Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rainy Hanifah Ihsani

NIM : 11000119130654

Kelas/Matkul : E/Perancangan Hukum

Dosen : Indarja S.H., M.H.

PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (PERDA) PROVINSI DAN


KABUPATEN/KOTA

Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki kewajiban melaksanakan pembangunan


hukum nasional yang dilakukan secara terencana dan terpadu serta berkelanjutan untuk
menjamin perlindungan hak dan kewajiban rakyat Indonesia, maka salah satunya dibentuk
suatu peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Daerah untuk mengatur secara khusus
rakyat Indonesia pada suatu daerah tertentu. Peraturan daerah (Perda) adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) baik
pada tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama guubernur
maupun Bupati/Walikota. Menurut Pasal 1 butir 7 UU nomor 12 tahun 2011 mengenai
Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur. Menurut
Pasal 1 Butir 8 UU Nomor 12 tahun 2011 mengenai Peraturan Derah Kabupaten dan Kota
adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

 Dasar Hukum Penyusunan Produk Hukum Daerah, antara lain :


a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 perubahan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 atas Perubahan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Daerah Hukum.
Proses Penyusunan Peraturan Daerah baik itu Provinsi maupun Kabupaten dan Kota ada 5
tahap :
1. Tahap Perencanaan
Diatur dalam Pasal 32 sampai 39 UU No 12 Tahun 2011. Perencanaan penyusunan
Perda Provinsi dilakukan dalam Prolegda provinsi yang dilaksanakan oleh DPRD
Provinsi dan Pemerintah Daerah Provinsi. Penyusunan dan penetapan Prolegda provinisi
dilakukan setiap tahun sebelum penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi. Serta ditetapkan dalam jangka
waktu 1 tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi serta penyusunan dan penetapannya dilakukan setiap tahun sebelum penetapan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi.
Didalam penyusunan Prolegda, Penyusunan daftar rancangan peraturan daerah provinsi
didasarkan atas :
1. Perintah Peratuuran Perundang-undangan lebih tinggi;
2. Rencana pembangunan daerah;
3. Penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan;
4. Aspirasi masyarakat daerah.

Hasil penyusunan Prolegda Provinsi antara DPRD Provinsi dan Pemerintah Daerah
Provinsi apabila disepakati menjadi Prolegda Provinsi ditetapkan dalam Rapat Paripurna
DPRD Provinsi. Kemudian Prolegda Provinsi ditetapka keputusan DPRD Provinsi.
Namun dalam keadaan tertentu DPRD Provinsi atau gubernur dapat mengajukan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi di luar Prolegda Provinsi :
1. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam
2. Akibat kerja sama dengan pihak lain
3. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensu atau suatu
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang dapat disetujui bersama oleh alat
kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan biro hukum.
b. Perencanaan Perda Kabupaten/ Kota
Diatur dalam Pasal 39 sampai 41 UU No 12 Tahun 2012. Perencanaan peyusunan Perda
Kabupaten/Kota dilakukan dalam Prolegda Kabupaten / Kota. Serta ketentuan mengenai
perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi. Berlaku secara mutatis mutandis
terhadap perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Serta dapat
dimuat daftar kumulatif terbuka mengenai pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
Kecamatan atau nama lainnya dan/atau pembentukan, pemekaran, dan penggabungan
Desa atau nama lainnya.

2. Tahap Penyusunan
Raperda dapat berasal dari DPRD Provinsi atau Gubernur disertai dengan penjelasan
atau keterangan dan/atau Naskah Akademik. Dalam hal Raperda Provinsi mengenai:
a. Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah Provinsi
b. pencabutan Peraturan Daerah Provinsi
c. Perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya sebatas mengubah beberapa materi,
disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-
Undang, Raperda Provinsi, atau Raperda Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat. (Pasal 1 angka 11).

Setiap Raperda (Provinsi/Kabupaten/Kota) harus disertai dengan Naskah Akademis.


(Pasal 33 ayat (3). Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Raperda
yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat
mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum, sedangkan yang berasal dari DPRD Provinsi
dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang
legislasi. Ketentuan mengenai penyusunan Peraturan Daerah Provinsi berlaku secara
mutatis mutandis terhadap penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

3. Tahap Pembahasan
a. Pembahasan Perda Provinsi
Diatur dalam Pasal 75 Sampai 76 UU No 12 Tahun 2011. Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dilakukan oleh DPRD Provinsi bersama
Gubernur melalui tingkat-tingkat pembicaraan. Yang mana Tingkat-tingkat
pembicaraan tersebut dilakukan dalam rapat komisi/panitia/badan/alat kelengkapan
DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi dan rapat paripurna.
Raperda Provinsi dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD
Provinsi dan Gubernur. Sedangkan yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD Provinsi dan Gubernur.
b. Pembahasan Perda Kabupaten/Kota
Sedangkan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota diatur
dalam Pasal 77 UU No 12 Tahun 2011 yang berlaku mutatis mutandis terhadap
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi.

4. Tahap Pengesahan
Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Kepala Daerah disampaikan oleh
pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.
Penyampaian Ranperda tersebut dilakukan paling lama 7 hari sejak tanggal persetujuan
bersama. Ranperda tersebut ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menjadi Peraturan
Daerah dengan membubuhkan tanda tangan dan dalam jangka waktu paling lama 30 hari
sejak Ranperda disetujui bersama. Dalam jangka waktu 30 hari Kepala Daerah tidak
menandatangani Ranperda yang sudah disetujui bersama, maka Ranperda tersebut sah
menjadi Peraturan Daerah dan wajib diundangkan.

5. Tahap Pengundangan
Peraturan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) diundangkan dalam Lembaran Daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota). Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota
diundangkan dalam Berita Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Pengundangan Peraturan
Daerah dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah dilaksanakan oleh Sekretaris
Daerah. Peraturan Perundang-undangan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan
mengikat pada tanggal diundangkan, kecuali ditentukan lain di dalam Peraturan
Perundang-undangan yang bersangkutan.
Penyebarluasan dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak penyusunan
Prolegda, penyusunan Raperda, pembahasan Raperda, hingga Pengundangan Peraturan
Daerah. Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau
memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan. Penyebarluasan
Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah Daerah Provinsi atau
Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus
menangani bidang legislasi. Penyebarluasan Raperda yang berasal dari DPRD
dilaksanakan oleh alat kelengkapan DPRD. Penyebarluasan Raperda yang berasal dari
Gubernur atau Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah. Penyebarluasan
Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang telah
diundangkan dalam Lembaran Daerah dilakukan bersama oleh DPRD dan Pemerintah
Daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota. Naskah Peraturan Perundang-undangan yang
disebarluaskan harus merupakan salinan naskah yang telah diundangkan dalam
Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, dan Berita Daerah.

Anda mungkin juga menyukai