PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak agar tumbuh sehat dengan baik, sehat walafiat baik tubuh maupun
jiwanya. Masa kanak – kanak adalah masa yang rentan terhadap penyakit
terutama penyakit infeksi. Pada masa ini sering kali anak ditimpa berbagai
Fever(Soetjiningsih, 2011).
kali terjadi di dunia pada tahun 1780-an yang terjadi serentak di Asia,
Afrika dan Amerika Utara. Terdapat 100 negara yang saat ini berstatus
endemik Dengue Haemorraghic Fever dan 40% populasi atau sekitar 2,5
1
Penyakit infeksi virus dengue banyak menyerang kelompok umur
5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun. Hasil-hasil penelitian para
kepadatan larva aedes aegypti, perilaku bersih dan sehat belum terwujud
dan lingkungan hidup yang belum memadai dengan kejadian luar biasa
dengue. Setiap tahunnya sekitar 50-100 juta penderita dengue dan 500.000
Fever pada tahun 1995 meningkat sekitar 4 kali lipat pada tahun 2000
(Soedarto, 2012).
muda. Pada epidemi tahun 2000, sekitar 82% penderita infeksi dengue
2
yang rawat inap di rumah sakit adalah orang dewasa, sedangkan semua
dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang (Ditjen PP
3
diare dan febris yang kasusnya turun, Demam Berdarah Dengue di
merupakan pasien yang di rawat ulang karena DHF dan sebagian lagi
makin lemas, muntah, sulit makan atau minum, perlu dilakukan pemberian
Dr.Reksodiwiryo Padang.
4
B. RumusanMasalah
Dalammasalahini,
mahasiswamerumuskanmasalahberupabagaimanaasuhankeperawatanpada
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhankeperawatanpadaAn.Zdengan
b. Tujuan Khusus
5
5. Mahasiswa mampu melakukanevaluasipadaAn.Zdengan Dengue
6. MahasiswamampumelakukanpendokumentasianpadaAn.Zdengan
D. Manfaat Penulisan
1. BagiKelompok
Padang
temukan.
6
3. Bagi RS. Reksodiwiryo Padang
4. Bagi Klien/keluarga
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja
meter di atas permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue tidak menular
(misnadialy, 2011).
8
Dengue Haemorraghic fever (DHF) merupakan penyakit infeksi
akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vektor
umum demam diantara turis Amerika Tengah, Iindia, Cina Tenggara, dan
Asia Tenggara. Turis yang tinggal lebih lama dan hidup di daerah
merupakan penyakit infeksi yang dapat berakibat fatal dalam waktu yang
B. Etiologi
yang menjadi infeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan
(Kunoli, 2013).
9
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama
dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka
virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh
manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut
memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang semua nya dapat
tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai Demam
Dengue, Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus
dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali,
10
system retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen.
(Soedarto, 2012).
mungkin penyakit tersebut dapat muncul di bulan lain seperti pada musim
Aedes Aegypti menjadi meningkat, dimana pada saat itu trjadi banyak
Triwibowo, 2013).
C. Manifestasi Klinis
perdarahan.
11
Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).
pada persendian.
darah.
Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris,
fase kritis dan fase pemulihan. Pada fase febris, Biasanya demam
seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus
mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan
12
Fase kritis, terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan
(Soedarto, 2012).
D. Patofisiologi
yang jelas disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri
otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkurang dan sakit perut,
bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada
13
pengurangan volume plasma yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan
lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
(Nanda,2015)
sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
gastrointestinal (Nanda,2015).
14
E. Penatalaksanaan
2. Diastesis hemoragik
3. Hepatomegali
4. Kegagalan sirkulasi
dini Demam Berdarah dapat dideteksi dengan memantau fase kritis pada
15
Pada Dengue Haemorraghic Fever fase demam, tatalaksana sama
dengan memberikan cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Jika tidak bisa
2012).
dehidrasi dan mengatasi rasa haus, penderita dapat diberi jus buah, air teh
manis, sirup, susu, dan larutan oralit. Air minum diberikan 50 ml/kg berat
badan pada 4-6 jam pertamam. Sesudah dehidrasi teratasi, anak diberi
cairan rumatan 80-100 ml/kg berat badan dalam 24 jam berikutnya. Bayi
yang masih minum ASI tetap harus diberikan ASI di smaping diberikan
terjadinya syok, terutama fase kritis, yaitu pada waktu suhu badan
kembali normal. Jika alat pemeriksa hematokrit tidak ada, dpat digunakan
16
Umumnya hemokonsentrasi terjadi sebelum penderita mengalami
plasma, maka volume plasma yang hilang harus segera diganti secara hati-
hati dan dalam pengawasan ketat. Cairan pertama kali diberikan pada 2-3
jam pertama, dan jika penderita dalam keadaan syok, cairan pengganti
diberikan setiap 30-60 menit. Pada 24-28 jam berikutnya, tetesan cairan
3. Demam tinggi.
F. Pemeriksaan Penunjang
17
(PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang dapat
molekular. Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku
tenaga laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 1–2 minggu),
serta biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali
sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi
minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG
mulai terdeteksi pada hari ke-14, sedangkan pada infeksi sekunder dapat
kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama
pada hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi
18
dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat
1. Pengkajian Fokus
2011). Data yang diperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat
diklasifikasikan menjadi :
kurangdari 15 tahun).
a. Keluhan utama
19
b. Riwayat penyakit sekarang
otot danpersendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa
lain.
d. Kondisi lingkungan
saatmenelan.
20
b. Pola eliminasi
(tahaplanjut).
menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura,
g. Sirkulasi
trombositkurangdari 100.000/mm.
21
h. Keamanan
hipoproteinemia.
i. Kebersihan
3. Pemeriksaan Penunjang
(Hadinegoro, 2000).
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
b) Trombositipenia
hipoproteinema,hiponatremia, hipokalemia
22
h) Waktu perdarahan memanjang
dijumpaialbumin ringan.
3) Pemeriksaan serologi
4) Pemeriksaan radiology
pleura.
dann splenomegal.
23
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat dirumuskan pada pasien DHF secara teori adalah:
trombosit
24
5. Rencana Asuhan Keperawatan
Aktivitas:
25
Monitor suhu minimal tiap 2
jam
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Selimutipasienuntukmencega
h hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dari kedinginan.
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan.
Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
Aktivitas:
26
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas.
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan.
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik).
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
2 Nyeri akut Pain level Pain management
b/d agen Pain control Aktivitas
cedera Comfort level Lakukan pengkajian nyeri
biologis Indikator secara komprehensif
Mampu Obsevasi reaksi non verbal
mengontrol nyeri dan ketidaknyamanan
dengan teknik Kontrol lingkungan
non Berikan analgetik untuk
farmakologis mengurangi nyeri
Melaporkan Ajarkan teknik non
bahwa nyeri farmakologi
berkurang Tingkatkan istirahat
Menyatakan rasa
nyaman setelah Fluid management
nyeri berkurang Aktivitas
Timbang popok/ pembalut
jika diperlukan
Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
27
Monitor status
3 hidrasi(kelembaban
Kekurangan membrane mukosa, nadi
volume cairan Fluid balance adekuat, TD ortostatik)
volume cairan Hydration Monitor vital sign
b/d pindahnya Nutritional Monitor masukan makanan/
cairan status : food cairan dan hitung intake
intravaskuler and fluid intake kalori harian
ke Indikator : Lakukan terapi IV
ekstravaskule Mempertahanka Monitor status nutrisi
r n urine output Dorong masukan oral
sesuai dengan Berikan pergantian
usia nasogatrik sesuai output
TD, nadi, suhu
tubuh dalam
rentang yang
diharapkan
Keseimbangan
intake dan
output
Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
kulit baik,
membran
mukosa lembab
28