Anda di halaman 1dari 3

Namanya :putri Reza Utari

Npm:09190000021

Kelas : S1 keperawatan 2A

Tugas UTS komkepa reguler

1. Komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran


(stimulus,signal,,symbol,informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non vorbal dari
pengirim ke penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan ( baik dalam aspek
kognitif,efektif,maupun psikomotor)
Komponen yang mendasari terjadinya komunikasi:
 Komunikator: penyampaian informasi atau sumber informasi
 Komunikan: penerima informasi atau member respon terhadap stimulus yang
disampaikan oleh komunikator.
 Pesan:gagasan atau pendapat,fakta,informasi atau stimulus yang disampaikan.
 Kegiatan “encoding”.perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan
kepada komunikan
 Kegiatan “decoding”.penafsiran pesan oleh komunikan pada saat menerima pesan.
 Komunikasi menjadi penting:
a.dapat merupakan sarana terbina hubungan yang baik antara pasien dan tenaga
kesehatan.
b.dapat melihat perubahan perilaku yang terjadi pada individu atau pasien
c.dadapat sebagai kunci keberhasilan tindakan kesehatanyang telah dilakukan.
d.dapat sebagai tolak ukur kepuasan pasien
e.dapat sebagai tolak ukur komplain tindakan dan rehabilitasi.

2. Komponen komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik.
Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

• Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

• Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.

• Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi
antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

• Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain

• Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang
disampaikannya.

• Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan
("Protokol")

3. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide

Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. Sebelum melakukan
komunikasi syarat utama adalah adanya ide/gagasan. Seorang komunikator yang baik, harus dapat
menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal
yang memang penting dan relevan. Proses tersebut dikenal sebagai abstraksi.

Tahap Kedua: Mengubah Ide menjadi Suatu Pesan

Dalam suatu proses komunikasi tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna.
Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna pengirim pesan harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu: subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audience, gaya personal,
dan latar belakang budaya. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan.

Tahap Ketiga: Pemindahan Pesan

Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau
menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima. Pesan tak mungkin
dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan. Panjang-pendeknya saluran
komunikasi yang digunakan, akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan .

4. a.Menciptakan suasana yang menguntungkan.

b.Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.

c.Pesan yang disampaikan bisa memunculkan perhatian atau minat dari pihak komunikan.

d.Pesan bisa menggugah kepentingan pihak komunikan yang bisa menguntungkannya.

e.Pesan bisa menumbuhkan suatu penghargaan atau reward di pihk komunikan.

5. Perkembangangar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang perawat harus


mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir
dari orang tersebut. Adalah berbeda cara berkomunikasi anak usia remaja dengan
anak usia balita. 

Persepsi. Adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau


peristiwa. Persepsi dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Dalam hal terhadap
komunikasi verbal dan non verbal perawat selama pasien dirawat. Apabila
pengalaman akan komunikasi perawat baik maka persepsi klien yang terbentuk
adalah baik dan sebaliknya. Diakui bahwa persepsi interpersonal sangat sulit karena
kita tidak akan mampu menangkap seluruh sifat orang lain dari berbagai dimensi
perilakunya. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
Misalnya kata-kata virus mempunyai perbedaan persepsi pada seorang ahli
komputer dengan seorang dokter. 

Nilai. Adalah standar yang mempengaruhi pengaruhi perilaku sehingga penting bagi
perawat untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui
dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang
tepat dengan klien. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak
terpengaruh oleh nilai pribadinya. Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan
sebagai berikut, klien memandang abortus tidak merupakan perbuatan dosa
sementara perawat memandang bahwa abortus merupakan tindakan dosa. Hal ini
dapat menyebabkan konflik antara perawat dan klien.

Latar belakang sosial budaya. Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi
oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
Jadi faktor sosial budaya sangat mempengaruhi walaupun seorang perawat telah
melakukan komunikasi sesuai dengan spirit komunikasi terapeutik, sehingga perlu
penjelasan yang cermat kepada klien.

Emosi. Merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,
sedih dan senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang
lain. Perawat perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu
mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan
keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya. Karena hal ini sangat
mempengaruhi persepsi klien terhadap komunikasi perawat. Bisa saja terjadi
persepsi klien bias tentang komunikasi perawat karena sementara emosi atau sedih.

Jenis kelamin. Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Dari
usia tiga tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam group kecil dan
menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki dilain pihak, menggunakan bahasa
untuk mendapatkan kemandirian dari aktifitas dalam group yang lebih besar, dimana
jika mereka ingin berteman, maka mereka melakukannya dengan bermain

6. -disampaikan secara jelas


-berbicara dengan pelan agar sih penerima bisa memahami dengan baik apalagi
seorang yg sedang sakit
-ketepatan waktu dalam berkomunikasi
-humor untuk meningkatkan perasaan bahagia terhadap pasien
-arti denotatif dan konotatif

7.

Anda mungkin juga menyukai