Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Keperawatan KMB II Yang Diampu


Oleh Ns. Agus Santosa, S.Kep., M.Kep

Disusun
Oleh

Faiz Imaduddin Furqon

1811010048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN D III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertaid e n g a n l u k a s e k i t a r j a r i n g a n l u n a k , k e r u s a k a n
o t o t , r u p t u r t e n d o n , k e r u s a k a n  pembuluh darah, dan luka organ-organ
tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang  besar dari yang dapat
diabsorbsinya. (Smeltzer, 2001)
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari
tulang femur ( M a n s j o e r , 2 0 0 0 ) . S e d a n g k a n m e n u r u t S j a m s u h i d a j a t
& Jong (2005) fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur
yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun
t i d a k l a n g s u n g F r a k t u r f e m u r j u g a d i d e f i n i s i k a n sebagai
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur se cara
klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan
lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah dan fraktur femur
tertutup yangdapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan
bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
maupun trauma tidak langsung disertai dengan adanya kerusakan jaringan
lunak.
2. Etiologi
a) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghan curan, perubahan tempat. bila
tekanan kekuatan langsungan, tulang dapat pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit.
b) Akibat kelelahan atau tekanan
R etak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan
benda lain akibat tekanan berulang. hal ini sering terjadi pada atlet, penari
atau calon tentara yang berbaris atau berjalan dalam jarak jauh.
c) Faktor patologi karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut
lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang sangat rapuh.
3. Tanda dan Gejala
a) Nyeri
Te r j a d i k a r e n a a d a n y a s p a s m e o t o t t e k a n a n d a r i p a t a h a n
t u l a n g a t a u kerusakan jaringan sekitarnya.
b) Bengkak
Bengkak muncul dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada
daerah fraktur dan ekstravasi daerah jaringan sekitarnya.
c) Memar
Terjadi karena adanya ekstravasi jaringan sekitar fraktur.
d) Spasme otot
Merupakan kontraksi involunter yang terjadi disekitar fraktur.
e) Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme
otot, paralisis dapat terjadi karena kerusakan saraf.
f) Mobilisasi abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian yang pada kondisi normalnya
tidak terjadi pergerakan.
g) Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi saat tulang digerakkan.
h) Deformitas
Ab n o r m a l p o s i s i t u l a n g s e b a g a i h a s i l d a r i k e c e l a k a a n a t a u
t r a u m a d a n  pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi
abnormal, dan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
4. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar. Sedangkan fraktur  terbuka bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat
patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak
juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya
timbul h e b a t setelah fraktur. Sel- sel darah putih
d a n s e l a n a s t b e r a k u m u l a s i menyebabkan peningkatan aliran
darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk
tulang baru umatur yang disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsidan
sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk  tulang
sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf
yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan
asupan d a r a h ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan
syaraf perifer.Bila t i d a k   terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan
berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf m a u p u n
jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom
c o m p a r t m e n t . (Brunner " Suddarth, 2002)
5. Pathways

Fraktur Femur

Terbuka Tertutup

Prosedur Kerusakan Kerusakan Kurang informasi,


pemasangan Neurovaskular pembuluh darah salah informasi
OREF pengobatan

Adanya post de Vaskularisasi Prosedur


1. Kerusakan fragmen tulang Salah dalam Prosedur
entree yang kurang pemasangan
2. Spasme otot interpretasi dalam pemasangan
pada ujung fiksasi
3. Cedera jaringan lunak mencari traksi dan gips
fragmen 4. Alat imobilisasi pertolongan
5. Kerusakan Neuromuskular
Perubahan peran
dalam keluarga,
6. Deformitas
Keterbatasan Adanya luka
Resiko sindrom
biaya operasi compartemen Resiko terjadi pergerakan
komplikasi fraktur fisik, tirah
baring lama
Resiko infeksi
Resiko Banyaknya darah
tinggi yang keluar
infeksi

Resiko  Keluhan nyeri


komplikasi  Keterbatasan melakukan Tirah baring lama, Perubahan
delayed union, pergerakan penekanan lokal sirkulasi,
non-union dan  Penurunan otot embolisme lemak
Adanya luka mal-union  Perubahan status psikologi
dan OREF yang  Penurunan informasi
Kerusakan
berhubungan program pengobatan Resiko disfungsi
integritas kulit neomuskular
langsung
dengan tulang perifer
Resiko fat
embolisme
Resiko syok syndrome
hipovolemik
Nyeri Hambatan Resiko tinggi Defisit Ansietas Kurang
mobilitas fisik trauma perawatan pengetahuan
diri
6. Pemeriksaan penunjang
a) P e m e r i k s a a n r o n t g e n 8 m e n e t u k a n l o k a s i l u a s n y a f r a k t u r
trauma
b) S c a n tulang.Scan CT/MRI:memperlihatkan fraktur, juga
d a p a t d i g u n a k a n untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c) A r t e r i o g r a m : d i l a k u k a n b i l a k e r u s a k a n v a s k u l e r d i c u r i g a i .
d) H i t u n g darah lengkap mungkin meningkat (hemo
konsentrasi atau menurun perdarahan bermakna pada sisi
fraktur) perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multipel.
e) C r e a t i n i n t r a u m a o t o t m e n i n g k a t k a n b e b a n k r e a t i n i n u n t u k
klien ginjal.
f) Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, t r a n s f u s i multipel, atau cidera hati. Golongan darah,
dilakukan sebagai persiapan transfusi darah jika ada kehilangan
darah yang bermakna akibat cederaatau tindakan pembedahan.
7. Penatalaksanaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta usia.
Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada penderita fraktur :
a) Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat
t r a u m a y a n g t e r j a d i karena benturan, terjatuh atau tertimpa benda
keras yang menjadi alasankuat pasien mengalami fraktur.
b) J i k a ditemukan luka yang terbuka,bersihkan
d e n g a n a n t i s e p t i k d a n bersihkan perdarahan dengan cara dibebat
atau diperban.
c) Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi
semula tetapi hal i n i tidak boleh dilakukan secara paksa dan
sebaiknya dilakukan oleh para ahlidengan cara operasi oleh ahli bedah
untuk mengembalikan tulang pada posisi semula.
d) P e r t a h a n k a n daerah patah tulang dengan
menggunakan bidai atau p a p a n dari kedua posisi tulang
yang patah untuk menyangga agar posisi tetap stabil.
e) Berikan analgetik untuk mengaurangi rasa nyeri pada
sekitar perlukaan
f) Beri peralatan pada perlukaan fraktur baik pre
o p e r a s i m a u p u n p o s t operasi.
8. Pengkajian
a) Pemeriksaan fisik : Data fokus
1. Airway: Memastikan kepatenan jalan nafas adaanya sumbatan atau
obtruksi.
2. Breathing: Memastikan irama nafas normal atau cepat, pola nafas
teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada nafas cuping hidung, dan suara
nafas vesikuler.
3. Circulation : Nadi lemah/ tidak teraba, cepat > 100x/menit, tekanan
darah bawah normal bila terjadi syok, pucat oleh pendarahan,
sianosis, kaji jumlah pendarahan dan lokasi capilarry refill .2 detik
apabila ada pendarahan.
4. Disability : Kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil
anisokor apabila adanya diskontinuitas saraf berdampak pada
medulla spenalis.
5. Exposure/Environment : Fraktur terbuka di femur dextra, luka
laserasi pada wajah dan tangan, memar abdomen, perut semakin
menegang.
b) Secondery survey
1. Fokus Asessment
a) Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak,
mata,telinga, dan mulut. Temuan yang dianggap kritis:
i. Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon
terhadap cahaya?
ii. P a t a h t u l a n g t e n g k o r a k
( d e p r e s i / n o n d e p r e s i , terbuka/tertutup)
iii. Robekan/laserasi pada kulit kepala?
iv. Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
v. Cairan serebro spinal di telinga atau di hidung?
vi. Battle sign dan racoon eyes?
b) Leher : Lihat bagian depan, trachea, vena jungularis, otot-otot
leher bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis : Distensi
vena jugularis, deviasi trakea atau tugging, emfisema kulit
c) Dada : Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru,. Temuan yang dianggap
kritis : Luka terbuka, sucking chest wound, Flail chest dengan
gerakan dada para doksial.
d) Abdomen : Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang,
lakukan asukultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen.
e) Pelvis : Daerah pubik, Stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri
tekan.
f) Extermitas : Ditemukan fraktur terbuka di femur dextra dan luka
laserasi pada tangan.
g) Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
9. Diagnosa yang mungkin muncul
a) Nyeri akut
b) Hambatan Mobilitas fisik
10. Rencana tindakan
No. Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan  Pemberian 1. Menggunakan
tindakan keperawatan analgesik agen-agen
selama ...x24 jam  Manajemen farmakologi
diharapkan pasien medikasi untuk
tidak mengalami  Manajemen mengurangi
nyeri dengan kriteria nyeri atau
hasil :  Manajemen menghilangka
1. Memperlihatkan sedasi n nyeri
teknik relaksasi 2. Memfasilitasi
secara individual penggunaan
yang efektif resep obat atau
untuk mencapai obat bebas
kenyamanan secara aman
2. Mempertahanka dan efelktif
n tingkat nyeri 3. Meringankan
3. Melaporkan atau
nyeri pada mengurangi
penyedia nyeri sampai
pelayanan pada tingkat
kesehatan kenyamanan
4. Tidak yang dapat
mengalami diterima oleh
gangguan dalam pasien
frekuensi 4. Memberikan
pernafasan, sedative,
frekuensi jantung memantau
atau tekanan respon pasien,
darah. dan
memberikan
dukungan
fisiologis
2. Hambatan Setelah dilakukan  Monitoring 5. Mencegan
mobilitas fisik tindakan keperawatan vital sign terjadinya
selama ...x24 jam sebelum dan penurunan
diharapkan pasien sesudah kondisi atau
tidak mengalami latihan cedera
hambatan mobilitas  Konsultasikan 6. Meningkatkan
fisik dengan kriteria dengan terapi moilitas pasien
hasil : fisik 7. Membantu
1. Klien meningkat  Bantu pasien niningkatkan
dalam aktivitas untuk kekuatan otot
fisik menggunakan 8. Mampu
2. Mengerti tujuan tongkat melakukan
dari aktivitas  Ajarkan pasien tindakan
fisik tentang teknik secara mandiri
ambulansi

DAFTAR PUSTAKA
Ahern, N. R & Wilkinsion, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 9 Edisi Revisi. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.


Jakarta: Media Aesculapis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.
Yogyakarta: Penerbit Mediaction.
\

Anda mungkin juga menyukai