Anda di halaman 1dari 3

1. Ringkasan UU No.

5 Tahun 1960 : Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

PERTAMA
Bab I DASAR-DASAR DAN KETENTUAN-KETENTUAN POKOK
Bab I terdiri dari 15 pasal. pada bab ini dijelaskan mengenai mengenai wilayah bangsa
Indonesia yang terdiri dari tanah dan air. Yang dimaksud dengan “tanah” ialah permukaan bumi.
Perluasan pengertian “bumi” dan air dengan ruang angkasa adalah bersangkutan dengan kemajuan
teknik dewasa ini dan kemungkinan-kemungkinannya dalam waktu-waktu yang akan datang.
Kemudian dijelaskan juga hak-hak atas tanah, bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi
sosial. Bahwa tiap-tiap warganegara Indonesia dan badan hukum, mempunyai kesempatan yang
sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya. Pada
bab ini dijelaskan bahwa pemerintah berusaha agar usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur
sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat dan mencegah usaha-
usaha yang dapat merugikan. Pada pasal terakhir dalam bab ini dikatakan bahwa Memelihara tanah,
termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya adalah kewajiban tiap-tiap orang,
badan hukum atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu.

 Pasal 1 menjelaskan mengenai wilayah bangsa Indonesia yang terdiri dari tanah dan air.
Yang dimaksud dengan “tanah” ialah permukaan bumi. Perluasan pengertian “bumi” dan air
dengan ruang angkasa adalah bersangkutan dengan kemajuan teknik dewasa ini dan
kemungkinan-kemungkinannya dalam waktu-waktu yang akan datang.
 Pasal 2 bersangkutan dengan azas otonomi dan medebewind dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
 Pasal 3 menjelaskan pelaksanaan hak ulayat dan hakhak yang serupa itu dari masyarakat-
masyarakat hukum adat.
 Pasal 4 menjelaskan mengenai hak-hak atas tanah.
 Pasal 5 menjelaskan bahwa hukum agraria adalah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan
dengan kepentingan nasional.
 Pasal 6 berbunyi semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
 Pasal 7 : kepemilikan tanah melampaui batas tidak diperkenankan.
 Pasal 9 : warga negara Indonesia mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi, air
dan ruang angkasa.
 Pasal 10 : Setiap yang mempunyai hak atas anah pertanian wajib mengerjakan secara aktif.
 Pasal 11 : Terdapat hukum antara orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.
 Pasal 12 : Segala usaha bersama dalam lapangan agraria didasarkan atas kepentingan
bersama dalam rangka kepentingan nasional.
 Pasal 13 : peran pemerintah untuk meningkatkan produksi dan kemakmuran rakyat.
 Pasal 15 : Memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah
kerusakannya adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu.
Bab II HAK-HAK ATAS TANAH, AIR DAN RUANG ANGKASA SERTA PENDAFTARAN
TANAH
Bab II terdiri atas 12 bagian. Bagian 1 menjelaskan mengenai ketentuan -ketentuan umum
mengenai ak-hak atas tanah, air dan ruang angkasa. Bagian 2 menjelaskan mengenai pendaftaran
tanah, bahwa pendaftaran tanah diadakan di seluruh wilayah indonesia, dengan ketentuan-ketentuan
tertentu. Bagian 3 menjelaskan mengenai hak milik bahwa hak milik dapat beralih dan hanya wni
yang mempunyai hak milik. Bagian 4 menjelaskan mengenai hak guna-usaha bahwa hak guna-
usaha diberikan untuk waktu paling lama 25 tahun dan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak
lain. Hak guna-usaha dapat dihapus dengan ketentuan-ketentuan tertentu. Bagian 5 menjelaskan
mengenai hak guna bangunan. Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30
tahun. Bagian 6 menjelaskan mengenai hak pakai. Bagian 7 menjelaskan mengenai hak sewa untuk
bangunan. Bagian 8 menjelaskan mengenai hak membuka tanah dan memungut hasil hutan. Bagian
9 menjelaskan mengenai hak guna air, pemeliharaan dan penangkapan ikan. Bagian 10 menjelaskan
mengenai hak guna ruang angkasa. Bagian 11 menjelaskan mengenai hak-hak tanah untuk
keperluan suci dan sosial. Bagian 12 menjelaskan mengenai Ketentuan-ketentuan lebih lanjut
mengenai hak milik akan diatur dengan undang-undang.

