Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

Nama/NIM : ENCEP SURYANA / 10114188


DEDE DARI RAHMADI / 10114183
FAJAR NOVIANDY / 10114338
TIKA ANDRI ROSA / 10114179
FEBI RIYANTO / 10114403
Kelompok : 4

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulisan makalah ini.

kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Bandung, April 2015

1|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................2
BAB I ........................................................................................................................3
PENDAHULUAN ......................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................. Error! Bookmark not defined.
1.2 Perumusan Masalah ............................................ Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan ............................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II.......................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................4
2.1. Kalimat pengaruh bahasa Asing dan Daerah .......................................................4
2.1.1. Pengaruh bahasa Asing ...............................................................................4
2.1.2. Pengaruh bahasa daerah ............................................................................5
2.2. Kalimat Taksa atau Ambigu..........................................................................7
2.3. Kalimat Nirlogis ...............................................................................................9
BAB III.................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 11
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 12

2|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi manusia, baik secara terlisan
maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa. Setelah dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak
dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai
manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Semuanya itu dituangkan dalam
bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Dinegara kebijaksanaan
nasional yang
berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar
bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.

1.2 Perumusan Masalah

1. Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia?


2. Kalimat taksa atau ambigu?
3. Kalimat logis dan non logis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia.
2. Mengetahui dan memahami kalimat taksa atau ambigu.
3. Mengetahui dan memahami kalimat logis dan non logis.

3|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Kalimat pengaruh bahasa Asing dan Daerah

2.1.1. Pengaruh bahasa Asing


Pengertian interferensi menurut para ahli di bidang sosiolinguistik:
Menurut pendapat Chaer (1998: 159) interferensi pertama kali digunakan oleh
Weinrich untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan
adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh
penutur yang bilingual. Peristiwa interferensi merupakan penyimpangan dalam
penggunaan suatu bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain, juga penggunaan
klausa dari bahasa lain dalam suatu kalimat.

Menurut Hartman dan Stonk dalam Chair (1998: 160) interferensi terjadi akibat
terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa atau
dialek kedua.

Jendra (1995: 187) menyatakan bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan sistem
suatu bahasa kedalam bahasa lain.

Menurut Jendra (1991: 105) ada tiga unsur pokok pembangun interferensi, yaitu:

1. Bahasa sumber atau bahasa donor adalah bahasa yang menyusup unsur-unsurnya
atau sistemnya ke dalam bahasa lain.
4. Bahasa penerima atau bahasa resipien adalah bahasa yang menerima atau yang
disisipi oleh bahasa sumber;
5. Adanya unsur bahasa yang terserap (importasi) atau unsur serapan.

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan menjadi:

1. Kontak bahasa menimbulkan gejala interferensi dalam tuturan dwibahasawan.


2. Interferensi merupakan gejala penyususpan system suatu bahasa ke dalam nahasa
lain.
3. Unsur bahasa yang menyusup ke dalam struktur bahasa yang lain dapat
menimbulkan dampak negatif.
4. Interferensi merupakan gejala ujaran yang bersifat perseorangan, dan ruang
geraknya dianggap sempit yang terjadi sebagai gejala parole (speech).

Contoh Pengaruh bahasa asing :

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasaasing terlihat


pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

4|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat
berikut:

I live in Semarang where my mother works.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

Ketidaktepatan penggunaan di mana, yang mana, hal mana, di atas mana dari
mana, dengan siapa, kepada siapa,di dalam mana dalam Konteks Bahasa Indonesia”
Sebetulnya kata ganti penghubung yang telah disebutkan di awal tadi bukanlah asli
struktur bahasa Indonesia, namun merupakan struktur bahasa asing yakni bahasa Belanda.
Penggunaan di mana, yangmana, hal mana, di atas mana dari mana, dengan siapa, kepada
siapa,di dalam mana merupakan pengaruh inferensi bahasa Belanda waar, welke, waarop,
waarvan, met wie, aan wie. Inferansi yang dimaksud di sini ialah penerapan dua sistem
secara serempak pada suatu sistem bahasa.

Untuk memperjelas pembahasan perhatikan contoh di bawah ini:

1. Rumah di mana dia tinggal tidak jauh dari pusat kota.


2. Daerah dari mana wortelitu di datangkan terletak jauh di perkampungan.

Sekarang perhatikan apabila struktur kalimat di atas dikembalikan kepada kalimat


menurut struktur bahasa Indonesia asli:

1. Rumah tempat dia tinggal tidakjauh dari pusat kota.


2. Daerah yang menghasilkan wortelitu terletak jauh di perkampungan.

Berdasarkan contoh di atas tampak jelas kesalahan penggunaan kata ganti


penghubung dimana, yang mana,sebab kaidah yang dipakai tidak mengacu pada aturan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia namun lebih terpengaruh struktur bahasa asing.

2.1.2. Pengaruh bahasa daerah

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh


terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya
bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki
ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam
dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata
misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e
dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca
lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai
bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan
“mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak
untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.

5|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa
daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang
harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai
negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah
menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke
ibukota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar
menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau
hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana
yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga diserap menjadi Bahasa
Indonesia yang baku, antara lain kata nyeri (Sunda) dan kiat (Minangkabau).

Dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia


Berikut beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap bahasa
Indonesia:

1. Dampak positif bahasa daerah

i) Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.


ii) Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
iii) Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
iv) Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.

2. Dampak Negatif:

i) Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.


ii) Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan karena
terlalu banyak kosakata.
iii) Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.
iv) Dapat menimbulkan kesalahpahaman.

Pada bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam
tulisan dan pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa contohnya:

1. Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada.


Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.

2. Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).


Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.

3. Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak.


Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.

4. Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga.


Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.

6|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
5. Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.

6. Gedang dalam bahasa Sunda bermakna pepaya.


Gedang dalam bahasa Jawa bermakna pisang.

7. Cungur dalam bahasa Sunda bermakna sejenis kikil.


Cungur dalam bahasa Jawa bermakna hidung.

8. Jagong dalam bahasa Sunda bermakna jagung.


Jagong dalam bahasa Jawa bermakna duduk.

9. Nini dalam bahasa Sunda bermakna nenek.


Nini dalam bahasa Batak bermakna anak dari cucu laki-laki.

10. Tulang dalam bahasa Indonesia bermakna tulang.


Tulang dalam bahasa Batak bermakna abang atau adik dari ibu.

11. Iba dalam bahasa Indonesia bermakna merasa kasihan.


Iba dalam bahasa Batak bermakna saya.

12. Bere dalam bahasa Sunda bermakna memberi.


Bere dalam bahasa Batak bermakna anak dari kakak atau adik perempuan kita

.
Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran
yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti
seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam
daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam. Oleh karena itu, penggunaan
bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang tepat.

2.2. Kalimat Taksa atau Ambigu

Ambiguitas ( kata benda ) nerasal dari bahasa inggris ya itu ambiguity yang
berarti suatu konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Hal ini mengakibatkan
terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi saat pembicaraan lisan ataupun dalam
keadaan tertulis.
Menurut KBBI Ambiguitas /am·bi·gu·i·tas/ n 1 sifat atau hal yg bermakna dua;
kemungkinan yg mempunyai dua pengertian; 2 ketidaktentuan; ke-tidakjelasan; 3
kemungkinan adanya makna atau penafsiran yg lebih dr satu atas suatu karya sastra; 4
Ling kemungkinan adanya makna lebih dr satu dl sebuah kata, gabungan kata, atau
kalimat; ketaksaan.
Ambigu menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu bermakna lebih dr satu
(sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dsb); atau
bermakna ganda.

7|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
Ambiguitas ini terdiri dari 3 bentuk yaitu :

1. Ambiguitas Fonetik
2. Ambiguitas Gramatikal
3. Ambiguitas Leksikal

1. Ambiguitas fonetik ( Bunyi )


Terjadi karena pembauran bunyi – bunyi bahasa yang diucapkan. Hal ini
membuat kita kesusahan dan salah dalam menafsirkan makna suatu kata atau frasa yang
diucapkan seseorang. Ambiguitas Fonetik ini biasanya terjadi dalam dialog langsung.
Contohnya :
“kapan emas kawinnya?” hal ini menjadi ambigu karena si penutur baik sengaja
atau tidak menyebut Mas ( panggilan lelaki dalam bahasa jawa ) dengan emas, yang
berarti sejenis logam untuk dijadikan perhiasan. Kalimat tersebut bisa menimbulkan
banyak tafsiran.

2. Ambiguitas Gramatikal ( Bentuk )


Terjadi karena proses pembentukan satuan kebahasaan baik dalam tataran morfologi,
kata, frasa, kalimat ataupun paragraf dan wacana. Ambiguitas kata yang disebabkan
karena morfologi akan hilang dengan sendirinya ketika diletakan dalam konteks kalimat
yang benar. Contoh :

- Orang tua bisa memiliki dua makna yang berbeda. Yang pertama adalah orang
tua seseorang yakni Ayah dan Ibu, Mama dan Papa, Abi dan Umi, Bapak dan
Emak. Atau makna kedua adalah orang yang dituakan. Untuk mengetahui makna
sebenarnya, perlu mengetahui konteks kalimat atau keutuhan kalimat. Misalnya :
- Orang tua Hafid bernama Maenmunah dan Baskoro.
- Orang tua itu masih bekerja karena anak-anaknya tidak menafkahinya secara
materi.
-

3. Ambiguitas Leksikal
Terjadi karena setiap kata dalam bahasa memiliki makna lebih dari satu. Tidak heran kita
sering keliru menafsirkan suatu kata. Makanya makna dari suatu kata bisa berbeda
tergantung dari kalimat bersangkutan. Contoh :

- Kucing itu sedang menggali tanah untuk menyimpan kotorannya sendiri.


- Kami berempat sedang menggali informasi terhadap kasus pencurian itu.

Contoh Kalimat Ambigu


Contoh kalimat amigu, atau kalimat yang mengandung ambiguitas sebagai berikut:

Mayat itu diloncati kucing hidup.

kalimat tersebut bisa berarti

8|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
Mayat diloncati oleh kucing hidup.
Mayat diloncati kucing kemudian hidup.

Habib berenang di laut mati.

kalimat tersebut bisa berarti

Habib berenang di laut yang namanya laut mati.


Habib berenang di laut kemudian mati.

Kuterima hadiah kedua kakakku dengan senang hati

kalimat tersebut bisa berarti

Hadiah kedua dari kakakku.


hadiah dari kedua kakakku.

2.3. Kalimat Nirlogis

Kalimat nirlogis  tidak logis/tidak masuk akal


ketidakcermatan pemakaian diksi (pilihan kata)
Contoh :

a. Yang kencing harus disiram  orangnya yang disiram


b. Dilarang keras membuang sampah ke sungai
c. Kepada yang tidak berkepentingan dilarang masuk
Siapa yang tidak berkepentingan? Kepada
d. Daerah bebas parkir  berarti boleh parkir di mana saja.

Kalimat Logis dan Tidak Logis


Kalimat Logis adalah perkataan yang masuk akal. Kalimat artinya perkataan. Logis
artinya sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, atau masuk akal (KBBI).

Contoh Kalimat Logis:


 Saya mengajarkan mata kuliah Jurnalistik Online di kampus.
 Kepada Bapak Asep, kami persilakan.
 Lulusan kampus kami berkualitas dan mudah bekerja
Contoh Kalimat Tidak Logis:
 Saya mengajar mata kuliah Jurnalistik Online di kampus (tidak logis karena
yang diajar mata kuliah, bukan mahasiswa).
 Waktu dan tempat kami persilakan (tidak logis karena yang dipersilakan waktu
dan tempat, bukan pembicara).
 Kampus kami lulusannya berkualitas dan mudah bekerja (Mestinya: Lulusan
kampus kami berkualitas dan mudah bekerja).

9|Un i v e rs i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
Contoh lain, dalam surat undangan biasanya ada kalimat seperti ini: "...atas kehadirannya
kami haturkan terima kasih..."
 Atas kehadirannya -> atas kehadiran Bapak/Ibu/Saudara.... (Karena yang
diundang 'kan bukan "nya" (orang ketiga), tapi "orang kedua" (yang
menerima/membaca undangan)
 Kami haturkan -> kami sampaikan. Kata "hatur" tidak ada dalam Kamus Bahasa
Indonesia. Hatur itu bahas daerah, Sunda. Hatur Nuhun = menyampaikan terima
kasih, ngahaturkeun = menyampaikan.

10 | U n i v e r s i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh


terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya
bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki
ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam
dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata
misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e
dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca
lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai
bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan
“mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak
untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan.

Ambiguitas (kata benda) berasal dari bahasa Inggris yaitu ambiguity yang berarti suatu
konstruksi yang dapat ditafsirkan lebih dari satu arti. Ambiguitas sering juga disebut
ketaksaan yang dapat diartikan atau ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna. Hal ini
mengakibatkan terjadinya lebih dari satu makna ini dapat terjadi saat pembicaraan lisan
ataupun dalam keadaan tertulis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kalimat Logis adalah perkataan yang masuk
akal. Kalimat artinya perkataan. Logis artinya sesuai dengan logika, benar menurut
penalaran, atau masuk akal. Sedangkan kalimat non logis adalah perkataan yang tidak
masuk akal.

11 | U n i v e r s i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a
Daftar Pustaka

* http://www.bimbie.com/ambiguitas-makna.htm
* kafeilmu.com/kalimat-ambigu-ambiguitas/
* http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/
* http://www.academia.edu/

Kontribusi Kelompok
( Tika Andri )
Kalimat Nirlogis
( Feby )
( Dede )
Kalimat Taksa atau Ambigu
( Encep )
Kalimat pengaruh bahasa Asing Daerah
( Fajar )
Kalimat pengaruh bahasa Asing dan Daerah

12 | U n i v e r s i t a s K o m p u t e r I n d o n e s i a

Anda mungkin juga menyukai