Anda di halaman 1dari 13

METODE AL-BIRUNI UNTUK MENENTUKAN KETINGGIAN GUNUNG DALAM

MENENTUKAN KETINGGIAN GUNUNG DALAM KITAB FI IFRAD AL-MAQAL FI


AMR AL-AZLAL BERBASIS SENSOR ACCELEROMETER SMARTPHONE

Dosen pengampun : Mada sanjaya W .S ., Ph.D.

Nama : Heru Ramdani

NIM : 1207070053

Kelas : Elektro B

Teknik Elektro

Fakultas Sains Dan Teknologi

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

2020
Pendahuluan

A. Latar belakang
Jika sebelumnya kita sudah melakukan percobaan fisika yang terkait pengukuran
massa, instrument pengukur massa dan juga massa jenis serta menghitung komposisi
dalam suatu campuran amaka. kali ini kita akan melakuan percobaan metode geodesi
yang pertama kali disampaikan oleh seorang ilmuan muslim bernama abu rayhan al-
biruni untuk menentukan ketinggian gunung dalam kitab fi ifrad al-maqal fi amr al-
azlal berbasis sensor accelerometer smartphone.
Abu rayhan al-Biruni mengembangkan metode ini untuk menentukan objek yang
tidak kita dapat akses tapi melalui pengukuran sudut saja. Dikembangkannya metode
tersebut kita dapat mengukur ketinggian gunung denagn mudah karena kita tidak
bisa menembus gunung secara langsung. Tujuan Abu Rayhan Al-biruni mengukur
ketinggian itu agar beliau bisa mengukur jari-jari bola bumi, Karena bumi nya
memiliki jari-jari maka Abu Rayhan al-Biruni meyakini bahwa buminya bulat setelah
mengetahui ketinggian gunung.
Dalam percobaan kali ini Dengan menggunakan menu “inclination” yang ada di
software phypox kita bisa mengetahui tan θ1 dengan jarak yang berbeda kita juga
bisa mengetahui tan θ2 yang mana keduanya adalah faktor yang memengaruhi hasil
dari ketinggian gunung.
B. Tujuan
1. Memahami cara memnetukan ketingian suatu objek menggunakan metode al-
biruni berbasis accelerometer smartphone
2. Mampu memahami dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
eksperimen dalam cara menentukan ketinggian suatu objek menggunakan
metode al-biruni.
A. Teori dasar
Sebagai bangun ruang, bola mememiliki ciri khas yang tidak dimiliki bangun datar
lain, yaitu jari-jari yang merupakan jarak konstan antara permukaan dengan titik
tengahnya. Ya memang kerucut dan tabung juga memiliki jari-jari tetapi hanya di
alasnya saja, jarak konstan hanya antara tepi alas dengan titik tengah alasnya bukan
terhadap keseluruhan permukaan. Jadi untuk menunjukkan suatu objek berbentuk
bulat cukup tunjukkan objek tersebut memiliki jari-jari. Nah.. dengan cara itulah kita
membuktikan bumi yang kita tempati berbentuk bulat.
Menurur Aristoteles, panjang jari-jari bumi adalalah 400.000 stadia . Tidak diketahui
darimana Aristoteles mendapatkan nilai tersebut. Sejarah mencatat orang yang
pertamakali melakukan perhitungan ilmiah untuk mengukur jari-jari Bumi adalah
Matematikawan mesir kuno Eratosthenes sekitar 240 SM tetapi perhitungannya masih
teramat kasar.
Barulah di abad ke-10, Matematikawan persian Abu Rayhan Al-biruni (973–1048)
memberikan metode matematis yang shahih umtuk mengukur jari-jari bumi dengan
menggunakan Trigonometri.
Abu Rayhan al-Biruni (973-1050 M) dalam salah satu kitabnya yaitu kitab fi ifrad
al-maqal fi Amr al-Azlal, menyusun metode perhitungan ketinggian h (vertikal)
gunung yaitu dengan melakukan dua pengukuran sudut dari posisinya berpijak ke arah
puncak gunung (θ1 dan θ2) dengan menggunakan Rubu Mujayyad yang pertama kali
ditemukan oleh Muhammad ibn musa al-khawarizmi (780-850 M) dan pengukuran
jarak antara dua pengukuran tersebut sebesar d.

Ilustrasi menentukan ketinggian suatu objek menggunakan metode al-Biruni

Dari sudut pertama diperoleh :


𝑦
tan θ1 =
𝑑+𝑥
y = (d + x)tanθ1
dari sudut kedua diperoleh :
𝑦
tan θ2 =
𝑥
𝑦 = 𝑥 𝑡𝑎𝑛θ2
Dan
𝑦
𝑥=
tan θ2
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh :
𝑑 𝑡𝑎𝑛θ1. tanθ2
𝑦=
(𝑡𝑎𝑛θ2 − tanθ1)
Maka ketinggian gunung, yaitu :

ℎ𝑔𝑢𝑛𝑢𝑛𝑔 = ℎ𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 + 𝑦

ℎ𝑔𝑢𝑛𝑢𝑛𝑔 merupakan ketinggian objek, hobjek , yang diamati sedangkan horang


merupakan ketinggian pengamat terhadap tanah.

Suatu hari,ketika dia berada di Nandana, pakistan, dia melihat gunung tak jauh dari
tempat tinggalnya. Dengan metode diatas dia menghitung tinggi gunung tersebut
kemudian mendaki ke puncak gunung tesebut. Ketika di puncak gunung dia melihat
dataran terhampar di bawahnya dan cakrawala. Dengan instrumennya, meskipun tidak
ada catatan instrumen seperti apa yang digunakannya, dia menghitung nilai θ yaitu
sudut yang terbentuk ketika dia menatap lurus 0º dan menunduk melihat ufuk ( garis
semu pemisah langit dan bumi).

Dari perhitungan yang dia lakukan sendiri, dia mendapatkan panjang jari-jari bumi
adalah 6375,725 km hanya berbeda sedikit dengan perhitungan modern yang
menyatakan jari-jari bumi adalah 6371 km. Perbedaan tersebut terjadi karena Biruni
menghitung secara manual, jelas belum ada komputer di abad ke-10. Di Jaman
sekarang, kita bisa mnggunakan Teodolit untuk mendapatkan nilai θ yang jauh lebih
presisi dibandingkan instrumen abad ke-10 yang digunakan Biruni.
B. Metode percobaan
A. Waktu dan tempat
Dilakukan dirumah sendiri dan dekat gunung dinding ari (Tasikmalaya) pada 15
November 2020
B. Alat dan bahan
No Nama Alat/Bahan Jumlah Ilustrasi
Smartphone 1 buah
1 Android/iphone

Software phypox -
2

Kertas (untuk membuat Secukupnya


3 lubang pengamatan)

Solatip/lakban secukupnya
4

Penyangga 1 buah
5

Meteran 1 buah
6

Marker/spidol 1 buah
7

C. Prosedur percobaan dalam eksperimen ini sebagai berikut :


1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menunjang
eksperimen.
2. Buatlah gulungan kertas kecil yang akan berfungsi sebagai lubang pengamatan
(agar dapat focus saat mengamati objek yang akan diukur ketinggiannya, pada
eksperimen pertama menentukan ketinggian atap rumah). Kemudian
tempelkan gukungan kertas kecil pada smartphone.
3. Atur dan catatlah data-data awal seperti horang = hstatif pada tabel, kemudian
tandai lantai posisi pengamatan pertama menggunakan spidol.

4. Buka software phypox pada smartphone, sorot menu tools, lalu pilih menu
“inclination” yang akan mengukur sudut kemiringan smartphone.
5. Kemudian aturlah sudut kemiringan smartphone terhadap ujung atas titik
objek yang diamati melalui guungan kertas.
6. Setelah titik objek telah ditentukan, simpan dan catatlah data kemiringan
pada posisi pengamatan pertama, θ1, pada tabel 10. 2
7. Bergeserlah ke depan terhadap posisi pertama pengamatan dan mendekati
objek yang diamati pada jarak tertentu. Kemudian tandai lantai posisi
pengamatan kedua menggunakan spidol.
8. Atur kembali kemiringan smartphone terhadap ujung atas titik objek yang
diamati melalui gulungan kertas. Kemudian simpan dan catatlah data
kemiringan pada posisi pengamatan kedua θ2 pada tabel 10.2
9. Ukurlah jarak antara posisi pengamatan pertama dan kedua d, menggunakan
mistar, pada tabel 10.2
10. Kemudian ulangi langkah 3-9 sebanyak 5 kali.
11. Setelah melakukan 5 kali pengulangan pengukuran, gantilah objek pengamatan
lain (yaitu gunung) untuk ditentukan ketinggiannya, kemudian ulangi kembali
langkah 3-10 kemudian catatlah data yang telah didapatkan pada tabel 10.3.

D. Data hasil dan pembahasan


Tabel 10.2 pengolahn data hasil ekspeimen menentukan ketinggian atap rumah
menggunakan metode al-Biruni.
Percobaan horang = hstatif θ1 θ2 D Y hatap
(m)
(°) (°) (m) (m) (m)
0,47 46,31 59,40 0,90 2,57994 3,04994
1
0,47 45,22 57,88 0,90 2,4687 2,9387
2
0,47 46,66 59,68 0,90 2,50801 2,97801
3
0,47 46,43 59,47 0,90 2,48936 2,95936
4
0,47 47,12 59,90 0,90 2,57933 3,04933
5
2,995068
Rata-rata

 Standar deviasi
√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2

1. ℎ∆ = 𝑛−1
(3,04994−2,99506)2
= √ 4
= 0,02744
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 2,99506 ± 0,02744
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
0,02744
( 1 - ) x 100 % = 99.08383 %
2,995068

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2
2. ℎ∆ = 𝑛−1
(2,97801−2,99506)2
= √ 4
= 0,028184
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 2,99506 ± 0,028184
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
0,028184
( 1 - ) x 100 % = 99 %
2,995068

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2

3. ℎ∆ = 𝑛−1
(2,97801−2,99506)2
= √ 4

= 0,008525
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 2,99506 ± 0,008525
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
0,008525
( 1 - ) x 100 % = 99.7 %
2,995068

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2
4. ℎ∆ = 𝑛−1
(2,95936−2,99506)2
= √ 4

= 0,01785
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 2,99506 ± 0,01785
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
0,01785
( 1 - ) x 100 % = 99.4 %
2,995068

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2
5. ℎ∆ = 𝑛−1
(3,0493−2,99506)2
= √ 4
= 0,027135
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 2,99506 ± 0,027135
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
0,027135
( 1 - ) x 100 % = 99 %
2,995068

Tabel 10.3 pengolahan data hasil eksperimen menentukan ketinggian gunung


menggunakan metode al-Biruni

Percobaan horang = θ1 θ2 d y hgunung


hstatif (°) (°) (m) (m) (m)
(m)
0,90 33,98 34,3 15 846,21461 847,11461
1
0,90 33,70 34,11 15 652,22915 653,12915
2
0,90 33,88 34,24 15 748,80869 749,70869
3
0,90 33,93 34,29 15 750,74265 751,64265
4
0,90 33,60 34,02 15 633,55939 634,45939
5
727,209756
Rata-rata
 standar deviasi
√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2
1. ℎ∆ = 𝑛−1
(847,11461−𝟕𝟐𝟕,𝟐𝟎𝟗𝟕𝟓𝟔)2
= √ 4
= 59,952427
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 727,209756 ± 59,952427
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
59,952427
( 1 - ) x 100 % = 91,7 %
727,209756

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2
2. ℎ∆ = 𝑛−1
(653,12915−𝟕𝟐𝟕,𝟐𝟎𝟗𝟕𝟓𝟔)2
= √ 4
= 37,040303
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 727,209756 ± 37,040303
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
37,040303
( 1 - ) x 100 % = 94,9 %
727,209756

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2

3. ℎ∆ = 𝑛−1
(749,70869−𝟕𝟐𝟕,𝟐𝟎𝟗𝟕𝟓𝟔)2
= √ 4
= 11,249467
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 727,209756 ± 11,249467
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
11,249467
( 1 - ) x 100 % = 98,4 %
727,209756

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2
4. ℎ∆ = 𝑛−1
(751,64265−𝟕𝟐𝟕,𝟐𝟎𝟗𝟕𝟓𝟔)2
= √ 4
= 12,216447
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 727,209756 ± 12,216447
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
12,216447
( 1 - ) x 100 % = 98,3 %
727,209756

√∑𝑛
𝑖 (ℎ𝑖−ℎ)
2

5. ℎ∆ = 𝑛−1
(634,45939−𝟕𝟐𝟕,𝟐𝟎𝟗𝟕𝟓𝟔)2
= √ 4

= 46,375183
Sehingga diperoleh hobjek ± ∆ℎobjek = 727,209756 ± 46,375183
∆ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
Maka ketelitian ( 1 - ) x 100 %
ℎ𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘
46,375183
( 1 - ) x 100 % = 93,6 %
727,209756

 analisi
 hasil rata rata dari pengukuran melalui persamaan (10.5)
1. hasil rata-rata ketinggian atap
hatap = horang + y
= 2,525068 + 0,47
= 2,995068
2. hasil rata-rata ketinggian gunung
hgunung = horang + y
= 726,442 + 0,90
= 727,209756
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dapat kita simpulkan bahwa Untuk menghitung (h) tinggi dari
suatu gunung dibutuhkan 3 pengukuran yaitu (d) jarak 2 titik yang ketinggiannya sama serta
sejajar dengan gunung serta 2 sudut (θ) yang terbentuk antara 2 titik tersebut dengan puncak
gunung. Faktor yang mepengaruhi hasil dari percobaan tersebut adalah ketepatan smartphone
dalam membaca sudut, statis atau ketinggian seseorang yang mengukurnya itu serta jarak antara
dua titik untuk saat mencari sudut yang terbentuk.

Saran
Lakukanlah percobaan kali ini ditempat yang terhampar agar kita tidak kesulitan saat
membidik objek ketika mencari sudut serta pakailah penyangga yang tidak dol agar ketika kita
menetapkan sudut penyangganya diam.
Daftar pustaka

Sanjaya, Mada, and Dyah Angraeni. n.d. “2020 Modul Experiment From Home - 10a.Pdf.”

Setiawan, Hasrian Rudi, Arwin Juli Rakhmadi, and Muhammad Hidayat. 2020. “Pemanfaatan
Media Rubu’Al-Mujayyab Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah.” Idrak: Journal of
Islamic Education 2 (2).

Shamey, Renzo, and Eric Kirchner. 2020. “Al-Biruni, Abu Rayhan 973–1048.” In Pioneers of
Color Science, 35–38. Springer.

Anda mungkin juga menyukai