Bab III KETENTUAN PIDANA


Pada bab ini dijelaskan bahwa barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan dalam
pasal 15 dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/atau denda setinggi-
tingginya Rp. 10.000,-. Peraturan Pemerintah dan peraturan perundangan yang dimaksud dalam
pasal 19, 22, 24, 26 ayat (1), 46, 47, 48, 49 ayat (3) dan 50 ayat (2) dapat memberikan ancaman
pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan/atau
denda setinggi-tingginya Rp. 10.000,-.

Bab IV KETENTUAN-KETENTUAN PERALIHAN


Pada bab ini menyebutkan hak-hak yang sifatnya sementara dan bertentangan dengan UU
ini akan dihapus. Menjelaskan bahwa selama Undang-undang mengenai hak milik belum terbentuk,
maka yang berlaku adalah ketentuan-ketentuan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan
lainnya. Sedangkan bila UU mengenai hak tanggungan belum terbentuk maka berlaku ketentuan
dalan UU Hukum Perdata Indonesia.

KEDUA
Pada bagian ini dijelaskan mengenai ketentuan-ketentuan konversi yang terdiri dari IX
Pasal.
KETIGA
Perubahan susunan pemerintahan desa untuk menyelenggarakan perombakan hukum agraria
menurut Undang-undang ini akan diatur tersendiri.
KEEMPAT
A. Hak-hak dan wewenang-wewenang atas bumi dan air dari Swapraja atau bekas swapraja yang
masih ada pada waktu mulai berlakunya Undang-undang ini hapus dan beralih kepada Negara.
B. Hal-hal yang bersangkutan dengan ketentuan-ketentuan dalam huruf A di atas diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
KELIMA
Undang-undang ini dapat disebut Undang-Undang Pokok Agraria dan mulai berlaku pada
tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undangundang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di : Jakarta.

2. Isu-isu yang diatur dalam RUU Pertanahan

Pemerintah bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melalui
Komisi II sedang fokus menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanahan. Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 yang dinilai membutuhkan penyesuaian
untuk mengakomodir kondisi, kebutuhan dan dinamika masyarakat yang sudah banyak berubah.
UUPA harus dilengkapi dengan peraturan yang lebih spesialis atau spesifik mengenai
perkembangan pertanahan saat ini. Rancangan Undang-Undang yang sedang didiskusikan
diharapkan dapat menjawab beberapa isu-isu terkini mengenai pertanahan di Indonesia.
Beberapa isu-isu yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan RUU Pertanahan adalah :
1. Pengaturan Hak Atas Tanah untuk Keadilan dan Kemakmuran;
2. Pendaftaran Tanah Menuju Single Land Administration System dan Sistem Postif;
3. Modernisasi Pengelolaan dan Pelayanan Pertanahan Menuju Era Digital;
4. Penyediaan Tanah untuk Pembangunan;
5. Percepatan Penyelesaian Sengketa, Konflik dan Perkara Pertanahan;
6. Kebijakan Fiskal Pertanahan dan Tata Ruang;
7. Kewenangan Pengelolaan Kawasan oleh Kementerian/Lembaga Sesuai Tugas dan
Fungsinya;
8. Penghapusan Hak-Hak Atas Tanah yang Bersifat Kolonial (Hak Barat).
Salah satu isu penting yang perlu diatur didalam RUU Pertanahan adalah pendaftaran tanah
menuju single land administration sistem. Hal ini penting untuk diatur karena selama ini objek
pendaftaran tanah yang dilakukan tidak meliputi kawasan hutan, pesisir, pulau-pulau kecil,
waduk, pertambangan, cagar alam, situs purbakala, kawasan lindung dan konservasi, serta
wilayah strategis pertahanan sehingga pemetaan yang dilaksanakan tidak terintegrasi dalam satu
sistem informasi pertanahan.

3. Hubungan UU No. 5 Tahun 1960, UU No. 41 Tahun 1999, dan RUU pertanahan

Undang-undang Pokok Agraria no 5 tahun 1960 dan Undang-undang Kehutanan no 41 tahun


1999 merupakan dua perundang-undangan paling penting yang dalam hirarki perundangan tanah
dan sumber daya alam menduduki urutan kedua setelah Konstitusi. Kedua aturan tersebut secara
langsung mengatur pengelolaan dan distribusi sumber daya alam. Sedangkan Rancangan Undang-
Undang tentang Pertanahan disusun berdasarkan falsafah UUPA yang bersumber pada Pasal 33 ayat
(3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan prinsip dasar UUPA yang
dikembangkan dan diperkuat selaras dengan prinsip-prinsip Pembaruan Agraria sesuai dengan TAP
MPR RI No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Anda mungkin juga menyukai