Anda di halaman 1dari 11

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU HAMIL G4P3A0 HAMIL 37 MINGGU

BELUM INPARTU DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

DI RUANG IGD PONEK RSD IDAMAN BANJARBARU

PENGKAJIAN

Hari/ Tanggal : Rabu, 17 Maret 2021

Pukul : 09.30 WITA

Identitas

Istri Suami
Nama Ny. R / 19 06 09 Tn. A
Umur 32 tahun 36 tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Jl. Sukamara Komp. Asmi II Blok 1 No. 4

PROLOG

Ibu G4P3A0 datang ke RDS Idaman Banjarbaru pada pukul 09.30 WITA, ibu datang
dengan suami. Ibu mengeluh sering pusing dan kadang- kadang nyeri pada ulu hati. Ini
merupakan kehamilan ke- 4, berat badan anak terakhir ibu 4000 gram, lahir spontan
belakang kepala, di tolong oleh bidan. Selama hamil ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak 4 kali, HPHT 17-06-2020, TP 24-03-2021. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dan ibu memiliki penyakit menurun yaitu hipertensi
serta ibu memiliki riwayat alergi obat yaitu asam mefenamat.

SUBJEKTIF

Ibu mengatakan pusing dan nyeri ulu hati sejak 2 hari yang lalu

OBJEKTIF
Keadaan ibu tampak kesakitan, kesadaran composmentis, TD : 158/123 mmHg, N : 129
x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,6oC, SpO2 : 99 %, BB : 81 kg, TB : 159 cm, TFU ½ pusat –
prx 26 cm, TBJ : 2325 cm, leopold I : teraba bulat tidak melenting (bokong), leopold II :
teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas), teraba bagian janin keras memanjang
seperti papan (pung-ka), leopold III : teraba keras bulat dan melenting (kepala), leopold
IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP 4/5 bagian, DJJ 159 x/menit, ekstremitas
atas dan bawah tidak ada oedem dan tidak ada varises, dilakukan VT belum ada
pembukaan, portio tebal arah posterior, sarung tangan flour albus.

ANALISA

G4P3A0 hamil 37 minggu belum inpartu dengan Preeklamsi Berat

PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa TD :158/123 mmHg, N : 129 x/menit, T : 36,6


°C, R : 22 x/menit, Spo2 : 99 % dan hasil pemeriksaan laboratorium Hb 11,1 g/dl,
GDS : 104 mg/Dl, HbsAg : negative, HIV : negative, Rapid Test : Non Reaktif,
Golongan darah : O, Protein urine : negative, Glukosa urine : negative, serta tidak ada
pembukaan. Keadaan janin baik, Ibu dan keluarga mengerti.
2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan kolaborasi dengan dokter
SpOG dalam pemberian terapi, ibu mendapatkan terapi:
a. Jam 09.59 WITA pasang infus D5 100 ml drip Mgso4 40% 10 cc 60 tpm
dilanjutkan infus RL drip Mgso4 40 % 15 cc 60 tpm,
b. Jam 09. 45 WITA diberikan Nepidifin 3 x 1 mg peroral
c. Jam 10.15 WITA diberikan Gastrol ¼ tablet melalui forniks
d. Jam 10.30 diberikan Injeksi cefotaxime 1 gr melalui infus
3. Melakukan observasi keadaan umum, tanda infeksi, tanda-tanda vital, denyut jantung
janin, HIS, dan memberitahu hasil pemeriksaan pada keluarga.
a. Jam 11.00 WITA TD : 150/91 mmhg, N : 127 x/menit
b. Jam 13.55 WITA TD : 170/1109 mmhg, N : 117 x/menit, R : 24 x/menit, T : 36,9
°C, DJJ : 162 x/menit, his tidak ada
4. Jam 13.58 WITA
Melakukan kolaborasi ulang dengan dr. SpoG
a. Jam 14.12 WITA diberikan injeksi Metoclopramide 1 ampul melalui infus
b. Jam 14. 13 WITA diberikan injeksi Ranitidine 1 ampul melalui infus
c. Jam 14. 14 WITA pasang O2 5 L
d. Jam 14. 15 WITA pasang Cateter
5. Memberikan dukungan dan motivasi ibu agar tetap bersabar dan bersemangat dalam
menjalankan proses perawatan.
6. Jam 14.30 WITA
Ibu mengeluh pusing, TD : 153/99 mmhg, R : 21 x/menit, N : 101 x/menit, S : 36,8
°C, DJJ : 142 x/menit, his tidak ada, dilakukan VT pembukaan 1 cm, portio tebal,
kepala di Hodge I tinggi, sarung tangan flour albus.
7. Jam 15.40 WITA
Memberikan motivasi kepada pasien untuk dilakukan SC. Pasien setuju untuk
dilakukan SC.
8. Jam 15. 47 WITA
Persiapan SC atas atpis dr. SpoG
a. Cukur daerah op
b. OK sudah disiapkan
9. Jam 17.55 WITA
DJJ : 159 x/menit , HIS tidak ada
10. Pukul 18.10 WITA
Pasien diantar ke ruang OK.
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Elrana Salsabilla


NIM : P07124118185
Pembimbing : Herlina Herengkian
Judul : Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil G4P3A0 Hami 37
Minggu Belum Inpartu Dengan Preeklampsia Berat Di Ruang IGD
Ponek RSD Idaman Banjarbaru
N HARI/TANGGAL MATERI SARAN PARAF
O KONSULTASI
1.

2.

3.
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Telah disetujui dan diterima untuk pengambilan kasus untuk laporan dokumentasi
kompetensi dengan judul “Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil G4P3A0
Hamil 37 Minggu Belum Inpartu dengan Preeklampsia Berat di Ruang IGD Ponek RSD
Idaman Banjarbaru”

Nama : Ny. R
Hari / Tanggal : Rabu, 17 Maret 2021
Alamat : Jl. Sukamara Komp. Asmi II Blok 1 No. 4

Demikian lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembuatan laporan
dokumentasi komptensi pada PKK 3 oleh :

Nama : Elrana Salsabilla


NIM : P07124118185

Banjarbaru, Maret 2021


Mengetahui
Pembimbing Kasus Mahasiswi

Herlina Heringkian, SKM Elrana Salsabilla


NIP. 197308081993022004 NIM. P07124118185
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA

A. Pengertian

Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016)

Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu


kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada
kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah
umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
(Nugroho, 2012)

B. Etiologi

Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya,


tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada
kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab
dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan
untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih
besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan,
keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk,
2016)

Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti.


Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia, riwayat
preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), riwayat
preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.

C. Manifestasi klinis

Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di


tandai dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014) . Gambaran klinik
preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau
tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati,
2016).

Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit
kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan
atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan
penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang
pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan
edema (Wibowo, dkk 2015).

D. Patofisiologi

Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan
akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti
bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang
mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan
disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2016).

E. Klasifikasi

Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan


preeklampsia berat dengan kriteria sebagai berikut:

Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang pertama Hipertensi gestasional,


Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan
dengam tanda-tanda preeklamsia namun tanpa proteinuria. TD sistolik ≥140
mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg ditemukan pertama kali sewaktu hamil
dan memiliki gejala atau tanda lain preeklamsia seperti dispepsia atau
trombositopenia. Kedua, Sindrom preeklamsia dan eklamsia merupakan
hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria,
sedangkan eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan kejang-
kejang dan/atau koma. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90
mmHg dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam. Ketiga, hipertensi kronik
dengan superimposed preeklamsia Preeklamsia yang terjadi pada ibu hamil
yang telah menderita hipertensi sebelum hamil. Keempat, Hipertensi kronik
Hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg) yang telah didiagnosis
sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai
usia kehamilan 20 minggu.

F. Komplikasi

Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan


kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil,
persalinan atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala
preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan
jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan
kematian (Natiqotul, 2016).

G. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsi


1. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklamsi

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur


berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang.Umur yang paling aman dan
baik untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Sedangkan wanita
usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada
usia > 35 tahun akan mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk
mengalami preeklampsia. Wanita hamil tanpa hipertensi yang beresiko
mengalami preeklamsi adalah wanita yang berumur > 35 tahun. Kelompok
umur > 35 tahun memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian
preeklamsi. Demikian pula variabel umur terhadap kejadian hipertensi
(Situmorang, 2016).

2. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklamsi

Ibu yang memiliki paritas >3 beresiko mengalami preeklampsia


dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3. Pada multi paritas lingkungan
endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna dan tidak siap
menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan oksigenisasi
kepada hasil konsepsi kurang sempurna dan mengakibatkan pertumbuhan
hasil konsepsi akan terganggu sehingga dapat menambah resiko terjadinya
preeklampsia (Novita, 2015).

3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Preeklamsi

Ibu hamil mengatakan bahwa pengetahuan tentang kehamilan dan


masalah kehamilan sangat penting, karena dengan memiliki pengetahuan
tentang kesehatan merika dapat mengetahui dan mengatasi tanda dan
gejala serta cara mengatasi masalah kesehatan yang menyertai
kehamilannya, sehingga mereka tidak cemas dalam menghadapi
kehamilan dan segera melaporkan ke petugas kesehatan jika ada masalah
kesehatan yang menyertai kehamilannya. Menurut Manuaba (2010),
pengetahuan ibu tentang preeklampsia dan eklampsia sangatlah
penting karena hampir 50% kematian ibu dan janin disebabkan oleh
preeklampsia dan eklampsia, sehingga merupakan hal yang penting
bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang preeklampsia sedini
mungkin (Situmorang, 2016).

Bahwa pengetahuan sangat penting bagi kehidupan kita, dan


pengetahuan tentang kesehatan dan masalah kesehatan sangat
berpengaruh bagi ibu hamil terutama masalah preeklampsia karna
preeklampsia dapat mempengaruhi ibu dan janin sehingga
dibutuhkan sosialisasi dan informasi mengenai tanda dan gejala
preeklampsia agar ibu hami dapat mendeteksi sedini mungkin.

4. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklamsi

Preeklampsia pada hipertensi kronik yaitu preeklampsia yang


terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi
sebelum hamil. Selain itu diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas
juga dapat menyebabkan preeklampsia. Kenaikan berat badan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam (Novita, 2015)

5. Hubungan ANC dengan Kejadian Preeklamsi

Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif


untuk meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik
program perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi
kematian bayi dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung
dan rentan perempuan belum dievaluasi secara mendalam
(Situmorang, 2016).

Anda mungkin juga menyukai