Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH BATUBARA

LIKUIFAKSI BATUBARA

DISUSUN OLEH
YOGI YOLANDA (121120119)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2014
LIKUIFAKSI BATUBARA

I. Pengertian Likuifaksi

Likuifaksi adalah suatu teknologi proses yang mengubah batubara menjadi bahan
bakar cair sintetis. Batubara yang berupa padatan diubah menjadi bentuk cair dengan cara
mereaksikannya dengan hidrogen pada temperatur dan tekanan tinggi. Cairan yang
terbentuk tersebut selanjutnya difraksionasi/ dikilang untuk menghasilkan berbagai
macam bahan bakar cair seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-lain. Teknologi ini
sudah lama dikuasai negara maju seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Australia dan
Jepang. Penguasaan negara Jerman yang baik terhadap teknologi inilah yang merupakan
salah satu faktor yang mendukung kemenangan Jerman dalam Perang Dunia I. Tujuan
dari likuifaksi batubara adalah untuk mengkonversi atau meng-upgrading batubara yang
mempunyai nilai kalor yang rendah yang tidak laku di pasaran menjadi salah satu bentuk
bahan bakar atau energi alternatif yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

II. Proses-proses Likuifaksi

Proses likuifaksi batubara secara umum diklasifikasikan menjadi Indirect


Liquefaction Processdan Direct Liquefaction Process.

1. Indirect Liquefaction Process/ Indirect Coal Liquefaction (ICL)

Prinsipnya secara sederhana yaitu mengubah batubara ke dalam bentuk gas


terlebih dahulu untuk kemudian membentuk Syngas (campuran gas CO dan H2). Syngas
kemudian dikondensasikan oleh katalis (proses Fischer-Tropsch) untuk menghasilkan
produk ultra bersih yang memiliki kualitas tinggi.
Gambar 1. Dua konfigurasi proses dasar untuk produksi bahan bakar cair dengan Indirect
Liquefaction Process

2. Direct Liquefaction Process/ direct coal liquefaction (DCL)

Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara, kemudian
mencampur batubara ini dengan pelarut, campuran ini dinamakan slurry. Slurry
dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama hidrogen dengan menggunakan
pompa. Kemudian, slurry diberi tekanan 100-300 atm di dalam sebuah reaktor dan
dipanaskan hingga suhu mencapai 400-480° C.

Secara kimiawi, proses ini akan mengubah bentuk hidrokarbon batubara dari
kompleks menjadi rantai panjang seperti pada minyak. Atau dengan kata lain, batubara
terkonversi menjadi liquid melalui pemutusan ikatan C-C dan C-heteroatom secara
termolitik atau hidrolitik (thermolytic and hydrolytic cleavage), sehingga melepaskan
molekul-molekul CO2, H2S, NH3, dan H2O. Untuk itu rantai atau cincin aromatik
hidrokarbonnya harus dipotong dengan cara dekomposisi panas pada temperatur tinggi
(thermal decomposition). Setelah dipotong, masing-masing potongan pada rantai
hidrokarbon tadi akan menjadi bebas dan sangat aktif (free-radical). Supaya radikal bebas
itu tidak bergabung dengan radikal bebas lainnya (terjadi reaksi repolimerisasi)
membentuk material dengan berat molekul tinggi dan insoluble, perlu adanya pengikat
atau stabilisator, biasanya berupa gas hidrogen. Hidrogen bisa didapat melalui tiga cara,
yaitu transfer hidrogen dari pelarut, reaksi dengan fresh hidrogen (penyusunan kembali
terhadap hidrogen yang ada di dalam batubara), dan menggunakan katalis yang dapat
menjembatani reaksi antara gas hidrogen dan slurry.

Gambar 2. Diagram alir proses likuifaksi secara langsung

Negara yang telah mengembangkan teknologi Direct Liquefaction Process adalah


Jepang, Amerka Serikat dan Jerman. Bagi Indonesia, teknik konversi likuifaksi batubara
secara langsung (Direct Liquefaction Process) dinilai lebih menguntungkan untuk saat
ini. Selain prosesnya yang lebih sederhana, likuifaksi relatif lebih murah dan lebih bersih
dibanding teknik gasifikasi. Teknik ini juga cocok untuk batubara peringkat rendah
(lignit), yang banyak terdapat di Indonesia.
3. Brown Coal Liquefaction Technology (BCL)

Teknologi yang mengubah kualitas batubara yang rendah menjadi produk yang
berguna secara ekonomis dan dapat menghasilkan bahan bakar berkualitas serta ramah
lingkungan.

Langkah pertama adalah memisahkan air secara efisien dari batubara yang
berkualitas rendah. Langkah kedua melakukan proses pencairan di mana hasil produksi
minyak yang dicairkan ditingkatkan dengan menggunakan katalisator, kemudian
dilanjutkan dengan proses hidrogenasi di mana heteroatom (campuran sulfur-laden,
campuran nitrogen-laden, dan lain lain) pada minyak batubara cair dipisahkan untuk
memperoleh bahan bakar bermutu tinggi, kerosin, dan bahan bakar lainnya. Kemudian
sisa dari proses tersebut (debu dan unsur sisa produksi lainnya) dikeluarkan.

Gambar 3. Diagram alir proses Brown Coal Liquefaction

III. Kelebihan dan Kekurangan Likuifaksi Batubara

Kelebihan likuifaksi batubara antara lain sebagai berikut:

1) Batubara terjangkau dan tersedia di seluruh dunia, memungkinkan berbagai


negara untuk mengakses cadangan batubara dalam negeri -dan pasar
internasional- dan mengurangi ketergantungan pada impor minyak, serta
meningkatkan keamanan energi.
2) Batubara Cair dapat digunakan untuk transportasi, memasak, pembangkit
listrik stasioner, dan di industri kimia.
3) Batubara yang diturunkan adalah bahan bakar bebas sulfur, rendah partikulat,
dan rendah oksida nitrogen.
4) Bahan bakar cair dari batubara merupakan bahan bakar olahan yang ultra-
bersih, dapat mengurangi risiko kesehatan dari polusi udara dalam ruangan.

Kekurangan likuifaksi batubara antara lain sebagai berikut:

1) Meningkatkan dampak negatif dari penambangan batubara.

Penyebaran skala besar pabrik batubara cair dapat menyebabkan peningkatan


yang signifikan dari penambangan batubara. Penambangan batubara akan
memberikan dampak negatif yang berbahaya. Penambangan ini dapat
menyebabkan limbah yang beracun dan bersifat asam serta akan
mengkontaminasi air tanah. Selain dapat meningkatkan efek berbahaya terhadap
lingkungan, peningkatan produksi batubara juga dapat menimbulkan dampak
negatif pada orang-orang yang tinggal dan bekerja di sekitar daerah
penambangan.

2) Menimbulkan efek global warming sebesar hampir dua kali lipat per gallon
bahan bakar.

Produksi batubara cair membutuhkan batubara dan energi dalam jumlah yang
besar. Proses ini juga dinilai tidak efisien. Faktanya, 1 ton batubara hanya dapat
dikonversi menjadi 2-3 barel bensin. Proses konversi yang tidak efisien, sifat
batubara yang kotor, dan kebutuhan energi dalam jumlah yang besar tersebut
menyebabkan batubara cair menghasilkan hampir dua kali lipat emisi penyebab
global warming dibandingkan dengan bensin biasa. Walaupun karbon yang
terlepas selama produksi ditangkap dan disimpan, batubara cair tetap akan
melepaskan 4 hingga 8 persen polusi global warming lebih banyak dibandingkan
dengan bensin biasa

Anda mungkin juga menyukai