Anda di halaman 1dari 16

RESUME PBL

BLOK 8.2

PANDEMI COVID – 19

NAMA : Ilham Fajar Islamy

NPM : 116170029

BLOK : 8.2

SEMESTER :8

KELOMPOK :2

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2020
SKENARIO

Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke puskesmas dengan


keluhan demam yang sudah dirasakan sejak 4 hari yang lalu. Dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik di Unit Gawat Darurat (UGD)
diketahui, pasien merupakan seorang buruh pabrik di Jakarta yang
sudah di PHK karena terdampak dari pandemi Covid-19. Setelah
Covid-19 dinyatakan sebagai bencana nasional, setiap puskesmas
melakukan upaya pencegahan penularan antar pasien maupun pasien
dengan petugas medis dengan melakukan pemeriksaan kasus ODR di
UGD. Selain itu, keterbatasan APD di daerah memaksa kepala
puskesmas untuk berinovasi menerapkan beberapa prosedur terkait
pelayanan sehingga tetap memadai namun tetap memperhatikan aspek
keselamatan tenaga medis. Setelah ditetapkan oleh Dokter Puskesmas
sebagai PDP Covid-19 berdasarkan ketetapan Kemenkes RI, pasien
dirujuk Ke RSUD untuk dilakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan
sesuai kasus Covid-19.

Dokter puskesmas kini kebingungan karena pasien tersebut


datang dari Jakarta sekitar 7 hari yang lalu dengan angkutan umum
namun hal ini tidak diketahui oleh Gugus Covid-19 yang ada di desa.
sehingga pasien tidak melakukan karantina mandiri dan tindakan
pencegahan lainnya dengan optimal. Masyarakat saat ini enggan
untuk melaporkan karena takut dijauhkan oleh masyarakat lain, dan
karena terdesak oleh kebutuhan, masyarakat masih belum mau
melakukan social distancing dengan benar.
STEP 7

SASASARAN BELAJAR

1. Definisi Pandemi, fase – fase Pandemi dan dampak yang terjadi


akibat pandemic Covid 19 bagi suatu negara dan masyarakat?

Jawab:

Definisi Pandemi, Fase-Fase Pandemi Dan Dampak Yang Terjadi


Akibat Pandemi Covid 19 Bagi Suatu Negara Dan Masyarakat?
Pandemi merupakan epidemik penyakit yang menyebar di wilayah
yang sangat luas mencakup lintas benua atau global. Pandemi ditetapkan
apabila memenuhi tiga kondisi: menculnya penyakit baru pada penduduk,
menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit berbahaya. Serta
penyakit tersebut dapat menyebar dengan mudah dan berkelanjutan antar-
manusia. 1
Menurut World Health Organization (WHO) atau badan kesehatan di
bawah PBB akhirnya menyatakan wabah virus corona atau Covid-19
sebagai pandemi. Alasannya, virus ini terus menyebar cepat hingga ke
wilayah yang jauh dari pusat wabah.Pandemi merupakan salah satu level
penyakit berdasarkan penyebarannya. Secara umum, ada tiga level
penyakit yang dikenal dalam dunia epidemiologi, yaitu endemi, epidemi,
dan pandemi. Centre for Disease Control and Prevention (CDC)
memberikan definisi masing-masing pada tiga level penyakit tersebut: 1
a) Endemi adalah kehadiran konstan suatu penyakit menular pada suatu
populasi dalam cakupan wilayah tertentu
b) Epidemi adalah pertambahan angka kasus penyakit, seringkali secara
tiba-tiba, di atas batas normal yang diprediksi pada populasi di suatu
area,
c) Pandemi adalah epidemi yang sudah menyebar ke beberapa negara dan
benua dengan jumlah penularan yang massif. 2
Dampak: Health and Mortality Transition atau dapat diartikan
sebagai transisi kesehatan dan mortalitas adalah konsep yang ditawarkan
Weeks (2008) untuk menggantikan konsep epidemiological transition
yang dicetuskan oleh Abdel Omran pada tahun 1971. 1

Konsep yang menjelaskan perubahan pola distribusi populasi


kaitannya dengan perubahan pola mortalitas, fertilitas, harapan hidup, dan
penyebab-penyebab kematian.1 Selain itu dampak yang dirasakan oleh
Negara terutama Indonesia anatara lain :

a) Dampak terhadap ekonomi.


Peningkatan Negara yang terdampak virus Covid 19 di seluruh dunia
seperti Amerika, Spanyol, dan Italia membuat situasi ekonomi dunia
semakin memburuk. Beberapa lembaga bahkan memprediksikan
perlemahan ekonomi dunia, antara lain International Monetary Fund
(IMF) yang memproyeksikan ekonomi global tumbuh minus diangka
3%. 3
Kemudian, seiring berjalannya adanya aturan terkait WORK From
Home (WFH) baik untuk sector pemerintah maupun sector swasta,
maka mulai terjadi pelambatan kegiatan usaha di akhir bulan MAret
2020 yang berpotensi menurunkan penyerahan dalam negeri yang
kemudian akan menekan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam
Negreri (PPN DN) di bulan April 2020. Kondisi tersebut kemungkinan
akan berlanjut dan semakin terkontraksi di bulan Mei, mengingat di
bulan April sebagian daerah sudah melaksanakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di bebereapa wilayah terdampak. 3
b) Proses pembelajaran
Pandemi COVID-19 adalah krisis kesehatan yang pertama dan
terutama di dunia. Banyak negara memutuskan untuk menutup
sekolah, perguruan tinggi dan universitas. Penyebaran virus corona ini
pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai lesu,
tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan.
Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia
dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat pemerintah
dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan
bagi peserta didik maupun mahasiswa yang tidak bisa melaksanakan
proses pendidikan pada lembaga pendidikan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari UNESCO, saat ini total ada 39 negara yang menerapkan
penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar yang terpengaruh
mencapai 421.388.462 anak.4

2. Langkah negara Indonesia dan negara lainnya dalam rangka


menghadapi pandemi Covid – 19 dengan lengkap dan sistematik.

Jawab:

Secara jumlah kasus COVID-19 di Indonesia memang tidak seberapa


dibandingkan negara sepuluh teratas lainnya. Akan tetapi, tingkat case
fatality rate di Indonesia cukup tinggi. Sebagai perbandingan fatality rate
di tingkat global sebesar 3,4%.di China sebesar 3,8%, di Italia sangat
tinggi, yaitu sebesar 9%, sedangkan Indonesia hampir setinggi Italia, yaitu
sekitar 8,73%. 2
Tingginya fatality rate di Indonesia tersebut tentu meresahkan,
mengingat Indonesia merupakan negara yang bahkan belum semaju Italia.
Oleh karena itu, sebaiknya Indonesia segera melakukan langkah-langkah
strategis. Cara yang dilakukan China dan Korea Selatan kiranya bisa
menjadi contoh untuk Indonesia. Sebab dua negara tersebut telah terbukti
berhasil mengurangi peningkatan kasus COVID-19. 2
Melandainya grafik kasus COVID-19 di China dan Korea Selatan
tentu bukan tanpa alasan. China sebagaimana umum diketahui, melakukan
lockdown besar-besaran saat COVID-19 sudah mulai merebak (outbreak).
The Guardian bahkan menyebut kebijakan China tersebut sebagai
kebijakan yang “brutal, tetapi efektif” 1
COVID-19 merupakan genus coronavirus β dan memiliki karakteristik
genetik yang berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-CoV. Coronavirus
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas, dan dapat dinonaktifkan
secara efektif ketika suhu lingkungan 560 C selama 30 menit, pelarut
lemak seperti ether, 75% ethanol, disinfektan yang mengandungklorin,
asam pyroxyacetic dan kloroform kecuali chlorhexidine. Berdasarkan
investigasi epidemiologi saat ini, masa inkubasi COVID-19 adalah 1-14
hari, dan umumnya dalam 3 hingga 7 hari. Saat ini, sumber utama infeksi
adalah pasien COVID-19 dan pembawa (carrier) COVID-19 yang tanpa
gejala juga dapat menjadi sumber infeksi. Rute penularan utama adalah
droplets pernapasan dan kontak dekat, sementara rute penularan aerosol
dan fecal-oral belum diverifikasi. Manusia pada semua golongan umur
pada umumnya rentan. Salah satu karakterisitik penyakit Covid-19 ini
adalah mudah menular, sehingga dengan cepat bisa menjangkiti banyak
orang. Penyebaran yang cepat ini bisa digambarkan dengan kurva warna
merah pada grafik dibawah ini. Kurva akan mencapai puncak dengan
melampaui kapasitas sistem kesehatan untuk menanganinya. Para ahli
mengatakan melandaikan kurvai atau memperlambat penyebaran virus
corona (COVID-19) adalah jalan keluar mengakhiri pandemi. Menurut
mereka intinya adalah melandaikan kurva, mencegah kurva membentuk
puncak yang tajam. Melandaikan kurva bisa dicapai dengan
memperlambat penyebaran sehingga jumlah kasus infeksi di satu waktu
masih bisa ditangani sarana kesehatan yang tersedia. Dengan demikian,
orang-orang berisiko yang menjadi prioritas dapat memperoleh layanan
yang memadai. 5
langkah-langkah strategis secara umum yang bisa dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dari publikasi WHO, Report of the WHO-China
Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) :
a) Memprioritaskan pelacakan kasus-kasus positif COVID-19 dengan tes
secepat mungkin, dilanjutkan dengan melakukan isolasi dan karantina
pada kontak-kontak dekat terhadap kasus.
b) Memberikan pendidikan publik secara penuh tentang COVID-19,
bahayanya dan peran publik untuk turut membantu mencegahnya.
c) Segera meluaskan pengawasan terhadap rantai penyebaran COVID-19
dengan memberikan tes kepada semua pasien yang memiliki gejala-
gejala semacam pneumonia.
d) Melakukan perencanaan dan simulasi multi-sektor untuk mencegah
rantai penyebaran, seperti pembatalan kegiatan yang melibatkan
banyak orang serta penutupan sekolah-sekolah dan tempat kerja. 2

3. Kriteria pasien berdasarkan gejala dan risiko Covid-19


(ODR,OTG,ODP,PDP dan kasus konfirmasi) berdasarkan
kriteria Kemenkes dan penatalaksanaannya.

Jawab:

a) ODR (Orang Dengan Riwayat)


b) OTG (Orang Tanpa Gejala)
- Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari
orang konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala (OTG)
merupakan kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19.
- Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau
berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter
dengan kasus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) dalam 2
hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus
timbul gejala. 6
c) ODP (Orang Dalam Pengawasan)
- Orang yang mengalami demam (≥380C) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit
tenggorokan/batuk DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal.
- Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi
COVID-19. 6
d) PDP (Pasien Dalam Pengawasan)
- Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu
demam (≥38oC) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat# DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan
transmisi lokal.
- Orang dengan demam (≥380C) atau riwayat demam atau ISPA
DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19.
- Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan. 6
Tabel 1. Kegiatan Karantina Sesuai Kondisi dan Status Pasien 6

Penatalaksanaan :

a) Orang Tanpa Gejala (OTG)


Kegiatan surveilans terhadap OTG dilakukan selama 14 hari sejak
kontak terakhir dengan kasus positif COVID-19. Terhadap OTG
dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk
pemeriksaan RT PCR. Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila
tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, apabila hasil
pemeriksaan pertama menunjukkan hasil: 7
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri
dengan menerapkan PHBS dan physical distancing;
pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil
pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-
turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan
pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri
dengan menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada
kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT
PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di
Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan
RT PCR. 7
Apabila OTG yang terkonfirmasi positif menunjukkan gejala
demam (≥38⁰C) atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan selama masa
karantina maka:
a. Jika gejala ringan, dapat dilakukan isolasi diri di rumah
b. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat
c. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan 7
b) Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Kegiatan surveilans terhadap ODP dilakukan selama 14 hari sejak
mulai munculnya gejala. Terhadap ODP dilakukan pengambilan
spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat
yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi
pemantauan.Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, dilakukan
pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama
menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah;
pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil
pemeriksaan ulang positif, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-
turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan
pemeriksaan RT PCR. 7
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah;
Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-
turut,di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan
pemeriksaan RT PCR. 7
Apabila ODP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan
maka:
a. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat
b. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan 7
c) Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Kegiatan surveilans terhadap PDP dilakukan selama 14 hari
sejak mulai munculnya gejala. Terhadap PDP dilakukan pengambilan
spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat
yang berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi
pemantauan. Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR,
dilakukan pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil pemeriksaan Rapid
Test pertama menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah sesuai kondisi: ringan
(isolasi diri di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat
(rujuk ke RS Rujukan); pemeriksaan ulang pada 10 hari
berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR. 7
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah adalah sesuai kondisi:
ringan (isolasi diri di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat),
berat (rujuk ke RS Rujukan); Pada kelompok ini juga akan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR. 7
Apabila PDP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan
maka:
a. Jika gejala ringan berubah menjadi sedang, dilakukan isolasi di
RS darurat
b. Jika gejala sedang berubah menjadi berat, dilakukan isolasi di
RS rujukan 7

4. Upaya yang dilakukan oleh : keluarga, lingkungan setempat


(RT), puskesmas dan Kelurahan/Desa dalam masa Pandemi
Covid-19 dalam rangka pencegahan penularan dan menurunkan
mortalitas.

Jawab:
Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Berkaitan dengan
Pelayanan Kesehatan meliputi :
Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar untuk semua
pasien Kewaspadaan standar harus selalu diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman
bagi semua pasien dan mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
Kewaspadaan standar meliputi: 5
a) Kebersihan tangan dan pernapasan: 5
Petugas kesehatan harus menerapkan 5 kebersihan tangan”, yaitu:
sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur kebersihan
atau aseptik, setelah berisiko terpajan cairan tubuh, setelah bersentuhan
dengan pasien, dan setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien,
termasuk permukaan atau barang-barang yang tercemar. Kebersihan
tangan mencakup:
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan antiseptik
berbasis alkohol;
2. Cuci tangan dengan sabun dan air ketika terlihat kotor;
3. Kebersihan tangan juga diperlukan ketika menggunakan dan
terutama ketika melepas APD.
b) Penggunaan APD sesuai risiko
c) Penggunaan Masker
Penggunaan masker adalah efektif! Karena tujuan memakai masker
adalah untuk memblokir ‘pembawa’ yang mentransmisikan virus,
daripada secara langsung memblokir virus.

5. Social Distancing, Physical Distancing, PHBS yang sedang marak


dibicarakan di masa Covid 19 ini.

a) Social Distancing :
- Setiap orang memiliki peran yang harus dimainkan untuk
mengurangi dan memperlambat transmisi COVID-19.
- Jarak sosial adalah langkah penting dalam mencegah penyebaran
COVID-19.
- Berlatih menjauhkan jarak sosial dengan memberi jarak
(setidaknya 6 kaki) antara diri Anda dan orang lain.
- Selain itu, terus praktikkan kebiasaan sehat untuk membantu
memperlambat penyebaran COVID-19. 8
b) Physical Distancing :
Tindakan jarak sosial dan fisik bertujuan untuk memperlambat
penyebaran penyakit dengan menghentikan rantai penularan COVID-
19 dan mencegah yang baru muncul. Langkah-langkah ini
mengamankan jarak fisik antara orang-orang (di minimal satu meter),
dan kurangi kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, sambil
mendorong dan mempertahankan sosial virtual koneksi dalam keluarga
dan komunitas.8
c) PHBS :
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu cara
bagaimana mencegah penularan corona virus 2019. Misalnya seperti
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, membersihkan
ruangan dan lingkungan seperti handel pintu, computer, saklar lampu
dll, jika batuk dan bersin di tutup menggunakan panggal lengan, dan
menjaga kesehatan lingkungan lainnya. Kegiatan ini sesuai dengan
surat edaran no 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Corona Virus
Disease 2019 (Covid 19). 9

6. Usulan dan saran sebagai warga negara baik medis maupun non
medis di Indonesia dalam rangka Pandemi Covid-19 ?

Jawab:
Sebagai masyarakat dan warga negara yang baik, kita harus
mengikuti protokol serta aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
penanganan dan pencegahan pandemi Covid-19. Caranya adalah dengan
selalu bersikap jujur saat dilakukannya pemeriksaan, transparan saat
menceritakan riwayat bepergian, patuh dalam segala aturan yg ditetapkan
dan selalu menjaga kesehatan. Diam dirumah saja adalah hal yang paling
penting ditengah pandemi covid 19 ini. Dengan kita dirumah saja, kita
dapat membantu tenaga medis sebagai garda terdepan dan juga dapat
membantu memutus tali penyebaran covid 19.
Daftar Pustaka

1. World Health Organization (WHO). Coronavirus disease 2019


(COVID-19) situation report-85. April 2020.
2. ainun N.H.T. Dunia Dalam Ancaman Pandemi: Kajian Transisi
Kesehatan Dan Mortalitas Akibat Covid-19. Kajian Demografi Sosial.
Universitas Indonesia.27 Maret 2020.
3. Budiyanti, Eka. Dampak virus corona terhadap sector perdagangan dan
pariwisata Indonesia. Vol. XII, No.4. Puslit BKD. Februari 2020.
4. Agus P. dkk. Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Universitas Pelita
Harapan, Indonesia.Edupsycouns Journal. Journal of Education,
Psycologi and Counseling. Volume 2 Nomor 1 (2020) ISSN Online :
2716-4446.
5. Safrizal ZA dkk. Pedoman Umum Menghadapi Pandemi COVID 19
Bagi Pemerintah Daerah Pencegahan, Pengendalian, Diagnosis dan
Manajemen. Kemendagri 2020.
6. Monardo, Doni, dkk. Pedoman penanganan cepat medis dan kesehatan
masyarakat COVID-19 di Indonesia. Gugus tugas percepatan
penanganan COVID-19. Maret 2020.
7. Achmad Yurianto dkk. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus Disease (Covid-19).Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Revisi ke-4. Per 27 Maret 2020.
8. World Health Organization. Corona Virus Disease 2019 (Covid 19).
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200401-sitrep-72-covid-19.pdf. Di Akses Tanggak 28 April
2020.
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia NO 3
Tahun 2020 tentang Pencegahan Corona Virus Disease Pada Satuan
Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai