Anda di halaman 1dari 47

STIKes FALETEHAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI
HEMODIALISA DI RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGARA
TAHUN 2019

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan


Mata Kuliah Metodologi Penelitian Keperawatan

AFRINA KUSUMA DEWI


NIM : 1018032001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG
MEI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara” ini tepat pada waktunya.
Penulisan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan mata kuliah Metodologi Penelitian Keperawatan. Selama
penyusunan proposal penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan berupa
bimbingan, masukan atau saran, dan motivasi yang sangat berharga. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebagai
ungkapan rasa syukur kepada :
1. Bapak H. Bambang Kuntarto, SKp., M.Kes, selaku koordinator mata kuliah
Metodologi Penelitian Keperawatan
2. Ibu Hj. Sri Rahayu, SKp., MKKK, selaku dosen pembimbing dalam
penulisan proposal penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberi petunjuk, saran, dan dukungan untuk
terselesaikannya proposal penelitian ini
3. Orangtua yang selama ini selalu memberikan motivasi, do’a, perhatian dan
kasih sayang selama menyelesaikan proposal penelitian ini
4. Teman-teman yang telah memotivasi dan membantu penulis dalam
pembuatan proposal penelitian ini
5. Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung hingga tersusunnya proposal penelitian ini. Semoga apa yang telah
mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dan selalu berada
dalam ridho Allah SWT.
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan proposal penelitian ini
masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan waktu dan pengetahuan
penulis. Untuk itu penulis akan sangat menghargai segala kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk memperbaiki karya penulis di masa yang akan datang.

i STIKes Faletehan
Penulis berharap agar proposal penelitian ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu
keperawatan.

Serang, 14 Mei 2019

PENULIS

ii STIKes Faletehan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum............................................................. 5
2. Tujuan Khusus ............................................................ 5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
STIKes Faletehan ....................................................... 5
2. Bagi Lahan Praktik atau Tempat Penelitian ................. 5
3. Bagi Peneliti ............................................................... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Gagal Ginjal Kronis
1. Pengertian ................................................................... 7
2. Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronis .................... 8
3. Etiologi ....................................................................... 9
4. Patofisiologi ............................................................... 10
5. Manifestasi Klinis ....................................................... 10
6. Komplikasi ................................................................. 11
7. Pemeriksaan Penunjang .............................................. 11
8. Penatalaksanaan .......................................................... 13

iii STIKes Faletehan


B. Konsep Hemodialisa
1. Pengertian ................................................................... 14
2. Tujuan ........................................................................ 14
3. Indikasi ....................................................................... 14
4. Prinsip Dialisis............................................................ 15
5. Komplikasi Hemodialisa ............................................. 15
C. Konsep Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga dan Dukungan Keluarga ............. 16
2. Fungsi Keluarga .......................................................... 17
3. Tugas Keluarga dalam Kesehatan ............................... 19
4. Jenis Dukungan Keluarga ........................................... 20
D. Konsep Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup .......................................... 21
2. Aspek-aspek Kualitas Hidup ....................................... 22
3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ................ 22
4. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Menjalani Hemodialisis .............................................. 23
5. Penilaian Kualitas Hidup ............................................ 24

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep................................................................. 26
B. Definisi Operasional ............................................................ 27
C. Hipotesis .............................................................................. 28

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .................................................................... 30
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian ........................................................ 30
2. Waktu Penelitian......................................................... 30
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi ...................................................................... 30
2. Sampel........................................................................ 31

iv STIKes Faletehan
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian ................................................... 32
2. Cara Pengumpulan Data.............................................. 33
3. Prosedur Penelitian ..................................................... 33
E. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
1. Uji Validitas ............................................................... 34
2. Uji Reabilitas .............................................................. 35
F. Pengolahan Data .................................................................. 35
G. Analisis Data
1. Analisa Univariat ........................................................ 36
2. Analisa Bivariat .......................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

v STIKes Faletehan
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik ...................................... 8


Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 27

vi STIKes Faletehan
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 26

vii STIKes Faletehan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya manusia yang hidup dengan kesehatan normal mempunyai


sepasang ginjal, yaitu ginjal kiri dan ginjal kanan. Ginjal merupakan organ
yang memproduksi dan mengeluarkan urine dari dalam tubuh. (Syaifuddin,
2011) Dimana ginjal berfungsi mengatur volume air (cairan dalam tubuh),
mengatur keseimbangan elektrolit, mengatur keseimbangan asam basa, dan
ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin). (Manurung,
2018) Apabila fungsi ginjal menurun dan ginjal mengalami kerusakan maka
dapat menimbulkan beragam masalah dimana salah satunya yaitu gagal
ginjal.

Gagal ginjal merupakan ginjal kehilangan kemampuannya untuk


mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal. (Nurarif & Kusuma, 2015) Jenis gagal ginjal dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gagal ginjal yang dapat timbul secara
tiba-tiba (akut) dan gagal ginjal yang terjadi secara perlahan-lahan (kronik).
Gagal ginjal akut umumnya bersifat sementara dan reversibel, artinya masih
ada kemungkinan ginjal tersebut berfungsi dengan baik kembali jika
dilakukan terapi dan pengobatan secara baik, sedangkan gagal ginjal kronik
bersifat permanen.

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif


dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible). (Nurarif & Kusuma, 2015) Gagal ginjal kronik menjadi
masalah besar dunia karena sulit untuk disembuhkan. Setiap tahunnya angka
kesakitan gagal ginjal kronik mengalami peningkatan.

1 STIKes Faletehan
2

Menurut hasil Global Burden of Disease tahun 2010 penyakit ginjal kronis
meningkat menjadi urutan ke-18. Penyakit ginjal kronis merupakan masalah
kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insidensi gagal ginjal
yang meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
kejadian penyakit diabetes mellitus dan hipertensi. Hasil systematic review
dan metaanalysis yang dilakukan oleh Hill et.al tahun 2016 mendapatkan
prevalensi global penyakit ginjal kronis sebesar 13,4%. (Infodatin, 2017)

Berdasarkan data yang terdapat pada Indonesian Renal Registry jumlah


pasien di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan
peningkatan jumlah unit HD. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di Indonesia pada tahun 2017 yaitu sebesar 90%. Dimana
pasien baru yang pertama kali menjalani hemodialisis pada tahun 2016 yaitu
terdapat 25.446 jiwa dan meningkat pada tahun 2017 yaitu sebanyak 30.831
jiwa. Sedangkan pasien aktif yang rutin menjalani hemodialisis dan masih
hidup pada tahun 2016 terdapat 52.835 jiwa dan meningkat pada tahun
2017 yaitu sebanyak 77.892 jiwa. Jumlah pasien laki-laki sedikit lebih
banyak yaitu sebesar 17133,56% dibandingkan dengan pasien perempuan
yaitu sebesar 13698,44%. Pasien terbanyak pada tahun 2017 yaitu kategori
usia 45-54 tahun sebanyak 30,56% dan usia 55-64 tahun sebesar 28,57%.
(IRR, 2017)

Berdasarkan data yang didapatkan dari Riskesdas pada tahun 2018 penyakit
ginjal kronis yang dialami oleh penduduk di Indonesia sebesar 3,8% dan
provinsi Banten sendiri menunjukkan prevalensi sebesar 2.0% permil. Di
provinsi Banten proporsi pernah atau sedang cuci darah yang pernah di
diagnosis penyakit gagal ginjal kronis sendiri sebesar 36%. (Riskesdas,
2018)

Pasien yang mengalami gagal ginjal memerlukan penanganan khusus


dengan terapi hemodialisis. Terapi hemodialisis merupakan pengalihan
darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser, yang berfungsi menggantikan

STIKes Faletehan
3

sebagian kerja dari fungsi ginjal mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan
kelebihan cairan serta zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui
difusi dan hemofiltrasi. Terapi hemodialisis sangat bermanfaat bagi
penderita gagal ginjal kronik, namun bukan berarti tidak mempunyai efek
samping pada penderitanya.

Pasien dengan gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis akan
mengalami berbagai masalah yang dapat menimbulkan perubahan yang
meliputi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Apalagi jika pasien harus
melakukan hemodialisa secara rutin dalam hidupnya, maka pasien sangat
memerlukan dukungan dari orang-orang sekitarnya dan yang paling
terpenting ialah dukungan keluarga. Dukungan keluarga merupakan faktor
penting seseorang ketika menghadapi masalah kesehatan dan sebagai
strategi preventif untuk mengurangi stress dan erat kaitannya juga dengan
kualitas hidup seseorang. (Ratna, 2010) Hal ini dikarenakan terapi
hemodialisis tersebut memerlukan waktu yang cukup lama. Jika program
terapi hemodialisa tidak dilakukan secara teratur (sesuai jadwal) maka
kesehatan pasien akan menurun dan berdampak pada kualitas hidup pasien
sendiri.

Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam kemampuan,


keterbatasan, gejala serta sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya
dan sistem nilai untuk menjalankan peran dan fungsinya. (WHO, 2016)
Hubungan dukungan keluarga yang baik pada pasien yang menjalani terapi
hemodialisis dapat mempengaruhi kualitas hidup yang positif bagi pasien
dalam kesejahteraan fisik maupun psikis. Dengan dukungan yang diberikan
oleh keluarga pasien akan merasa dapat mengurangi stress yang sedang
dihadapinya akibat penyakit yang sedang dideritanya dan pengobatan yang
sedang dijalaninya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zurmeli, Bayhakki dan


Gamya Tri Utami mengenai dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

STIKes Faletehan
4

dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani


terapi hemodialisis sebanyak 34 responden (64,2%) dukungan keluarganya
positif memiliki kualitas hidup yang baik. (Zurmeli, Bayhakki, & Utami,
2015)

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Edy Mulyadi mengenai


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah
Langsa dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
terapi hemodialisa sebanyak 26 responden (61,9%) mendapatkan dukungan
keluarga yang positif. (Mulyadi, 2015)

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diketahui bahwa kualitas hidup


pasien seharusnya menjadi perhatian penting karena dapat menjadi acuan
keberhasilan dari suatu tindakan atau intervensi, maka penulis tertarik untuk
mengangkat judul mengenai "Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat
dirumuskan suatu rumusan masalah "Apakah terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara?"

STIKes Faletehan
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga yang menjalani
terapi hemodialisa di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
b. Untuk mengidentifikasi kualitas hidup pasien yang menjalani
terapi hemodialisa di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
c. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisa di
RSUD dr. Dradjat Prawiranegara

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan STIKes Faletehan


Dapat digunakan sebagai sumber bahan bacaan dan referensi
tambahan apabila ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

2. Bagi Lahan Praktik atau Tempat Penelitian


Dapat memberikan konseling kepada keluarga tentang pentingnya
dukungan keluarga sehingga keluarga dapat mengoptimalkan
dukungan kepada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Dapat meningkatkan wawasan dan sebagai bahan
masukan bagi perawat untuk melibatkan keluarga dalam melakukan
tindakan yang mendukung kualitas hidup pasien terutama segi fisik
dan psikologis.

STIKes Faletehan
6

3. Bagi Peneliti
Dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang didapat
selama masa perkuliahan dan menambah pengetahuan serta
pengalaman dalam membuat proposal penelitian ilmiah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga


dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa. Objek penelitian ini adalah penderita penyakit gagal ginjal
kronik. Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara pada bulan Oktober tahun 2019. Penelitian ini
dilakukan karena peneliti ingin mengetahui dukungan keluarga yang
diberikan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
baik atau kurang baik karena hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien tersendiri, dan jika tidak ditangani akan terjadi komplikasi
yang lebih serius. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi
dengan metode cross sectional. Dalam penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah kuesioner, jenis kuesioner berupa pertanyaan tertutup,
berskala ordinal, semua jawaban sudah disediakan, dan responden hanya
memilih satu jawaban yang tersedia.

STIKes Faletehan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1. Pengertian
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolisme (toksisk uremik) di dalam
darah. (Muttaqin & Sari, 2014)

Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk


mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan
asupan makanan normal. Gagal ginjal kronis merupakan
perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap
nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible).
(Nurarif & Kusuma, 2015)

Penyakit ginjal kronis (CKD/Chronic Kidney Disease) didefinisikan


sebagai penurunan progresif fungsi ginjal selama berbulan-bulan
hingga betahun-tahun. Masalah ini takterbalikkan (irreversible) dan
akhirnya mempengaruhi seluruh organ tubuh. Parenkim dan nefron
rusak dan fungsi ginjal menurun secara progresif. (Nair & Pete, 2015)

GGK adalah kerusakan ginjal menetap selama lebih dari 3 bulan yang
mengakibatkan laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2.
(Sjamsuhidajat, 2017)

7 STIKes Faletehan
8

2. Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik


Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit GGK
Stadium Laju Filtrasi Glomerulus Deskripsi & Manifestasi
Stadium >90 mL/menit/1,73m2 Kerusakan ginjal dengan
1 GFR normal atau
meningkat
Asimtomatik; BUN dan
kreatinin normal
Stadium 60-89 mL/menit/1,73m2 Penurunan ringan GFR
2 Asimtomatik;
kemungkinan hipertensi,
pemeriksaan darah
biasanya dalam batas
normal
Stadium 30-59 mL/menit/1,73m2 Penurunan sedang GFR
3 Hipertensi, kemungkinan
anemia dan keletihan,
anoreksia, kemungkinan
malnutrisi, nyeri tulang,
kenaikan ringan BUN dan
kreatinin serum
2
Stadium 15-29 mL/menit/1,73m Penurunan berat GFR
4 Hipertensi, anemia,
malnutrisi, perubahan
metabolisme tulang,
edema, asidosis metabolik,
hiperkalsemia,
kemungkinan uremia,
azotemia dengan
peningkatan BUN dan
kadar kreatinin serum

STIKes Faletehan
9

Stadium <15 mL/menit/1,73m2 Penyakit ginjal stadium


5 akhir
Gagal ginjal dengan
azotemia dan uremia nyata
(Lemone, Burke, & Bauldoff, 2016)

3. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal
ginjal kronis. Akan tetapi, apapun sebabnya respon yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari
ginjal sendiri dan diluar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada glomerulus : glomerulonefritis
2) Infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis
3) Batu ginjal : nefrolitiasis
4) Kista di ginjal : polcystis kidney
5) Trauma langsung pada ginjal
6) Keganasan pada ginjal
7) Sumbatan : batu, tumor, penyempitan/striktur
b. Penyakit umum dari luar ginjal
1) Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolestrol
tinggi
2) Dyslipidemia
3) SLE
4) Infeksi di badan : TBC Paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi
6) Obat-obatan
7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
(Muttaqin & Sari, 2014)

STIKes Faletehan
10

4. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin & Sari, 2014), gagal ginjal kronis dimulai pada
fase awal gangguan keseimbangan cairan, penanganan garam, serta
penimbunan zat-zat masih bervariasi dan bergantung pada bagian
ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak.
Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi dan
sekresinya, serta mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron
tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian
ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada
untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan
progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran
darah ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkatkan
bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan
hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan
tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi
akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan
parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara progresif
fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi penumpukan
metabolik-metabolik yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi
sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak
manifestasi pada setiap organ tubuh.

5. Manifestasi Klinis
Menurut perjalanan klinisnya berikut manifestasi klinis gagal ginjal
kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal

STIKes Faletehan
11

b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami


poliuria dan nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar
creatinin serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD/End Stage Renal Disease)
atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksia, mual muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai
koma), yang ditandai dengan GFR (Glomerular Filtration Rate)
kurang dari 5-10ml/menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala
yang kompleks.
Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, klorida). (Nurarif & Kusuma, 2015)

6. Komplikasi
Komplikasi penyakit ginjal kronik menurut (Smeltzer, Bare, Hinkle,
& Cheever, 2010) yaitu hiperkalemia, perikarditis, efusi pericardial,
tamponade jantung, hipertensi, anemia, penyakit tulang serta
klasifikasi metastasic akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang
rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Laju Endap Darah : meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer
normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
2) Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin lebih dari 20:1. Ingat
perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan
saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan

STIKes Faletehan
12

steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini


berkurang : ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet
rendah protein dan tes Klirens Kreatinin yang menurun.
3) Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
4) Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis.
5) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena
berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK.
6) Phospate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme
tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
7) Hipoalbunimenia dan hipokolesterolemia : umumnya
disebabkan oleh gangguan metabolisme dan diet rendah
protein
8) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal (retensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan perifer).
9) Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peninggian hormon insulin dan menurunnya
lipoprotein lipase.
10) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukkan pH yang menurun, BE yang menurun,
HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya
disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
b. Pemeriksaan Diagnostik Lain
1) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
2) Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem
pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai
risiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,

STIKes Faletehan
13

misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam


urat.
3) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih,
dan prostat.
4) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri,
lokasi dari gangguan (vaskular, parenkim, ekskresi), serta
sisa fungsi ginjal.
5) EKG untuk melihat kemungkinan terjadi hipertropi
ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan
elektrolit (hiperkalemia).
(Muttaqin & Sari, 2014)

8. Penatalaksanaan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit
penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat
penurunan fungsi ginjal, faktor risiko untuk penurunan fungsi ginjal,
dan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular. Pengelolaan dapat
meliputi :
a. Terapi penyakit ginjal
b. Pengobatan penyakit penyerta
c. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
d. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi
ginjal
f. Terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika
timbul gejala dan tanda uremia
(Nurarif & Kusuma, 2015)

STIKes Faletehan
14

B. Konsep Hemodialisa
1. Pengertian
Dialisis adalah pergerakan cairan dan butir-butir (partikel) melalui
membran semipermeabel. Dialisis adalah suatu tindakan yang dapat
memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengendalikan
keseimbangan asam-basa, dan mengeluarkan sisa metabolisme dan
bahan toksik dari tubuh. (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009)

Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui


dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah
kembali lagi ke dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses
ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah
pasien ke dan dari dializen (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit,
dan zat sisa tubuh) serta dialiser. (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009)

2. Tujuan
Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat
toksik dan limbah tubuh yang dalam keadaan normal diekskresikan
oleh ginjal yang sehat. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih
kembali. (Suharyanto & Madjid, 2009)

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen


yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.
(Suharyanto & Madjid, 2009)

3. Indikasi
Dialisis dilakukan apabila kadar kreatinin serum biasanya ditas
6 mg/100 ml pada laki-laki atau 4 ml/100 ml pada wanita dan GFR
kurang dari 4 ml/menit. (Suharyanto & Madjid, 2009)

STIKes Faletehan
15

4. Prinsip Dialisis
Ada tiga prinsip yang mendasari dialisis menurut (Baradero, Dayrit, &
Siswadi, 2009) yaitu :
a. Difusi, adalah pergerakan butir-butir (partikel) dari tempat yang
berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah.
Dalam tubuh manusia, hal ini terjadi melalui membran
semipermeabel. Difusi menyebabkan urea, kreatinin, dan asam
urat dari darah pasien masuk ke dalam dialisat. Walaupun
konsentrasi eritrosit dan protein dalam darah tinggi, materi ini
tidak dapat menembus membran semipermeabel karena eritrosit
dan protein mempunyai molekul yang besar.
b. Osmosis, menyangkut pergerakan air melalui membran
semipermeabel dari tempat yang berkonsentrasi rendah ke
tempat yang berkonsentrasi tinggi (osmolalitas).
c. Ultrafiltrasi, adalah pergerakan air melalui membran
semipermeabel sebagai akibat tekanan gradien buatan. Tekanan
gradien buatan dapat bertekanan positif (didorong) atau negatif
(ditarik). Ultrafiltrasi lebih efisien daripada osmosis dalam
mengambil cairan dan diterapkan dalam hemodialisis.
Pada saat dialisis, prinsip osmosis, difusi, dan ultrafiltrasi digunakan
secara simultan atau bersamaan.

5. Komplikasi Hemodialisa
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang
jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit
ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengendalikan seluruh
fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan
dan komplikasi. Salah satu penyebab kematian diantara pasien-pasien
yang menjalani hemodialisis kronis adalah penyakit kardiovaskuler
arteriosklerotik. Gangguan metabolisme lipid (hipertrigliseridemia)
tampaknya semakin diperberat dengan tindakan hemodialisis. Gagal
jantung kongestif, penyakit jantung koroner serta nyeri angina

STIKes Faletehan
16

pektoris, stroke, insufisiensi vaskuler perifer juga dapat terjadi serta


membuat pasien tidak berdaya. Komplikasi terapi dialisis menurut
(Suharyanto & Madjid, 2009) dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan
dikeluarkan.
b. Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat
terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.
c. Nyeri dada, dapat terjadi karena PCO2 menurun bersamaan
dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.
d. Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir
metabolisme meninggalkan kulit.
e. Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena perpindahan
cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi
ini kemungkinan terjadinya lebih besar jika terdapat gejala
uremia yang berat.
f. Kram otot, terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel.
g. Mual dan muntah, merupakan peristiwa yang terjadi.

C. Konsep Dukungan Keluarga


1. Pengertian Keluarga dan Dukungan Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua individu atau lebih yang terikat oleh
darah, perkawinan, atau adopsi yang tinggal dalam satu rumah atau
jika terpisah tetap memperhatikan satu sama yang lain. (Muhlisin,
2012)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. (Padila, 2012)

STIKes Faletehan
17

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga


terhadap penderita yang sakit. Dukungan keluarga erat kaitannya
dengan kualitas hidup seseorang. (Friedman, 2010)

Dukungan keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika


menghadapi masalah kesehatan dan sebagai strategi preventif untuk
mengurangi stress dimana pandangan hidup menjadi luas dan tidak
mudah stress. Terdapat dukungan yang kuat antara keluarga dan status
kesehatan anggotanya dimana keluarga sangat penting bagi setiap
aspek perawatan, perawatan kesehatan anggota keluarganya untuk
mencapai suatu keadaan sehat. (Ratna, 2010)

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan terhadap


anggota keluarganya. Anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. (Padila, 2012)

2. Fungsi Keluarga
Berikut lima fungsi dasar keluarga menurut (Muhlisin, 2012) :
a. Fungsi afektif dan koping
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarganya dapat
mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :

STIKes Faletehan
18

1) Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling


menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya
untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang
pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan
modal dasar dalam memberi hubungan dengan oranglain
diluar keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling
menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap
anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antara
anggota keluarga dikembangkan melalui proses
identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orangtua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga
anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber “energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak
terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak
lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

STIKes Faletehan
19

belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan


perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi
status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan keluarga.

3. Tugas Keluarga dalam Kesehatan


Terdapat lima tugas kesehatan keluarga menurut (Muhlisin, 2012)
yaitu sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan dalam keluarga
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas
kesehatan

STIKes Faletehan
20

4. Jenis Dukungan Keluarga


Menurut (Friedman, Bowden, & Jones, 2010) terdapat empat jenis
dukungan sosial keluarga yakni :
a. Dukungan informasional
Dukungan informasional merupakan dukungan yang berfungsi
sebagai pengumpul informasi tentang segala sesuatu yang
digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Jenis
dukungan ini sangat bermanfaat dalam menekan munculnya
stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Secara garis besar terdiri dari aspek nasehat, usulan, petunjuk,
dan pemberian informasi.
b. Dukungan emosional
Dukungan emosional yaitu dukungan yang menempatkan
keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan dapat membantu penugasan terhadap emosi. Dengan
adanya dukungan emosional di dalam keluarga, secara positif
akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarganya. Bentuk dukungan emosional berupa dukungan
simpati, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Hal ini
mengandung pengertian bahwa seseorang yang sedang
menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung
beban sendiri melainkan masih ada orang lain yang
memperhatikan, mendengarkan segala keluhannya, berempati,
serta membantu memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi.
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental yaitu dukungan yang memfokuskan
keluarga sebagai sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit, berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan
seperti materi, tenaga, dan sarana. Dukungan yang bersifat
nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung. Dimensi

STIKes Faletehan
21

ini memperlihatkan dukungan dari keluarga dalam bentuk


nyata adalah ketergantungan anggota keluarga. Dukungan
instrumental ini meliputi penyediaan sarana untuk
mempermudah atau menolong oranglain, termasuk didalamnya
adalah memberikan peluang waktu.
d. Dukungan penilaian atau penghargaan
Dukungan penilaian atau penghargaan yaitu keluarga bertindak
sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, serta sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga. Dimensi ini terjadi
melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dengan orang-
orang yang disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju
terhadap ide-ide atau perasaan individu. Perbandingan yang
positif dengan orang lain seperti pernyataan bahwa orang lain
mungkin tidak dapat bertindak lebih baik. Dukungan penilaian
atau penghargaan ini terjadi lewat ungkapan rasa hormat
(penghargaan positif) atau pujian dan dorongan.

B. Konsep Kualitas Hidup


1. Pengertian Kualitas Hidup
Kualitas hidup merupakan keadaan ideal yang seharusnya bisa dicapai
oleh setiap orang meliputi keseimbangan dimensi fisik, psikologis,
sosial, dan lingkungan di sekitar. (Hagita, Bayhakki, & Woferst, 2015)

World Health Organization Quality of Life mengemukakan kualitas


hidup adalah persepsi individu dalam kemampuan, keterbatasan,
gejala serta sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya dan
sistem nilai untuk menjalankan peran dan fungsinya. (WHO, 2016)

Dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan pandangan dan


persepsi individu atas posisi mereka dalam kehidupan di dalam
beberapa konteks, kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan

STIKes Faletehan
22

kekhawatiran, dan dalam melihat kemampuan mereka untuk berfungsi


dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa
puas dengan peran tersebut.

2. Aspek-aspek Kualitas Hidup


Berikut aspek-aspek kualitas hidup :
a. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik mencakup aktifitas sehari-hari, ketergantungan
obat dan bantuan kesehatan, energi dan lelah, gerakan, sakit, dan
kegelisahan, tidur dan istrahat, dan kapasitas kerja.
b. Kesehatan Psikologis
Kesejahteraan psikologis mencakup pandangan diri tentang
tubuh dan rupa, perasaan negatif, harga diri, spritualitas, agama,
kepercayaan diri, fikiran, belajar, memori, dan konsentrasi.
c. Hubungan Sosial
Hubungan sosial mencakup hubungan personal, dukungan
sosial, dan aktifitas seksual.
d. Kesejahteraan di Lingkungan
Kebahagiaan lingkungan mencakup sumber keuangan,
kebebasan, keamanan fisik, kesehatan dan kepedulian sosial,
lingkungan rumah, kesempatan untuk memperoleh informasi
dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk
rekreasi dan memiliki waktu luang, lingkungan fisik yang
meliputi polusi, kebisingan, kemacetan, dan suasana lingkungan,
dan transportasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup


Menurut (Rustandi, Tranado, & Pransasti, 2018) faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien Chronic Kidney Disease (CKD)
yaitu :
a. Usia
b. Jenis kelamin

STIKes Faletehan
23

c. Penghasilan
d. Depresi
e. Dukungan keluarga

4. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani


Hemodialisis
Menurut (Hagita, Bayhakki, & Woferst, 2015) terdapat delapan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis:
a. Perubahan pemenuhan kebutuhan fisiologis, meliputi fisik,
makan, istirahat, bernapas, sirkulasi dan eliminasi.
b. Perubahan respon psikologis, yaitu timbul perasaan negatif
berupa perasaan takut, stress, syok, depresi (down), sedih,
menangis, dan kesal.
c. Respon spiritual meningkat, semakin dekat dengan Tuhan,
meningkatkan ibadah dan pasrah karena rata-rata berpresepsi
bahwa tidak selamanya dapat bertahan hidup karena penyakit
yang dideritanya dan ketergantungan pada mesin hemodialisis.
d. Perubahan interaksi sosial, timbul karena lemahnya fisik,
gampang letih jika beraktivitas berlebihan serta waktu yang
habis karena penyakit dan pengobatan yang dijalani.
e. Dukungan yang dibutuhkan, bentuk dukungan yang sangat
dibutuhkan oleh pasien dengan gagal ginjal kronik meliputi
perhatian, dukungan keluarga, dan dukungan lingkungan kerja
atau teman.
f. Perubahan status ekonomi, biasanya disebabkan karena tidak
lagi bekerja dan biaya tidak terduga selama hemodialisis.
g. Penurunan kualitas hidup fisik dan psikologis. Kualitas hidup
yang paling dirasakan menurun ialah dari segi fisik yang
disebabkan oleh kelemahan fisik sehingga aktivitas menurun.
Penurunan kualitas hidup dalam segi psikologis juga dirasakan
akibat seumur hidup harus bergantung pada mesin hemodialisis.

STIKes Faletehan
24

h. Adaptasi, dikarenakan membatasi aktivitas sesuai dengan


kondisi fisiknya dan pasrah kepada Tuhan dengan apa yang
terjadi.

5. Penilaian Kualitas Hidup


Untuk menilai kualitas hidup pasien harus diperhatikan hal-hal berikut
yang terdiri dari beberapa dimensi/aspek penilaian :
a. Fungsi Fisik
Menilai kemampuan aktivitas seperti berjalan, menaiki tangga,
membungkuk, mengangkat dan menggerakkan badan.
b. Keterbatasan Peran Akibat Masalah Fisik (Role of Physical)
Mengevaluasi seberapa besar kesehatan fisik mengganggu
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari lainnya.
c. Perasaan Sakit/Nyeri (Bodily Pain)
Mengevaluasi intensitas rasa nyeri dan pengaruh nyeri terhadap
pekerjaan normal baik di dalam maupun di luar rumah.
d. Persepsi Kesehatan Umum (General Health)
Mengevaluasi kesehatan termasuk kesehatan saat ini dan daya
tahan tubuh terhadap penyakit.
e. Energi/Fatique (Vitality)
Mengevaluasi tingkat kelelahan, capek dan lesu sepanjang
waktu.
f. Fungsi Sosial (Social Functioning)
Sejauh mana kesehatan fisik ataupun masalah emosional yang
mengganggu aktivitas secara normal bersama keluarga, teman-
teman, para tetangga, ataupun bersama kelompok masyarakat
lainnya dan seberapa sering mengganggu aktivitas sosial (seperti
mengunjungi teman-teman, saudara, keluarga, dan lain-lain).
g. Keterbatasan Akibat Masalah Emosional (Role Emotional)
Masalah yang dialami dengan pekerjaan atau denga aktivitas
sehari-hari sebagai dampak dari masalah emosional (seperti
perasaan tertekan atau cemas), mengurangi jumlah waktu yang

STIKes Faletehan
25

dipergunakan dalam pekerjaan atau aktivitas lainnya,


melaksanakan kurang dari apa yang diinginkan dan melakukan
pekerjaan atau aktivitas lainnya tidak secermat seperti biasanya.
h. Kesehatan Mental (Mental Health)
Bagaimana perasaan dan bagaimana segala sesuatunya seperti
seberapa sering merasakan menjadi seseorang yang mudah
gugup, merasakan keterpurukan sehingga tidak ada yang bisa
menggairahkan hati, merasakan ketenangan dan kedamaian,
merasa sedih dan murung, merasakan menjadi seseorang yang
berbahagia.

STIKes Faletehan
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai


variabel-variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah sintesis
dari proses berpikir deduktif maupun induktif, kemudian dengan kemmpuan
kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru. (Hidayat, 2017)

Dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini
juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam memengaruhi
variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti prediktor, risiko, atau
kausa. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini bergantung pada variabel
bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek,
hasil, outcome, atau event. (Hidayat, 2017)

Adapun variabel yang diteliti adalah hubungan dukungan keluarga dengan


kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
Dari uraian diatas hubungan variabel-variabel tersebut dapat divisualkan
dalam skema kerangka konsep sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen
Variabel Independen
Dukungan Keluarga :
Kualitas hidup :
1. Baik
1. Baik
2. Cukup
2. Kurang baik
3. Kurang

26 STIKes Faletehan
27

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional


berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena. (Hidayat, 2017)

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Independen Sikap, tindakan, Kuesioner Jawaban Ordinal
Dukungan dan penerimaan (Skala pertanyaan
keluarga keluarga terhadap Likert) positif :
penderita yang 1) Selalu 4
sakit. 2) Sering 3
3) Kadang-
kadang 2
4) Tidak
pernah 1
Jawaban
pertanyaan
negatif :
1) Selalu 1
2) Sering 2
3) Kadang-
kadang 3
4) Tidak
pernah 4
Kriteria
dukungan
sosial keluarga:

STIKes Faletehan
28

1) Baik : 76-
100%
2) Cukup : 56-
75%
3) Kurang :
<55%
(Nursalam,
2015)
Dependen Persepsi individu Kuesioner 1) Kurang Ordinal
Kualitas dalam (KDQOL- berkualitas :
hidup kemampuan, SF)-36 <50
keterbatasan, 2) Berkualitas
gejala serta sifat >50
psikososial
hidupnya dalam
konteks budaya
dan sistem nilai
untuk
menjalankan
peran dan
fungsinya

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih lemah yang


membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat
diterima atau ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah
dikumpulkan dalam penelitian, atau dengan kata lain hipotesis merupakan
sebuah pertanyaan tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel
atau lebih yang dapat diuji secara empiris. (Hidayat, 2017)

STIKes Faletehan
29

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka hipotesis dalam


penelitian ini sebagai berikut :
1. Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
2. Ho : Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

STIKes Faletehan
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan design


analitik korelasi. Penelitian analitik korelasi yaitu penelitian yang
menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesa.
(Notoatmodjo, 2010) Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan, atau
melakukan pemeriksaan status paparan dan status penyakit pada titik yang
sama. Penelitian ini umumnya dilakukan pada hubungan penyebab dan
kejadian penyakit yang relatif pendek. (Hidayat, 2017) Dalam hal ini
peneliti ingin mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 sampai
dengan selesai.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang

30 STIKes Faletehan
31

dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki


subjek atau objek tersebut, atau kumpulan orang, individu, atau objek
yang akan diteliti sifat-sifat atau karakteristiknya. (Hidayat, 2017)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani
hemodialisa di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Tujuan
ditentukannya sampel dalam penelitian adalah untuk mempelajari
karakteristik suatu populasi, karena tidak dimungkinkannya peneliti
melakukan penelitian di populasi seperti karena jumlah populasi yang
sangat besar, keterbatasan waktu, biaya, atau hambatan lainnya.
(Hidayat, 2017)

Teknik sampling merupakan suatu proses dalam menyeleksi sampel


yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga
jumlah sampel akan mewakili dari keseluruhan populasi yang ada.
(Hidayat, 2017) Metode pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah nonprobability menggunakan teknik consecutive sampling
yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukkan ke dalam penelitian sampai waktu
tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi.

Kriteria inklusi :
a. Responden yang menjalani hemodialisis minimal 4 kali
b. Reponden dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi
dengan baik
c. Bersedia menandatangani informed consent sebagai bukti
keikutsertaan penelitian dan mengisi kuesioner.

STIKes Faletehan
32

Kriteria eksklusi :
Responden dengan gangguan mental, kendala bahasa dan buta aksara
atau buta huruf yang dapat mengganggu jalannya proses penelitian.

Pada penelitian ini pengambilan besar sampel ditentukan


menggunakan Rumus Slovin :

n=
Keterangan :
n = jumlah sampel
d = deviasi
N = jumlah populasi

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam


pengumpulan data penelitian. (Hidayat, 2017) Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner.

1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian atau alat pengumpul data adalah alat-alat yang
akan digunakan untuk pengumpulan data. (Notoatmodjo, 2010) Dalam
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner, jenis
kuesioner berupa pertanyaan tertutup berskala ordinal, semua jawaban
sudah disediakan, dan responden hanya memilih satu jawaban yang
tersedia.

Alat untuk mengukur dukungan keluarga adalah dengan menggunakan


Skala Likert. Responden diminta pendapatnya mengenai empat jenis
dukungan keluarga meliputi dukungan informasional, dukungan
emosional, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian atau
penghargaan dengan jawaban yang disediakan berupa selalu, sering,

STIKes Faletehan
33

kadang-kadang, atau tidak pernah. Kriteria penilaian dukungan sosial


keluarga menurut (Nursalam, 2015) yaitu baik (76-100%), cukup (56-
75%), kurang (<55%).

Alat untuk mengukur kualitas hidup adalah dengan menggunakan


Kidney Disease Quality of Life-Short Form (KDQOL-SF)-36 yang
terdiri dari 8 subvariabel antara lain fungsi fisik, keterbatasan akibat
masalah fisik, perasaan sakit/nyeri, kesehatan umum, vitalitas, fungsi
sosial, keterbatasan akibat masalah emosional, dan kesehatan mental.
Pada penelitian ini skor ditransformasikan dalam skala 0-100 dengan
menggunakan rumus baku yang sudah ditetapkan oleh WHO yaitu
sebagai berikut :

Transformed Score = (SCORE-4) x ( )


Jika hasil yang diperoleh <50 berarti termasuk ke dalam kualitas hidup
kurang baik dan jika hasil yang diperoleh >50 berarti termasuk ke
dalam kualitas hidup baik.

2. Cara Pengumpulan Data


a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri
oleh peneliti langsung dari subjek atau objek penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan tidak secara
langsung dari objek atau subjek penelitian.

3. Prosedur Penelitian
a. Membuat proposal penelitian
b. Mengajukan perizinan untuk melakukan penelitian di Rumah
Sakit
c. Menentukan jumlah sampel yang akan dilakukan penelitian
d. Mendiskusikan dengan perawat ruangan dalam memilih pasien
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

STIKes Faletehan
34

e. Menemui responden yang akan dijadikan penelitian, bina


hubungan saling percaya dengan menjelaskan maksud dan
tujuan serta meminta persetujuan (informed consent) untuk
dijadikan responden dalam penelitian
f. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan
kemudian responden diberikan penjelasan mengenai cara
pengisian kuesioner dengan jelas
g. Responden diberikan penjelasan bahwa semua pertanyaan dalam
kuesioner harus diisi dengan sejujur-jujurnya dan akan
dikumpulkan di hari yang sama
h. Responden dipersilahkan menjawab kuesioner
i. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan peneliti dapat
mengakhiri pertemuan dengan responden.

E. Uji Validitas dan Uji Reabilitas

1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata Validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan pengukuran suatu alat ukur dalam mengukur suatu data.
Untuk mengetahui kuesioner yang disusun mampu mengukur apa
yang hendak diukur, maka dapat diuji dengan uji korelasi antara skor
(nilai) masing-masing variabel dengan skor totalnya. Teknik korelasi
yang digunakan korelasi pearson product moment (r), kemudian
setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan setelah itu baru di beri
penafsiran dari indeks korelasinya :
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]
Keterangan :
n = jumlah responden
∑ = jumlah skor item
∑ = jumlah skor total (item)
r hitung = koefisien korelasi

STIKes Faletehan
35

Keputusan uji :
a. Bila r hitung lebih besar dari r tabel, maka variabel valid
b. Bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka variabel tidak
valid
Nilai r tabel dapat dilihat dengan menggunakan df = n-2

2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dan alat ukur yang sama. Instumen
penelitian dikaitkan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari
nilai koefisien alpha tabel (r alpha () > r tabel ) (Hastono, 2016)

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan sebelum data dianalisis. Pengolahan data


diantaranya sebagai berikut :
1. Editing Data
Pada editing dilakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner,
apakah jawaban yang ada di kuesioner lengkap, jelas, relevan, dan
konsisten.
2. Coding Data
Pada tahapan ini dilakukan pemberian kode pada jawaban pertanyaan
kuesioner. Kegunaan coding adalah untuk mempermudah pada saat
analisa data dan juga mempercepat pada saat entri data.
3. Processing atau Data Entry
Setelah isian kuesioner terisi penuh dan benar juga sudah melewati
pengkodian maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dapat dianalisis, memproses data dilakukan dengan cara memasukkan
data kuesioner paket program komputer.

STIKes Faletehan
36

4. Cleaning
Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah terdapat kesalahan atau
tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat mengentry
ke komputer.

G. Analisis Data

1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian,
yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti.
(Notoatmodjo, 2010)

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga
berhubungan atau berkolerasi. (Notoatmodjo, 2010) Analisa ini
dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya apakah terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisa. Penelitian ini menggunakan uji statistik chi square.
Analisis menggunakan signifikasi : 5%. Jika p value ≤ 0.05.

a. Jika nilai p value ≤ alpha (0,05), maka H0 ditolak. Artinya tidak


terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna.

b. Jika nilai p value ≥ alpha (0,05), maka H0 gagal ditolak. Artinya

terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna.

STIKes Faletehan
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2009). Seri Asuhan Klien Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC.
Friedman, M. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga : Riset, Teori, & Praktik Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hagita, D., Bayhakki, & Woferst, R. (2015). Studi Fenomenologi Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. JOM, 1032-1040.
Hastono, S. P. (2016). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Infodatin. (2017, March 9). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Retrieved May 15, 2019, from Situasi Penyakit Ginjal Kronis:
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin%20ginjal%202017.pdf
IRR. (2017, December 31). Program Indonesian Renal Registry. Retrieved May
15, 2019, from 10 th Report of Indonesian Renal Registry:
http://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR%202017%20.pdf
Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Manurung, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping, dan
Nanda NIC NOC Jilid 3. Jakarta: Trans Info Media.
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Mulyadi, E. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit
Umum Daerah Langsa . 57-64.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

STIKes Faletehan
Nair, M., & Pete, I. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan : Panduan
Penting untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kesehatan, Edisi Kedua.
Jakarta: Bumi Medika.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction.
Nursalam. (2015). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ratna, W. (2010). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Perspektif Ilmu
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Riskesdas. (2018). Riskesdas Kementerian Kesehatan RI - Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Retrieved May 15, 2019, from Hasil Utama
Riskesdas 2018:
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/file
s/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Rustandi, H., Tranado, H., & Pransasti, T. (2018). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease (CKD)
yang Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu . Jurnal Keperawatan Silampari (JKS), 32-46.
Sjamsuhidajat. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah : Sistem Organ dan Tindak
Bedahnya (2), Ed 4, Vol 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth's Textbook of Medical-Surgical Nursing 12 th Edition.
Philadelpia: Lippincott. Williams & Wilkins.
Suharyanto, T., & Madjid, A. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.
Syaifuddin. (2011). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

STIKes Faletehan
WHO. (2016). World Health Organization. Retrieved May 17, 2019, from
Management of substance abuse : WHO Quality of Life-BREF
(WHOQOL-BREF): http://www.who.int
Zurmeli, Bayhakki, & Utami, G. T. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi
Hemodialisis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. 670-681.

STIKes Faletehan

Anda mungkin juga menyukai