Anda di halaman 1dari 5

1.

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraa di Sekolah Dasar


Menurut UU sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencanna untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya ,masyarakat,bangsa dan Negara. Serta menurut Carter v.Good(1997) bahwa
pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku
yang berlaku dalam masyarakatnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai dengan membentuk kemampuan individu
mengembangkan dirinya, serta kemampuan-kemampuan itu berkembang sehingga bermanfaat
untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga negara dan warga
masyarakat.
Hakekat PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai program pendidikan yang  berdasarkan
nilai-nilai pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku
dalam kehidupan sehari hari. Pelajaran yang dalam pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosial, budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945.
Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Fungsi PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter
warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Serta adapun fungsi lainnya
yakni :
A.    Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional /tujuan negara.
B.     Dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam menyelsaikan masalah
pribadi, masyarakat dan negara.
C.     Dapat mengapresiasikan cita-cita nasional dan dapat membuat keputusan-keputusan yang
cerdas.
D.    Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia
kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI 1945.

3.      Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Branson, tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung
jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional.
Tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006:49) adalah untuk memberikan
kompetensi sebagai berikut:
A.    Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan.
B.     Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
C.     Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
D.    Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang dikemukakan oleh Djahiri (1994/1995:10) adalah
sebagai berikut:
A.    Secara umum. Tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan
Nasional, yaitu : “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan”.
B.     Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat
kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama diatas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan
pemikiran pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku
yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan menurut Sapriya (2001), tujuan pendidikan Kewarganegaraan adalah dengan
partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara
yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan
seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan
serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui
pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan kemampuan individu
berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta
perbaikan masyarakat. 
Tujuan umum pelajaran PKn ialah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang
baik, yang dapat dilukiskan dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa
dan negara, beragama, demokratis, dan Pancasila sejati”.(Somantri,2001:279).
Sedangkan Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui Pendidikan Kewarganegaraan
siswa diharapkan untuk memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila
sebagai falsafah, dasar ideologi dan pandangan hidup negara RI, menghayati maupun meyakini
tatanan dalam moral, dan mengamalkan suatu sikap perilaku diri dan kehidupannya dengan
penuh keyakinan dan nalar.
Secara umum, menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa, Tujuan negara
mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara
yang baik (to be good citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics
inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual yang memiliki rasa bangga dan
tanggung jawab (civics responsibility), dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
Setelah menelaah pemahaman dari tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, maka dapat di
simpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berorientasi pada penanaman konsep
Kenegaraan dan juga bersifat implementatif dalam kehidupan sehari - hari.
NO 4

Bidang Studi PPKN sesuai dengan hakikat dan karakteristiknya memiliki keterkaitan dengan
bidang studi lainnya khususnya dengan IPS. PPKN menurut sejarah perkembangannya sampai
terbentuknya bidang studi PPKN seperti sekarang ini secara historis memiliki keterkaitan yang
kuat dengan IPS. Dikatakan demikian karena sebelum menjadi Bidang Studi PMP(Pendidikan
Moral Pancasila) yang menurut kurikulum tahun 1994 di beri nama Bidang studi PPKN sebagai
upaya mewujudkan pesan UU Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 khususnya pasal 39
ayat 2 dan 3, pada mulanya merupakan bagian dari IPS. Bidang studi PMP adalah bagian dari
bidang studi IPS yang dimana materi pengajaran erat kaitannya dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dan hal-hal yang menyangkut warga Negara dan pemerintah. Sebagai warga
negara Indonesia yang baik, hendaknya sadar bahwa secara historis nilai-nilai Pancasila yang
dimasukkan dalam pelajran PKn digali dari kebudayaan-kebudayaan, nilai agama, dan adat
istiadat bangsa Indonesia sendiri.
Pendidikan nilai menurut Djahiri (1999) adalah harga, makna, isi, dan pesan, semangat atau
jiwa yang tersirat dan tersurat dalam fakta, konsep, dan teori sehingga bermakna secara
fungsional. Di PKn, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan
kelakuan seseorang karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut dictionary dalam
Winaputra (1989) nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya sesuatu dianggap memiliki
nilai apabila sesuatu tersebut memiliki intrinsik memang berharga. Pendidikan nilai adalah
pendidikan yang menyosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri individu. PKn
merupakan pendidikan nilai itu sendiri, pendidikan yang mensosialisasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dan budaya bangsa seperti terdapat dalam setiap
kurikulum PKn. Pelaksanaan PKn melalui cara yakni menerima nilai (receiving), menanggapi
inisiasi pendidikan kewarganegaraan, penanggapan nilai (responding), penghargaan nilai
(valuing), pengorganisasian nilai (organization), dan karakteristik nilai(characteristic).

No3

Dari karakteristik yang ada, terlihat bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang memiliki
karakter berbeda dengan mata pelajaran lain. Walaupun PKn termasuk kajian ilmu sosial
namun dari sasaran / tujuan akhir pembentukan hasil dari pelajaran ini mengharapkan agar
siswa sebagai warga negara memiliki kepribadian yang baik, bisa menjalankan hak dan
kewajibannya dengan penuh kessadaran karena wujud cinta atas tanah air dan bangsanya
sendiri sehingga tujuan NKRI bisa terwujud. Seperti yang diungkap oleh Dra. Hj. Fitri Eriyanti,
M.Pd.,Ph.D (Dosen Pascasarjana UNP kosentrasi PKn) bahwa setiap negara pasti memiliki
tujuan, hanya warga negara yang baiklah yang dapat mencapai tujuan tersebut. Oleh karena
itu PKn memiliki peran yang sangat besar untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang
bisa mengemban semua permasalahan negara dan mencapai tujuan negaranya.
enek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunnan ( Cina Selatan ). Mereka berpindah pada zaman es/
kuarter, di mana saat itu Pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatera bersatu dengan benua Asia. Sedangkan
Papua bersatu dengan benua Australia. Kemudian setelah Abad Gelap, bangsa India, Cina, Arab dan
bangsa- bangsa Eropa juga datang ke Indonesia dengan bermacam tujuan. Akibat kedatangan bangsa-
bangsa tersebut maka lahirlah kebudayaan yang beragam.

peta Indonesia setelah zaman es/ kuarter

Keragaman/ heterogenitas yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan potensi kekayaan. Meski demikian
keragaman tersebut bisa memunculkan konflik bila kita tidak hati- hati dan tidak mengembangkan rasa
toleransi. Sikap yang baik terhadap keragaman contohnya mempelajari kebudayaan dari berbagai
daerah, menyaring kebudayaan yang dating dari luar/ budaya asing, membentuk perkumpulan-
perkumpulan/ sanggar kebudayaan daerah, dll.

Integrasi nasional harus selalu dijaga dan diperjuangkan agar eksistensi bangsa terus terjaga. Factor
penunjang integrasi nasional, antara lain bahasa nasional, Pancasila sebagai dasar negara, kesadaran
dan solidaritas keompok dan perundang- undangan yang bersifat nasional.
Landasan keBhinneka Tunggal Ika-an antara lain Pancasila sila ke-3, Pembukaan UUD 1945 alinea 2,
batang tubuh (pasal 1, 32, 35 dan 36 ) serta pembinaan kebudayaan.

Nasionalisme perlu ditekankan terus bagi warga negara Indonesia. Menurut Louis Sneyder, nasionalisme
adalah perpaduan factor- factor politis, ekonomi, social dan intelektual pada suatu taraf di dalam sejarah.
Sedang menurut L. Stoddard, nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar
individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di
dalam suatu bangsa.

Unsur- unsur terbentuknya bangsa Indonesia meliputi persamaan asal keturunan bangsa/etnik,
persamaan pola kebudayaan, persamaan tempat tinggal, persamaan nasib kesejarahan serta persamaan
cita- cita.
Prinsip nasionalisme yang dikandung dalam Pancasila bukanlah nasionalisme sempit dan berlebihan.
Paham- paham yang bertentangan dengan nasionalisme yaitu sukuisme, chavinisme, ekstremisme dan
kedaerahan. Prinsip nasionalisme berhubungan dengan prinsip Wawasan Nusantara, yaitu Indonesia
merupakan satu kesatuan politik, kesatuan social budaya, kesatuan ekonomi dan satu kesatuan
pertahanan dan keamanan.

Ketika seseorang memiliki jiwa nasionalis maka akan terbentuk patriotisme. Patriotism adalah pecinta/
pembela tanah air, seorang pejuang sejati, pembela bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan
perilaku cinta tanah air. Tujuan konsep patriotism adalah menumbuhkan dan meningkatkan semangat
cinta tanah air dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sikap- sikap yang merugikan nilai- nilai nasionalisme antara lain :
1.       Kemiskinan dan kesenjangan social dan keterbelakangan
2.       KKN, pencemaran lingkungan hidup dan dekdensi moral
3.       Apatisme, ketidak pedulian social dan ketergantungan
4.       Kemerosotan nilai upacara, nilai seni dan kemerosotan sejarah
5.       Kemerosotan kebajikan dan kesusilaan yang beradab
6.       Kemerosotan penghormatan terhadap orangtua, persaudaraan, kesetiaan dan kenakalan remaja
7.       Kecenderungan meniru budaya asing yang mementingkan unsur keduniawian dan pergaulan bebas.
8.       Kurang percaya terhadap ketegasan peraturan dan peradilan hukum yang berlaku.

Cinta tanah air dan bangsa merupakan suatu sikap batin yang dilandasi ketulusan dan keikhlasan yang
diwujudkan dalam perbuatan demi kejayaan bangsa dan negara. Untuk menanamkan cinta tanah air dan
bangsa melalui cara keteladanan dan pembinaan.

Sebagai wujud cinta tanah air misalnya bela negara yang konsepnya terdapat dalam UUD 1945 Pasal 27
(3), “ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Upaya bela
negara bisa dilakukan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sebagai prajurit TNI serta suka rela/ wajib, pengabdian sesuai dengan profesi.

Anda mungkin juga menyukai