Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Psikologi MANASA

2018, Vol. 7, No. 2, 99-109

PENGARUH PERKOTAAN TERHADAP DRIVING BEHAVIOR


BERDASARKAN FAKTOR USIA

Angela Claudia, Jeane Leony, Victoria C. Bijanto


Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia
victoria.bijanto@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daerah perkotaan terhadap perilaku
berkendara orang dengan faktor usia sebagai media pembandingnya. Perilaku awal seseorang
berasal dari dalam diri mereka sendiri, pengalaman masa lalu mereka, dan termasuk orang-
orang di sekitar mereka. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana keadaan yang
menyebabkan gangguan dalam arus lalu lintas mempengaruhi perilaku mengemudi orang-
orang dari berbagai usia, mengecualikan adanya faktor ketiga yang merupakan kepribadian
individu. Kami telah menggunakan metode analisis kuantitatif untuk mendapatkan data yang
diperlukan untuk penelitian ini. Analisis kuantitatif kami adalah dalam bentuk kuesioner yang
kami sebarkan secara acak dan dijawab oleh orang-orang dengan kriteria usia yang telah kami
nyatakan. Kami menghipotesiskan bahwa semakin muda seseorang, semakin mereka
cenderung melanggar peraturan lalu lintas karena kurangnya pengalaman mengemudi dan
kemungkinan mereka untuk melakukan perilaku yang sama dari orang yang melanggar aturan
lalu lintas. Dari hasil yang sudah kami dapat, pengalaman pun bukan lah penentu kebaikan
perilaku mengemudi seseorang dengan umur yang berbeda. Namun cara berpikir kedua
kelompok umur itu lah yang menjadi penentu dalam pengambilan perilaku saat berkendara.
Selain itu cara tanggapan mengenai masalah perkotaan dari kedua kelompok ini pun berbeda
dan akibat dapat dilihat dari kecelakaan dalam berkendara.
Kata kunci: perilaku mengemudi, perkotaan, umur

Abstract
This research is to seek out the effect of urbanized cities on driving behaviors of people with
age factor as its comparison medium. The initial behavior of a person comes from within
themselves, their past experiences and including the people surrounding them. The objective
is to look at how circumstances that cause a disturbance in traffic flow affected driving
behaviors of people of different ages excluding a third factor which is individual personality.
We have used a method of quantitative analysis to obtain data required for this research. Our
quantitative analysis is in the form of a questionnaire which we spread out randomly and is
answered by people with the age criteria that we have stated. We hypothesized that the younger
a person is the more that they are prone to break a traffic rule due to lack of driving experience
and their likeliest to disposed the same behavior of a person breaking a traffic rule. The results
has shown that past experience is not a determinant of how good a person’s driving behavior
are even of different age. Nonetheless, it’s the thinking process of 2 age groups that determines
their decision making in driving. Moreover, their responsiveness towards traffic situation is
different in both age groups and the cause can be seen through their driving accidents.
Keywords: driving behavior, urbanized cities, age

PENDAHULUAN gangguan dalam arus lalu lintas seperti


kemacetan lalu lintas atau kecelakaan
Ketika kita mengendarai kendaraan kendaraan. Seperti yang bisa kita lihat,
baik mobil ataupun motor sangatlah kota-kota besar biasanya padat. Meskipun
penting untuk kita mematuhi peraturan lalu mereka memiliki berbagai jenis
lintas untuk menghindari menciptakan transportasi umum, namun orang masih

99
memilih untuk naik dengan kendaraan Di dalam kota Jakarta ada beberapa
mereka sendiri. Ini menyebabkan jalan raya faktor yang menyebabkan kecelakaan di
menjadi lambat merayap terutama pada jalan raya. Menurut Nayazri (2016) ia
jam-jam sibuk. Menurut situs insider bisnis menulis di Kompas faktor yang pertama
Inggris, Jakarta adalah kota paling padat yaitu manusia atau pengendara yang
ketiga (Shead, 2017). Setiap tingkat kota menyebabkan 80-90% kecelakaan. Ia
diberi persentase skor dan Jakarta berada di mengatakan “Penyebabnya bisa dari
tempat ketiga memiliki skor 58% (Shead, kondisi fisik dan mental, sikap berkendara,
2017). Kepadatan ini pun menimbulkan keterampilan mengemudi yang buruk, serta
masalah bagi orang dimana mereka harus pengaruh alkohol,” (Nayazri, 2016). Lalu
membuang banyak waktu di jalan dan ada faktor kedua yaitu lingkungan. Ini
merencanakan waktu perjalanan (Zhao, adalah masalah perkotaan yang belum
2015). Selain itu negara-negara yang maju dapat dibenarkan oleh pemerintah Jakarta
juga dapat kehilangan milyaran hanya namun hal ini pun juga berpengaruh pada
karena ada perlambatan akibat dari kelancaran lalu lintas kota ini. Seperti yang
kepadatan jalan (Zhao, 2015). Ini di tulis oleh Nayazri (2016) “faktor
menunjukkan bahwa masalah di negara- lingkungan ini seperti desain geometrik
negara urban seperti ini akan memengaruhi jalan dan layout yang tidak sesuai, kondisi
perilaku mengemudi seseorang dalam hal permukaan jalan yang kurang memenuhi
bagaimana mereka bereaksi terhadap syarat (berlubang), fasilitas pejalan kaki
situasi tersebut. Namun kepadatan ini tidak memadai, pencahayaan jalan, serta
hanyalah salah satu masalah dalam kondisi cuaca”.
perkotaan. Di dalam daerah perkotaan yang besar
Setiap manusia mempunyai perilaku ini tentunya ada masalah lalu lintas dan hal
yang berbeda-beda termasuk perilaku ini ada karena perilaku mengemudi
mengemudinya. Dalam penelitian ini kami seseorang. Menurut Kompas (2015) faktor
hanya ingin membuat korelasi antara pertama penyebab masalah dalam lalu
tanggapan para pengemudi dengan usia lintas adalah manusia yang memiliki
berbeda dalam masalah-masalah perkotaan tingkat kesadaran yang rendah sehingga
yang mengganggu kegiatan mengakibatkan kecelakaan maupun
mengemudinya. Seorang pengemudi yang kemacetan. Kompas (2015) mengutip dari
ahli dapat didefinisikan sebagai orang yang Inspektur Jenderal (Pol) Pudji Hartanto,
dapat mengendalikan kendaraan di bawah “Mereka kurang disiplin, tidak taat aturan,
tingkat HRF (handling risk factors) yang sengaja, lalai, atau dalam kondisi tidak
agak tinggi untuk jangka waktu yang lama prima, lelah, dan sebagainya. Ini bisa
dan kendaraannya tidak akan melebihi berbahaya di jalan,". Selain itu ada faktor
batas penanganannya (Lin et al., 2014). lain seperti kurangnya rambu lalu lintas
Seorang pengemudi yang sembrono adalah jalan, penerangan jalan, permukaan jalan,
jika ia bersikap ceroboh dan tidak dapat masalah dalam fungsi mobil tersebut, dan
diprediksi selama perjalanan juga faktor alam (KOMPAS, 2015). Ada
mengemudinya (Lin et al., 2014). Dengan faktor terakhir yang diungkapkan oleh
ini kami ingin melihat bagaimana faktor Pudji dalam Kompas (2015) yaitu
usia dapat mempengaruhi perilaku kemajuan teknologi informasi yang sudah
mengemudi ini dalam keadaan perkotaan menyediakan tablet maupun ponsel yang
yang cukup mengganggu dan mempersulit sering dipakai saat orang mengemudi
para pengemudi dalam mencapai tujuan namun hal ini juga berbahaya.
dengan praktis. Cara tanggapan para Penelitian ini memiliki tujuan untuk
pengemudi dengan pengalaman yang lama melihat bagaimana penyebab masalah di
maupun kedewasaan tentunya berbeda. kota-kota urban menghubungkan
hubungan antara usia dan perilaku

100
mengemudi. Kami fokus pada perkotaan mereka mengemudi, seperti pada pusat
Jakarta sebagai daerah untuk penelitian kota atau pedesaan.
kami. Kami berhipotesis bahwa Anda yang Dengan demikian, jurnal ini
lebih muda dan kurang pengalaman dalam dijadikan sebagai referensi dan acuan kami
mengemudi akan menyebabkan seseorang dalam mengembangkan jurnal kami lebih
untuk lebih memberontak dan dengan baik lagi. Dengan menambah penelitian
demikian memiliki perilaku mengemudi terhadap adanya pengaruh perkotaan
yang lebih buruk dan cenderung melanggar terhadap perilaku mengemudi remaja dan
peraturan lalu lintas, yang pada gilirannya dewasa muda dengan data yang jelas dan
menyebabkan mereka menciptakan akurat menggunakan metode analisis
gangguan dalam arus lalu lintas. kuantitatif dalam bentuk kuesioner.
Korelasinya akan dibahas yang mencakup
sudah berapa lama kah kelompok usia Klasifikasi Karakter Perilaku dalam
tersebut menyetir, keseringannya dalam Mengemudi
melanggar aturan lalu lintas, dan pemikiran Setiap orang tentu memiliki
mereka terhadap gangguan aliran lalu lintas karakteristik perilaku yang berbeda-beda
yang terjadi saat mereka mengemudi. Kami ketika sedang mengemudi. Perilaku
berharap bahwa penelitian ini akan mengemudi dibagi menjadi empat kategori
bermanfaat untuk penelitian selanjutnya yaitu pengemudi yang berhati-hati, yang
mengenai korelasi antara dua variabel ini. rata-rata, yang ahli, dan juga yang ugal-
ugalan (Lu et al., 2009).
TINJAUAN PUSTAKA Karakter yang ditemukan pada
pengemudi yang berhati-hati biasanya
Setelah kami meninjau dan meneliti mereka mengemudi dengan tidak
lebih lanjut dari hasil-hasil penelitian menggunakan manuver agresif (kemudi
terdahulu, kami menemukan sebuah jurnal cepat, kecepatan tinggi, dan cepat
penelitian yang memiliki keterkaitan menginjak pedal) (Lu et al., 2009).
dengan penelitian yang kami lakukan. Pengemudi rata-rata memiliki
Penelitian yang kami dapatkan tingkat penanganan faktor risiko yang lebih
adalah penelitian dari sebuah jurnal oleh tinggi dibandingkan dengan pengemudi
Perepjolkina dan Reņģe (2011) yang yang berhati-hati. Pengemudi ahli adalah
berjudul “Drivers’ Age, Gender, Driving kemampuannya dalam mengendalikan
Experience, and Aggressiveness as kendaraan dengan tingkat HRF agak tinggi
Predictors of Aggressive Driving (Lu et al., 2009).
Behaviour”. Tujuan penelitian dari jurnal Sedangkan pada pengemudi yang
ini adalah untuk mengetahui kemungkinan berperilaku ugal-ugalan saat mengemudi,
terbaik dari agresivitas perilaku mereka dianggap ugal karena perilakunya
mengemudi berdasarkan usia, jenis ceroboh dan tidak dapat diprediksi saat
kelamin, pengalaman mengemudi, dan mengemudi (Lu et al., 2009).
kepribadian dari si pengemudi.
Kelebihan dari jurnal ini adalah Kaitan Usia dengan Perilaku
jurnal ini memuat banyak kemungkinan Mengemudi
penyebab perilaku mengemudi Para peneliti telah mengambil
berdasarkan banyak aspek dari segi subjek. kesimpulan bahwa pengemudi di usia
Sedangkan kekurangan dari jurnal ini yang muda seringkali lebih agresif dan berisiko
dapat kami temukan adalah lebih besar dibandingkan dengan yang
ketidakkonsistenan dalam memilih topik lebih tua (Lawton & Parker et al., 1997;
sehingga topik tidak terpusat pada satu Evans, 1991). Dikarenakan, mereka
aspek yang jelas dan jurnal ini tidak seringkali mengemudi secara ugal-ugalan
menyertakan faktor lingkungan dimana dan melampaui batas kecepatan yang

101
ditentukan sehingga menjadi penyebab remaja berusia 16 hingga 20 tahun yang
terjadinya kecelakaan lalu lintas (Elander, mengalami kecelakaan fatal ditemukan
West, & French, 1993). Dari banyak tidak menggunakan sabuk pengaman
negara, termasuk Latvia, telah diambil data (National Highway Traffic Safety
statistik yang menunjukkan bahwa Administration, 2009).
kelompok usia yang memiliki risiko
tertinggi adalah 18 hingga 24 METODE PENELITIAN
tahun⎻⎻terutama pria berusia 20 tahun ke
bawah (Ceļu satiksmes negadījumu Metode yang kami pilih untuk
statistika Latvijā, 2009). Pada statistik penelitian ini berdasarkan metode
resmi di Latvia, tingkat risiko kecelakaan kuantitatif dengan menggunakan kuesioner
pada wanita berbeda dengan pria, dengan yang kami sebarkan secara acak. Kami
kelompok pada usia 18 hingga 25 tahun mendapatkan 50 partisipan yang telah
(Ceļu satiksmes negadījumu statistika menjawab kuesioner ini. Kami
Latvijā, 2009). Dengan demikian, Lajunen menyebarkan kuesioner untuk mengukur
dan Parker (2001) mengatakan bahwa usia perilaku partisipan saat mengemudi. Dari
memiliki kaitan dengan adanya penurunan kuesioner ini, partisipan ditanya seberapa
perilaku agresif pada pengemudi pria, sering mereka melakukan hal tersebut
namun tidak sama dengan wanita. dengan 4 pilihan (selalu, sering, kadang -
kadang, dan tidak pernah). Partisipan
Kematian Remaja karena Kecelakaan ditanya untuk menyatakan umur, gender,
Kendaraan tempat tinggal, dengan apa mereka
Di Amerika Serikat, faktor utama mengendarai, dimana mereka bekerja,
penyebab kematian pada sepertiga sejak kapan dan sudah berapa lama
kalangan remaja adalah tabrakan berkendara, mereka memiliki SIM,
kendaraan bermotor (Miniño, 2010). Riset pelanggaran ketertiban mengemudi (tidak
membuktikan bahwa kemungkinan memakai sabuk pengaman/helm dan
terjadinya tabrakan lebih besar pada remaja mabuk saat mengendarai/ mengkonsumsi
berusia 16 hingga 19 tahun, terutama anak- alkohol), pelanggaran lalu lintas (ditilang
anak yang baru mulai mengemudi pada polisi, melanggar rambu lalu lintas), rata -
usia 16 dan 17 tahun (McCartt, 2001; rata kecepatan yang mereka gunakan saat
Miniño, Anderson, Fingerhut, Boudreault, mengendarai, dan seberapa sering mereka
& Warner, 2006). Remaja yang mengalami kemacetan sehari - harinya.
mengemudi bersama teman-teman Kuesioner ini juga mencakup tentang
sebayanya dalam satu kendaraan memiliki pengalaman kecelakaan yang pernah
kemungkinan tabrakan yang berakibat fatal mereka alami selama mereka berkemudi
lebih besar karena mereka cenderung ugal- dan juga pengalaman mereka dalam
ugalan (Chen, Baker, Braver, & Li, 2000). melanggar lalu lintas atau pernah melihat
Telah ditemukan salah satu faktor utama orang lain melanggar lalu lintas.
dalam kecelakaan lalu lintas yang fatal di
Amerika Serikat hingga mengakibatkan 64 HASIL PENELITIAN
persen kematian pada anak berusia 15
hingga 20 tahun adalah memiliki tingkat Dari hasil kuesioner yang telah diisi
alkohol 0,08 atau lebih dalam darah. Pada oleh 50 partisipan kami akan menjelaskan
tahun 2006, hasil pengamatan satu per satu. Pertama kami menanyakan
menunjukkan bahwa penggunaan sabuk mengenai umur, jenis kelamin dan
pengaman pada kalangan remaja dan kendaraan yang digunakan. Ada sebanyak
dewasa muda hanyalah 76 30 partisipan di kalangan umur 17-20 tahun
persen⎻⎻terendah dari semua kelompok dan sebanyak 20 partisipan di kalangan
usia. Selain itu, bahkan 58 persen dari umur diatas 20 tahun. Partisipan yang 20

102
tahun keatas ada 30% menggunakan mobil, .
55% menggunakan motor dan 15%
menggunakan keduanya. Bagi partisipan
umur 17-20 tahun, 33% menggunakan
mobil, 56% menggunakan motor dan 11%
menggunakan keduanya.. Sebanyak 76%
dari partisipan menggunakan kendaraan
pribadinya setiap hari. 84% dari partisipan
sudah menyetir sejak di bawah umur 18
tahun. Partisipan yang berada di antar umur
17-20 tahun sebanyak 73% dengan
pengalaman mengemudi selama lebih dari
2 tahun dan 13% kurang dari 1 tahun dan
juga 13% berkemudi selama 1-2 tahun. Figur 4.3 Penggunaan Handphone
Untuk yang berumur 20 tahun keatas saat Mengemudi
sebanyak 95% memiliki pengalaman
mengemudi selama lebih dari 2 tahun dan
hanya 1 partisipan dengan pengalaman
kurang dari 1 tahun.

Figur 4.4 Pengemudi yang


Melanggar Rambu Lalu Lintas.

Lalu kami bertanya yang berhubungan


Figur 4.1 Pengemudi Berdasarkan dengan aturan-aturan lalu lintas. Untuk
Usia. yang menggunakan motor kami bertanya
. apakah partisipan menggunakan helm saat
berkendara dan 50% dari partisipan diatas
20 tahun selalu menggunakan helm
sedangkan partisipan 17-20 tahun hanya
33% yang selalu menggunakan helm
dengan persentase yang sama hanya
menggunakan helm terkadang. Dari kedua
kalangan umur dalam penggunaan sabuk
pengaman mayoritas pun selalu
menggunakan sabuk pengaman dengan
beberapa hanya menggunakan sesekali.

Figur 4.2 Lama Partisipan


Mengemudi

103
dan gerobak pedagang dan juga disalib
dengan kendaraan lain sehingga kehilangan
kendali kendaraan. Ada beberapa yang
dikarenakan melaju dalam kecepatan yang
tinggi sehingga tidak sempat untuk
mengerem. Dan ada juga karena jalanan
yang licin. Selanjutnya kami bertanya soal
menerobos lampu merah dimana kelompok
yang berumur diatas 20 tahun lebih banyak
yang kadang menerobos dibanding yang
tidak pernah. Dan untuk kelompok 17-20
tahun lebih banyak yang tidak pernah
menerobos lampu merah dan lebih sedikit
Figur 4.5 Pengemudi yang Berada yang kadang-kadang menerobos. Dalam
Dibawah Pengaruh Alkohol saat menjaga jarak aman mobil dengan
Mengemudi. kendaraan lain kelompok umur 17-20
tahun cenderung untuk tidak selalu
Selanjutnya kami menanyakan tentang menjaga jarak aman dengan 83% yang
pelanggaran rambu jalan. Mayoritas dari sering dan kadang sedangkan 17% yang
kedua kelompok umur menjawab kadang- selalu. Dibandingkan dengan kelompok
kadang, dan hanya sedikit yang menjawab umur 20 tahun keatas dimana lebih banyak
sering dan beberapa juga menjawab tidak yang selalu menjaga jarak aman sebesar
pernah. Namun perbedaannya tidak jauh 60% dan 40% yang menjaga jarak sering
karena dengan lebih banyaknya partisipan ataupun kadang.
yang berumur 17-20 tahun. Lalu kami Kemacetan di daerah perkotaan
bertanya mengenai konsumsi alkohol pastinya sering terjadi. Dalam kuesioner
dimana anak dalam kalangan 17-20 tahun kami, kami menanyakan tentang
ada 86% yang tidak pernah mengonsumsi kemacetan yang dialami oleh partisipan.
alkohol saat berkendara dan 75% dari Hasil yang didapatkan adalah 34% dari
kalangan diatas 20 tahun yang tidak partisipan kami mengalami kemacetan
pernah. 65% partisipan diatas 20 tahun setiap harinya, 34% lainnya menjawab
terkadang menyetir dalam keadaan sering yang artinya hampir setiap hari, 26%
mengantuk dan 63% partisipan 17-20 tahun kadang - kadang, dan 6% jarang. Yang
terkadang mengemudi dalam keadaan artinya kehidupan di ibukota ini pasti
mengantuk juga dengan persentase yang mengalami kemacetan dalam berkendara
rendah bagi yang sering menyetir dalam setiap harinya. Menurut 52% dari
keadaan mengantuk dan hasil yang cukup partisipan penyebab utama kemacetan yang
baik bagi yang tidak pernah. Lebih dari paling utama adalah karena jumlah
50% dari kedua kelompok umur pernah kendaraan yang terlalu banyak, 36%
mengalami kecelakaan dengan alasan yang lainnya berkata bahwa banyak angkutan
berbeda-beda. Pada kalangan partisipan di umum yang berhenti sembarangan, dan
atas umur 20 tahun beberapa alasan mereka 12% lainnya ada yang menjawab karena
adalah seperti ban pecah, mengantuk atau kurangnya ketertiban lalu lintas, terlalu
kurang tidur, mabuk, tidak konsentrasi banyak yang berjualan di pinggiran, dan
karena menggunakan ponsel, melanggar sebagainya. Hal ini sangat disayangkan
aturan, dsb. Bagi kelompok umur 17-20 karena kemacetan yang sangat parah dapat
tahun alasan yang mereka berikan membuang waktu kita dengan sia - sia.
kebanyakan mengenai menabrak ataupun Kemacetan tidak hanya bisa terjadi di jalan
ditabrak. Mayoritas selain tabrakan adalah raya saja, kemacetan juga bisa terjadi di
karena mereka ingin menyalib kendaraan dalam tol. 8% dari partisipan kami berkata

104
bahwa mereka selalu mengalami pernah. Dari partisipan yang menjawab
kemacetan di dalam tol, 32% lainnya pernah, 14.3% menjawab selalu, 42.9%
berkata mereka cukup sering mengalami menjawab sering, 36.7% menjawab kadang
kemacetan di dalam tol, 54% menjawab - kadang, dan 6.1% menjawab jarang. Yang
kadang - kadang, 4% jarang dan 1% tidak artinya kebanyakan dari partisipan
pernah. Kegunaan jalan tol sendiri adalah mengalami hal tersebut hampir setiap
untuk menghemat waktu agar lebih cepat harinya.
sampai ke tempat tujuan, tetapi dari hasil Jalanan di ibukota seharusnya terawat
yang kami dapatkan hanya 1% yang dan terbebas dari lubang. Tetapi yang
menjawab tidak pernah yang artinya dialami adalah sebaliknya. 80% partisipan
bahkan di jalan tol saja masih sering setuju bahwa banyak yang harus di perbaiki
mengalami kemacetan yang menghambat dan 20% lainnya berkata lumayan. Yang
partisipan sehari - harinya. 100% dari artinya jalanan di ibukota masih banyak
partisipan kami setuju bahwa harus yang tidak sesuai standar seharusnya. Hal
diadakan peneguran atau sanksi terhadap ini sangat memprihatinkan karena hal kecil
metro mini, bus atau angkutan umum seperti ini dapat menimbulkan kecelakaan.
lainnya yang berhenti sembarangan. Yang Pedagang kaki lima pasti sering dijumpai di
artinya tata tertib di perkotaan ini sangatlah jalanan, tetapi terkadang ada yang
minim karena masih banyak yang seenaknya berhenti sembarangan. 64% dari
melanggar peraturan kecil seperti itu. partisipan sangat terganggu karena adanya
Bahkan orang yang berjalan kaki saja penjual kaki lima tersebut, 30% lainnya
sering menyebrang sembarangan. 14% dari lumayan terganggu dan 6% lainnya merasa
partisipan kami selalu mendapati orang tidak terganggu. Menurut 92% dari
yang menyebrang sembarangan didepan partisipan setuju bahwa pedagang tersebut
kendaraannya, 48% menjawab sering, dan harus diberi sanksi, sedangkan 8% lainnya
38% menjawab kadang - kadang. berkata tidak. Jumlah kendaraan di ibukota
Seharusnya pejalan kaki hanya boleh semakin membuldak semenjak adanya
menyebrang jika terdapat zebra cross atau cicilan dengan harga yang sangat murah.
jembatan/tunnel penyebrangan. Pejalan 92% partisipan setuju bahwa kendaraan di
kaki juga seharusnya dapat dikenakan ibukota sudah berlebihan, 6% menjawab
sanksi jika melanggar aturan tersebut. lumayan dan 2% menjawab tidak. Hampir
38% dari partisipan menjawab pernah 100% dari partisipan setuju bahwa
memarkirkan kendaraan sembarangan, dan kendaraan di ibukota sudah sangat berlebih
62% lainnya menjawab tidak. Hal ini sudah yang seharusnya telah dibatasi. Untuk
cukup baik karena lebih dari 50% memperbaiki masalah - masalah tersebut,
partisipan lebih mematuhi peraturan. ada partisipan yang menjawab agar
Melawan arus kendaraan adalah hal yang menaikkan pajak mobil sehingga pembeli
sering dialami para pengemudi. 58% dari mobil tidak terus meningkat. Menurut
partisipan mengaku bahwa mereka pernah partisipan kami, harus ada juga fasilitas
melawan arus lalu lintas, sedangkan 42% angkutan umum yang memadai agar
lainnya tidak pernah. 5.9% dari partisipan penduduk lebih memilih menggunakan
mengaku selalu melawan arus lalu lintas, kendaraan umum daripada membawa
8.8% menjawab sering, 35.3% menjawab kendaraan sendiri. Peraturan lalu lintas di
kadang - kadang, dan 50% menjawab ibukota juga masih banyak yang harus di
jarang. Dari kejadian ini kami dapat perbaiki agar masalah kemacetan dapat
mengetahui di ibukota ini masih sangat dihindari.
kurang ketegasan dari pemerintah dalam
pengaturan lalu lintas. 98% dari partisipan DISKUSI
pernah disalip atau menyelip kendaraan
lainnya dan 2% lainnya menjawab tidak

105
Seringnya Melanggar Aturan Lalu Terkadang mereka tidak sadar
Lintas konsekuensinya saat melakukan
Dapat dilihat dari hasil yang terdapat pelanggaran pada lalu lintas. Para
di bagian sebelumnya bahwa cukup banyak pengemudi kurang mementingkan
partisipan yang melanggar peraturan lalu keselamatannya ataupun keselamatan
lintas beberapa kali. Beberapa dari mereka pengendara lain saat ingin melakukan
pun juga tidak memikirkan akan pelanggaran lalu lintas. Beberapa memilih
keselamatannya saat berkendara seperti untuk mengikuti pengendara yang
tidak menggunakan sabuk pengaman melanggar aturan itu juga. Dalam hal ini
ataupun helm. Dari data yang terdapat walaupun kita para pengemudi merasakan
diatas, persentasi kelompok dengan umur ketidaknyamanan dalam mengemudi di
diatas 20 tahun lebih sering menggunakan kota Jakarta, kami pun juga terkadang
helm dibandingkan kelompok umur 17-20 membuat ketidaknyamanan tersebut.
tahun. Hal ini menunjukkan perilaku Contohnya adalah saat lampu merah sudah
mengemudi mereka yang dianggap mulai menjadi kuning banyak sekali
ceroboh. kendaraan yang mengebut agar tidak perlu
Seperti yang kita ketahui bahwa berhenti untuk lampu merah lagi. Banyak
menggunakan ponsel saat berkendara kecelakaan yang terjadi karena hal ini
adalah hal yang tidak baik dan dapat apalagi saat lampu sudah merah tetapi
membahayakan pagi pengemudi maupun kendaaran tersebut tetap memaksa untuk
pengemudi lainnya. Hal ini dapat membuat menerobos dan akhirnya menabrak
kita tidak fokus pada jalanan. Kelompok kendaraan dari arah lain. Selain itu hal ini
partisipan 17-20 tahun lebih banyak yang pun juga menciptakan kemacetan karena
menjawab sering menggunakan ponsel saat jalanan yang tertutup oleh banyak
berkendara dibanding kelompok umur 20 kendaraan sehingga kendaraan dari arah
tahun keatas. Dalam menjaga jarak aman lainnya tidak bisa melewati dan harus
kendaraan dengan kendaraan lain lebih menunggu. Seiring bertambahnya umur
sedikit pada kelompok umur 17-20 tahun dan semakin manusia menjadi dewasa
yang selalu menjaga jarak aman dan lebih semakin baik mereka dalam keahlian dan
banyak dari mereka yang menjawab perilaku mengemudinya dan lebih dapat
kadang ataupun sering menjaga jarak menjalani aturan lalu lintas maupun
aman. Tetapi pada kelompok umur 20 keamanannya. Jika kita ingin memperbaiki
tahun keatas lebih banyak yang selalu keadaan lalu lintas pada kota Jakarta, maka
menjaga jarak aman dibanding yang perilaku ini harus dibenarkan dimulai dari
menjawab kadang ataupun sering. Hal ini kita yang dapat menyadari keadaan kota
menunjukkan bahwa partisipan dengan ini.
umur 17-20 tahun tidak terlalu sadar akan
hal-hal disekitarnya dan konsekuensi yang Faktor perkotaan yang mempengaruhi
mereka mungkin dapat. Selain itu dalam perilaku mengemudi
hal menerobos lampu merah, kelompok Banyak kecelakaan yang terjadi
umur 20 keatas lebih sering untuk karena faktor perkotaan maupun perilaku
menerobos dibanding kelompok umur 17- pengemudi itu sendiri. Lebih dari setengah
20 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan dari kedua kelompok itu pernah mengalami
orang yang sudah 20 tahun keatas lebih kecelakaan. Hasilnya pun ada yang hasil
mementingkan keterbatasan waktu dari pengaruh perkotaan itu dan juga
terutama yang sudah bekerja. Partisipan karena dirinya sendiri. Akan tetapi dari
yang berumur 17-20 tahun biasanya lebih hasil yang dapat dilihat perilaku
mempunyai hidup yang santai sehingga mengemudi kelompok umur 17-20 tahun
tidak harus mengejar waktu atau terburu- terlihat lebih ceroboh dibanding kelompok
buru. umur 20 tahun keatas. Karena kurang

106
sabar, mereka sering menabrak ataupun berpikir dan pengambilan keputusan
ditabrak karena mencoba menyalib atau mereka. Kelompok umur 17-20 tahun
disalib kendaraan lain. Dan pada kelompok cenderung lebih ceroboh dalam
umur 20 tahun keatas kecelakaan yang pengambilan keputusan sehingga
mereka alami biasanya karena faktor penanganan mereka saat berkemudi tidak
kondisi tubuh yang mengantuk ataupun terlalu baik.
kesalahan dalam fungsi kendaraan. Pengalaman mengemudi pun tidak
Mengenai masalah perkotaan seperti terlalu berpengaruh melainkan hanya
kemacetan dan kurang tertibnya membiasakan seseorang dalam mengemudi
pengendara kendaraan umum hal ini cukup dengan keadaan kota Jakarta yang seperti
setara bagi kedua kelompok usia. Hasilnya sekarang ini. Yang dapat diambil dari
mengatakan bahwa kemacetan ini karena pengalaman adalah pengetahuan tentang
terlalu banyak kendaraan. Hal ini dapat jalan dan waktu rawan macet. Hal ini dapat
mempengaruhi keadaan orang saat membantu seseorang untuk menghindari
mengemudi. Orang dapat menjadi tidak jalanan yang macet ataupun yang tidak
sabar dan akan cenderung melakukan nyaman. Tetapi pengalaman tidak
perilaku berkendara yang tidak baik seperti berhubungan dengan faktor usia karena
menyalib-nyalib, melawan arus jalan, tidak pengalaman orang dengan usia apapun
menjaga jarak aman. Hal ini lebih sering berbeda-beda.
terjadi pada para pengguna motor sehingga
mereka lebih cenderung mendapatkan Perbaikan Keadaan Perkotaan pada
kecelakaan. Lalu Lintas
Dalam peringatan terhadap Ada beberapa hal yang dapat
kendaraan umum 100% menjawab bahwa membantu untuk memperbaiki keadaan
iya mereka harus diperingati. Hal ini lalu lintas Jakarta sehingga lebih nyaman.
merupakan hal yang cukup penting karena Salah satunya seperti memberi lebih
hal ini melihatkan bahwa kurangnya tata banyak rambu-rambu jalan. Juga lebih
tertib bagi pengemudi kendaraan umum banyak polisi lalu lintas yang menjaga
mengganggu arus lalu lintas sehingga daerah-daerah yang rawan macet sehingga
membuat kemacetan terutama pada jalan pengendara lebih tata tertib. Lebih
yang sempit. Mereka pun juga pernah memperingati kendaraan umum seperti
mengalami kendaraan yang berhenti atau bajaj, angkot dan bus sehingga tidak
parkir di pinggir jalan. Hal ini cukup tidak mengganggu arus lalu lintas saat parkir
nyaman terutama pada jalan sempit karena atau berhenti sembarangan. Kendaraan
banyak sekali mobil dan motor yang lewat umum harus lebih nyaman dan gampang
namun jalanan makin sempit dan menjadi untuk di akses. Selain itu, pemerintah juga
lebih macet. Pedagang kaki lima yang dapat mengatur pedagang kaki lima
berhenti di pinggir jalan pun juga cukup sehingga tidak berhenti sembarangan dan
mengganggu para pengemudi walaupun lebih ditertibkan.
tidak separah kendaraan umum. Pembetulan jalan dan lampu jalan
Faktor-faktor ini tentunya sangat yang lebih baik dapat lebih memberi
mempengaruhi perilaku mengemudi kenyamanan serta keindahan dari jalanan
seseorang, namun pengaruhnya pun beda kota Jakarta. Jalanan pun dapat dilebarkan
dan cara penanggapannya juga beda. Usia atau membuat jalan layang. Peringatan
yang lebih dewasa dapat dilihat dari hasil lebih dan denda yang lebih bagi para
di atas bahwa mereka lebih bisa mentolerir pelanggar hukum. Masalah lalu lintas ini
keadaan kepadatan lalu lintas Jakarta. Akan sangat banyak terjadi di kota ini maka
tetapi kelompok umur 17-20 tahun lebih pengemudinya pun harus lebih ditertibkan.
cenderung untuk menyalib-nyalib. Tingkat Ini adalah beberapa solusi yang dapat
kematangan otak dapat mempengaruhi cara dilakukan oleh pemerintah kami agar dapat

107
melancarkan arus lalu lintas dan juga Özkan, T., & Lajunen, T. (2013).
meminimalisir kecelakaan karena lebih Gender and age differences in risk
adanya tertib dari polisi lalu lintas. taking behaviour in road traffic
Sudah dapat terlihat upaya crashes. Advances in
pemerintah kami dalam mengatasi masalah Transportation Studies an
perkotaan ini terutama kemacetannya. International Journal, Section B,
Salah satunya adalah menggunakan e-tol 31, 53-62.
untuk membayar biaya tol dengan upaya Lin, N., Zong, C., Tomizuka, M., Song, P.,
untuk mempermudah dan mempercepat Zhang, Z., & Li, G. (2014). An
pembayaran. Namun, masyarakatnya pun overview on study of identification
harus lebih terdidik terlebih dahulu of driver behavior characteristics
sehingga mereka lebih mengerti dan taat for automotive control. Hindawi’s
peraturan. Hanya dengan masyarakat tidak Journals. doi: 10.1155/2629
melanggar peraturan lalu lintas dapat Lu, J., Filev, D., Asante, K. P., Tseng, F.,
membuat arus jalanan lebih lancar dan & Kolmanovsky, I. V. (2009,
nyaman. April). From vehicle stability
control to intelligent personal
KESIMPULAN minder: real-time vehicle handling
limit warning and driver style
Dari jurnal yang telah kami buat, characterization. In Proceedings of
dapat kami simpulkan bahwa pengalaman the IEEE Workshop on
mengemudi setiap orang tidak menentukan Computational Intelligence in
perilaku mereka saat mengemudi, Vehicles and Vehicular Systems
melainkan kematangan pola pikir dan juga (CIVVS '09), pp. 43–50, Nashville,
kedewasaan yang dimiliki tiap individu. Tenn, USA.
Karena karakter tiap individu berbeda Mather, R. D. (2007). Age and driving
mulai dari tingkat kesabarannya dalam behavior: contributions from
mengemudi dan menghadapi kemacetan human factors. Journal of Scientific
dan kesesakan daerah perkotaan setiap Psychology, 24-31.
harinya untuk bekerja ataupun belajar. Nayazri, G. M. (2016, Februari 22). Kenali
Penelitian kami juga menemukan faktor utama penyebab kecelakaan
bahwa faktor usia tidak memiliki pengaruh di jalan raya. Kompas.com. Diambil
besar terhadap perilaku dalam mengemudi. dari
Seiring bertambahnya umur, perilaku https://sains.kompas.com/read/201
mereka cenderung akan tetap stabil dan 6/02/22/084500830/Kenali.Faktor.
sama. Ini dikarenakan karakter dari tiap Utama.Penyebab.Kecelakaan.di.Jal
individu yang sudah tertanam dalam diri an.Raya
mereka. Papalia, D. E., & Martorell, G. (20XX).
Experience human development (13
DAFTAR PUSTAKA th ed.). New York: McGraw Hill.
Perepjolkina, V., & Reņģe, V. (2011).
5 masalah lalu lintas di Indonesia. (2015, Drivers’ age, gender, driving
April 10). Kompas.com. Diambil experience, and aggressiveness as
dari predictors of aggressive driving
https://ekonomi.kompas.com/read/ behaviour. Journal of Pedagogy
2015/04/10/150511330/5.Masalah. and Psychology, 4(1): 62-72. doi:
Utama.Lalu.Lintas.di.Indonesia 10.2478/v10195-011-0045-2
Bener, A., Dafeeah, E. E., Verjee, M., Shead, Sam. (2017, Februari 21). The 25
Yousafzai, M. T., Al-Khatib, H., most congested cities in the world.
Nema, N., Mari, S., Choi, M. K., Bussiness Insider UK. Diambil dari

108
http://uk.businessinsider.com/most
-congested-cities-tomtom-traffic-
index-2017-2/?IR=T/#1-mexico-
city-mexico-66-25
Stevenson, M. R., & Palamara, P. (2001).
Behavioural factors as predictors of
motor vehicle crashes: differentials
between young urban and rural
drivers. Australian and New
Zealand Journal of Public Health,
25(3): 245-249.
Zhao, Yi. (2015). Predicting traffic
congestion with driving behavior.
Geotab, 1-17.

109

Anda mungkin juga menyukai