Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KELAINAN AIR KETUBAN

“POLIHIDRAMNION”
Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal

DISUSUN OLEH :
Kelas : IIB Kebidanan
Kelompok 6
Anggota : 1. Hanifah
2. Intan Pranesti Wulandari
3. Nidia Oktasera
5. Novi Kurniawati

DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dengan judul
“Polihidramnion”.
Keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh kami dalam menyelesaikan
makalah ini maka kiranya pembaca mohon maklum dengan segala kekurangan
serta kekeliruan baik dari isi, sistematika maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
masih perlu ada proses pembelajaran.
Dengan demikian, saran kritik maupun pendapat sangat kami harapkan
untuk pembuatan makalah selanjutnya yang lebih sempurna. Kami hanya bisa
memohon doa, semoga sekiranya Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan
balasan kepada kami. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya.

Bandung, Maret 2014

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………... i
Daftar Isi………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 1
C. Maksud dan Tujuan…………………………………………. 2
D. Sistematika Penulisan……………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ……………………………………………………. 3
B. Klasifikasi…………………………………………………….. 3
C. Etiologi…………………………………………………..……. 3
D. Tanda Gejala………………………………………………….. 4
E. Faktor Predisposisi……………………………………………. 4
F. Diagnosis……………………………………………………… 5
G. Penatalaksanaan……………………………………………….. 6
H. Peran bidan……………………………………………………. 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………. 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kehamilan bayi dilindungi oleh air ketuban yang berfungsi untuk ruang
gerak bayi dan melindungi janin terhadap trauma dari luar. Selain itu air ketuban
juga berfungsi melindungi janin dari infeksi dan menstabilkan perubahan suhu.
Dengan pertambahan usia kehamilan banyaknya air ketuban tidak terus sama dari
minggu ke minggu usia kehamilan. Saat usia kehamilan mulai memasuki usia 25
minggu rata-rata air ketuban sekitar 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi
984 ml pada usia kehamilan 32 minggu.

Apabila air ketuban melebihi 2000 ml maka disebut dengan polyhidramnion atau
dengan singkat hydramnion. Hidramnion juga dapat menimbulkan gejala pada ibu
hamil yang meliputi dispnea (sesak nafas), kaki tungkai bawah membengkak,
perut membesar, dan tampak mengkilat. Penyebab terjadinya hidramnion
berkaitan dengan kelainan konginital (anensefalus, atresia esofagus, spina bifida,
fistula usus), kelainan pada plasenta, kelainan penyakit yang menyertai
kehamilan(diabetes militus, hamil ganda). Jadi cairan amnion memegang peranan
yang cukup penting dalam proses kehamilan dan persalinan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hidramnion?


2. Bagaimana klasifikasi dari hidramnion?
3. Apa etiologi dari hidramnion?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari hidramnion?
5. Apa faktor predisposisi dari hidramnion?
6. Apa diagnosis dari hidramnion?
7. Bagaimana penatalaksanaan saat terjadi hidramnion?
C. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hidramnion


2. Untuk mengetahui klasifikasi dari hidramnion
3. Untuk mengetahui etiologi dari hidramnion
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari hidramnion
5. Untuk mengetahui faktor predisposisi dari hidramnion
6. Untuk mengetahui diagnosis dari hidramnion
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hidramnion

D. Sistematika Penulisan

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Maksud dan Tujuan
D. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
I. Pengertian Hidramnion
J. Klasifikasi Hidramnion
K. Etiologi Hidramnion
L. Tanda Gejala Hidramnion
M. Faktor Predisposisi Hidramnion
N. Diagnosis Hidramnion
O. Penatalaksanaan Hidramnion
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hidramnion adalah Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari
2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama
kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Admin, 2011).

B. Klasifikasi

1. Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan,dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut
2. Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam
waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
bulan ke-4 atau ke-5 (Amriewibowo, 2010).

C. Etiologi

Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena:
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban
juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion,
misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anensefal.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang telah dibuat dilahirkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus
dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Jalan
ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan, seperti pada atresia
esophagus, anensefal, atau tumor-tumor plasenta.
Pada anensefal dan spina bifida diduga bahwa hydramnion terjadi karena
transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sumsum belakang.
Selain daripada itu anak anensefal tidak menelan dan pertukaran air
terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak kencing berlebihan.
Pada atresia oesophagei hydramnion terjadi karena anak tidak menelan.Pada
gemelli mungkin disebabkan karena salahsatu janin pada kehamilan satu telur
jantungnya lebih kuat dan karena itu juga menghasilkan banyak air
kencing.Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan
kembar.

D. Tanda dan Gejala

1. Pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi fundus jauh di bawah usia
kehamilan yang seharusnya.
2. Tekanan dinding uterus yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin
untuk:
a. Auskultasi denyut jantung janin.
b. Palpasi gambaran dan bagian-bagian janin.
3. Saat auskultasi terdengar getaran cairan uterus
4. Bila berat, terdapat , masalah mekanik seperti:
a. Dispnea berat
b. Edema ekstremitas bawah dan vulva
c. Nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan/atau paha.
d. Mual dan muntah

E. Faktor predisposisi

1. Hidramnion banyak ditemukan pada kasus-kasus:


Anamali kongenital (pada anak); seperti anencepali, spina difida
atresia atau striktur esofagus, hydrocephalus dan struma blockling
oesophagus
2. Gemelli uniovulair(Amriewibowo, 2010)

F. Diagnosis

1. Anamnesis
a. Ibu merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b. Ibu merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
c. Ibu merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
d. Pada proses akut Ibu merasa, sesak (Amriewibowo, 2010).
2. Inspeksi
a. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-
retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b. Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah
membawa kandungannya (Amriewibowo, 2010).
3. Palpasi
a. Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut,
vulva dan tungkai
b. Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c. Bagian janin sukar dikenali
d. Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba maka balotement
jelas sekali
e. Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin (Manuaba, 2007; Amriewibowo, 2010).
4. Auskultasi
a. DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali
5. Rontgen foto abdomen
a. Nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan kadang
bayangan janin tidak jelas
b. Foto rongtgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan untuk
menentukan etiologi (Amriewibowo, 2010).
6. Pemeriksaan dalam
a. Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his
(Amriewibowo, 2010).

G. Penatalaksanaan

Terapi hidramnion dibagi menjadi 3 fase:

1. Pada masa kehamilan


Pada hidramnion ringan tidak perlu pengobatan khusus. Hidramnion
sedang dengan beberapa ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak
perlu intervensi sampai persalinan atau sampai selaput membran pecah
spontan. Jika terjadi sesak nafas atau nyeri pada abdomen, terapi khusus
diperlukan. Bed rest, diuretik dan air serta diet rendah garam sangat
efektif. Terapi indomethacin biasa digunakan untuk mengatasi gejala-
gejala yang timbul menyertai hidramnion. Kramer dan koleganya (1994)
melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan bahwa indomethacin
mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan absorpsi,
menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan dalam
membran amnion. Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari.
Tetapi padahidramnion berat maka penderita harus dirawat dan bila
keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis (pengambilan sampel
cairan ketuban melalui dinding abdomen).Prinsip dilakukan amniosintesis
adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan amnion juga
bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru janin.
2. Pada masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita adalah menunggu.
Jika pada waktu pemeriksaan dalam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan jari
tangan kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio
plasenta, syok karena tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum
karena atonia uteri.
3. Pada masa nifas
Observasi perdarahan postpartum

H. Peran Bidan
1. Peran bidan dalam komunitas
a. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan tentang asupan
nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan
membantu membuat keputusan mengenai persalinan.
b. Apabila telah dilakukan pemeriksaan,siapkan rujukan untuk merujuk
ibu ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai,karena resiko terjadinya
komplikasi lebih besar.
2. Peran bidan di rumah sakit
a. Penanganan lebih awal untuk mendeteksi polihidramnion secara dini ,
untuk menanggulangi terjadinya kelainan pada bayi dan kelainan
persalinan.
b. Diharapkan penangan khusus, dan intensif untuk melakukan perawatan
pada pasien penderita polihidramnion.
c. Kolaborasi Bidan dan nakes yang lain yang lebih berkompeten (dokter
obgyn) ,dapat membantu menangani terjadinya kelainan pada
kehamilan.
BAB III
KESIMPULAN

Hidramnion adalah Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari
2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama
kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36
minggu (Admin, 2011).
Hidramnion diklasifikasikan menjadi hidramnion kronis dan hidramnion
Akut
Tanda gejalanya adalah pembesaran uterus, lingkar abdomen, dan tinggi
fundus jauh di bawah usia kehamilan yang seharusnya,tekanan dinding uterus
yang membuat terasa sulit atau tidak mungkin untuk auskultasi denyut
jantung janin dan palpasi gambaran dan bagian-bagian janin,saat auskultasi
terdengar getaran cairan uterus dispnea berat,edema ekstremitas bawah dan
vulva,nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan atau paha,mual dan muntah.
Penatalaksanaan untuk polihidramnion berbeda disetiap masanya.
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.1984.Obstetri Patologi.Elstar


Offset;Bandung
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Saifudin.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP.
Varney, H. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai