Anda di halaman 1dari 9

BAB VII

AMMONIA STORAGE
AS – T 101.

1. Deskripsi Unit / Proses …………………………………. 1

2. Start Up ………………………………………………… 4

3. Normal Operasi ………………………………………… 5

4. Throuble Shooting ……………………………………… 6

5. Interlock System ……………………………………….. 7

6. Normal S/D & Emergency S/D ……………………... 7

0
AMMONIA STORAGE (AS-T101)

1. Deskripsi Unit / Proses.

Unit Ammonia storage ini berfungsi untuk menyimpan Ammonia Cair dari hasil
produksi Ammonia Plant. Serta system pengendaliannya.

Peralatan dan Fungsinya :

Untuk menjalankan fungsi, maka Unit Ammmonia Storage dilengkapi dengan


peralatan utama sebagai berikut :
a. AS – T 101 - Tangki penyimpanan Ammonia Cair.
b. AS – K 101 A/B - Kompresor Refrigerasi Ammonia Vapor.
c. AS – P – 101 A/B/C - Pompa Tranfer Ammonia Cair untuk pengapalan.
d. AS – LA –101 - Loading Arm.
e. AS – E – 104 A/B/C - Ambient Vaporizer.

Fungsi dari masing – masing Alat :

a. AS –T – 101. Tangki penyimpanan : alat ini berfungsi untuk menampung dan


menyimpan NH3 Cair hasil dari Ammonia Plant yang dijaga pada temperatur
-33 0C dan tekanan 1.1 kg/cm 2 abs. Ammonia tesebut dipertahankan pada
kondisi cair didalam tangki dengan system Refrigerasi, yaitu menghisap,
menekan dan mengkodensasikan kembali uap Ammonia yang ada didalam
tangki, yang ditimbulkan oleh adanya panas yang merambat masuk kedalam
System penyimpanan.

1
b. AS – K – 101 A/B Kompressor Refrigerasi Ammonia Vapor : alat ini berfungsi
untuk menjaga tekanan tangki penyimpanan dengan jalan menghisap dan
mengkompresikan uap yang terbentuk dan mengkondensasikannya kembali
secara terus menerus.

Terdapat : 2 buah kompressor Refrigerasi di Unit Ammonia Stogare , yaitu AS –


K 101 A & B yang masing-masing berkekuatan 450 HP, dengan system
pengaturan beban sebagai berikut :
1. 0 – 10 % load dengan mengatur b/p gas panas vapour lewat PV-0202 A/B.
2. 10 – 100 % load dengan mengatur internal slide valve (load switch) PIC –
0415 B.

AS – K-101 A/B juga dilengkapi dengan :


- 1 buah kondenser AS – E – 101. Yang berfungsi untuk melepas panas
kompresi dan mengkodensasikan vapour ammonia.
- 1 buah Reciever AS – V – 103. Yang berfungsi sebagai pemisah antara
Ammonia Vapor dan liguid dari hasil Kompresi dan Kondensasi.
- 1 buah Purge AS – E – 102. Yang berfungsi untuk mengkondensasikan dan
mengambil kembali Ammonia dari campuran Ammonia dan gas yang tidak
dapat di kondensasikan. Sedangkan Uap / gas yang tidak bisa terkondensasi
dan sedikit Uap Ammonia dibuang keatmosfer melalui Vent PIC.
- 1 buah Economizer AS – E – 105 yasng berfungsi untuk mendinginkan
Ammonia Cair dari Reciever AS – V – 103 yang akan dikirim kembali
ketangki penyimpanan.
- Lubrication oil dan oil separator.

c. AS –P –101 A/B/C - Pompa Tranfert Ammonia Cair untuk pengapalan. Alat ini
berfungsi untuk memindahkan Ammonia Cair dari dalam tangki penyimpanan ke
tangki kapal sesuai jumlah yang di inginkan dalam kontrak. Di lengkapi 3 pompa
dengan masing – masing berkapasitas 400 MT/h.
d. AS – LA – 101. Loading Arm : adalah suatu alat yang berfungsi untuk
menghubungkan System perpipaan didarat dengan perpipaan di kapal agar
Ammonia dapat di alirkan.

2
e. AS – E – 104 A/B/C Ambient vaporizer : Alat ini berfungsi untuk menghindari
tekanan minus (vaccum) dalam tangki dan untuk menghindari low press suction
pompa pada saat loading Ammonia ke kapal, dengan cara melewatkan liquid
ammonia ke alat ini.
Vapour yang terbentuk dimasukkan ke dalam tangki kembali.

f. PSV-0420/0421/0422 (Pressure Safety Valve).


Ammonia tangki (AS-T-101) dilengkapi dengan pengaman tekanan (PSV).
Alat ini berfungsi untuk menjaga / mengamankan tekanan storage dengan system
poping maupun vaccum.
Adapun setting poping = 1.15 kg/cm2 abs.
Setting vaccum = 22 mmH2O.

Konsep Dasar Penyimpanan Ammonia Cair :


Sifat dasar Ammonia Cair adalah sangat Volatil ( mudah menguap) dengan titik didih
normal –33 0C.
Untuk mendapatkan kondisi Cair dalam penyimpanan adanya dua cara :
1. Bertekanan tinggi dengan temperatur lingkungan (Ambient)
2. Bertekanan Atmosfir dengan temperatur rendah.
Maka di KPA dipilih cara Yang ke dua yaitu bertekanan 1.1 kg/cm 2 abs. Dan
temperaturnya –33 0C .
Selama Ammonia dalam tangki pada titik kesetimbangannya, panas yang masuk kedalam
tangki atau Cairan Ammonia yang masuk temperaturnya diatas kondisi
kesetimbangannya, maka akan terjadi penguapan Ammonia. Uap Ammonia yang
terbentuk didalam tangki harus di hisap dan ditekan serta diembunkan secara kontinyu
pada kecepatan tertentu, sehingga kenaikan tekanan dalam tangki dapat dicegah.
Pencarian kembali Uap Ammonia yang terbentuk tersebut dilakukan dengan System
Refrigerasi.

Pengapalan Ammonia Cair.

3
Untuk pengapalan Ammonia, seluruh perpipaan yang menuju kapal harus dilakukan
cooling down terlebih dahulu, dengan cara mengalirkan sedikit Ammonia dari tangki
Ammonia melalui By pas pompa AS – P – 101 A/B/C yang menuju ke loading Arm.
Kemudian dialirkan ke AS – E – 104 ambient vaporazer dan uap yang terbentuk
dikembalikan ketangki AS – T – 101 melalui vapor line. Hal ini dilakukan sampai
tempeatur perpipaan cukup dingin, apabila temperatur sudah tercapai maka by pass
pompa AS – P – 101 A/B/C dapat ditutup. Start pompa tranfer ke kapal dan selama
loading Ammonia ke kapal, uap yang terbentuk di kembali ke tangki AS – T – 101
melalui Vapor Line.

2. Start Up Unit

Sebelum tangki penyimpanan diisi dengan Ammonia, maka dilakukan tahapan –


tahapan Initial Start Up al :
1. Purge AS – T – 101 dan System Refrigerasi dengan gas N2
2. Purge AS – T – 101 dan System Refrigerasi dengan NH3 Vapor
3. Cooling Down dengan Ammonia liguid.

Ad.1. Purge dengan N2 .


Purge AS – T – 101 dan System Refrigerasi dengan gas N 2 dengan tujuan
untuk mengusir O2 dalam System, sampai kandungan O2 =  5% Vol.
Purge dilakukan melalui line ammonia ke loading Arm dengan aliran balik
masuk ke bottom tangki dan dibuang di manual vent topnya tangki, kemudian
system di blanket dengan nitrogen tekanan positif.

Ad.2. Purge dengan Ammonia Vapor.


Purge AS – T – 101 dan system Refrigerasi dengan Ammonia Vapor dengan
tujuan untuk mengusir N2 dalam system sampai kandungan Ammonia dalam
system mencapai antara 80 – 90%. Purge dilakukan melalui line Ammonia
liquid inlet yang masuk ke bagian atas tangki dan dibuang dibagian bawah
tangki, kemudian System di blanket dengan Ammonia tekanan positif.

Ad.3. Cooling down System dengan Ammonia Liquid.

4
- Yakinkan bahwa System Refrigerasi siap untuk dioperasikan.
- Isi tangki dengan Ammonia Cair secara pelan – pelan , kemudian start
System Refrigerasi untuk mempertahankan tekanan dalam tangki, atur
beban kompressor As – K 101 A/B dengan PIC-0415B. Atur pula
penurunan temperatur selama start up dengan batasan 5 0C/jam max dan
atur flownya melalui HV-0302. Tahapan Cooling Down dinyatakan selesai
bila temperatur tangki tercapai –33 0C dan telah terjadi level.

3. Normal Operasi :

Pada Normal operasi unit ini akan kontinyu menampung Ammonia Cair dari hasil
produksi Ammonia Plant. Untuk menjaga kestabilan tekanan tangki pada 1.10
kg/cm2 abs. dan temperatur –33 0C . maka salah satu kompressor AS – K – 101
harus beroperasi / running dengan baik , dengan kontrol presure PIC-0415 B yang
akan mengatur beban kompressor. Sedangkan kontrol presure PIC-0415 A akan di
operasikan bila kedua buah kompressor yang ada tidak dapat beroperasi dengan
baik. Pada Kasus tranfer Ammonia Cair ke kapal (saat loading), untuk menghindari
Vaccum (tekanan minus) dalam tangki AS – T – 101, maka Ambient Vaporizer di
aktifkan dan di kontrol dengan PIC-0602.

4. Throuble Shooting.

5
Beberapa variable berikut ini dapat mempengaruhi kerja System Refrigerasi di
Ammonia Storage dan cara menanggulanginya, antara lain :
a. Tekanan tangki terlau tinggi dapat di pengaruhi beberapa hal :
- Laju alir Ammonia product terlalu tinggi  turunkan laju alir sesuai kisaran
(83.8 ton/h design).
- Kecepatan pembentukan uap ammonia dalam tangki naik  naikkan beban
kompressor Refrigerasi Via. PIC-0415B.
- Tenmperature Ammonia Product terlau tinggi  turunkan pada ring kisaran.
- Akumulasi gas inert dalam tangki turunkan dengan jalan buka vent ke
atmosfer Via PIC–0415A.
b. Temperature Discharge AS – K – 101 A/B tinggi  turunkan Via AS – E 101
dengan mengatur dampernya.
c. Tekanan AS – T 101 Vaccum  aktifkan ambient Vaporizer AS – E 104 A/B/C.

Hal-hal umum yang perlu diperhatikan selama normal operasi :


a. Catat level tangki secara rutin dan terjadwal.
b. Check fungsi dan Akurasi Instrumentasi level secara terjadwal.
c. Jangan continyu mengisi tangki, bila alat monitoring level tidak berfungsi.
d. Trip system dan alarm untuk high level dan low level jangan di b/p.
e. Jangan mengandalkan pada level gauge cadangan saat mendekati level
maximum.
f. Jangan beroperasi diatas normal high level.

5. Interlock System.

6
I – 1 : Interlock inlet valve XV – 0301 Main Stop Valve ammonia. Product inlet
AS – T – 101.
I – 2 : Interlock valve HV – 0302 Bp Pass XV – 0301.
I – 3 : Common Interlock ke pompa Ammonia AS – P 101 A/B/C.
I – 4 : Interlock Untuk pompa tranfer AS – P - 101 A.
I – 5 : Interlock untuk pompa tranfer AS – P - 101 B.
I – 6 : Interlock untuk pompa tranfer AS – P – 101 C.
I – 7A : Interlock ke kompressor AS –K –101 A.
I – 7B : Interlock ke kompresor AS – K – 101 B.
I – 8 : Interlock jetty valve HV – 0601
I - 9 : Interlock valve HV – 0418 main stop valve ke suction AS – P – 101 A/B

6. Normal S/D dan Emergency S/D :

Selama didalam tangki AS – T – 101 masih ada level ammoniaknya , maka unit ini
sedapat mungkin tetap beroperasi dengan normal.

Unit akan di S/D kan bila :


1. Adanya kerusakan alat pada System Refrigerasi yang tidak memungkinkan
untuk beroperasi, pada kasus ini untuk mempertahankan tekanan dalam
tangki As – T – 101 buka vent PIC-0415 A ke atmosfer.
2. Adanya program pembersihan atau perbaikan di internal tangki AS – T 101.
Pada kedua kasus diatas, maka unit ini dilakukan S/D dengan normal shut down.
Adapun langkah – langkah normal S/D Sebagai berikut :
a. Yakinkan semua sumber – sumber Ammonia inlet tangki AS.T 101
pada posisi tertutup rapat, (XV – 0301 & HV – 0302 serta BV pada line
Ammonia Product dari Ammonia Plant dan BV Line Existing tank).
b. Turunkan level tangki AS – T 101 sampai ke level minimum.
c. Turunkan beban Refrigerasi sampai ke nol beban.
d. Kontrol tekanan AS – T 101 Via PIC-0415A Vent ke Atmosfer
e. S/D kan System Refrigerasi.
f. Turunkan tekanan tangki AS – T – 101 ke tekanan Atmosfer

7
Pada kasus Emergency S/D yang disebabkan oleh tripnya kompressor As – K – 101
yang runing, maka segera re start lagi atau start kompressor yang stand by. Apabila
terjadi kasus Emergency S/D yang di sebabkan adanya kerusakan salah satu alat
pada system refrigerasi dan tidak memungkinkan untuk dirunningkan, maka untuk
mengontrol tekanan tangki AS – T 101, aktifkan PIC–0415 A Vent ke Atmosfer.

Emergency Shut Down ( ESD)

1. HS-1104 : - ESD untuk general (dari control room).


Akan mengaktifkan I-1 s/d 9 dan men shut downkan.
a. BOG Kompresor.
b. Pompa loading.
c. Menutup valve XV-0301, HV-0302, HV-0418, HV-0601.

2. HS-1101 : - ESD untuk tangki dan pompa area.


Akan mengaktifkan I-1 s/d 6 dan I-9 serta menshut downkan :
a. Pompa AS-P-101 A/B/C.
b. Menutup valve XV-0301, HV-0302, HV-0418.

3. HS-1102 : - ESD untuk kompresor amoniak vapour.


Akan mengaktifkan I-7 A/B dan menshut downkan :
- BOG kompresor AS-K-101 A/B area.

4. HS-1103 : - ESD untuk jetty area.


Akan mengaktifkan I-8 dan menshut downkan :
- Loading Arm dengan menutup valve HV-0601.

5. Untuk XV-0301 dan HV-0302 juga akan menutup bila kasus berikut aktif :
- PAHH-0602 : - Tekanan tangki high-high.
- PAHHH-0416 : - Tekanan tangki high-high-high.
- LAHH-0413 : - Level tangki high-high.
- LAHHH-0412 : - Level tangki high-high-high.
- HS-1101 : - ESD untuk tangki dan pompa.
- HS-1104 : - ESD general.

Anda mungkin juga menyukai