KONSEP DASAR
A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
pemisahan atau patahnya tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang,fraktur patologis terjadi
tanpa trauma pada tulang yang lemah karena dimineralisasi yang berlebihan ( Linda
Juall C, 2002 ).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
Fraktur hidung adalah terhalangnya jalan pernafasan dan deformitas pada tulang,
(Robinstein,2000).
Jadi, kesimpulan fraktur adalah suatu cedera yang mengenai tulang yang
8
8
B. Anatomi Dan Fisiologi
Majiidsumardi
os nasal berartikulasi secara lateral dengan prosesus frontal os maxilla dan berproyeksi
secara anterior ke arah garis tengah. Bagian superior, os nasal tebal dan berartikulasi
dengan os frontal. Bagian inferior, os nasal menjadi tipis, dan berartikulasi dengan
kartilago lateral atas. Akibatnya, sebagian besar fraktur os nasal terjadi pada setengah
bagian bawah os nasal. Septum bagian posterior terdiri dari vomer dan lamina
Sayangnya, tulang-tulang ini tipis dan memberikan sokongan yang kecil pada setengah
9
Setengah bagian bawah dari hidung disokong oleh 2 kartilago lateral atas, 2
kartilago lateral bawah, dan kartilago quadrangularis Kartilago lateral atas memiliki
lateral bawah. Konfigurasi berbentuk sayap burung camar ini memberikan dukungan
yang penting untuk katup nasal internal, bagian dari tahanan terbesar terhadap aliran
udara inspirasi.
Kartiloago lateral bawah terdiri dari crus medial dan lateral dalam konfigurasi
berbentuk “sayap burung camar” yang sama. Terdapat hubungan secara fibrosa di
bagian superiornya dengan kartilago lateral atas, dan di bagian medialnya satu sama
lain. Kartilago lateral bawah tebal dan menggambarkan kontur dari apex nasal dan
C.Etiologi / Predisposisi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
10
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan
D. Patofisiologi
eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis dan beratnya fraktur nasal
tergantung pada kekuatan, arah, dan mekanisme cedera. Sebuah benda kecil dengan
kecepatan tinggi dapat memberikan kerusakan yang sama dengan benda yang lebih
besar pada kecepatan yang lebih rendah. Trauma nasal bagian lateral yang paling umum
Hal ini sering disertai dengan dislokasi septum nasal di luar krista maxillaris
Dislokasi septal dapat mengakibatkan dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan
obstruksi jalan napas. Trauma frontal secara langsung pada hidung sering menyebabkan
depresi dan pelebaran dorsum nasi dengan obstruksi nasal yang terkait. Cedera yang
lebih parah dapat mengakibatkan kominusi pecah menjadi kecil-kecil seluruh piramida
11
nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan diperbaiki dengan tepat, pasien akan
Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan pemeriksaan
fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap meliputi penilaian terhadap kekuatan,
arah, dan mekanisme cedera munculnya epistaksis atau rhinorea cairan serebrospinalis,
riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya, dan obstruksi nasal atau deformitas
nasal eksterna setelah cedera. Pemeriksaan fisik yang paling akurat jika dilakukan
yang cukup lampu kepala atau otoskop, instrumentasi spekulum hidung, dan suction
sebaiknya tipe Frasier. Inspeksi pada bagian dalam hidung sangat penting. (Rubinstein
Brian, 2011)
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi,
spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya, pergeseran fragmen
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi setelah
F. Penatalaksanaan
b. Elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air dingin pada daerah periorbital
dan regio nasal sendiri dapat membantu untuk mengurangi edema yang terjadi.
Untuk teknik pembedahannya sendiri tergantung dari fraktur hidung yang terjadi.
a. Reposisi terbuka, membutuhkan sedasi yang lebih dalam atau anestesia umum.
Indikasinya antara lain fraktur luas-dislokasi dari tulang nasal dan septum,
dislokasi fraktur dari septum kaudal, fraktur septum terbuka, deformitas persisten
reduksi tulang yang inadekuat terkait dengan deformitas pada septum, deformitas
b. Reduksi tertutup, elevasi dari kepala dan penggunaan kompres air dingin pada
daerah periorbital dan regio nasal sendiri dapat membantu untuk mengurangi
edema yang terjadi. Untuk teknik pembedahannya sendiri tergantung dari fraktur
disertai keluar darah/mimisan. Dari pemeriksaan hidung didapatkan jejas pada hidung,
tampak deformitas, terdapat nyeri tekan hidung, deviasi septum nasi. Dari pemeriksaan
radiologi water positions, pada foto cranium anteroposterior, foto nasale lateral,
didapatkan kesan fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik dan tidak tampak
pembesaran chonca nasalis bilateral. Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosis
fraktur os nasal dengan penyebab oleh karena kecelakaan lalu lintas. Terapi yang
diberikan pada pasien ini adalah dengan mengelevasikan kepala dan kompres dingin,
G .Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan
diseminata (KID).
eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak
dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang
merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan darah dalam
jumlah yang besar sebagai akibat trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis.
Penanganan meliputi mempertahankan volume darah,mengurangi nyeri yang
diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, dan melindungi pasien dari cedera
lebih lanjut.
Komplikasi dari fraktur nasal termasuk deformitas secara kosmetik dan obstruksi
saluran napas. Selain itu ada beberapa komplikasi yang lain antara lain hematoma
epistaksis yang tidak berhenti/ bleeding, obstruksi saluran nafas, kontraktur jaringan
orbital.
H. Pengkajian Fokus
a. Gejala Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya
simpatis.
c. Makanan / Cairan
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi.
e. Penyuluhan / Pembelajaran
inflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri
pasca operasi).
Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Rongent
Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior, posterior lateral.
Rentan fraktur Fraktur nasal Perdarahan Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
17
17
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur Wilkinson, 2006
meliputi :
5. Melakukan 5. Merupakan
tindakan
kolaborasi dependent
dengan tim perawat, dimana
analgetik
medis dalam berfungsi untuk
pemberian memblok
stimulasi nyeri
analgetik
18
Cemas berhubungan Klien tidak merasa 1.Lakukan pendekatan 1. Klien kooperatif
dengan pengetahuan cemas lagi pada klien tentang dengan perawat
tentang luka post op penyakitnya
19
L. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
6. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
20