Anda di halaman 1dari 14

PAPER

RASISME TERHADAP SUKU PAPUA


MATA KULIAH LITERASI SOSIAL DAN KEMANUSIAAN

Disusun oleh :
Fairuz Rifqi Fadhilah
19508334054

Dosen Pengampu:
TRISTANTI S.Pd., M.Pd.

JURUSAN D-IV TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, Saya dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “RASISME TERHADAP SUKU PAPUA” tepat pada
waktunya.
Paper ini merupakan tugas mata kuliah “Literasi Sosial dan Kemanusiaan”. Paper ini
merupakan salah satu bentuk penerapan di kelas agar menambah wawasan dan pengetahuan,
semoga paper ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada umumnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tristanti selaku dosen dari mata kuliah
Literasi Sosial dan Kemanusiaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami selaku mahasiswa.
Saya juga menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan nya, terimakasih.

Yogyakarta, 1 Desember 2020

Penyusun
Fairuz Rifqi Fadilah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... I

DAFTAR ISI................................................................................................................................... II

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

a. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

b. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1

c. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2

d. Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3

A. Makna Keberagaman Manusia ................................................................................................ 3

B. Makna Kesederajatan .............................................................................................................. 3

C. Kasus Rasisme Di Indonesia ................................................................................................... 5

D. Kasus Rasisme Terhadap Suku Papua..................................................................................... 7

E. Pandangan dan Analisis kasus ................................................................................................. 8

BAB III ......................................................................................................................................... 10

PENUTUP..................................................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Keragaman Manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang sangat rumit. Salah satu
pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk monodualis jiwa raga. Dari
aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya mampu
mempertimbangkan.
Keragaman budaya, tradisi dan agama adalah suatu keniscayaan hidup, sebab setiap orang
atau komunitas pasti mempunyai perbedaan sekaligus persamaan. Di sisi lain pluralitas budaya,
tradisi dan agama merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun jika kondisi
seperti itu tidak dipahami dengan sikap toleran dan saling menghormati, maka pluralitas budaya,
agama atau tradisi cenderung akan memunculkan konflik bahkan kekerasan.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang.
Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu
memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut
dengan hak asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik
nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme
kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip
kesetaraan dalam kehidupan nyata.
Berhubungan dengan membahas soal manusia, keberagaman dan kesetaraan, kasus rasisme
didalam negara Indonesia masih menjadi kasus yang patut diperhitungkan, karena rasisme bukan
hanya terjadi pada 1 atau 2 suku, tetapi lebih dari itu, seperti contohnya kasus rasisme terhadap
kaum papua yang terjadi tahun lalu. Indonesia memang butuh Pendidikan toleransi kepada sesama
manusia karena pada akhirnya semua manusia sama derajatnya dimata tuhan yang maha esa.

b. Rumusan Masalah
1. Kenapa kasus rasisme bisa terjadi ?
2. Apa yang menyebabkan kasus ini menjadi kasus yang serius di Indonesia ?
3. Bagaimana cara menyikapi rasisme ?

1
c. Tujuan Penulisan
1. Sebagai paper pembelajaran dalam perkuliahan maupun menjadi sumber ilmu bagi
pembaca
2. Untuk mengetahui kasus dibahas serta cara menyikapinya.
d. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan modul ini adalah :
1. Memberi ilmu kepada pembaca atau mahasiswa tentang kasus rasisme.
2. Memudahkan pembaca dalam memahami secara ringkas kasus yang dibahas.
3. Membantu mahasiswa dalam perkuliahan dan pembelajaran materi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Keberagaman Manusia
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaaan2
dalam berbagai bidang terutamasuku bangsa, ras, agama, ideologi, budaya (masyarakat
yang majemuk). keragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaaan yang emnunjukkan
perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat. Keragaman berasal
dari kata ragam . berdasarkan KBBI ragam berarti :
1. Sikap, tingkah laku, cara
2. macam, jenis
3. musik, lagu, langgam
4. warna, corak
5. laras (tata bahasa)

Ada tiga macam istilah yang digunakan untk menggambarkan masyarakat yang
majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda yaitu masyarakat
pural, masyaraakat heterogen, dan masyarakat multikultural.

Keragaman disini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras,
agama dan keyakinan, ideology, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan
kesederajatan memiliki makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan
keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan
hierarki.

Di Indonesia unsur keragamannya dapat dilihat dalam suku bangsa dan ras, agama
dan keyakinan, ideologi dan politik, tata karma, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan
sosial. Semua unsur tersebut merupakan hal yang harus dipelajari agar keragaman hal
tersebut tidak membawa dampak yang buruk bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia.

B. Makna Kesederajatan
Kesederajatan adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang
ada manusia tetap memiliki suatu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki,

3
kesederajatan adalah persamaan harkat, nilai , harga, taraf yang membedakan makhul yang
satu dengan yang lainnya. kesederajatan dalam masyarakat adalah suatu keadaan
menunjukan adanya pemeliharaan krukunan dan kedamaian yang saling menjaga harkat
dan martabatnya.
Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap
seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok,
golongan, status, dan kelas sosial-ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik tubuh, usia,
orientasi seksual, pandangan ideologi dan politik, serta batas negara, dan kebangsaan
seseorang. Diskriminasi itu sendiri terjadi karena adanya persaingan yang semakin ketat
dalam berbagai bidang kehidupan, adanya tekanan dan intimidasi yang dilakukan oleh
kelompok yang dominan terhadap kelompok yang lebih lemah, ketidakberdayaannya
golongan miskin akan intimidasi yang mereka terima sehingga mereka menjadi korban
diskriminasi.
Selain diskriminasi juga terdapat problematika lain yang harus diwaspadai yaitu
adanya disintegrasi bangsa. Ada enam faktor utama yang menjadi penyebab utama proses
tersebut yaitu kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama,
krisis politik, krisis sosial, demoralisasi tentara dan polisi, dan intervensi asing. Salah satu
hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan ungkapan
yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk (heterogen). Masyarakat
Indonesia terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku bangsa dengan beraneka
ragam latar belakang kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut
Kebudayaan Nasional.

4
C. Kasus Rasisme Di Indonesia

Isu rasisme kembali terangkat dan menjadi perbincangan hangat masyarakat dalam
maupun luar negeri. Rasisme terjadi dikarenakan ada ras tertentu yang merasa lebih
suprerior dibandingkan beberapa ras lain sehingga mengedepankan egoisme, atau
terjadinya stigma-stigma tertentu yang melekat terhadap suatu ras yang membuat ras lain
bertindak rasisme.

Isu permasalahan rasisme ini tentu sebenarnya bukanlah permasalahan baru. Ini
merupakan permasalahan sosial yang sangat serius, selain melanggar hak asasi manusia
juga mengakibatkan masyarakat ketakutan, sehingga terjadinya hambatan keberfungsian
sosial.

Bagaimana kasus rasisme di Indoneisa? Isu rasisme juga perlu banyak dibahas di
Indoneisa. Jika Amerika Serikat memiliki perbincangan heboh di media terkait
pembunuhan akhir-akhir ini, isu rasisme yang diperbincangan masyarakat ini juga disusul
oleh Indonesia.

5
Belum lama ini, ketua BEM Universitas Cendrawasih telah dituntut 10 tahun
penjara dengan dakwaan makar. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang menuntut
keadilan dan membela dikarenakan tidak terima atas tuntutan tersebut, apa yang dilakukan
seorang Ketua BEM ini adalah aksi unjuk rasa yang menuntut keadilan bagi rakyat Papua,
dimana hal ini merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan dan dijunjung tinggi.

Pada 17 Agustus 2019 isu rasisme juga terjadi, dimana polisi telah menahan 43
mahasiswa Papua di Surabaya dengan tuduhan pelecehan bendera Indonesia pada Hari
Raya Kemerdekaan Indonesia. Sebelum menahan puluhan mahasiswa tersebut, polisi telah
memaki mereka dengan makian rasis dan memaksa para mahasiswa untuk keluar dari
asrama dengan cara menyemprotkan gas air mata.

Kedua kasus ini merupakan contoh kecil yang terekspos di media, tentunya masih
banyak lagi kejadian rasisme baik terekspos maupun tidak terekspos. Rasisme justru
meningkat karena orang Indonesia tidak membicarakan apa itu rasisme, seperti apa
bentuknya, dan apa akibatnya.

Dampak dari masalah sosial rasisme ini sangat berpengaruh terhadap keberfungsian
sosial, terutama pada korban rasisme itu sendiri. Rasisme dapat mengakibatkan
perpecahan, merusak mental baik korban ataupun pelaku, kegelisahan, ketakutan,
diskriminasi, merusak tatanan sosial, dan sebagainya. Manusia hidup saling melengkapi
dan bekerja sama, apabila korban rasisme tidak mendapatakan keadilan segera, tentu ini
dapat merusak tatanan sosial yang ada.

Solusi yang dapat dilakukan pekerja sosial dalam menanggapi kasus ini adalah
identifikasi masalah sosial dengan instrument yang bersifat kualitatif, dimana asumsi yang
digunakan adalah eksistensi kehidupan masyarakat sangat ditentukan oleh dukungan
berbagai komponen yang ada baik tingkat individu, kelompok maupun institusi sosialnya
serta mencari tahu secara pasti mengapa sebagian masyarakat bisa bertindak rasisme
dengan cara mencoba memahami jalan pikir mereka melalui pendekatan.

Setelah mengetahui penyebabnya, pekerja sosial dapat melakukan treatment


terhadap masalah sosial level masyarakat dengan mengedukasi dan mendorong sistem
sosial. Sedangkan untuk pertolongan kepada korban, pekerja sosial dapat melakukan

6
pendekatan untuk menenangkan korban, membantu untuk memberi akses dan fasilitas
yang dibutuhkan karena sebelumnya terhambat, ikut menyuarakan keadilan, serta
melakukan pertolongan bagi mereka yang masih memiliki hambat keberfungsian sosial
baik secara mental ataupun fisik. Melawan rasisme dan memperjuangkan keadilan
merupakan tugas seluruh masyarakat Indonesia, sesuai dengan pengalaman Pancasila pada
sila kelima yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

D. Kasus Rasisme Terhadap Suku Papua


Konflik sosial mahasiswa Papua di Surabaya melibatkan ormas, aparat, pemerintah
dengan mahasiswa Papua di Surabaya, konflik yang awalnya laten tersebut, berubah
menjadi manifest pada tanggal 16 Agustus 2019 lalu, konflik ini sejatinya disebabkan oleh
kompleks persoalan dan permasalahan yang hadir sebelum sebelumnya.

Pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabya dipicu kabar yang menyebut


mahasiswa Papua diduga mematahkan tiang bendera Merah Putih dan membuangnya ke
selokan. Adanya pengepungan tersebut disebabkan oleh selain faktor sejarah dan adanya
upaya gugatan sekaligus dukungan untuk sikap pembebasan irian barat tersebut, konflik
mahasiswa Papua di Surabaya juga dipicu atas adanya stigma, tindakan diskriminatif,
hingga dugaan pelanggaran HAM menjadi akumulasi sebab.

Insiden yang terjadi pada tanggal 16 Agustus 2019 di asrama mahasiswa Papua di
Surabaya telah menimbulkan aksi demonstrasi di berbagai tempat di tanah air. Insiden ini
diawali dengan tuduhan ormas Surabaya bahwa mahasiswa Papua tidak mau mengibarkan
bendera Merah Putih.

Menurut Ormas di Surabaya tindakan tersebut sudah terjadi berulang kali. Padahal,
para mahasiswa tersebut hanya tinggal di Kota Surabaya, Kota Pahlawan. Sebelumnya,
Ormas di Surabaya telah meminta Ketua RT, Ketua RW, Lurah bahkan Camat untuk
menghimbau mahasiswa Papua memasang bendera Merah Putih. Upaya ini gagal. Pada
akhirnya, bendera berhasil dipasang di luar halaman asrama dan keesokan harinya tiang
bendera patah dan bendera sudah berada di dalam got.

7
Insiden ini menimbulkan kemarahan Ormas di Surabaya. Sekitar 700 orang anggota
Ormas di Surabaya dengan nama FKPPI, Hipakad, Pemuda Pancasila, Patriot Garuda,
Pagar Jati, dan FPI mendatangi asrama mahasiswa. Dalam aksi tersebut kemudian
terdengar teriakan dengan kata-kata yang tidak sopan bahkan rasial kepada mahasiswa
Papua. Berdasarkan laporan warga, pada tanggal 17 Agustus 2019, satpol PP, aparat
kepolisian, dan TNI kemudian mendatangi lokasi kejadian dan melakukan pendekatan
persuasive terlebih dahulu kepada para mahasiswa Papua agar mereka memberikan
klarifikasi terhadap dugaan penghinaan terhadap bendera.

Dalam kasus konflik diatas membuat Komnas HAM turun andil dan angkat bicara
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas Ham) mendatangi dalam rangka mencari
persoalan dan memediasi kasus konflik sosial ini, ke LBH Surabaya, ke masyarakat
mahasiswa Papua selaku pihak korban, Gubernur Jawa Timur, Walikota Surabaya dan
masyarakat Surabaya, dan Kapolda Jawa Timur yang didampingi Kapolresta Surabaya dan
jajarannya bersama perwakilan ormas dan mahasiswa Papua berkumpul untuk mencari
solusi dari masalah ini.

E. Pandangan dan Analisis kasus


Pandangan saya sebagai mahasiswa terhadap kasus rasisme ini adalah, bahwa
setidaknya indonesia membutuhkan pendidikan toleransi terhadap sesama terlebih kepada
suku – suku yang berada pada wilayah indonesia bagian timur, sudah dari dulu isu rasisme
terhadap mereka terus berdatangan, dianggap suku yang kotor dan primitif hanya karena
dari suku papua, ambon dan lainnya. Oleh karena itu saya menyarankan pendidikan
toleransi.

Orang Papua telah lama mengalami perilaku rasis di Indonesia. namun, mereka
terus-menerus ditekan untuk tetap diam atas nama persatuan, suasana harmonis, dan
pengampunan. perspektif umum di antara pejabat pemerintah dan polisi adalah bahwa
orang Papua kerap menimbulkan masalah. Aparat pemerintah menganggap mereka semua
sebagai aktivis politik yang secara diam-diam bekerja untuk separatisme, khususnya
Organisasi Papua Merdeka. Menurut para aparat, orang Papua dengan demikian
membutuhkan pemantauan, pengawasan, dan penggerebekan mendadak di asrama mereka.

8
Pihak berwenang juga berpikir bahwa orang Papua perlu diajarkan untuk tunduk
pada otoritas pemerintah. Selain menjadi sasaran ancaman dan penggerebekan, orang
Papua juga diharapkan dapat melakukan kerja keras untuk para pejabat lingkungan. Para
pengajar di universitas meyakini bahwa mahasiswa Papua cenderung terbelakang secara
intelektual, berpikiran lemah, dan menjalani gaya hidup primitif, bahkan di tengah
kehidupan perkotaan. Para pelajar dilecehkan oleh sesama mahasiswa. Pelajar asal Papua
itu akan ditanyai apakah mereka pernah mengenakan koteka seperti yang mereka saksikan
di televisi.

Masyarakat mengira bahwa para pelajar Papua itu memasak makanan mereka di
atas api terbuka, menanam tanaman akar, atau memasak di pemanggang terbuka di hutan.
Penduduk asli Papua tersebut secara diskriminatif dianggap sebagai orang-orang primitif.
Para laki-laki Papua dianggap sebagai pekerja yang kuat dan efektif, sehingga mereka
ditawari berbagai pekerjaan membangun rumah dan lanskap lingkungan. Beberapa
mahasiswa Papua mengalami panggilan nama rasis. Namun, rasisme juga muncul dalam
banyak bentuk yang lebih terselubung, kompleks, dan merupakan bagian dari jalinan
kehidupan sehari-hari.

Beberapa anak muda Papua merasa tidak aman, jadi mereka mencoba untuk lebih
dekat dengan orang Papua lainnya. Sementara itu, anak muda Papua lain mencoba
memisahkan diri dari kelompok sesama Papua sehingga mereka tidak akan diperlakukan
secara diskriminatif lagi. Banyak anak Papua yang mencoba bersikap dengan sangat baik
dan memastikan agar orang Papua lainnya bersikap sama baiknya. Dengan demikian,
masyarakat setempat diharapkan dapat menerima mereka dan tak lagi berpandangan rasis.
Sayangnya, rasisme tidak bekerja seperti itu.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu
ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas
tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan,
temperamen, dan hasrat.

Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah
antara satu sama lain.

Rasisme bisa berakibat serius. Rasisme menyebabkan orang tidak dilibatkan dalam
pembahasan tentang masa depan dirinya sendiri. Hal ini bisa digunakan untuk mencabut martabat,
lahan, otonomi, dan hak. Ketika orang menganggap bahwa isu kemerdekaan Papua itu asalnya dari
provokator asing, bukan orang Papua sendiri, ini adalah bentuk rasisme karena menganggap orang
Papua tidak mampu mengenali dan menyatakan keinginan mereka sendiri.

Manusia hidup saling melengkapi dan bekerja sama, apabila korban rasisme tidak
mendapatakan keadilan segera, tentu ini dapat merusak tatanan sosial yang ada. Melawan rasisme
dan memperjuangkan keadilan merupakan tugas seluruh masyarakat Indonesia, sesuai dengan
pengalaman Pancasila pada sila kelima yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia".

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/39677102/MAKALAH_MANUSIA_KERAGAMAN_DAN_KESETARAAN

http://eprints.ums.ac.id/27537/3/BAB_I.pdf

Permasalahan Rasisme di Indonesia Halaman all - Kompasiana.com

Isu rasisme perlu lebih banyak dibahas di Indonesia (theconversation.com)

Isu Diskriminasi Mahasiswa Papua oleh Mahasiswa di Surabaya | MalangTIMES

Membicarakan Diskriminasi atas Papua dan Rasisme di Indonesia (matamatapolitik.com)

Kaleidoskop 2019: Pengepungan Asrama Mahasiwa Papua di Surabaya Halaman all - Kompas.com

BAB IV MANUSIA ,KERAGAMAN DAN KESETARAAN | catarts (wordpress.com)

11

Anda mungkin juga menyukai