Proposal Sofyan Fahlevi
Proposal Sofyan Fahlevi
PENDAHULUAN
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3), seluruh
merupakan peraturan atau norma yaitu petunjuk atau pedoman hidup yang wajib
diperlukan produk hukum, dalam hal ini undangundang yang berfungsi sebagai
peradilan yang ada di Indonesia ini, salah satunya adalah Peradilan Pidana.
menimbulkan efek jera kepada para pelaku kejahatan dan membuat para calon
1
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, 2011, hlm.27
2
Abdurassalam dan DPM Sitompul, Sistem Peradilan, Restu Agung, Jakarta, 2007, hlm.4
1
2
melanggar hukum yang disebut delik dan yang diancam dengan sanksi.
dalam hukum pidana maka orang tersebut akan dijatuhi hukuman berupa sanksi
pidana. Sanksi pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya
dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan memperoleh sanksi
baik itu penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib. Sanksi pidana
merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat nestapa yang diancamkan atau
tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan sebagai suatu ancaman dari
orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat- syarat tertentu.4
Sedangkan Roslan Saleh menegaskan bahwa pidana adalah reaksi atas delik, dan
3
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003,
hlm.3
4
Tri Andrisman, Asas-Asas dan Dasar Hukum Pidana Indonesia, Unila, Bandar Lampung,
2009, hlm.8
3
ini berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja dilimpahkan Negara kepada si
pembuat delik.5
Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap
pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata “pidana” pada umumnya diartikan
pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan
jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk
tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh karena itu setiap
perbuatan yang telah diatur dalam undangundang harus ditaati dan barang siapa
5
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.81
6
P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Untuk Mempelajari Hukum Pidana Yang Berlaku Di
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm. 23
4
dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga negara
kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, dimana
penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan
undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat
Tindak pidana terbagi menjadi 2 (dua) ruang lingkup yaitu, Tindak pidana
umum dan Tindak pidana khusus. Tindak pidana umum adalah tindak pidana yang
diatur dalam KUHP dan diberlakukan terhadap setiap orang pada umumnya
sedangkan Tindak pidana khusus adalah tindak pidana yang diatur diluar KUHP,
atau hanya mengatur delik-delik tertentu saja.10 Tindak pidana khusus tersebut
7
Ibid, hlm. 8
8
Ibid, hlm.9
9
Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001,
hlm.22
10
Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus, Memahami Delik-Delik di Luar KUHP,
Kencana, Jakarta, 2016, hlm.26
5
terdiri dari beberapa perbuatan, salah satunya adalah Tindak pidana kepemilikan
adanya rasa takut dan tidak nyaman dalam aktifitas sehari-hari. Untuk
menanggulangi kejahatan yang menggunakan senjata api ini memang tidak mudah
dan memerlukan banyak waktu, dan juga membutuhkan kesadaran dari seluruh
masyarakat menganggap bahwa senjata api adalah hak miliknya dalam menjaga
senjata api ini mempunyai syarat dan prosedur yang mengatur dalam pemilikan
maupun ilegal yang dimiliki oleh masyarakat sipil merupakan salah satu penyebab
Di Indonesia, angka tentang perdagangan senjata api baik legal maupun ilegal
sipil. Karena beberapa alasan kepemilikan senjata api kurang tertib diawasi, maka
aparat yang berwenang tidak tahu pasti berapa banyak senjata ai yang beredar di
masyarakat, karena kepemilikan senjata api ilegal sangat sulit sekali untuk
dilacak.
6
api oleh Polisi merupakan bagian dari tugas perlindungan warga negara dari segi
keselamatan orang lain. Senjata api bersifat melumpuhkan bukan membunuh oleh
karenanya senjata api Polisi bersifat tembak target dalam arti hanya diarahkan
Penggunaan senjata api yang ada pada TNI diarahkan kepada musuh-musuh
yang datang dari negara lain, yang esensinya adalah sebagai perimbangan
kekuatan untuk pertahanan. Sedangkan yang ada pada Polri diarahkan kedalam
wilayah negara dimana sasarannya adalah warga negara sebagai subjek hukum,
atau orang-orang lain yang bukan warga negara Indonesia, tetapi berada di
wilayah Indonesia secara sah dan karenanya wajib dilindungi oleh hukum
Indonesia. Senjata yang diperuntukkan bagi Polri ini yang sejak semula
jiwa warga negara, dan merupakan jalan terakhir, karena cara-cara Polisi yang
Senjata api adalah senjata yang melepaskan satu atau lebih proyektil yang
didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh pembakaran
11
James Daniel Sitorus, Makalah, Teknologi Yang Dibutuhkan Dan Dikuasasi Dalam Angka
Pengembangan Wawasan Hankamneg Hukum Dan Kinerja TNI-POLRI Dalam Membina
Persatuan Dan Kesatuan, Jakarta, 2000, hlm.34
7
suatu propelan.12 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian senjata api
Senjata Api Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 169, pengertian senjata api dan munisi termasuk juga segala
barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 ayat (2) dari Peraturan Senjata Api
(vuurwaapenregeling: in, uit, door, voer en lossing) 1936 (Stbl. 1937 No.170),
yang telah diubah dengan Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939 (Stbl. No.278), tetapi
tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib, dan bukan pula sesuatu senjata
yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat
dipergunakan.
Mauricio C. Ulep dalam karyanya yang berjudul The Law on Firearms and
pendek, revolver, pistol, dan lainnya, yang dapat mematikan karena tembakan
peluru, granat, atau proyektil yang mungkin dikeluarkan oleh serbuk mesiu atau
tidak terkontrolnya peredaran senjata api baik legal maupun ilegal sehingga
12
http://id.wikipedia.org/wiki/.Senjata, Diakses pada tanggal 2 November 2020 pukul 21.30
Wib
13
http://kbbi.kata.web.id/senjata-api/,Diakses pada tanggal 2 November 2020 pukul 20.30 Wib
14
A. Josias Simon Runturambi, Atin Sri Pujiastutik, Senjata Api dan Penanganan Tindak
Kriminal, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2015, hlm.34
8
penyalahgunaan senjata api ilegal yang marak terjadi adalah perampokan mini
senjata api, pada tanggal 15 juni 2019 terjadi dua orang melakukan perampokan
toko emas permata yang terletak di Kampung Cariu, Desa Talagasari, Kecamatan
emas senilai Rp 1,6 miliar. Para perampok menggunakan senjata tajam berupa
12/Darurat/1951”
12/Darurat/1951 ?
http://tirto.id/bukti-pengawasan-senpi-lemah-kasus-koboi-sopir-bmw-perampok-toko-
15
2. Penjelasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul “Sanksi Pidana
a. Sanksi Pidana
b. Senjata Api
Pengertian senjata api adalah suatu alat yang terbuat dari logam atau fiber
c. ilegal
Pengertian illegal adalah tidak legal, tidak menurut hukum, tidak sah.
Dalam penelitian ini membahas tentang senjata api ilegal, dimana kata
ilegal disini dapat diartikan tidak memiliki izin kepemilikan dari pihak
3. Tujuan Penelitian
16
Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Persepektif Pembaharuan, UMM
Press, Malang,2009, hlm.105
10
12/Darurat/1951.
4. Metodologi Penelitian
a. Jenis Penelitian
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif “Suatu Tinjauan Singkat”,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 14
11
b. Pendekatan Masalah
Konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang
diperoleh dari:
para pakar dan praktisi hukum yang ada di internet dan juga
ensiklopedia.
bahan hukum sekunder yaitu pendapat ahli hukum seperti yang tertuang
dalam literatur, buku, atau sumber lainnya, setelah dirasa cukup bahan-
5. Pertanggungjawaban Sistematika
Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, antara bab satu dengan yang
lain saling berkaitan sehingga skripsi ini merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Pada Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini merupakan gambaran secara umum
Pertanggungjawaban Sistematika.
Nomor 12 Tahun 1951 tentang Darurat Pada bab ini membahas tentang
pengertian senjata api, kepemilikan senjata api ilegal, tndak pidana kepemilikan
senjata api ilegal, pidana dan pemidanaan pengaturan hukum terhadap sanksi
Nomor 12/Darurat/1951.
Pada Bab III Sanksi Pidana Terhadap Kepemilikan Senjata Api Ilegal
ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Darurat bab ini
berisi tentang apa faktor yang mendorong seseorang dalam kepemilikan senjata
14
api ilegal, sanksi pidana terhadap kepemilikan senjata api illegal ditinjau dari
Nomor 12/Darurat/1951
Pada Bab V Penutup pada bagian ini terdiri dari kesimpulan dan saran,
diangkat dalam skripsi dan selanjutnya akan memberikan saran sebagai hasil
DAFTAR BACAAN
A. Josias Simon Runturambi, Atin Sri Pujiastutik, Senjata Api dan Penanganan
Tindak Kriminal, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2015,
Abdurassalam dan DPM Sitompul, Sistem Peradilan, Restu Agung, Jakarta, 2007,
15
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor 12 /Darurat/1951
Internet
http://tirto.id/bukti-pengawasan-senpi-lemah-kasus-koboi-sopir-bmw-perampok-
toko-eewu.diakses pada tanggal 2 November 2020 pukul 21.20 Wib