Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi baru lahir  yang berat badannya 2500 gram atau
lebih rendah. Dalam definisi ini tidak termasuk bayi – bayi dengan berat badan kuran dari 1000 gram.
(Nugroho Iman Santosa, 1989)
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram.
Berkaitan  dengan  penanganan  dan  harapan  hidupnya  bayi berat  lahir  rendah  dibedakan  dalam 
(Abdul  Bari  Saifuddin,  2001)
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir1.500 g - 2.500 g.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari 1.500 g.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir kurang dari 1.000 g.

WHO  (1979)  membagi  umur  kehamilan  dalam  3  (tiga)  kelompok:


1. Preterm :  kurang  dari  37  minggu  lengkap.
2. Term    : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Post Term        : 42  minggu  lengkap  atau  lebih.

Macam-macam BBLR yaitu :


1. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): bayi yang dilahirkan dengan umur kurang
dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Small for date (SFD) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang berat badannya kurang
dari seharusnya umur kehamilan.
3. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine (IUGR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan
tidak sesuai dengan usia kehamilan.

3|Page
4. Light for date sama dengan small for date.
5. Dismaturitas suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan janin dengan
lanjutnya kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan BB tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Atau
bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or wasting.
6. Large for date adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan, missal pada
diabetes mellitus.

Penggolongan derajat prematuritas bayi:


1. Bayi yang sangat prematur (extremly prematur)
a. 24 – 30 mg gestasi.
b. Masa gestasi 24-27 mg masih sukar hidup terutama dinegara yang blm maju.
c. Masa gestasi 28-30 mg mgk dapat hidup dengan perawatan intensif yang memerlukan alat-alat
canggih untuk mencapai hasil yang optimum
d. BB 500-1400 gram
e. 0,8% seluruh kelahiran hidup
f. Hampir seluruh kematian neonatal dan defisit neurologis tidak disebabkan oleh defek atau trauma
lahir
g. Penampilan: kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis.
2. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderatly prematur)
a. Gestasi 31-36 mg
b. Kesanggupan hidup jauh lebih baik dari yang pertama
c. Gejala sisa yang dihadapi kemudian hari ringan bila pengelolaan bayi intensif
d. BB >1500 gram – 2500 gram
e. Penampilan: kulit tipis, lipatan pada kaki lebih sedikit, banyak rambut halus, genetalia kurang
berkemban.
f. Masa gestasi 37mg
g. Mempunyai sifat prematur dan matur
h. Biasanya berat seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur
i. Kadang timbul problem yang dialami seperti bayi prematur seperti sindroma gawat napas,
hiperbilirubinemia, refleks isap lemah
j. Perlu penanganan lebih seksama

4|Page
k. Borderline prematur
3. Presentase Kematian
a. Gestasi kurang dari 24 mg : umumnya meninggal
b. Gestasi 27-28 minggu: survive 50%
c. Gestasi 29 minggu: survive 80%
d. Gestasi 30 minggu: survive 85%

B. Etiologi
Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin juga cukup bulan ( dismatur ).
1. Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR.
Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau BBLR adalah:
a. Faktor Ibu
 Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
 Gizi saat hamil kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu  : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
 Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion.
 Faktor pekerja terlalu berat
 Primigravida
 Ibu muda (<20 tahun)
b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seprti
preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini
c. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali kongenital.
d. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok.

5|Page
Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :
 Kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30 cm.
 Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis.
 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus.
 Tulang tulang  tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar.
 Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana.
 Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu.
 Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi dan pelipis dahi dan
lengan.
 Lemak subkutan kurang.
 Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-
laki testis belum turun.
 Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas
(BBLR).

2. Dismatur
Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield
(1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-
minggu sampai berbulan bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang
sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi
sebelum terbentuknya adipose tissue.
b. Disporpotionate IUGR

6|Page
Trejadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah
kulit , kulit kering keriput dan mudah diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur adalah:


1. Faktor ibu
Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit diabetes militus yang berat,
toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi
buruk, Drug abbuse, peminum alkohol
2. Faktor utery dan plasenta
Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus
bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas.
3. Faktor janin
`Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan,  (toxoplasmosis,
rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).
4. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi  yang rendah.

C. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
 Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
 Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
 Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut.
 Pertambahan berat badan ibu nlambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
 Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarumat atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
 Bayi deengan retardasi perttumbuhan intra uterin.
 Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
 Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine.

7|Page
 Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
D. Masalah yang Lazim Muncul
1. Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan
lemak subkutan.
2. Ketidak seimbangan pola makan bayi b.d prematuritas.
3. Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas.
4. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d prematuritas, ketidakadekuatan/imatur aktivitas peristaltic di
dalam system gastrointestinal.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan menerima nutrisi,
imunitas peristaltic gastrointestinal.
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
7. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis tidak adekuat.
8. Iketrus neonates b.d biliburin tak terkonjugasi dalam sirkulasi.

8|Page
E. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan
persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada
bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan
agar terjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat
dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang
kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan
bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan
keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik
yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi.

9|Page
Fathway

prematuritas dismaturitas

Factor gangguan: pertukaran


Factor ibu: umur (<20 ), th
Factor placenta: penyakit Factor janin: kelainan zat antara ibu dan janin.
paritas, ras, infertilitas, vaskuler, kehamilan ganda, kromosom, malformasi,
riwayat kehamilan tak baik, malformasi, tumor. TORCH, kehamilan ganda.
rahim abnormal, dll. Retardasi pertumbuhan intra
uterin

Dinding otot rahim bagian Bayi lahir premature Berat badan < 2500 gram
bawah rahim lemah (BBLR/BBSLR)

Fungsi organ-organ belum


baik
Permukaan tubuh relatif Jaringan lemak subkutan prematuritas
lebih luas. lebih tipis
Penurunan daya tahan

Penguapan berlebih Pemaparan Kehilangan panas Kekurangan cadangan Resiko infeksi


dengan suhu luar melalui kulit energi

Kehilangan cairan
malnutrisi
Kehilangan panas
dehidrasi
Hipoglikemia
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh

Resiko/ikterus neonatus Hiperbilirubin Konjugasi bilirubin Hati


belum baik

Sepsis Resiko infeksi piodermal Halus mudah lecet Kulit

 Imaturitas lensa mata


retinopaty Retrolentral fibroplasia mata
 Sekunder efek O2

Sekunder terapi Imaturitas ginjal Ginjal

Penyakit membrane Insuf pernapasan  Pertumbuhan dinding paru


hialin dada belum sempurna
 Vaskuler paru imatur
Ketidak efektifan
pola nafas Imaturitas sentrum2 otak
vital

10 | P a g e
Regulasi pernapasan Reflek menelan belum
sempurna

Pernapasan periodic

Pernapasan biot Ketidak seimbangan nutrisi Diskontinuitas pemberian usus


kurang dari kebutuhan tubuh ASI

Peristaltic belum Dinding lambung


sempurna lunak

Pengosongan lambung Mudah kembung


belum baik

Disfungsi motilitas
gastrointestinal

11 | P a g e
F. Komplikasi
Penyakit  yang  terdapat  pada  bayi BBLR antara lain :

1. Sindrom  distres pernafasan,  disebut  juga  penyakit membran  hialin  yang  melapisi  alveolus  perut.
2. Aspirasi  pnemunia,  keadaan  ini  disebabkan  karena  repleks  menelan  dan  batuk  pada  bayi 
prematur  belum sempurna.
3. Perdarahan  intraventrikuler,  adalah perdarahan  spontan  pada ventrikel  atau  lateral,  biasanya  terjadi 
bersamaan  dengan  pembentukan  membran  hialin di  paru – paru.
4. Fibroplasia  retrolintal,  keadaan  ini  disebabkan  oleh  gangguan  oksigen  yang  berlebihan.
5. Hiperbillirubinemia,  keadaan  ini  disebabkan  karena  hepar  pada  bayi  prematur  belum  matang.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer Torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

H. Penatalaksanaan BBLR
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator
b. Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi
akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rektal dipertahankan antara 35,50o C s/d 37,0o C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.

12 | P a g e
Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O 2 yang
cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk
bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu
petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga
penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam inkubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan
head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker,
gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi
dan sakit kulit.
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi
kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:

13 | P a g e
 Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke
ruang rawat bayi.
 Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi.
 Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan dengan bayi.
 Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
 Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia
dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama
pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan
lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara
perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi
resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat
dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan
minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap
dengan menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi
dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10
ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian
ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.

14 | P a g e
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

A. Pengkajian

1. Biodata
a. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan    : ……………………………………
2. Tempat tgl lahir/usia         : ……………………………………
3. Jenis kelamin : ……………………………………
4. A g a m a                           : ……………………………………
5. Pendidikan                         : ……………………………………
6. Alamat                              : ……………………………………
7. Tgl masuk                         : ................................. (jam ...........)
8. Tgl pengkajian                  : ……………………………………
9. Diagnosa medik                : ……………………………………
10. Rencana terapi                  : ……………………………………
b. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a                  : ……………………………………
b. Usia                    : ……………………………………
c. Pendidikan                       : ……………………………………
d. Pekerjaan/penghasilan : ……………………………………
e. A g a m a               : ……………………………………
f. Alamat                  : ……………………………………
2. Ibu
a. N a m a                  : ……………………………………
b. U s i a                    : ……………………………………
c. Pendidikan                      : ……………………………………
d. Pekerjaan/penghasilan : …………………………………...

15 | P a g e
e. Agama                   : ……………………………………
f. Alamat                  : ……………………………………

2. Riwayat kesehatan masa sekarang


Bayi dengan berat badan < 2.500 gram

3. Riwayat kesehatan keluarga


Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan kardiovaskular.
a. Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis.

b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya.

c. Apakah ibu seorang perokok.

d. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat.

4. Apgar skore
System penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal dan persarafan bayi. Penilaian
dilakukan 1 menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-
3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint hingga bayi dalam keadaan stabil.

Tanda 0 1 2
Frekwensi Tidak ada < 100 > 100
jantung
Usaha Tidak ada Lambat Menangis kuat
bernapas
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan katif
sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

16 | P a g e
Warna kulit Seluruh tubuh Tubuh kemeraha, Seluruh tubuh
biru atau pucat ekstremitas biru kemerahan

5. Pemeriksaan cairan amnion


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion tentang
jumlah volumenya, apabila volumenya > 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut
hidramnion sedangkan apabila jumlahnya < 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.

6. Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta seperti adanya pengapuran,
nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan kembar identik atau
tidak.

7. Pemeriksaan tali pusat


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti adanya
vena dan arteri, adanya tali simpul atau tidak.

8. Pengkajian fisik
a. Aktifitas/istirahat
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau tersenyum adalah bukti
tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.

b. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 – 160 detik per menit).
Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arterious (PDA.

c. Pernapasan
Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodik (40 –
60 kali/menit), Pernapsan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis

17 | P a g e
yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernapasan
(RDS).

d. Neurosensori
Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan
pertumbuhan mungkin terlihat Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung
pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi
ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan mata.

e. Makanan/cairan
Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala Kulit kering
pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan Penurunan massa otot, khususnya
pada pipi, bokong, dan paha. Ketidak stabilan metabolik dan hipoglikemia/hipokalsemia.

f. Genitounaria
Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah (dibandingkan engnaberta badan),
warna, pH, temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi) Periksa
berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).

g. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah, tidak terdapat garis alur pada telapak tangan, warna
mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar pada tali pusat dengan warna kehijauan,
menangis mungkin lemah.

h. Seksualitas
Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol. Testis
pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum.

i. Suhu tubuh
Tentukan suhu kulit dan aksila, tentukan dengan suhu lingkungan.

18 | P a g e
j. Pengkajian kulit
Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda irirtasi, lepuh, abrasi, atau
daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan
kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit yang dipakai (misal: plester povidone –
iodine).
Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik, terkelupas, dll.
Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir, tentukan apakah kateter infuse IV atau
jarum terpasang dengan benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi. jelaskan pipa infus parenteral:
lokasi, tipe (arterial, vena, perifer, umbilicus, sentral, vena perifer sentral); tipe infuse (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total); tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe
kateter atau jarum; dan tempat insersinya.

k. Pengkajian psikologis
Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi bayinya, dan orang tua klien
berharap bayinya cepat sembuh.

l. Pemeriksaan refleks
1. Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna
2. Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit dorsofleksi
3. Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun belum sempurna
4. Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah saat disentuhkan ke permukaan
5. Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel lidah
6. Gallant’s: punggung sedikti bergerak kearah samping saat diberikan goresan pada punggungnya
7. Morro’s: dijumpai namun belum sempurna
8. Neck righting : belum ditemukan
9. Menggengngam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun belum sempurna
10. Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang diberikan sedikit goresan
11. k.      Kaget (stratle)            : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi lengan yang belum
sempurna
12. Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum sempurna
13. Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi yang berusia > 2 bulan

19 | P a g e
m. Pemeriksaan diagnostik
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau
kehilangan darah
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemia
3. AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia
6. Urinalis : mengkaji homeostasis
7. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis
8. EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau komplikasi

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan
perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin
dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan
berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan
respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.

20 | P a g e
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature,
lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien
tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.

C. Intervensi
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan
perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolic.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
-  Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
-  Membran mukosa merah muda

21 | P a g e
Intervensi Rasional
Mandiri:  Membantu dalam membedakan
 Kaji frekwensi dan pola periode perputaran pernapasan
pernapasan, perhatikan adanya normal dari serangan apnetik
apnea dan perubahan frekwensi sejati, terutama sering terjadi pad
jantung gestasi minggu ke-30
 Isap jalan napas sesuai  Menghilangkan mukus yang
kebutuhan neyumbat jalan napas
 Posisikanm bayi pada abdomen  Posisi ini memudahkan
atau posisi telentang dengan pernapasan dan menurunkan
gulungan popok dibawah bahu episode apnea, khususnya bila
untuk menghasilkan ditemukan adanya hipoksia,
hiperekstensi asidosis metabolik atau
 Tinjau ulang riwayat ibu hiperkapnea
terhadap obat-obatan yang akan  Magnesium sulfat dan narkotik
memperberat depresi pernapasan menekan pusat pernapasan dan
 pada bayi   aktifitas SSP
Kolaborasi :  Hipoksia, asidosis netabolik,
 Pantau pemeriksaan hiperkapnea, hipoglikemia,
laboratorium sesuai indikasi hipokalsemia dan sepsis
 Berikan oksigen sesuai indikasi memperberat serangan apnetik

 Berikan obat-obatan yang sesuai  Perbaikan kadar oksigen dan


indikasi karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan

2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan
massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin
dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C).

22 | P a g e
Intervensi Rasional
Mandiri : o Hipotermia membuat bayi
 Kaji suhu dengan memeriksa suhu cenderung merasa stres karena
rektal pada awalnya, selanjutnya dingin, penggunaan simpanan
periksa suhu aksila atau gunakan lemak tidak dapat diperbaruai bila
alat termostat dengan dasar ada dan penurunan
terbuka dan penyebar hangat. sensivitas  untuk meningkatkan
 tempatkan bayi pada inkubator kadar CO2 atau penurunan kadar
atau dalam keadaan hangat O2.
 pantau sistem pengatur suhu , o Mempertahankan lingkungan
penyebar hangat (pertahankan termonetral, membantu mencegah
batas atas pada 98,6°F, stres karena dingin
bergantung pada ukuran dan usia o Hipertermi dengan peningkatan
bayi) laju metabolisme kebutuhan
 kaji haluaran dan berat jenis urine oksigen dan glukosa serta
 pantau penambahan berat badan kehilangan air dapat terjadi bila
berturut-turut. Bila penambahan suhu lingkungan terlalu tinggi.
berat badan tidak adekuat, o Penurunan keluaran dan
tingkatkan suhu lingkungan peningkatan berat jenis urine
sesuai indikasi.  dihubungkan dengan penurunan
 Perhatikan perkembangan perfusi ginjal selama periode stres
takikardia, warna kemerahan, karena rasa dingin
diaforesis, letargi, apnea atau o Ketidakadekuatan  penambahan
aktifitas kejang. berat badan meskipun masukan
kalori adekuat dapat menandakan
bahwa kalori digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan
tubuh, sehingga memerlukan 3. Perubahan
peningkatan suhu lingkungan. nutrisi kurang
o Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat dari
berlanjut pada kerusakan otak bila kebutuhan yan
Kolaborasi : tidak teratasi. g berhubungan
 pantau pemeriksaan laboratorium o Stres dingin meningkatkan
sesuai indikasi (GDA, glukosa
kebutuhan terhadap glukosa dan
serum, elektrolit dan kadar
oksigen serta dapat mengakibatkan
bilirubin)
masalah asam basa bila bayi
 berikan obat-obat sesuai dengan
mengalami metabolisme anaerobik
indikasi
bila kadar oksigen yang cukup
23 | P a fenobarbital
ge
tidak tersedia. Peningkjatan kadar
bilirubin indirek dapat terjadi
karena pelepasan asam lemak dari
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks
lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
o Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
o Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan  dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri :
- Kaji maturitas refleks berkenaan - Menentukan metode pemberian makan
dengan pemberian makan (misalnya : yang tepat untuk bayi
mengisap, menelan, dan batuk) - Pemberian makan pertama bayi stabil
- Auskultasi adanya bising usus, kaji memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
status fisik dan statuys pernapasan jam setelah kelahiran. Bila distres
- Kaji berat badan dengan menimbang pernapasan ada  cairan parenteral di
berat badan setiap hari, kemudian indikasikan dan cairan peroral harus
dokumentasikan pada grafik ditunda
pertumbuhan bayi - Mengidentifikasikan adanya resiko
- Pantau masuka dan dan pengeluaran. derajat dan resiko terhadap pola
Hitung konsumsi kalori dan elektrolit pertumbuhan. Bayi SGA dengan
setiap hari kelebihan cairan ekstrasel kemungkinan
- Kaji tingkat hidrasi, perhatikan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA
fontanel, turgor kulit, berat jenis urine, mungkin telah mengalami penurunan
kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan dealam uterus atau
berat badan. mengalami penurunan simpanan
- Kaji tanda-tanda hipoglikemia; lemak/glikogen.
takipnea dan pernapasan tidak teratur, - Memberikan informasi tentang masukan
apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan aktual dalam hubungannya dengan
diaphoresis. Pemberian makan buruk, perkiraan kebutuhan untuk digunakan
gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, dalam penyesuaian diet.
mata terbalik, dan aktifitas kejang. - Peningkatan kebutuhan metabolik dari

24 | P a g e
bayi SGA dapat meningkatkan
kebutuhan cairan. Keadaan bayi
hiperglikemia dapat mengakibatkan
Kolaborasi : diuresi pada bayi. Pemberian cairan
 Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai intravena mungkin diperlukan untuk
indikasi memenuhi peningkatan kebutuhan,
 Glukas serum tetapi harus dengan hati-hati ditangani
 Nitrogen urea darah, kreatin, osmolalitas untuk menghindari kelebihan cairan
serum/urine, elektrolit urine - Karena glukosa adalah sumber utama
 Berikan suplemen elektrolit sesuai dari bahan bakar untuk otak,
indikasi misalnya kalsium glukonat 10% kekurangan dapat menyebabkan
kerusakan SSP permanen.hipoglikemia
secara bermakna meningkatkan
mobilitas mortalitas serta efek berat
yang lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.

Kolaborasi :
- Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3
jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
- Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrien dan kadar cairan
akibat  malnutrisi.
- Ketidakstabilan metabolik pada bayi
SGA/LGA dapat memerlukan suplemen

25 | P a g e
untuk mempertashankan homeostasis.

4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif


Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
-  Suhu 350C
-  Tidak ada tanda-tanda infeksi
-  Leukosit 5.000 – 10.000

Intervensi Rasional
Mandiri :  Untuk mengetahui lebih dini adanya
 Kaji adanya tanda – tanda infeksi tanda-tanda terjadinya infeksi
 Lakukan isolasi bayi lain yang  Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai kebijakan meminimalkan terjadinya infeksi  yang
insitusi lebih luas
 Sebelum dan setelah menangani bayi,  Untuk mencegah terjadinya infeksi
lakukan pencucian tangan  Untuk mencegah terjadinya infeksi
 Yakinkan semua peralatan yang  Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
kontak dengan bayi bersih dan steril berlanjut pada bayi
 Cegah personal yang mengalami
infeksi menular untuk tidak kontak
langsung dengan bayi.

5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan
berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
-  bebas dari tanda dehidrasi.
-  Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

26 | P a g e
Intervensi Rasional
Mandiri :
 Bandingkan masukan dan pengeluaran  Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
urine setiap shift dan keseimbangan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
kumulatif setiap periodik 24 jam kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
 Pantau berat jenis urine setiap selesai pertama, meningkat sampai 120-140
berkemih atau setiap 2-4 jam dengan ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
menginspirasi urine dari popok bayi bila Pengambilan darah untuk tes
bayi tidak tahan dengan kantong menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
penampung urine.  Meskipun imaturitas ginjal dan
 Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, ketidaknyamanan untuk
dan keadaan fontanel anterior. mengonsentrasikan urine biasanya
 Pantau tekanan darah, nadi, dan tekanan mengakibatkan berat jenis yang rendah
arterial rata-rata (TAR) pada bayi preterm ( rentang
 Kolaborasi : normal1,006-1,013). Kadar yang rendah

 Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai menandakan volume cairan berlebihan

dengan indikasi Ht dan kadar lebih besar dari 1,013

 Berikan infus parenteral dalam jumlah menandakan ketidakmampuan masukan

lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya cairan dan dehidrasi.

pada PDA, displasia bronkopulmonal  Kehialangan atau perpindahan cairan


(BPD), atau entero coltis nekrotisan yang minimal dapat dengan cepat

(NEC) menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh

 Berikan tranfusi darah. turgor kulit yang buruk, membran


mukosa kering, dan fontanel cekung.
 Kehilangan 25% volume darah
mengakibatakan syok dengan TAR < 25

27 | P a g e
mmHg menandakan hipotensi.
 Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas
normal 45-53% kalium serum
 Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang nasogastrik
diare atau muntah.
 Penggantian cairan darah menambah
volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi akibat
dengan hipoksia, asidosis, dan pirau
kanan ke kiri melalui PDA dan telah
membantu dalam penurunan komplikasi
enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
 Mungkin perlu untuk mempertahankan
kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan
kehilangan darah.

6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan
respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah
sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya
perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
- Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan intraventrikel.

Intervensi Rasional
 Kurangi rangsangan lingkungan  Respons stres, terutama peningkatan
 Organisasikan asuhan selama jamsibuk tekanan darah, dapat miningkatkan
normal sebanyak mungkin resiko peningkatan TIK

28 | P a g e
 Tutup dan buka kelambu dan lampu  Untuk meminimalkan gangguan tidur
tidur dan kebisingan intermiten yang sering
 Tutup inkubator dengan kain dan pasang  Untuk memungkinkan jadwal siang dan
tanda “jangan diganggu” malam
 Kaji dan tangani nyeri menggunakan  Untuk mengurangi cahaya dan tidak
metode farmakologis dan non- membangunkan periode istirahat bayi
farmakologis  Nyeri meningkatkan tekanan darah
 Kenali tanda stres fisik dan stimulasi  Untuk segera memberi intervensi yang
berlebih memadai
 Hindari obat dan larutan hipertonis  Akan meningkatkan tekanan darah otak
 Pertahankan oksigenasi yang adekuat  Hipoksia akan meningkatkan aliran
 Hindari memutar kepala ke samping darah otak tekanan intrakranial
tiba-tiba  Akan mengurangi aliran arteri karotis
dan oksigenasi ke otak

7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.


Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
-  Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
-  Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal

Intervensi Rasional
 Kaji keefektifan upaya kontrol nyeri non  Beberapa upaya (misalnya menggosok)
farmakologis dapat meningkatkan distres bayi
 Dorong orang tua untuk memberikan prematur
upaya kenyamanan bila mungkin  Sebagai orang tua bayi, kenyamanan
 -  Tunjukkan sikap sensitif dan kasih lebih efektif diberikan langsung oleh
sayang pada bayi orang tua kepada bayinya
 -  Seorang bayi sangat membutuhkan
kasih sayang, khususnya dari orang tua

29 | P a g e
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran premature,
lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tu
Intervensi Rasional
 Berikan nutrisi yang maksimal  Untuk menjamin penambahan berat
 Berikan periode istrahat yang teratur badan dan pertunbuhan otak yang tetap
tanpa gangguan  Untuk mengurangi panggunaan O2 dan
 Kenali tanda stimulus yang berlebihan kalori yang tidak perlu
(terkejut, menguap, aversi aktif,  Untuk membiarkan istirahat bayi denagn
menangis) tenang
 -  Tingkatkan interaksi orang tua-bayi  -  Sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal

9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.


Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
-  Kulit tetap bersih dan utuh
-  Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi Rasional
 Observasi tekstur dan warna kulit.  Untuk mengetahui adanya kelainan pada
 Jaga kebersihan kulit bayi. kulit secara dini
 Ganti pakaian setiap basah.  Meminimalkan kontak kulit bayi dengan
 Jaga kebersihan tempat tidur. zat-zat yang dapat merusak kulit pada

 -  Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. bayi


 Untuk meminimalisir terjadinya iritasi
pada kulit bayi
 Untuk mencegah kerusakan kulit pada
bayi

10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua klien
tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya

30 | P a g e
Kriteria hasil:
-  Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis serta
memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan

Intervensi Rasional
 Kaji tingkat pemahaman klien berikan  Belajar tergantung pada emosi dan
instruksi /informasi pada klien maupun kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan
keluarga tentang penyakitnya, baik individu
tertulis atau lisan.  Menurunkan ansietas dan dapat
 Jelaskan proses penyakit individu. menimbulkan perbaikan partisipasi pada
Dorong orang terdekat menanyakan rencana pengobatan.
pertanyaan  Meningkatkan kerjasama dalam program
 Jelaskan tentang dosis obat, frekwensi, pengobatan dan mencegah penghentian
tujuan pengobatan dan alasan tentang obatsesuai perbaikan kondisi pasien.
pemberian obat kepeda keluarga  -  Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
 -  Kaji potensial efek samping sehubungan dengan terapi dan
pengobatan meningkatkan kerjasam dalam program

31 | P a g e
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan, mencakup tindakan
mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
keperawatan yang didasarakan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak
dicapai.

32 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai