal memanjang

sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata

berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya terhadap serangan atau ancaman dari

luar yang membahayakan (Gunther & Teugels dalam Widodo, 2009)


16

2.1.3. Habitat Ikan Lele Sangkuriang ( clarias Gariepinus )

Ikan ini hanya hidup pada perairan air tawar. Selain itu ikan ini dapat hidup di

perairan yang airnya hanya memiliki sedikit kandungan oksigennya karna ikan lele

sangkuriang terdapat organ insang tambahan yang membuat ikan ini dapat

mengambil oksigen dari udara di luar air. Ikan ini juga dapat hidup di selokan yang

airnya kotor sebab ikan lele sangkuriang relatif tahan pada pencemaran bahan-bahan

organik.(suyanto, dalam Pratiwi, 2014). Ikan ini adalah ikan yang hidup di air tawar,

ia bersifat nokturnal artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat

yang gelap. Siang hari, ikan lele ini lebih memilih berdiam di lubang-lubang atau

tempat-tempat yang tenang (Suyanto, dalam Wibowo, 2011).

Daerah dataran rendah ikan ini dapat hidup dengan baik. Pertumbuhan lele

sangkuriang akan melambat pada lingkunga hidup yang memiliki suhu yang terlalu

dingin dan pada daerah diatas 700 meter pertumbuhan ikan ini tidak begitu baik.

Perairan bersih ikan ini akan tumbuh dengan baik jika di pelihara dengan baik

(Wartono, 2011).

2.1.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan budidaya sangat di tunjang dengan

pemberian pakan pada organism budidaya. Umumnya kegiatan budidaya

menggunakan pakan komersial yang menghabiskan biaya produksi sekitar 60-70%

(Arief, 2014). Menurut Ahmadi (2012), kandungan nutrisi pada pakan sangat

mempengaruhi kualitas pakan yang diberikan. Meningkatkan kualitas pakan dapat di

lakukan dengan pemberian probiotik pada pakan buatan, hal ini merupakan elternatif
17

untuk menghasilkan pakan yang memiliki fungsi ganda dan secara tidak langsung

dapat meningkatkan kualitas pakan. Kebiasaan makan ikan lele sangkuriang

sangatlah rakus, dan selain itu, ikan ini juga bersifat kanibalisme. Ikan ini lebih aktif

makan pada malam dibandingkan siang hari sehingga pakan yang diberikan harus

banyak pada malam hari (Suyanto, dalam Iqbal, 2011)

2.1.5 Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus)

Pertumbuhan sebagai pertambahan dalam volume dan berat dalam waktu

tertentu. Pasokan energy dari pakan merupakan salah satu factor yang mendukung

pertumbuhan ikan lele sangkuriang. Ikan lele sankuriang menggunakan energi yang

berlebihan dimanfaatkan untuk pertumbuhannya (Handajani dan Widodo 2010 dalam

Arif 2014). Laju pertubuhan ikan lele sangkuriang dapat di pengaruhi oleh fungsi

fisiologi dan kualitas air pada kolam budidaya (Wijaya, 2014)

2.1.6 Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

Kelangsungan hidup merupakan perbandingan antar organism yang hidup di

awal dan akhir priode (Hermawan, 2012). Menurut Goddard (1996), faktor

lingkungan dan ketersediaan pakan dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan

hidup. Nafsu makan ikan lele sangkuriang akan menurun apabila oksigen pada kolam

budidaya rendah, sehingga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan dan

kelangsungan hidup. Pergantian air merupakan Salah satu tindakan yang diglakukan

guna menciptakan lingkungan ideal untuk kolam budidaya.


18

2.2 Sistem budidaya

2.2.1 Struktur budidaya

2.2.1.1 Water based aquaculture

Sistem budidaya berbasiskan air atau pen system terdiri dari, keramba jarring

apung, karamba jarring tancap, kombongan, rakit dan enclosure.Budidaya keramba

jaring apung merupakan salah satu budidaya berbasis air yang dikembangkan secara

intensif pada perairan terbatas (Widyastuti dkk 2009). Keramba Jaring Tancap (KJT)

merupakan jaring kantong berbentuk persegi yang dipasang pada kerangka bambu

atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Kombongan adalah wadah yg berupa

kandang yg terbuat dari kayu, papan, atau bambu yg ditempatkan di dasar sungai

dengan cara menggali dasar sungai sehingga bagian atas wadah setingkat dg

permukaan sungai. Sumber daya air didapat dari sungai dan saluran irigasi. Longline

adalah sistem teknologi budidaya dengan menggunakan tambang sebagai komponen

utama wadah produksi (Harun 2012)

2.2.1.2 Land based aquaculture

Budidaya juga dapat dilakukan di darat salah satunya pada kolam budidaya.

Kolam merupakan tempat atau wadah dengan bentuk pematang atau dengan menggali

tanah sehingga dapat menampung air. Menurut Badrul (2013) dalam Bisena (2015),

ada tiga jenis kolam menurut bahan pembuatannya, antara lain. Kolam tanah, Kolam

beton dan Kolam terpal. Budidaya kolam terpal merupakan salah satu pilihan dalam

budidaya. Harga yang relatif murah membuat pembudidaya memilih kolam terpal,
19

dalam hal teknis juga memiliki kemudahan yang sangat membantu pembudidaya

dalam melakukan usahanya, baik dari pembibitan maupun pembesaran. Kolam terpal

memiliki umur ekonomis rata-rata tiga tahun.

2.2.2 Intensitas budidaya

2.2.2.1 Ekstensif

Tidak adanya unsur hara yang ditambahkan untuk mendorong dalam

mensuplemen atau menggantikan makanan alami merupakan arti dari system

budidaya ekstensif. Struktur kolamnya pun sangat sederhana dan pengontrolan atas

kualitas atau kuantitas air sedikit, drainese pada air pun tidak sempurna. Komposisi,

jumlah dan ukuran dari spesies ikan tidak ada ketentuan dalam ekstensif (Sukadi,

2002).

Pemberian pakan padabudiddaya secara ekstensif tidak optimum, nutrisai

pada pakan yang di berikan tidak seimbang. Pakan yang di berikan hanyalah berupa

limbah rumah tangga dan limbah pertanian, seperti dedak, bungkil dan kelapa.

Pembudidayaan semi ekstensif tidak mengirakan waktu pemanenan (Sugiarto dalam

rosmaniar 2011)

2.2.2.2 Semi intensif

Budidaya perikanan sistem semi intensif dapat dilakukan dikolam, di

tambak, di sawah dan di jaring apung. Sitem budidaya ini biasanya digunakan untuk

pendedran. Dalam sistem ini sudah dilakukan pemupukan dan pemberian pakan

secara teratur (Rosmaniar, 2011). Sistem semi intensif juga dapat dilakukan secara
20

terpadu, artinya kolam ikan dikelola bersama dengan usaha tani lain maupun dengan

industri rumah tangga (Sugiarto, dalam Rosmaniar, 2011)

2.2.2.3 Intensif

Sistem budidaya intensif pada struktur budidaya KJA dapat menarik perhatian

publik terkait dengan keberlanjutan kondisi ekologi dan lingkungan perairan jangka

panjang. Pengembangan usaha dalam budidaya ikan secara intensif dipengaruhi oleh

beberapa aspek, seperti kualitas perairan atau lingkungan budidaya, kualitas benih

dan kualitas pakan (Erlania dkk., 2010).

Budidaya sistem intensif dapat dilakukan dengan menggunakan kolam atau

tambak air payau juga dengan pengairan yang baik. Peningkatan padat tebar yang di

ikuti dengan peningkatan pemakain pakan buatan kaya protein dapat menandai

intensifikasi budidaya perikanan (Avimelach dalam Rosmaniar 2011). Pemberian

pakan dan menejemen lingkungan yang baik dapat menunjukan pembesaran ikan

secara intensif (Gunadi dalam Rosmaniar 2011)

2.2.2.4 Ultra intensif

Sistem ultra-intensif merupakan bentuk evolusi dari sistem yang telah ada

sebelumnya dan jarang diaplikasikan untuk kepentingan komersial, meskipun

awalnya dikembangkan oleh petani dan perusahaan swasta. Sistem tersebut lebih

merupakan science dan art dari aktifitas budidaya ( Hikmah 2010)


21

2.2.3 Pergantian air

2.2.3.1 Statik system

Banyak produksi akuakultur dunia menggunakan kolam, pembudidayaan

dengan kolam ini menggunakan cara tradisional atau statik. Selama pemeliharan tidak

terjadi pergantian air. Menjaga kualitas air biasanya dengan memilih area yang luas

karna didalamnya terdapat biomasa dengan jumlah yang besar (appleford, 2012).

2.2.3.2 Open system

Sistem produksi dalam kategori ini bergantung sepenuhnya terhadap proses

alami dari ekologi alam. Pada sistem ini kepadatan biomasa cukup rendah karena

proses alam dapat memberikan suplay oksigen terhadap biomasa,. Oksigen ini dapat

berasal dari difusi air, hasil dari fotosintessis dari tumbuhan alga, ataupun keduanya

(appleford, 2012).

2.2.3.3 Semi closed system

Metode Produksi di dalam sistem semi-closed meliputi kolam dan raceways.

Di dalam proses produksikita mempunyai kemampuan untuk menambahkan atau

memindahkan air. Ada beberapacara kerja pergantian air pada sistem ini, langkah-

langkah yang pertama ke arah lampiran atau penambahan proses alami. Sistem semi-

closed menggunakan sumber air secara alami, seperti curah hujan, mata air, ataupun

sungai. Air kemudian berperan sebagai gravity-flowed atau memompa, yang

dirancang untuk membangun unit produksi (appleford, 2012).


22

Sistem semi-closed mempunyai beberapa keuntungan. Salah satunya adalah

nilai produksi jauh lebih tinggi, produktivitasnya1,000 kali lipat dibanding dengan

sistem terbuka. Semakin bagus cara mengendalikan penggantian air, maka

produktifitas yang dihasilkan akan jauh lebih besar pula (appleford, 2012).

2.2.3.4 Closed system

Sistem tertutup menjadi salah satu sistem yang digunakan dalam sistem

budidaya akuakultur. Sistem ini adalah hasilrekayasa manusia yang menjadi dasar

dalam sistem budidaya akuakultur (appleford, 2012). Keuntungan sistem tertutup

yang paling utama yaitu sistem ini mampu mengendalikan semua variabel lingkungan

di dalam sistem budidaya. Temperatur air dalam sistem tertutup dapat dirawat sangat

dekat jumlah maksimum bertumbuh temperatur untuk organisme budidaya. Sistem ini

mempunyai banyak dampak positif, tidak hanya laju pertumbuhan tetapi juga

efisiensi.Dengan sistem pengendalian temperatur, kita dapat

membudidayakanorganisme tropis di daerah berhawa sedang. Dengan sistem tertutup,

air dapat secara konstan dinetralisir dengan ultra lembayung ( UV) atau ozon untuk

memanen organisma pathogenic bawah (appleford, 2012).

Menggunakan sistem tertutup, kegiatan kanibalisme tidak dapat terjadi.

Peristiwa lingkungan eksternal seperti banjir atau perubahan cuaca mendadak tidak

menjadi masalah dalam sistem tertutup. Makanan dapat diatur secara efisien dengan

cara memonitor. Volume Persediaan air yang kurang menjadi perhatian khusus

dalam sistem tertutup (appleford, 2012).


23

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur dilaksanakan selama 8 minggu, di mulai

pada hari Jumat tanggal 26 Februari 2016, sampai pada hari Jumat tanggal 22 April

2016, bertempat di Laboratorium Akuakultur, Fakultas Perternakan dan Perikanan,

Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Dasar-Dasar Akuakultur mengenai

pembudidayaan ikan lele sangkuriang, tertera pada tabel 1.

Tabel 1 : Alat-Alat yang di gunakan saat praktikum


No Alat Kegunaan
Menimbang berat pakan dan berat
1. Naraca analitik
bobot ikan lele sangkuriang
2. Seser Menangkap ikan
3. Kertas lakmus Mengukur pH air kolam
4. Termometer Mengukur suhu air kolam
5. Selang Mengeluarkan kotoran pada kolam
Wadah untuk menampung kotoran
6 Baskom / Ember
yang di keluarkan dari kolam
7 Baja ringan (Taso) Rangka kolam
8 Terpal Wadah kolam
Mengikat terpal pada kerangka
9 Tali
kolam
24

Bahan yang di gunakan pada praktek Dasar Dasar Akuakultur ini meliputi benih ikan

lele sangkuriang, air dan pakan ikan.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Persiapan Wadah

Berdasarkan praktikum Dasar Dasar Akuakultur yang di laksanakan, langkah-

langkah persiapan kolam adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan kerangka kolam menggunakan baja ringan dengan luas kolam 2 x

3 x 1 m.

2. Memasang terpal pada kerangka kolam yang telah siap dengan hati-hati agar tidak

terjadi kebocoran, kemudian mengisi air dengan tinggi 50 cm dan diamkan

beberapa hari agar lumut dapat tumbuh dan untuk pertumbuhan fito plankton

3.3.2 Penebaran Benih

Penebaran benih pada pemeliharran ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mengukur pH air, suhu air dan suhu ruang sebelum melakukan penebaran bibit

ikan lele sangkuriang.

2. Menyiapkan bibit ikan lele sangkuriang, sebelum penebaran bibit penulis melaukan

aklimatisasi atau penyesuain suhu kolam terlebih dahulu selama 10 - 15 menit


25

3.3.3 Pemeliharaan

3.3.3.1 Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada pemeliharan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)

merupakan factor pendukung pertumbuhan ikan lele sangkuriang, hal ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Menimbang pakan sesuai dengan biomasa ikan.

2. Menebar pakan secara merata pada kolam

3. Memberikan pakan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore dan di lakukan

setiap hari.

3.3.3.2 Manajemen Kualitas air

Menjaga kualitasa air merupakan hal yang perlu di perhatikan pada budidaya.

Untuk menjaga kualitas air dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengukur pH air dan suhu air kolam pada pagi dan sore hari dan di lakukan setiap

hari

2. Membersikan air kolam dari sisa pakan pada dasar kolam.

3.3.3.3 Sampling

1. Melakukan penimbangan bobot ikan dan pengukuran panjang ikan untuk

mengetahui banyak pakan yang akan di berikan dan di lakukan setiap 7 hari

sekali
26

3.4 Analisa Data

3.4.1 Pertumbuhan

3.4.1.1 Pertumbuhan panjang mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak dapat dihitung dengan cara panjang awal ikan di

kurangi dengan panjang akhir ikan. Panjang mutlak dapat dirumuskan sebagai

berikut:

L= L2- L1

Keterangan : L = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

L2= Panjang akhir (cm)

L1 = Panjang awal (cm)

3.4.1.2 Pertumbuhan berat mutlak

Pertumbuhan berat mutlak dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

W= Wt – Wo

Keterangan : W = Pertumbuhan bobot mutlak

Wt= Bobot akhir (g)

Wo= Bobot awal (g)

3.4.2 Sintasan (Survival rate)

Sedangakan tingkat kelangsungan hidup atau sulvival rate (SR) dihitung

menggunakan rumus :

SR = ( Nt / No ) x 100%

Keterangan : SR : Sulvival rate (%)


27

Nt : jumlah individu waktu ke-t

No : jumlah individusaat tebar

3.4.3 Kualitas air

Kualitas air terdiri dari pengukuran pH dan suhu. Pagi dan sore melakukan

pengukuran pada kualitas air. Nilai pH selama penelitian berkisar antara 6-7. Hal ini

menunjukan bahwa selama penelitian nilai pH yang didapat masih dalam nilai pH

yang baik. Sedangkan, pada kisaran nilai suhu yang diukur dalam penelitian berkisar

antara 25-280C.
28

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pertumbuhan

PERTUMBUHAN BOBOT BADAN


berat

19.949

6.626 8.125
5.645
1.16 4.143 4.165
1.329

1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 2. Grafik pertumbuhan bobot badan

Pertumbuhan bobot badan ikan lele sangkuriang pada gambar 2 menunjukan

bahwa pada minggu pertama sampai minggu ketiga mengalami peningkatan.

Penurunan bobot badan ikan lele terjadi pada minggu ke empat. Penurunan ini terjadi

akibat menejemen pakan pada minggu ke empat tidak optimal dan kualitas air yang

buruk. Hal ini di perkuat Wijaya ( 2014) Laju pertubuhan ikan lele sangkuriang dapat

di pengaruhi oleh fungsi fisiologi dan kualitas air pada kolam budidaya. Petumbuhan

kembali membaik pada minggu ke lima sampai dengan minggu ke 8. Peningkatan

yang signifikan terjadi pada minggu ke 8.


29

PERTUMBUHAN PANJANG BADAN

13.88

8.95 10.48

6.48 8
6.45
5.4 4.82

1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 3. Grafik Perumbuhan panjang badan

Gambar 3 menunjukan pertumbuhan panjang ikan lele sangkuriang

mengalami penurunan pada minggu ke dua dan minggu ke empat. Penurunan ini di

akibatkan pemberian pakan yang tidak optimal dan kualitas air yang buruk. Hal ini

diperkuat Wijaya ( 2014) Laju pertubuhan ikan lele sangkuriang dapat di pengaruhi

oleh fungsi fisiologi dan kualitas air pada kolam budidaya. Minggu ke lima

pertumbuhan panjang ikan lele mengalami peningkatan sampai dengan minggu ke

delapan.
30

4.2.2 Sintasan (Survival rate)

Nt
= X 100%
N0

237
= X 100% = 94.8 %
250

Tingkat kelulusan hidupan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) selama

pengamatan praktikum menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diberikan sudah

cukup untuk mendukung kebutuhan pokok ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)

sebab pada tingkat kelulus hidupan yang tinggi memberikan pengaruh yang besar

dalam pertumbuhan. Kualitas air pun berpengaruh terhadap kehidupan ikan.

4.2.3 Kualitas Air

Tabel 2. Kualitas air (pH)


pH
No I II III IV V VI VII VII VII

P S P S P S P S P S P S P S P S P S

1 6 7 6 6 6 7 7 7 6 7 7 7 6 6 6 7 6 7

2 7 7 6 7 6 7 7 7 6 7 6 7 6 7 7 6 6 7

3 7 6 6 7 6 6 6 6 7 7 6 6 6 7 6 7 6 8

4 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 7 6 7 7 8 6 8

5 6 7 6 6 6 6 7 7 6 7 6 7 6 6 6 7 7 6

6 6 6 6 6 6 7 6 6 7 6 6 6 7 7 6 7 7 6

7 6 6 6 6 6 6 6 7 7 6 6 6 6 6 6 6 7 6
31

Hasil bahwa pH pada wadah berkisaran 6-8 yang merupakan pH yang cocok

untuk kelangsungan hidup ikan ini. Menurut Jubedah, dalam Rudhiyufa (2011) pH

yang ideal untuk kehidupan ikan lele adalah antara6,5 – 8,5. pada kolam budidaya

mengandung amoniak yang tinggi yang disebabkan oleh penumpukan sisa-sisa pakan

yang berada dalam wadah. Penumpukan ini terjadi karna proses sifon yang di lakukan

tidak optimal yang membuat pakan menumpuk pada dasar kolam sehingga amoniak

pada air kolam mengalami peningkatan

Tabel 3. Kualitas air (suhu)


Suhu
No I II III IV V VI VII VII VII

P S P S P S P S P S P S P S P S P S

1 26 27 26 28 26 27 25 27 27 28 26 27 27 26 27 27 26 27

2 26 27 26 28 26 27 27 28 26 28 26 27 27 26 27 26 27 27

3 27 26 27 28 27 28 27 27 26 28 27 27 26 26 26 26 26 27

4 27 26 27 28 27 27 27 26 26 25 27 28 26 26 27 26 26 27

5 28 28 27 28 28 28 28 27 26 26 27 27 28 26 27 27 26 27

6 28 27 27 28 28 27 28 25 27 26 26 27 27 27 27 27 26 27

7 26 26 27 27 26 28 26 26 26 26 26 26 26 26 27 27 26 28

Hasil suhu pada kolam budidaya berkisaran 25-28 derajat. Suhu berkisaran

25-28 derajat merupakan suhu yang ideal bagi pertumbuhan ikan lele sangkuriang.

Memurut Tai et al., (1994) dalam Az-zanurji (201). pertumbuhan ikan lele akan baik

pada suhu 25º-33ºC dan suhu optimum 30ºC


32

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pertumbuhan ikan lele sangkuriang mengalami penurunan pada minggu ke

empat.

2. Laju pertumbuhan ikan lele sangat di pengaaruhi oleh kualitas air dan

menejemen pakannya.

3. Lele sangkuriang dapat hidup ideal pada ph kisaran 6-8 dan suhu kisaran 25-28

derajat.

4. Pakan yang di berikan pada ikan lele merupakan pakan buatan.

5. Pemanenan ikan lele di lakukan secara total.

5.2 Saran

Diharapkan agar dalam praktikum Dasar Dasar Akuakultur mengenai

pemeliharan ikan lele sangkuriang (Clarias Gariepinus) pada kolam terpal praktikan

lebih serius dan asisten dosen selalu mengawasi praktikan pada saat melakukan

pemeliharaan.
33

DAFTAR PUSTAKA

Arif,A., Fitriani,N., Subekti, S., 2014. Pengaru Pemberian Probiotik pada Pakan
Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Ikan Lele Sangkuriang
(clarias sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan. Universitas Airlangga. Vol : 6(1) :46-51

Az-zarnuji.T.A. 2011. Analisis Efisinsi Budidaya Ikan Lele. Fakultas Ekonomi.


Skripsi,Unirversitas Diponegoro.Semarang.

Bisena, I.K.A., Ambrawati., Astiti, N.W.S., 2015. Analisis Efisinsi Budidaya Ikan
Lele: Studi Kasus Pada Kelompok Tani Unit Pembibitan. Jurnal Manajemen
Agribisnis. Program Studi Magister Agribisnin. FAkultas Pertanian.
Universitas Udamayu. Vol : 3(1): 11-12.

Lestari. A,. 2011. Analisis Usaha Budidaya Ikan Nila (Oreocherimis Niloticus)
Dengan Sistem Karamba di Desa Pudak Setegagal. Skripsi. Program Studi
Budiaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanudin. Makasar.

Novitarini E., 2015,Pemasaran Ikan Patin(pangasius pangasius), Jurnal Ilmiah


AgrIBA, Fakultas Pertanian. Universitas Sjakhyakirti, Jakarta. Vol. 3(1) : 64
Pratiwi R.D., 2014., Aplikasi affective Microorganisme Untuk Pertumbuhan Ikan
Lele Sangkuriang. Jurusan biologi. Fakultas sains dan Teknologi.
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hal : 6-7,22
Wartono., 2011,. Karya Ilmiah Budidaya ikan Lele. jurusan Teknik Informatika,.
Stimik Amikom Yogakarta,
Widodo. J,. 2011. Analisis Usaha alternative Strategi Pengembangan Agribisnis
Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ceper. Skripsi. Fakultas
Pertanin. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal : 11
Widyastuti E, Piranti A.E, Rahayu D.R.U.C. 2009. Monitoring Status Ddaya dukung
perairang Waduk Wadaslint Angbagi Budiddaya Karamba Jaring Apung.
Jurnal manusia dan lingkungan. Fakultas Biologi. Vol 16(3).

Hermawan,A.D., Iskandar., Subhan U., 2012. Pengaruh Pedat Tebar Terhadap


Kelangsungan hidup Pertumbuhan ikan Lele Dumbo Di kolam Kali Menir
Indramayu. Jurnal Perikanan Dan kelautan. Fakutas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas UNPAD. Vol : 22(3) Hal : 86-87
34

Apleford, P., John., Lucas., Southgate.P.C., 2002. Aquakulture. Farming Aquatic


Animals And Plants. Blackwall Publising.

Ahmadi A.,Iskandar, KUrniawati N. 2012. Pemberian Probiotik Dalam Pakan


Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada
Pendederan II. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. UNPAD

Wijaya, O. Rahardja B.S., Prayoga,. 2014. Pengaryh Padat Teabar Terhadap Laju
Pertumbuhan Dan SRPada Sistem akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Fakultas Perikanan Dan Kelautan. Universitas Eirlangga. Vol :
6(1)

Anda mungkin juga menyukai