Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UGM Pokok Bahasan ❑ Pengertian Peraturan Perundang-undangan ❑ Asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan ❑ Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia ❑ UU 12/2011 P3 ❑ UU 15/2019 Perubahan P3 ❑ Perpres 87/2014 Pengertian Peraturan Perundang-undangan [1/2] • Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. (Lihat Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011). • Ten Berge merumuskan unsur-unsur yang menjadi peraturan yang mengikat umum adalah: • Waktu: tidak hanya berlaku pada saat tertentu; • Tempat: tidak hanya berlaku pada tempat tertentu; • Person/orang: tidak hanya berlaku pada orang tertentu; dan • Fakta hukum: tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi untuk berbagai fakta hukum yang dapat berulang-ulang (untuk perbuatan yang berulang-ulang). Pengertian Peraturan Perundang-undangan [2/2] • Berdasarkan hasil penelitian de Commisie Wetgevingsvraagstukken, peraturan yang mengikat umum haruslah suatu peraturan yang memiliki sifat umum. Apabila peraturan yang berlaku untuk peristiwa konkret atau ditujukan pada orang-orang tertentu yang disebutkan secara individual, tidak memenuhi syarat sebagai peraturan perundang-undangan atau peraturan umum, melainkan disebut sebagai penetapan (beschikking). • Secara teoritik terdapat dua pengertian perundang-undangan, yaitu: • Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. • Perundang-undangan adalah segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan yang Baik [1/2] • Van der Vlies dan A. Hamid S. Attamimi membedakan 2 (dua) kategori asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang patut/baik (beginselen van behoorlijk regelgeving): • Asas-asas formal: • Asas tujuan jelas (Het beginsel van duideijke doelstelling) • Asas lembaga yang tepat ( Het beginsel van het juiste orgaan) • Asas perlunya pengaturan (Het noodzakelijkheid beginsel) • Asas dapat dilaksanakan (Het beginsel van uitvoerbaarheid) • Asas konsensus (Het beginsel van de concensus) Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan yang Baik [2/2] • Asas-asas material: • Asas kejelasan terminologi dan sistematika (Het beginsel van de duidelijke terminologie en duidelijke systematiek) • Asas bahwa peraturan perundang undangan mudah dikenali (Het beginsel van den kenbaarheid) • Asas persamaan (Het rechts gelijkheids beginsel) • Asas kepastian hukum (Het rechtszekerheids beginsel) • Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (Het beginsel van de individuele rechtsbedeling) • Asas-asas ini lebih bersifat normatif, meskipun bukan norma hukum. Sifat normatifnya akibat pertimbangan etik yang masuk ke dalam ranah hukum. Asas Formil [1/2] ❑ Asas tujuan jelas (het beginsel van duidelijke doelstelling) Mencakup 3 (tiga) hal: ketepatan letak peraturan, tujuan khusus peraturan yang akan dibentuk, tujuan bagian-bagian dari peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk. ❑ Asas lembaga yang tepat (het beginsel van het juiste orgaan) Para prinsipnya asas tersebut menafsirkan bahwa perlu adanya kejelasan kewenangan dari organ/lembaga yang membentuk peraturan perundang- undangan. ❑ Asas perlunya pengaturan (het noodzakelijkheid beginsel) Muncul karena dalam penyelesaian masalah penyelenggaraan kehidupan manusia terdapat berbagai alternatif yang tidak selalu harus dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Namun demikian, bukan berarti tidak ada peraturan (ontregelen) namun pembentukan peraturan itu berpegang pada prinsip penyederhanaan (soberheid). Asas Formil [2/2] ❑ Asas dapat dilaksanakan (het beginsel van uitvoerbaarheid) Merupakan asas yang menghendaki bahwa suatu peraturan harus dapat ditegakkan. Tidak ada gunanya merumuskan berbagai aturan dalam berbagai norma jika pada akhirnya norma tersebut tidak dapat ditegakkan. ❑ Asas konsensus (het beginsel van de concensus) Asas yang menunjukkan adanya kesepakatan rakyat untuk melaksanakan kewajiban dan menanggung akibat yang ditimbulkan oleh peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Asas ini dapat tercapai jika dilakukan diseminasi secara terarah. Persoalan yang timbul apabila peraturan yang diberlakukan pada saat yang bersamaan sangat banyak jumlahnya, maka keberadaan asas ini menjadi tidak efektif. Asas Materiil [1/2] ❑ Asas kejelasan terminologi dan sistematika (het beginsel van de duidelijke terminologie en duidelijke systematiek) Asas ini menekankan pada teknik merancang kata-kata, struktur, dan susunan peraturan sehingga pada akhirnya membentuk norma yang mengikat. ❑ Asas bahwa peraturan perundang-undangan mudah dikenali (het beginsel van den kenbaarheid) Sangat penting terutama bagi peraturan perundang-undangan yang membebani masyarakat dengan berbagai kewajiban. Apabila suatu peraturan perundang- undangan tidak dikenali dan diketahui setiap orang, maka peraturan a quo akan kehilangan tujuannya sebagai peraturan. ❑ Asas persamaan (het rechts gelijkheids beginsel) Menghendaki dalam pembentukan peraturan perundang-undangan tidak bersifat diskriminatif sehingga menimbulkan adanya ketidaksamaan dan kesewenang-wenangan. Asas Materiil [2/2] ❑ Asas kepastian hukum (het rechtszekerheids beginsel) Merupakan konsekuensi sendi negara berdasarkan hukum, sehingga setiap peraturan yang dibentuk haruslah jelas. Tidak dapat merumuskan pemberlakuan suatu norma yang bersifat retroaktif, apalagi bersifat pembebanan (contoh: pajak, retribusi) karena bertentangan dengan asas kepastian hukum. Pengecualian terhadap norma yang bersifat retroaktif dapat dilakukan tetapi harus sangat hati-hati, jelas, dan transparan. Ketidaktepatan rumusan akan berpengaruh pada efektivitas berlakunya aturan. Meskipun asas fictie menyatakan bahwa setiap orang dianggap tahu hukum, namun apabila tanggal pemberlakuannya tidak jelas, maka akan mempersulit implementasinya, dan capaian kepastian hukum. ❑ Asas pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual (het beginsel van de individuele rechtsbedeling) Selain muatan peraturan perundang-undangan berlaku umum, tetapi dapat juga diterapkan untuk menyelesaikan persoalan secara khusus atau keadaan-keadaan tertentu. Penerapan asas ini harus penuh kehati-hatian karena dapat meniadakan asas kepastian hukum dan asas persamaan. Oleh karena itu, penerapan sepenuhnya diserahkan pada penegak peraturan perundang-undangan (hakim). Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Menurut UU 12/2011 [1/5] Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik (Pasal 5 dan penjelasannya): ❑ Kejelasan tujuan; Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai. ❑ Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat; Bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang. ❑ Kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan; Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan. ❑ Dapat dilaksanakan; Bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis. Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Menurut UU 12/2011 [2/5] ❑ Kedayagunaan dan kehasilgunaan; Bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. ❑ Kejelasan rumusan; Bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya. ❑ Keterbukaan Bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Menurut UU 12/2011 [3/5] Asas terkait materi muatan peraturan perundang-undangan (Pasal 6 dan penjelasannya). Materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas-asas sebagai berikut: ❑ Pengayoman; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus berfungsi memberikan perlindungan untuk menciptakan ketenteraman masyarakat. ❑ Kemanusiaan; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional. ❑ Kebangsaan; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip NKRI. ❑ Kekeluargaan; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan. Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Menurut UU 12/2011 [4/5] ❑ Kenusantaraan; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan materi muatan peraturan perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. ❑ Bhinneka Tunggal Ika; Bahwa materi muatan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. ❑ Keadilan; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara. Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan Menurut UU 12/2011 [5/5] ❑ Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; Bahwa setiap materi muatan perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial. ❑ Ketertiban dan kepastian hukum; Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum. ❑ Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Bahwa setiap materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara. Asas-asas terkait dengan peraturan perundang-undangan • Lex Superiori derogat legi inferori Mengandung arti bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, muatan peraturan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan, mengubah, atau mengesampingkan peraturan yang lebih tinggi, serta suatu peraturan hanya dapat diubah, dicabut atau ditambah oleh yang sederajat atau lebih tinggi, dan peraturan yang lebih rendah tidak mengikat/tidak berkekuatan hukum jika bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, materi perundang-undangan yang lebih tinggi tidak dapat diatur oleh yang lebih rendah, kecuali apabila didelegasikan secara jelas.
• Lex specialis derogat legi generalis
Lex generalis merupakan hukum umum yang berlaku umum dan merupakan dasar, sedangkan lex specialis adalah hukum khusus yang menyimpang dari lex generalis. Namun demikian, lex generalis merupakan dasar bagi adanya lex specialis. Dalam penerapannya, peraturan khusus lebih diutamakan dari peraturan yang muatannya bersifat umum.
• Lex posteriori derogat legi priori
Mengandung arti bahwa peraturan perundang-undangan yang baru mengalahkan peraturan perundang-undangan yang lama. Sebagai contoh, apabila terjadi konflik antara peraturan perundang-undangan yang lama dengan peraturan perundang-undangan yang baru yang mengatur materi yang sama, namun peraturan yang baru tidak mencabut peraturan yang lama, maka berdasarkan asas ini, ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang baru mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang- undangan yang lama. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) Checklist • Asas-asas dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 sejalan dengan konsep yang dikembangkan oleh negara-negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 1995. OECD merekomendasikan daftar pernyataan (checkslist) untuk pengambilan keputusan pembentukan regulasi yang baik, yaitu: • Apakah masalahnya telah dirumuskan dengan tepat oleh pembentuk peraturan? • Apakah tindakan membuat peraturan beralasan ? • Apakah tindakan membuat peraturan yang terbaik ? • Apakah terdapat dasar membuat peraturan tersebut ? • Tingkatan pemerintahan manakah yang paling tepat untuk melakukan tindakan ini? • Apakah manfaat memberlakukan peraturan melebihi biayanya? • Apakah efek distribusi di masyarakat cukup transparan? • Apakah rumusan peraturan jelas, konsisten, mudah dipahami, dan dapat diakses oleh masyarakat? • Apakah semua pihak yang berkepentingan telah mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya (aspek partisipasi publik)? • Bagaimana tingkat kepatuhan masyarakat terhadap peraturan dicapai? OECD Checklist for Regulatory Quality • Sumber: OECD, 1995, OECD Recommendation on Improving the Quality of Government Regulation • Is the problem correctly defined? • Is government action justified? • Is regulation the best form of government action? • Is there a legal basis for regulation? • What is the appropriate level (or levels) of government for this action? • Do the benefits of regulation justify the costs? • Is the distribution of effects across society transparent? • Is the regulation clear, consistent, comprehensive, and accessible to users? • Have all interested parties had the opportunity to present their views? • How will compliance be achieved? Landasan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan [1/2] • Menurut ilmu pengetahuan, sekurang-kurangnya ada tiga landasan pembentukan perundang- undangan yang harus dipenuhi: a. Landasan Filosofis Perundang-undangan dikatakan mempunyai landasan filosofis apabila rumusan ketentuan atau normanya mendapatkan pembenaran secara filosofis, dalam arti sesuai dengan cita-cita dan pandangan hidup bermasyarakat, cita-cita keadilan dan kesusilaan. b. Landasan Sosiologis Suatu perundang-undangan mempunyai landasan sosiologis apabila rumusan ketentuan atau normanya sesuai dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Hal ini penting agar ketentuan tersebut ditaati oleh masyarakat. c. Landasan Yuridis. Landasan yuridis, landasan hukum atau legalitas adalah landasan atau dasar yang terdapat dalam ketentuan hukum yang dapat dibedakan dalam dua aspek: • Aspek formal, yaitu ketentuan hukum yang memberi kewenangan kepada badan pembentuknya. • Aspek material yaitu ketentuan hukum tentang masalah atau persoalan yang harus diatur. Aspek ini penting terutama bagi jenis perundang-undangan pelaksana yang derajadnya di bawah undang-undang. Landasan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan [2/2] ▪ Ketiga landasan ini dapat dirumuskan jika pembentukan peraturan dilakukan melalui tahapan penelitian kepustakaan (data sekunder) dan penelitian lapangan (data primer). ▪ Data sekunder diperlukan untuk memberikan kejelasan landasan yuridis pembentukan peraturan perundang-undangan, sedangkan data primer sangat diperlukan untuk memberikan kejelasan kondisi sosiologis yang berkembang serta nilai-nilai hukum yang diterapkan oleh masyarakat dalam menghadapi suatu permasalahan yang memerlukan pengaturan. ▪ Ketiga landasan ini secara teknik perundang-undangan terakomodasi dalam sistematika perundang-undangan terutama menjadi dasar pembentukan konsiderans “menimbang” dan “mengingat”. Hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia UU 12/2011 UU 10/2004 Tap MPR Tap MPRS III/2000 XX/1966
UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945
Tap MPR/S Tap MPR/S Tap MPR/S
UU/Perpu UU UU/Perpu UU/Perpu PP Perpu PP PP PP Perpres Keppres Perpres Keppres Peraturan Perda Perda Perda Pelaksanaan Hierarki peraturan perundang-undangan menurut uu 12/2011 • Pasal 7 ayat (1) • UUD NRI Tahun 1945 • Tap MPR • UU/Perppu • Peraturan Pemerintah • Peraturan Presiden • Peraturan Daerah Provinsi; dan • Peraturan Daerah Kabupaten/Kota • Pasal 8 ayat (1) • Selain peraturan perundang-undangan sebagaimana disebutkan di atas, terdapat peraturan perundang-undangan lain yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan, yakni mencakup peraturan yang ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.