Anda di halaman 1dari 35

1

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA

Diajukan sebagai persyaratan untuk pengajuan sidang judul

Pada prodi Psikologi Islam UIN Raden Intan Lampung

DESTI CHINTIA ROMADHON

1731080016

PRODI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2020 M/ 1442 H


2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa merupakan individu yang sedang menjalani masa dalam

perkembangan dewasa awal, yang dimana secara garis besar merupakan individu

yang ada dalam usia kisaran 18-25 tahun. Menurut Arnet (dalam Santrock, 2012)

mengemukkan dewasa merupakan masa transisi dari remaja ke dewasa disebut

sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) yang terjadi di usia 18 sampai 25

tahun.

Pada masa ini peran, tugas dan tanggung jawab mahasiswa tidak hanya

dihadapkan pada pencapaian keberhasilan dibidang akademik saja seperti halnya

saat menempuh pendidikan dibangku sekolah, mahasiswa juga harus mampu

menunjukkan perilaku untuk mengeksplor berbagai nilai-nilai kehidupan yang

melekat pada dirinya. Dengan kata lain usia mahasiswa adalah tahapan

penyesuaian diri terdadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial yang

baru sebagai orang dewasa. Arnet (dalam Santrock, 2012) menjelaskan usia

perkembangan menjadi orang dewasa diantaranya ditandai dengan eksplorasi

identitas, khususnya dalam relasi romantis dan pekerjaan. Pada titik perkembangan

mahasiswa banyak yang mengekplorasi jalur karir yang ingin mereka akan pilih,

ingin menjadi individu seperti apa dan gaya hidup seperti apa yang mahasiswa

inginkan untuk masa depan mereka.

Dengan demikian, mahasiswa secara usia perkembanganya diharuskan

memiliki pilihan karir atau dalam proses eksplorasi karir yang mereka minati saat

ini dan karir yang akan mereka pilih dikemudian hari.


3

Salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia adalah karir, dengan

berkarir manusia akan mampu meningkatkan potensi diri serta memenuhi segala

kebutuhan kehidupan. Menurut Winkel & Hastuti (dalam Susantoputri, 2014).

Karir memiliki makna yang lebih mendalam dibandingkan pekerjaan, karena

mencakup suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan seseorang termasuk

didalamnya pekerjaan. Para mahasiswa harus mampu memilih dan menentukan

karir apa yang akan dijalani sebagai pekerjaannya dikemudian hari.

Sementara itu, berkarir di era globalisasi seperti saat ini bukan hal yang

mudah. Berkarir saat ini seperti halnya menghadapi tantangan besar untuk dapat

duduk dikursi karir bagi calon tenaga kerja seperti mahasiswa. Perkembangan

ekonomi, sosial dan budaya masyarakat yang semakin pesat mengharuskan setiap

komponen masyarakat untuk meningkatkan kompetensi agar dapat menjawab

tantangan-tantangan menjadi seorang pegawai atau pelaku karir.

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang saat ini kurang baik dengan

banyak faktor yang mempengaruhinya, dapat dilihat dari banyaknya pengangguran

yang saat ini ada. Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam webside macroeconimic

dashboard UGM) melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus

2015 sebanyak 7,56 juta orang dengan jumlah anggota kerja 122,38 bertambah

320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa

dengan jumlah anggota kerja 121, 87.

Selain itu, pengangguran akademik yang semakin mengawatirkan, hal

tersebut akan menimbulkan kecemasan tersendiri pada diri para mahasiswa akan

masa depan karier mereka. Dari data BPS, prosentase tingkat pengangguran pada

Februari 2015 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran berdasarkan pada


4

tingkat pendidikan, lulusan S1 mencapai tingkat 5,34% dari jumlah penganguran

yang ada di Indonesia. Dengan begitu, lulusan S1 juga memberikan konstribusi

pada penganguran di Indonesia hal tersebut terjadi dikarenakan kurangnya

kematangan karir diantara beberapa faktor yang mengakibatkan pengangguran

tersebut meningkat tiap tahun.

Dengan kondisi yang demikian, seperti dipaparkan diatas mengharuskan

para mahasiswa untuk memiliki kematangan karir. Tidak ada alasan bagi

mahasiswa untuk tidak mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, dikarenakan

para mahasiswa suatu saat nanti akan diharapkan pada suatu keadaan yang

mengharuskannya untuk memilih, mempertimbangkan dan memprediksi sesuatu

karir yang diinginkan dan dipilihnya. Sehingga dengan pemilihan karir yang tepat

mahasiswa diharapkan mampu untuk mencapai kematangan karir yang baik.

Responden yang merupakan mahasiswa Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung, sesuai dengan Visi fakultas Ushuluddim mahasiswa

lulusannya diantaranya diharapkan memiliki kematangan profesional, dengan

begitu lulusan fakultas Ushuluddin diharapkan mampu atau matang dalam berkarir

atau menjalankan profesinya yang berbasis penelitian. Berdasarkan hasil

wawancara singkat yang telah dilakukan kepada 4 mahasiswa fakultas

Ushuluddin, hanya 2 orang yang merasa yakin dengan kompetensi yang dimiliki

sedangkan 2 orang merasa kebingungan dalam penentuan karir atau hendak

bekerja dimana, hal tersebut karena mahasiswa masih merasa ilmu yang mereka

dapat dalam masa perkuliahan di rasa belum cukup untuk memasuki dunia kerja.

Hal diatas membuktikan betapa pentingnya kematangan karir. Dari wawancara

tersebut diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa belum terpenuhi dukungan


5

keluarganya yakni minimnya fasilitas yang tersedia dan kurangnya tempat diskusi

yang disediakan keluarga. Sebagian besar menyatakan peranan orangtua hanya

sebagai motivator dan fasilitator, meski beberapa fasilitas disediakan orangtua,

namun mahasiswa tidak memiliki dukungan informasi tambahan mengenai karir

yang berhubungan dengan kelanjutan karir mereka.

Pengambilan keputusan karir yaitu sebuah proses yang digunakan untuk

menentukan beberapa pilihan dari berbagai macam pilihan yang berhubungan

dengan pendidikan dari sekolah ke perguruan tinggi yang mengarah pada

pekerjaan atau jabatan (Basori, 2004). Dalam memutuskan pilihan, terdapat

beberapa aspek yang mempengaruhi mahasiswa dalam mengambil keputusan

karir. Menurut Sharf (Setiobudi, 2016) mengemukakan tentang aspek-aspek

pengambilan keputusan karir adalah pengetahuan, sikap terhadap karir dan

keterampilan pengambilan keputusan karir. Menurut Widyastuti & Pratiwi (2013),

pengambilan keputusan karir dipengaruhi oleh faktor internal yaitu minat,

kesadaran diri, serta efikasi diri. Kemudian ada faktor eksternal seperti peran

orang tua, faktor sosial ekonomi keluarga dan teman sebaya.

Menurut Bandura (Lumpkin, 2017) efikasi diri yaitu kepercayaan pada

kemampuan seseorang untuk berhasil melakukan perilaku tugas yang dipilih

perilaku pengambilan keputusan dan motivasi. Aspek-aspek efikasi diri menurut

Bandura (Ghufron, 2017) antara lain: tingkat (level), kekuatan (strength) dan

generalisasi.

Faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir selain efikasi

diri yaitu dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah kenyamanan fisik dan

psikologis, perhatian serta bantuan yang diterima oleh individu dari keluarganya
6

seperti ayah, ibu ataupun saudara kandung individu tersebut (Sancahya, 2014).

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diberikan ayah, ibu dan kerabat

sehingga individu merasa diperhatikan, dicintai, dihargai dan dipercayai. Menurut

Sarafino dan Smith (2011) aspek-aspek dukungan sosial antara lain: dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasional. Faktor yang mempengaruhi dukungan sosial keluarga menurut

Coheen dan Syne (Ushfuriyah, 2015) berupa: pemberian dukungan sosial, jenis

dukungan, penerimaan dukungan, permasalahan yang dihadapi, waktu pemberian

dukungan dan lamanya pemberian dukungan.

Penelitian tentang hubungan efikasi diri dengan kematangan karir telah

dilakukan sebelumnya oleh Fauzan Rishadi (2016) yang berjudul “Hubungan

antara efikasi diri dengan kematangan karir siswa kelas XI SMK” Hasil penelitian

menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan

karir siswa kelas XI SMK. Besarnya pengaruh efikasi diri pemilihan karir terhadap

kematangan karir siswa SMK adalah 20,6%, sedangkan 79,4%nya dipengaruhi

oleh faktor lain diluar efikasi diri pemilihan karir.

Penelitian terdahulu mengenai hubungan antara dukungan social keluarga

dan kematangan karir pernah diteliti oleh Ulifa Rahma dan Esti Widya Rahayu

dengan judul “Peran Dukungan Sosial Keluarga dalam Membentuk Kematangan

Karier Siswa SMP” yang menunjukkan bahwa dukungan social keluarga memberi

sumbangan yang cukup besar terhadap kematangan karir dan sisanya dipengaruhi

oleh faktor lain. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmia Dewi (2017)

pada mahasiswa keperawatan STIKes menunjukkan bahwa kematangan karir

dibentuk oleh efikasi diri dan dukungan sosial keluarga dengan kontribusi
7

33.6% sementara 66,4% nya ditentukan oleh faktor lain. Ini menunjukkan bahwa

efikasi diri dan dukungan sosial merupakan dua variabel yang cukup besar

mempengaruhi kematangan karir.

Dari pemaparan latar belakang diatas menunjukkkan adanya berbagai

permasalahan tentang kematangan karir yang berkaitan dengan efikasi diri dan

dukungan sosial. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan

penelitian apakah terdapat Hubungan Antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial

Dengan Kematangan Karir Pada Mahasiswa fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Raden Intan Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti

menyimpulkan rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan

antara efikasi diri dan dukungan keluarga dengan kematangan karir pada

mahasiswa?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan

dukungan sosial keluarga dengan kematangan karir pada mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya

adalah:
8

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan

bagi disiplin ilmu psikologi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan kajian para

pendidik, orang tua dan khususnya para mahasiswa fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung untuk memberikan pandangan

mengenai kematangan karir yang dikaitkan dengan efikasi diri dengan

meningkatkan efikasi diri untuk mencapai kematangan karir yang lebih baik. Selin

itu, penelitian ini dapat digunakan oleh kalangan pendidik di Fakultas Ushuluddin,

hal ini diharapkan akan memberikan sumbangan praktis untuk para pendidik

mengenai dasar pengolahan potensi mahasiswa hingga mampu meningkatkan

efikasi diri untuk meningkatkan kematangan karir.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kematangan Karir

1. Pengertian Kematangan Karir

Super (Seligman, 2004), mengembangkan konsep kematangan karir yang

menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas perkembangan

karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Lebih lanjut Super

menambahkan bahwa indikasi relevan bagi kematangan karir adalah misalnya

kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk memikul tanggung

jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus

dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri

dalam suatu jabatan. Menurut Komandyahrini dan Hawadi (2008), juga

mengatakan bahwa dalam perkembangan karir seseorang terdapat tugas-tugas

perkembangan karir yang harus dilalui seseorang. Keberhasilan dan kesiapan

seseorang untuk bernegosiasi dan membuat keputusan-keputusan karir sesuai

dengan tahap perkembangan karirnya.

Menurut Brown dan Brooks (dalam Komandyahrini dan Hawadi, 2008),

mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari

individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan

kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan dari

orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan

tertentu. Disisi lain menurut Holland (dalam Gonzalez, 2008), mengatakan

bahwa seseorang dikatakan memiliki kematangan karir ketika orang tersebut


1
0

mampu memanifestasikan konsistensi, diferensiasi, dan keselarasan dalam

tingkatan yang tinggi ketika melakukan pemilihan karir.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan karir

merupakan kesiapan individu dalam menyelesaikan tahapan perkembangan

karir dimana individu mampu mengenali minat dan potensi dirinya sendiri

dan mampu memilih karir yang sesuai serta bertanggung jawab terhadap

hidup dan pekerjaannya.

2. Aspek-Aspek Kematangan Karir

Menurut Super (Seligman, 2004), mendeskripsikan lima komponen mayor

dalam kematangan karir, yaitu:

a. Orientasi pada pemilihan karir (orientasi to vocational choice)

Komponen ini menyangkut pilihan karir dan penggunaan informasi kerja.

Dalam hal ini, seseorang menentukan pilihan karirnya secara pasti

berdasarkan pertimbangan dari informasi kerja yang dimilikinya.

b. Informasi dan perencanaan pekerjaan yang disukai (information

and planing about preferred occupation)

Komponen ini berkaitan dengan informasi spesifik yang dimiliki seorang

tentang pekerjaan yang akan dimasukinya. Seseorang mencari dan

menggali secara menyeluruh segala informasi yang berkaitan dengan

pekerjaan yang nantinya akan digeluti, sehingga dengan informasi yang

dimiliki seseorang dapat menyusun perencanaan untuk mencapai pilihan

karirnya.

c. Konsistensi pilihan karir (consistency of vocational preference)


1
1

Komponen ini tidak hanya fokus pada konsistensi pilihan karir dari waktu-

kewaktu, tetapi juga konsistensi dalam bidang dan level kerja. Konsistensi

pilihan karir terlihat bila seseorang benar-benar yakin akan pilihan

karirnya dan tidak berubah-ubah dari waktu ke waktu.

d. Kristalisasi sifat (cristalization of traits)

Komponen ini mencakup tujuh indek sikap terhadap pekerjaan, komponen

ini juga mengindikasikan terbentuknya minat, karakteristik kepribadian

dan bakat yang relevan dengan pilihan karir. Dalam hal ini, sesorang akan

melakukan pemilihan karir atau pekerjaan yang dapat menjadi media

untuk mengekspresikan dirinya.

e. Kebijaksanaan pilihan karir (The wisdom of vocational preference)

Komponen ini terkait hubungan antara pilihan karir dengan kemampuan,

aktifitas, dan minat yang dimiliki. Jadi, dalam hal ini seseorang harus

dapat secara bijaksana menjatuhkan pilihan karir yang sesuai dengan

kemampuan, aktifitas, dan minat yang dimilikinya.

3. Faktor-faktor Perkembangan Karir

Menurut Super (Seligman, 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi

kematangan karir yaitu:

a. Faktor bio-sosial

Faktor umur dan kecerdasan mempengaruhi dalam pencarian informasi

yang lebih spesifik, perencanaan pilihan karir, dan tanggung jawab

terhadap pilihan karir.

b. Faktor lingkungan
1
2

Faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan,

lingkungan sekolah, stimulus budaya mempengaruhi kematangan karir.

Orang tua, sekolah dan teman dapat menjadi penolong dalam

perkembangan anak. Pentingnya keluarga, teman dan sekolah pada proses

pendewasaan dan pembuatan keputusan serta masa depan karir. Anak

muda yang mendapatkan dukungan dari sekolah, teman dan keluarga dapat

membuat keputusan dalam memilih karir. Dukungan sosial berpengaruh

positif dalam pemilihan dan perencanaan karir. Dukungan sosial yang

paling baik adalah dukungan yang didapatkan dari keluarga (Rodin &

Solovey dalam Nashriyah dkk, 2014).

c. Kepribadian

Meliputi konsep diri, fokus kendali, bakat khusus, nilai atau norma dan

tujuan hidup. Konsep diri yang positif akan mengarahkan seseorang untuk

dapat memiliki kemandirian, mampu mengatasi permasalahan yang sedang

dialaminya, mampu merencanakan dan memutuskan apa yang baik

mengenai karir untuk dirinya di masa depan. Mahasiswa yang sudah

mengenali bakat khususnya sejak dini akan lebih mudah untuk

memutuskan pilihan karirnya. Nilai-nilai atau norma pada lingkungan

setempat akan memiliki pengaruh saat siswa akan memutuskan pilihan

karir. Tujuan hidup yang sudah ditetapkan dengan jelas akan membuat

siswa lebih matang saat harus memutuskan karir yang sesuai dengan tujuan

hidupnya.

d. Vokasional
1
3

Kematangan karir individu berkorelasi positif dengan aspirasi vokasional

tingkat kesesuaian aspirasi dan ekspektasi karir.

e. Prestasi individu

Meliputi prestasi belajar, kebebasan, partisipasi di sekolah dan di luar

sekolah. Prestasi akademik yang tinggi akan membuat siswa membentuk

aspirasi karir yang mantap. Aspirasi karir yang mantap, akan membuat

individu lebih serius dalam mencari informasi mengenai karir dan

menyesuaikan antara kemampuan dan minat yang dimiliki dengan

pemahaman mengenai karir, sehingga akhirnya mampu membuat

keputusan karir yang tepat.

Menurut Seligmen (2004) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan karir individu dimana perkembangan karir

akan membentuk kematangan karir. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor keluarga

Latar belakang keluarga berperan penting dalam kematangan karir

seseorang. Pengalaman masa kecil dimana role model yang paling

signifikan adalah orang tua, berikut latar belakang orang tua.

2. Faktor internal individu

Faktor individu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan karir

seseorang, hal ini mencakup:

a. Self esteem atau harga diri merupakan evaluasi positif dan negatif

tentang diri sendiri yang dimiliki seseorang. Evaluasi ini memperlihatkan

bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya


1
4

kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat

dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya.

b. Self efficacy, merupakan keyakinan seseorang tentang kemampuan untuk

mencapai suatu hasil atau prestasi yang dapat mempengaruhi hidup

mereka.

c. Locus of control adalah konsep yang menjelaskan persepsi individu

mengenai tanggung jawabnya atas kejadian-kejadian dalam hidupnya.

Locus of control dikelompokkan menjadi dua macam yakni internal locus

of control dan eksternal locus of control. Internal locus of control

mempercayai bahwa peristiwa yang terjadi sebagai hasil dari perilakunya.

Sedangkan eksternal locus of control menunjukkan adanya keyakinan

bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil dari kekuatan diluar

dirinya seperti keberuntungan, kesempatan, serta kekuasaan. Internal locus

of control penting dimiliki siswa, karena dengan keyakinan bahwa semua

pencapaian ditentukan oleh usaha, ketrampilan dan kemampuan, maka

siswa akan berusaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan yang

menjadi persyaratan karir (Nugraheni, 2012).

d. Keterampilan merupakan kecekatan, kecakapan atau kemampuan untuk

melakukan sesuatu dengan baik dan cermat atau dengan keahlian.

Seseorang yang sudah mengetahui memiliki ketrampilan tertentu akan

dapat menentukan dan memilih karir dengan tepat.

e. Minat merupakan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Remaja yang

memiliki minat terhadap sesuatu akan terdorong untuk dapat melakukan

hubungan dengan hal tersebut begitu juga dalam hal karir atau pekerjaan.
1
5

Minat yang kuat terhadap sesuatu dapat mengarahkan siswa dalam memilih

karir sesuai dengan minat dan ketertarikan dalam karir tertentu. Minat

merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan karir. Minat

berkaitan dengan bidang dan tingkat pilihan karir (Nugraheni, 2012).

f. Bakat mengandung makna kemampuan bawaan yang masih bersifat

potensial atau laten dan memerlukan pengembangan lebih lanjut. Bakat

khusus yang dimiliki dan sudah diketahui siswa dapat mengarahkan siswa

untuk dapat melakukan pemilihan karir tertentu sesuai dengan bakat yang

dimiliki. Setiap pekerjaan membutuhkan bakat dan kemampuan khusus

yang berbeda. Bakat sangat penting karena memungkinkan individu untuk

mencapai keberhasilan dalam bekerja (Nugraheni, 2012).

g. Kepribadian, remaja akan melakukan refleksi terhadap sifat-sifat

kepribadiannya sehingga dapat lebih mengenal diri dan memperoleh

pemahaman diri (Winkel, 1997). Holland dan Roe (dalam Nugraheni,

2012) menyatakan bahwa individu akan memilih karir yang cenderung

sesuai dengan karakteristik kepribadian. Kepribadian meliputi sejumlah

dimensi yang relevan dengan perkembangan karir yaitu orientasi

interpersonal, nilai, motivasi, stabilitas dan kemauan untuk mengambil

resiko.

h. Usia, tingkat kematangan karir remaja bertambah seiring dengan

meningkatnya usia. Kematangan karir berjalan seiring dengan

bertambahnya usia dan mengalami dinamika yang penting pada masa

sekolah menengah (Crites dalam Barnes & Carter, 2002). Semakin

meningkat usia, maka kematangan karir semakin meningkat.


1
6

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kematangan karir adalah faktor bio-sosial, faktor

lingkungan yaitu dukungan sosial, kepribadian, vokasional, prestasi

individu. Faktor keluarga, faktor internal mencakup mencakup self esteem,

self expectation, self efficacy, locus of control, ketrampilan, minat, bakat,

kepribadian dan usia.

B. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Bandura adalah tokoh yang mengenalkan istilah efikasi diri atau self-

efficacy. Ia mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang

akan kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi

dirinya sendiri dan kejadian dalam lingkungan (Feist, 2010). Efikasi diri

memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam tindakan manusia dan

berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya dan variabel pribadi

lainnya. Dalam model triadic reciprocal causal disebutkan bahwa

lingkungan, perilaku dan manusia memiliki pengaruh satu sama lain, efikasi

diri merujuk pada faktor manusia. Seseorang yang yakin bahwa mereka

dapat melakukan sesuatu yang berpotensi mengubah kejadian di lingkungan

akan lebih mungkin bertindak dan menjadi sukses daripada yang memiliki

efikasi diri rendah. Bandura dan Wood menjelaskan bahwa efikasi diri

mengacu pada keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk

menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan tindakan yang diperlukan

untuk memenuhi tuntutan situasi (Ghufron, 2017).


1
7

Baron dan Byrne mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi individu

mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya sendiri untuk melakukan suatu

tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan (Ghufron, 2017). Efikasi diri

merujuk pada keyakinan diri bahwa ia memliki kemampuan untuk melakukan

suatu perilaku, sementara ekspektasi atas hasil merujuk pada prediksi dari

kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. Bandura menyebut

keyakinan atau harapan diri sebagai efikasi diri dan harapan hasilnya disebut

ekspektasi hasil (Alwisol, 2009).

1. Efikasi ekspektasi (efficacy expectation) adalah persepsi diri mengenai

seberapa bagus diri dapat berfungsi pada suatu situasi.

2. Ekspektasi hasil (outcome expectations) adalah perkiraan diri bahwa

tingkah laku yang dilakukan dapat mencapai hasil tertentu.

Sedangkan Santrock (2012) mendefinisikan efikasi diri sebagai

keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai sebuah situasi dan memberi

hasil menguntungkan. Self-efficacy merupakan faktor penting dalam

menentukan berhasil atau tidaknya seorang siswa. Menurut Schunk, efikasi

diri mempengaruhi pilihan aktivitas siswa. Siswa dengan efikasi diri rendah

cenderung menghindar dari tugas, terlebih tugas yang menantang. Sedangkan

siswa dengan efikasi diri tinggi cenderung tidak sabar menyelesaikan tugas.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri

merupakan keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan

suatu tugas yang diharapkan untuk mencapai hasil tertentu serta mengatasi

hambatan dan memberi keuntungan baginya demi memenuhi tuntutan situasi.


1
8

2. Aspek-aspek Efikasi Diri

Menurut Bandura, efikasi diri pada masing-masing individu akan

berbeda-beda antara satu individu dengan individu lain berdasarkan pada tiga

dimensi (Ghufron, 2017). Dimensi-dimensi efikasi diri tersebut adalah :

a. Tingkat (level)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas ketika

individu merasa mampu melakukannya. Ketika individu dihadapkan pada

suatu tugas yang disusun berdasarkan tingkat kesulitannya, maka efikasi

dirinya akan terbatas pada tugas yang mudah, sedang atau bahkan yang paling

sulit sesuai batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan

perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat.

b. Kekuatan (strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atas keyakinan

atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang kuat

akan mendorong individu bertahan pada usahanya sedangkan pengharapan

yang lemah akan mudah goyah oleh pengalaman-pengalaman yang tidak

mendukung. Dimensi ini berkaitan dengan dimensi tingkat (level), semakin

tinggi tingkat kesulitan tugas maka semakin lemah keyakinan yang dirasakan

untuk menyelesaikan.

c. Generalisasi

Dimensi ini berkaitan dengan luasnya bidang dimana individu

merasa yakin akan kemampuannya. Individu merasa yakin akan kemampuan

dirinya apakah terbatas pada satu aktivitas dan situasi tertentu atau pada

serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.


1
9

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga hal

yang membedakan efikasi diri pada setiap individu, meliputi tingkat atau

derajat tingkat kesulitan tugas, kekuatan atau kuatnya keyakinan individu dan

generalisasi atau luasnya bidang dimana individu merasa yakin dengan

kemampuannya.

C. Dukungan Sosial Keluarga

1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Khan (dalam Wibowo & Susanto, 2014) dukungan sosial

berarti interaksi manusia yang melibatkan satu atau lebih unsur berikut: kasih

sayang (merujuk apresiasi, kekaguman, rasa hormat atau cinta atau

menciptakan rasa aman), penegasan (penguatan pengarahan, umpan balik,

yang mempengaruhi cara seseorang membuat keputusan) dan konkret bantuan

(merujuk benda atau uang, menghabiskan waktu untuk membantu seseorang).

Dukungan sosial menurut (Sarafino, 2011) merupakan kenyamanan,

kepedulian, harga diri atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain

atau kelompok lain. Individu dengan dukungan sosial percaya bahwa mereka

dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari keluarga atau organisasi komunitas

yang dapat membantu saat dibutuhkan. Dukungan sosial juga mengacu pada

perasaan atau persepsi seseorang bahwa kenyamanan, perhatian dan bantuan

tersedia ketika dibutuhkan (Sarafino, 2011).

Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan dukungan sosial sebagai rasa

nyaman secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh sahabat dan keluarga

kepada individu yang sedang stress sehingga ia dalam kondisi fisik yang lebih
2
0

baik dan dapat mengatasi stress yang dialaminya.

Dukungan sosial keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Menurut Sancahya (2014) dukungan sosial keluarga

adalah kenyamanan fisik dan psikologis, perhatian serta bantuan yang

diterima oleh individu dari keluarganya seperti ayah, ibu ataupun saudara

kandung individu tersebut.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

keluarga adalah kenyamanan dan kepedulian yang berasal dari orang terdekat

seperti keluarga ataupun teman.

2. Jenis-jenis Dukungan Sosial

Menurut Taylor (2009), aspek-aspek dukungan sosial keluarga berupa:

a. Perhatian emosional, dapat diekspresikan dengan rasa suka, cita,

atau empati. Misalnya, ketika individu bertengkar dengan

saudaranya yang membuat perselisihan, ekspresi perhatian dari

teman pun dapat membatnu anda.

b. Memberikan informasi tentang situasi yang menekan. Contohnya,

ketika anda merasa cemas menghadapi ujian karena kurang

persiapan dan teman anda memberikan informasi mengenai tipe

soal yang diajukan, maka informasi tersebut akan banyak

membantu.

c. Bantuan instrumental, meliputi penyediaan jasa atau barang selama


2
1

masa stres. Contohnya, ketika individu merasa kesilitan ke kampus

karena kendaraan yang digunakan rusak, tawaran dari teman untuk

berangkat kampus bersama akan sangat membantu.

Menurut House dan Kahn (Friedman, 2010), aspek-aspek dukungan

sosial keluarga yaitu:

a. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk

beristirahat dan juga menenangkan pikiran. Setiap orang pasti

membutuhkan bantuan dari keluarga. Individu yang menghadapi

persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada keluarga yang

mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang

dihadapi.

b. Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan

masalah dan juga sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang

sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan

bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada individu.

c. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal

pengawasan, kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang

dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan.

d. Dukungan Infromasional

Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi.

Disini diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluargadapat


2
2

digunakan oleh individu dalam mengatasi persoalan-persoalan yang

sedang dihadapi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa aspek dalam dukungan sosial keluarga adalah

adanya dukungan emosional, informasional dan instrumental.

3. Hubungan antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial dengan

Kematangan Karir

Menurut Savickas, Kematangan karir merupakan kesiapan individu dalam

membuat informasi, keputusan karir yang sesuai dengan usia dan menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan terkait karir (Creed & Patton, 2002). Karir bukanlah

peristiwa sekali seumur hidup karena konsep diri manusia berubah-ubah melalui

tahap-tahap kemunduran dan pola karir seseorang.

Menurut Seligman (dalam Pinasti, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

kematangan karir adalah faktor keluarga, faktor internal individu, dan faktor sosial

ekonomi. Faktor internal individu meliputi harga diri, efikasi diri, self-expectation,

locus of control, keterampilan, minat, bakat, kepribadian, dan usia. Jadi dukungan

keluarga dan dukungan sosial serta efikasi diri merupakan salah satu dari beberapa

faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu.

Bandura dan Woods mendefinisikan efikasi diri adalah keyakinan akan

kemampuan individu untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan

tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi (Ghufron, 2017).

Dalam memilih karir diperlukan perencanaan, eksplorasi hingga akhirnya memilih

karir. Untuk memilih karir yang tepat maka diperlukan keyakinan yang kuat akan
2
3

kemampuan diri dalam menggerakkan motivasi dan memilih tindakan yang

diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi. Semakin tinggi efikasi diri maka

akan mendorong seseorang untuk menetapkan pilihan karir yang tepat dan sesuai

dengan dirinya.

Efikasi diri merujuk pada evaluasi individu mengenai kemampuannya

untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan kemudian mengatasi hambatan

(Ghufron, 2017). Ketika hambatan memasuki dunia kerja dapat diminimalisir,

kematangan karir siswa akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bandura

bahwa seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung mengeluarkan usaha

besar untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan, maka dari itu siswa yang

memiliki efikasi diri tinggi akan lebih siap menentukan karir demi masa depan

(Zulkaida, 2007).

Sedangkan dukungan sosial merupakan kenyamanan, kepedulian, harga

diri atau bantuan yang diterima seseorang dari orang lain atau kelompok lain

(Sarafino, 2011). Individu dengan dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai,

dihargai dan menjadi bagian dari keluarga atau organisasi komunitas yang dapat

membantu saat dibutuhkan. Individu yang mendapatkan dukugan sosial tinggi

akan memiliki pikiran yang positif sehingga mampu mencapai kematangan karir

yang tinggi (Dewi, 2017).

Dalam jurnal “Social support and Career Maturity” ditunjukkan bahwa

remaja dengan dukungan sosial yang tinggi dari orang tua, guru dan teman sebaya

menunjukkan kematangan yang lebih tinggi untuk berkarir, dukungan orang tua

yang paling berkorelasi dengan kematangan karir. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Mutiara Herin dan Dian Ratna Sawitri (2017) yang menunjukkan
2
4

bahwa kematangan karir yang tinggi dipengaruhi oleh dukungan orang tua yang

positif yang memberi informasi karir kepada anak dan memenuhi fasilitas anak

untuk menunjang karirnya. Dalam beberapa penelitian lain ditemukan bahwa

efikasi diri dan dukungan sosial adalah variabel yang berhubungan atau berkaitan

dengan kematangan karir. Dukungan sosial dari orang tua terhadap perencanaan

dan eksplorasi karir juga memiliki pengaruh dalam kematangan karir tinggi.

Sedangkan dalam penelitian Blustein ditemukan bahwa efikasi diri adalah variabel

yang kuat mempengaruhi kematangan karir (Pinasti, 2011). Bahkan dalam

penelitian oleh Rahmia Dewi (2017) ditemukan bahwa efikasi diri dan dukungan

sosial secara bersama-sama memberi sumbangan yang cukup besar yaitu sebesar

33% terhadap kematangan karir dan 67% nya dipengaruhi oleh variabel lain diluar

efikasi diri dan dukungan sosial.

4. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan teoritik yang masih harus dibuktikan

kebenarannyas melalui analisis terhadap bukti-bukti empirik (Danim, 2004).

Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai ada tidaknya hubungan antara

efikasi diri dan dukungan keluarga dengan kematangan karir pada mahasiswa

fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara efikasi diri

dan dukungan keluarga dengan kematangan karir pada mahasiswa fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.


2
5

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Varieabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Variabel Terikat (Y) : Kematangan Karir

2. Variabel Bebas (X₁) : Efikasi Diri

3. Variabel Bebas (X₂) : Dukungan Keluarga

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kematangan Karir

Super (Winkel dan Hastuti, 2004), mengembangkan konsep kematangan

karir yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas

perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Lebih

lanjut Super menambahkan bahwa indikasi relevan bagi kematangan karir

adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana, kerelaan untuk

memikul tanggung jawab, serta kesadaran akan segala faktor internal dan

eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau

memantapkan diri dalam suatu jabatan.

Menurut Brown dan Brooks (dalam Komandyahrini dan Hawadi, 2008),

mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif

dari individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan

kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan dari

orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan


2
6

perkembangan tertentu. Disisi lain menurut Holland (dalam Gonzalez,

2008), mengatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kematangan karir

ketika orang tersebut mampu memanifestasikan konsistensi, diferensiasi,

dan keselarasan dalam tingkatan yang tinggi ketika melakukan pemilihan

karir.

2. Efikasi Diri

Bandura adalah tokoh yang mengenalkan istilah efikasi diri atau

self-efficacy. Ia mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah keyakinan

seseorang akan kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol

terhadap fungsi dirinya sendiri dan kejadian dalam lingkungan (Feist,

2010). Efikasi diri memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam tindakan

manusia dan berkombinasi dengan lingkungan, perilaku sebelumnya dan

variabel pribadi lainnya. Dalam model triadic reciprocal causal

disebutkan bahwa lingkungan, perilaku dan manusia memiliki pengaruh

satu sama lain, efikasi diri merujuk pada faktor manusia. Seseorang yang

yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang berpotensi mengubah

kejadian di lingkungan akan lebih mungkin bertindak dan menjadi sukses

daripada yang memiliki efikasi diri rendah. Bandura dan Wood

menjelaskan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan seseorang akan

kemampuannya untuk menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif dan

tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi (Ghufron,

2017).
2
7

Baron dan Byrne mendefinisikan efikasi diri sebagai evaluasi individu

mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya sendiri untuk melakukan

suatu tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan (Gufron, 2017).

Efikasi diri merujuk pada keyakinan diri bahwa ia memliki kemampuan

untuk melakukan suatu perilaku, sementara ekspektasi atas hasil merujuk

pada prediksi dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut.

3. Dukungan Keluarga

Menurut Khan (Hakio, dkk, 2015) dukungan sosial berarti interaksi

manusia yang melibatkan satu atau lebih unsur berikut: kasih sayang

(merujuk apresiasi, kekaguman, rasa hormat atau cinta atau menciptakan

rasa aman), penegasan (penguatan pengarahan, umpan balik, yang

mempengaruhi cara seseorang membuat keputusan) dan konkret bantuan

(merujuk benda atau uang, menghabiskan waktu untuk membantu

seseorang).

Dukungan sosial menurut (Sarafino, 2011) merupakan

kenyamanan, kepedulian, harga diri atau bantuan yang diterima seseorang

dari orang lain atau kelompok lain. Individu dengan dukungan sosial

percaya bahwa mereka dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari keluarga

atau organisasi komunitas yang dapat membantu saat dibutuhkan.

Dukungan sosial juga mengacu pada perasaan atau persepsi seseorang

bahwa kenyamanan, perhatian dan bantuan tersedia ketika dibutuhkan

(Sarafino, 2011).

Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan dukungan sosial sebagai rasa


2
8

nyaman secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh sahabat dan

keluarga kepada individu yang sedang stress sehingga ia dalam kondisi

fisik yang lebih baik dan dapat mengatasi stress yang dialaminya.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono,

2017). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa prodi Psikologi

Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung

angkatan 2017-2019. Pengambilan populasi mahasiswa angkatan 2017-

2019 dengan jumlah populasi 349 mahasiswa.

Tabel. 1 Populasi Penelitian

Prodi Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi


Agama UIN Raden Intan Lampung
No. Prodi/Angkatan Jumlah Kelas Jumlah Mahasiswa

1. Psikologi islam/2017 (A), (B), (C), (D) 87

2. Psikologi islam/2018 (A), (B), (C), (D), (E) 119

3. Psikologi islam/2019 (A), (B), (C), (D), (E) 143

Total 14 349

2. Sampel
2
9

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan 25% dari

keseluruhan populasi, pengambilan sampel tersebut merujuk pada pendapat

Arikunto. S (2002) jika subjek lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15%

atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan paparan diatas maka peneliti

mengambil mahasiswa prodi psikologi islam Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN Raden Intan Lampung angkatan 2017-2019 dengan jumlah 87

orang untuk dijadikan subjek penelitian.

3. Teknik Sampling

Pada penelitian ini digunakan teknik Proportional Random Sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan cara undian dan setiap kelas pada

populasi memiliki kesempatan untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2015).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 25% mahasiswa Prodi

Psikologi Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan

Lampung Angkatan 2017-2019 dengan jumlah 87 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian metode pengumpulan data merupakan

suatu hal yang penting, karena metode ini merupakan strategi atau cara

yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert.

Skala likert yang digunakan dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Penilaian item favorable bergerak dari skor 4 (Sangat Setuju), 3 (Setuju), 2


3
0

(Tidak Setuju), 1 (Sangat Tidak Setuju). Penilaian item Unfavorable

bergerak dari skor 1 (Sangat Setuju), 2 (Setuju), 3 (Tidak Setuju), 4

(Sangat Tidak Setuju) (Sudaryono, 2017).

1. Skala Kematangan Karir

Skala kematangan karir merupakan skala yang akan digunakan untuk

mengukur tingkat kematangan karir. Adapun aspek kematangan karir menurut

Super (dalam Dybwad , 2008) yaitu perencanaan (planfulness), eksplorasi

(exploration), pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan (desicion

making). Skala ini merupakan hasil modifikasi dari skala penelitian yang

dilakukan oleh Fatia Aimatul tahun 2016.

Tabel. 2
Blueprint Skala Kematangan Karir
No Aspek Aitem
Total
Favorable Unfavorable
1 Perencanaan Karir 1, 5, 13, 21 8, 11, 16, 19 8
2 Eksplorasi Karir 2, 22 17, 20, 25, 28 6
3 Pengumpulan Infromasi 3, 6, 14, 23 9, 18, 26, 29 8
4. Pengambilan Keputusan 4, 7, 15, 24 10, 12, 27, 30 8
Total 14 16 30

2. Skala Efikasi Diri

Skala efikasi diri merupakan skala yang digunakan untuk mengukur

tingkat efikasi diri seseorang. Adapun aspek efikasi diri menurut Bandura

(Ghufron, 2017) yaitu tingkat (level), kekuatan (strength) dan generalisasi. Skala

ini merupakan hasil modifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Elfa Kharisma tahun 2018.


3
1

Tabel. 3
Blueprint Skala Efikasi Diri
No Aspek Aitem Total
1 Tingkat Kesulitan 1,5, 6, 8 4
2 Kekuatan 2, 3, 7 3
3 Generalisasi 4, 9, 10 3
Total 10

3. Skala Dukungan Keluarga

Skala dukungan keluarga merupakan skala yang digunakan untuk

mengukur tingkat dukungan keluarga. Adapun aspek dukungan keluarga

menurut House (dalam Wilujeng, 2014) yaitu dukungan emosi, dukungan

penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif. . Skala ini

merupakan hasil modifikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Fiqih Istifarani tahun 2016.

Tabel. 4
Blueprint Skala Dukungan Keluarga
No Aspek Aitem Total
Favorable Unfavorable
1 Dukungan 1, 4, 7, 15, 24 10, 12, 27, 30 9
Emosi
2 Dukungan 3, 6, 14, 23 9, 18, 26, 29 8
Penghargaan
3 Dukungan - 2, 17, 20, 22, 25 5
Instrumental
4 Dukungan 5, 13, 21 8, 11, 16, 19, 28 8
Informatif
Total 12 18 30
3
2

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah pertimbangan yang paling utama dalam mengevaluasi

kualitas tes sebagai instrumen ukur. Konsep validitas mengacu pada kelayakan,

kebermaknaan dan kebermanfaatan inferensi tertentu yang dapat dibuat

berdasarkan skor hasil tes yang bersangkutan. Pengukuran dikatakan mempunyai

validitas yang tinggi apabila mengahsilkan data yang akurat seperti dikehendaki

oleh tujuan pengukuran tersebut (Azwar, 2012).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah menunjukan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Suatu pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama, diperoleh hasil

pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum

berubah. Secara teoritik besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari angka

0,0 sampai 1,0. Koefisien reliabilitas rxx = 1,0 berarti adanya konsistensi yang

sempurna pada hasil ukur yang bersangkutan (Azwar, 2012).

F. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda dua prediktor yaitu teknik analisis

yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas dengan

kriterium dan bermaksud memprediksi bagaimana keadaan (naik turunnya)

variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
3
3

prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis berganda akan

dilakukan jika variabel independennya minimal dua (Sugiyono,

2015).Penggunaan analisis regeresi dua prediktor dengan pertimbangan penelitian

ini memiliki dua variabel bebas yakni efikasi diri dan dukungan keluarga serta

variabel terikat yakni kematangan karir. Analisis juga dilakukan dengan bantuan

SPSS 21.0 for windows.


3
4

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press

Baron, R,. & Byne, D. (2004). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh Jilid 2.
Jakarta: Erlangga

Barnes, Paul E & Carter, David J. (2002). Assesing Student Career Maturity:
Implications For School Counselors. Journal of Counseling Practice.

Feist, Jess and Feist Gregory J. (2008). Theories of Personality.


Diterjemahkan oleh Yudi Santoso dari buku asli Theories of Personality.
Yogyakarts: Pustaka Belajar

Ghufron, M. N. & Risnawita, R. S. (2017) Teori-teori Psikologi. Jogjakarta:


Ar- Ruzz Media

Gonzalez, M, A. (2008). Career Maturity: A Priority for Secondary


Education. Journal of Research in Educational Psychology. Vol 06

Komandyahrini E., Hawadi & Freyani, L. (2008). Hubungan Self Efficacy


dan Kematangan dalam Memilih Karir Siswa Program Percepatan Belajar
(Penelitian Pada SMAN 81 dan SMAN Lab School Jakarta). Jurnal
Keberbakatan & Kreativitas. Vol. 02. No. 01.

Nashriyah, Q,. Sifa, Y,. Munawir. A. & Nugraha (2014). Hubungan antara
Penyesuaian Diri dan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kematangan
Karir Pada Mahasiswa Program Studi Komunikasi FISIP UNS. Jurnal
Ilmiah Psikologi Candrajiwa
3
5

Nugraheni, I. (2012). Hubungan Antara Pusat Kendali Internal dengan


Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XII SMK Kristen 1 Klaten. Jurnal
Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Santrock, J. W. (2011). Life Span Development Perkembangan Masa hidup


Edisi Ketiga Belas Jilid I. Jakarta: Erlangga

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology Biopsychosocial


Interactions.
United States of America

Seligman, L (2004). Developmental Career Counceling and Assesment 2nd


ed. Thousand Oaks: Sage

Taylor, Shelley E,. Letitia Anne Peplau & David O. Sears. (2009). Psikologi
Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wibowo, M. W,. & Susanto, D. Y. (2014). Dinamika Dukungan Sosial Pada


Prestasi Siswa Sekolah Dasar Berbasis Pendekatan Indigenous
Psychology. Jurnal Psikologi Tabularasa, 1(9).

Winkel, W. S. (1997). Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.


Jakarta: PT. Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai