Anda di halaman 1dari 17

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKISA RINGAN


DI RUANG IGD PONEK RSD IDAMAN BANJARBARU

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan III

Dosen Pembimbing :

Megawati, S.Si.T, M.Keb NIP. 198102262009122000

Oleh:

Nama : Elrana Salsabilla

NIM : P07124118185

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN

JURUSAN DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah disetujui dan diterima untuk pengambilan kasus untuk laporan dokumentasi
kompetensi dengan judul “Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada di Ruang IGD Bayi
Baru Lahir Dengan Asfiksia Ringan Ponek RSD Idaman Banjarbaru”

Nama : By Ny. S
Hari / Tanggal : Jumat, 26 Maret 2021
Alamat : Banjarbaru

Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembuatan laporan
dokumentasi komptensi pada PKK 3 oleh :

Nama : Elrana Salsabilla


NIM : P07124118185

Banjarbaru, Maret 2021


Mengetahui
Pembimbing Kasus Mahasiswi

Herlina Heringkian, SKM Elrana Salsabilla


NIP. 197308081993022004 NIM. P07124118185
KONSEP DASAR

ASFIKSIA

A. Pengertian Asfiksia
Menurut Depkes RI (2015) JNPK-KR Asfiksia adalah keadaan dimana
bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan
riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan.
Asfiksia adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan
dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi
semua metabolisme tubuhnya. Keadaan depresi pernapasan yang dimaksud
adalah keadaan asfiksia dan terjadi kesulitan untuk mempertahankan pernapasan
normal yang menyebabkan gangguan tonus otot (Manuaba, 2012).
B. Jenis Asfiksia
Menurut Prawirohardjo (2011) ada dua macam jenis asfiksia,yaitu:
1. Asfiksia Lividu (biru) cici-cirinya : warna kulit kebiru-biruan, tonus otot
masih baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung reguler, prognasi lebih
baik.
2. Asfiksia Pillida (putih) cirri-cirinya : warna kulit pucat, tonus otot sudah
berkurang. tidak ada rektasi rangsangan, bunyi jantung ireguler, prognosis
jelek
C. Klasifikasi Asfiksia
Menurut Depkes RI (2015) JNPK-KR Klasifikasi Asfiksia berdasarkan nilai
APGAR
Nilai
No Klasifikasi Derajat Vitalitas
APGAR
Fress Stillbirth (bayi lahir Tidak ada pernapasan
1 0
mati) Tidak ada denyut jantung

2 Asfiksia Berat 1-3 Denyut jantung < 40 x/menit


Pernapasan tidak teratur, megap-
3 Asfiksia sedang 4-6
megap, atau tidak ada pernapasan
Asfiksia Ringan / tanpa
4 7-9 Tangisan kuat disertai gerakan aktif
Asfiksia
5 Bayi Normal 10
Tingkat/derajat asfiksia yang dialami bayi adalah sebagai berikut:

SCORE 0 1 2

Biru pucat
A: Appereance (warna Tubuh kemerahan Seluruh tubuh
kulit) ektstremitas biru kemerahan

P: Pulse (denyut nadi) Tidak ada < 100 kali/menit >100 kali/menit

Menangis, batuk
G: Grimace (reflek) Tidak ada Gerak sedikit
bersin

Lumpuh Ektstremitas fleksi Gerakan aktif


A: Activity (tonus otot)

Sedikit lemah, Tidak Teratur, menangis


R: Respiration (pernafasan) Tidak ada
teratur kuat
C. Etiologi Asfiksia
Menurut Prawirohardjo (2011) terjadinya asfiksia disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Faktor intrauterin
a. Faktor Ibu
1) Hipotensi (syok) dengan berbagai sebab
2) Penyakit kardiovaskuler dan paru
3) Anemia/ Mal nutrisi
4) Keadaan asidosit / dehidrasi
5) Sindrom supin hipotensi
6) Penyakit Diabetes Melitus
b. Uterus
1) Kontraksi uterus yang berlebihan
2) Gangguan sistem peredaran darah uterus
c. Plasenta
1) Gangguan pembuluh darah plasenta
2) Perdarahan pada plasenta previa
3) Gangguan pertumbuhan plasenta
d. Tali pusat
1) Kompresi tali pusat
2) Simpul tali pusat
3) Tali pusat terputir jell woartom yang lemah
4) Lilitan tali pusat
5) Prolapsus/ tali pusat terkemuka
e. Fetus
1) Infeksi intrauterin
2) Gangguan pertumbuhan intrauterin
3) Perdarahan pada janin
4) Anemia
2. Faktor Umur kehamilan
a. Persalinan prematur (BBLR)
b. Persalinan presipitatus
c. Persalinan lewat waktu
3. Faktor persalinan
a. Persalinan memanjang
b. Persalinan dengan tindakan operatif
c. Persalinan dengan induksi
d. Persalinan dengan anastesi
e. Perdarahan (solusio plasenta marginalis)
4. Faktor buatan
a. Sindrom hipolensi supinasi (posisi tidur)
b. Asfiksia intrauterin pada induksi persalinan
c. Asfiksia intrauterin pada persalinan dengan anastesi
D. Tanda-tanda Asfiksia
Menurut Mochtar (2013) tanda-tanda asfiksia yaitu :
1. Asfiksia berat
a. Frekuensi jantung <40 x/menit
b. Tidak ada usaha nafas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat, bahkan sampai berwarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
2. Asfiksia sedang
a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 x / menit
b. Tidak ada usaha napas
c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
e. Bayi tampak pucat, bahkan sampai bewarna kelabu
f. Terjadi kekurangan yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan
3. Asfiksia ringan / tanpa asfiksia
a. Takipnea napas > 40 x / menit
b. Bayi tampak Cyanosis
c. Adanya retraksi sela iga
d. Adanya pernapasan cuping hidung
e. Pada pemeriksaan auskultasi diperoleh ronchi, rates, wheezing
f. Bayi kurang aktifitas.
E. Patofisiologi Asfiksia
Menurut Mochtar (2013) pernafasan spontan BBL tergantung pada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan atau persalinan akan
terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Asfiksia yang terjadi
dimulai suatu periode apneu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita
asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam
periode apneu kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula metabolisme dan perubahan keseimbangan
asam-basa pada tabuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis
respiontorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolism an
aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama
pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan berikut :
1. Hilangnya sumber glikogen daiam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
kesistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

F. Komplikasi yang mungkin muncul


Komplikasi yang mungkin muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berkelanjutan sehingga terjadi renjatan neonatus sehingga aliran darah ke otak
meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, dan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel dapat pula terjadi pada penderita asfiksia. Keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium atau ginjal. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya hipoksimia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transportasi sehingga penderita kekurangan persediaan dan kesulitan
pengeluaran hal ini dapat menyebabkan kejang pada bayi tersebut karena
disfungsi jaringan efektif .
4. Koma
Apabila pada bayi asfiksia berat tidak segera ditangani akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipokemia dan pendarahan otak.
G. Prognosa Asfiksia
Menurut Vivian (2010), prognosa penanganan asfiksia adalah sebagai berikut:
1. Asfiksia ringan/ normal prognosanya baik.
2. Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat, prognosa
baik.
3. Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama atau
kelainan syaraf permanen, asfiksia dengan ph 6,9 dapat menyebabkan kejang,
koma dan kelainan neurologis yang permanen, misalnya palsicerebral,
rectaldimental.
H. Penatalaksanaan Asfiksia
Menurut Prawirohardjo (2011) penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia neonaturum :
1. Pemantauan golongan darah, denyut nadi, fungsi dan sistem jantung dan baru
dengan melakukaa resusitasi memberikan yang cukup serta memantau perkusi
jaringan setiap 2 hingga 4 jam.
2. Mempertahankan jalan napas agar tetap kuat atau baik sehingga proses
oksigenasi cukup agar sirkulasi darah tetap baik
Cara mengatasi asfiksia sebagai berikut:

a. Asfiksia ringan (7-9)


1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir pada mulut kemudian
hidung
3) Bersihkan badan dan tali pusat
4) Lakukan pengamatan TTV, pantau APGAR SCORE , dan masukan ke
inkubator
b. Asfiksia sedang (4-6)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Letakkan bayi pada meja resusitasi
3) Bersihkan jalan nafas bayi
4) Berikan 2 liter oksigen permenit, bila berhasil teruskan perawatan
selanjutnya
5) Bila belum berhasil rangsang pernafasan dengan menepuk, nepuk
telapak kaki, bila tidak berhasil juga pasang penlon masker di pompa
box permenit
6) Bila bayi sudah bernafas tetapi masih Cynosis, berikan terapi natrium
dikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc, dektros 40% sebanyak 4 cc disuntikan
melalui vena umbilikus, masukkan pelan-pelan untuk mencegah
terjadinya pendarah intrakranial karena perubahan pH darah
mendadak.
c. Asfiksia Berat (1-3)
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat
2) Letakkan bayi pada meja resusitasi
3) Bersihkan jalan nafas bayi sambil memompa melalui ambubag
4) Berikan 4-5 liter permenit
5) Bila tidak berhasil memasang ECT (endo cranial tube)
6) Bersihkan jalan nafas melalui ECT
7) Bila bayi sudah bernafas tetapi masih Cyanosis, berikan terapi natrium
berkarbonat 7,5% sebanyak 6 cc, dektros 40% sebanyak 4 cc
disuntikan melalui vena umbilikalis, ditelusuri-lahan untuk digunakan
guna pendarahan intrakranial karena perubahan pH darah mendadak.

I. Langkah-langkah Resusitasi
Langkah-langkah resusitasi yang sering disebut resusitasi ABC menurut
Manuaba (2012) adalah sebagai berikut:
1. Memastikan jalan napas bebas terbuka.
a. Letakkan bayi sedemikian rupa sehingga jalan napasnya bebas.
b. Bersihkan mulut, hidung, dan kalau perlu trakea.
c. Jika diperlukan, masukan selang endotrakeal sehingga jalan napas dapat
dipastikan terbuka.
2. Memulai pernapasan
a. Lakukan rangsangan taktil, kaki, dan tangan sehingga pernapasan mulai.
b. Jika perlu, lakukan/gunakan ventilasi dengan tekanan postif (VTP) disertai
penggunaan sungkup/balon atau pipa ET dan balonnya
3. Mempertahankan sirkulasi darah.
a. Lakukan kompresi dada.
b. Pasang infuse atau tambahan obat-obatan.
Untuk memulai langkah pertama (awal) resusitasi, perlu menjawa
pertanyaan berikut tentang bagaimana keadaan bayi saat lahir.

1) Apakah air ketuban bercampur mekonium.


2) Apakah segera menangis atau bernapas.
3) Apakah tonus ototnya baik.
4) Bagaimana warna kulitnya, apakah merah muda.
5) Apakah kehamilan cukup bulan.
Apabila semuanya baik, resusitasi tidak diperlukan. Bila “TIDAK”,
resusitasi diperlukan. Resusitasi dapat dijabarkan menjadi tiga langkah
utama menurut Manuaba (2012), yaitu sebagai berikut:

a. Awal:
1) Mencegah hilangnya panas tubuh bayi.
2) Membuka jalan napas sehingga alian udara menjadi longgar.
3) Menilai bayi dalam hal pernapasan, frekuensi jantung, dan warna
kulit.
b. Pemberian Oksigen:
1) Pada bayi dengan sianosis, segera beri oksigen bahkan dengan
tekanan.
2) Bila warna kulit berubah menjadi merah, pemberian oksigen
diturunkan perlahan.
3) Bila sianosis kembali, oksigen ditambah bahkan dengan tekanan.
4) Bayi dengan napas gasping (megap-megap)
5) Frekuensi jantung kurang dari 100/menit.
6) Terdapat sianosis menetap walaupun frekuensi jantung lebih dari
100/menit dan napasnya masih berat.
7) Pemberian oksigen 100% diteruskan.
8) Bayi premature langsung ventilasi dan intubasi.
9) Pada pompa ventilator diperlukan frekuensi ventilasi 40-60 kali
permenit dan bila terjadi perubahan warna kulit menjadi merah,
ventilasi dapat ditunda perlahan.
c. Ventilasi tekanan positif:
Setelah resusitasi berhasil, masih diperlukan tindak lanjut menurut
Manuaba (2012) sebagai berikut:

1) Perawatan rutin:
a) Sebagian bayi besar adalah well born baby, tidak memerlukan
perawatan khusus setelah tindakan awal resusitasi sederhana dan
bayi langsung menangis.
b) Untuk mempertahankan panas tubuh, diperlukan langkah
membersihkan jalan napas dan membersihkan bayi kemudian
membedong dengan linen kering.
c) Kini bayi mulai langsung didekapkan pada dada ibunya, sambil
diizinkan menghisap putting susu ibu. Rangsangan putting susu
akan mempercepat lepasnya plasenta dan kontraksi otot rahim.
d) Observasi dilakukan terhadap pernapasan, frekuensi jantung bayi,
atau warna kulitnya.
e) Bila terjadi penurunan keadaan, langsung dilakukan resusitasi.
f)
J. Evaluasi Resusitasi Terhadap Frekuensi Jantung
Evaluasi Tindakan
Lebih dari - Bila bernapas spontan, ventilasi dihentikan.
100/menit - Pemberian O2 diturunkan perlahan dan diganti
dengan O2 dalam udara.
- Evaluasi: warna kulit, frekuensi jantung, dan
pernapasan.
- Bila keadaan menurun, megap-megap, jantung
melemah, lanjutkan ventilasi.

Antara 60- Ventilasi teruskan


100/menit
dan
cenderung
meningkat
Antara 60- - Ventilasi diteruskan, periksa keadekuatan ventilasi
100/menit (gerakan dada, suara napas), dan oksigen 100%
dan - Periksa alat ventilator dan sungkup dan lainnya.
cenderung - Bila frekuensi jantung kurang dari 60/menit,
tidak lakukan kompresi dada pada bayi.
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk


Penelitian Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, dkk. 2012. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2010. Buku Ajar Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta:YPB.SP

Vivian, Nani. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKISA RINGAN
DI RUANG IGD PONEK RSD IDAMAN BANJARBARU

PENGKAJIAN

Hari / Tanggal : Jum’at, 26 Maret 2021

Pukul : 19. 45 WITA

IDENTITAS BAYI

Nama By. Ny. S

Jenis Kelamin Laki – laki

Anak Ke - 3

IDENTITAS ORANG TUA

Istri Suami
Nama Ny. S Tn. M
Umur 26 Tahun 27 Tahun
Agama Islam Islam
Suku / Bangsa Banjar / Indonesia Banjar / Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Banjarbaru
PROLOG

Bayi lahr pervaginam pukul 19. 45 WITA di ruang IGD Ponek RSD Idaman
Banjarbaru, ketuban hijau, tidak segera menangis, APGAR 6,6,7, gerakan tonus ada
warna kulit dan ekstremitas biru. Bayi teraba dingin diseluruh tubuh.

DATA SUBJEKTIF

DATA OBJEKTIF

Keadaan umum lemah, reflek lemah, gerakan tonus ada, warna kulit dan ekstremitas
biru, bayi teraba dingin, tali pusat tidak ada perdarahan, N 112 x/menit, R 42 x/menit,
T 35, 0˚C. Anus berlubang, tidak ada kelainan kongenital, BB 3020 gram, PB 49 cm,
LK 33 cm, LD 32 cm, Lila 10 cm.

ANALISA

Bayi baru lahir dengan asfiksia ringan

PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan kepada ibu dan suami dan keluarga bahwa bayinya akan
dilakukan sesuai dengan penatalaksanaan pada asfiksia ringan.

2. Melakukan tindakan dengan mencegah kehilangan panas dengan mengeringkan


bayi dan cairan ketuban maupun darah.

3. Mengatur posisi bayi dengan memberikan penyanggah setinggi 3-5 cm hingga


kepala bayi ekstensi

4. Mengisap lendir bayi dari mulut dan hidung menggunakan suction.


5. Mengganti kain dengan kain yang kering dan bersih sambil memberikan
rangsangan taktil.

6. Memberikan suntikan Vit. K 1 mg di paha kiri dan salep mata.

7. Membedong bayi dan memberikan topi.

Anda mungkin juga menyukai