Anda di halaman 1dari 10

PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591

(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X


Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

Potensi Ekstrak Kering Belut (Monopterus albus)


pada Pengobatan Tukak Lambung

The Potential Effects of Eel (Monopterus albus) Dry Extract


on Peptic Ulcer Treatment

Havizur Rahman*, Putri Maya Sari, Indri Maharini, Bilia Ayu Septiana

Pharmacy Study program, Faculty of Sains and technology, Jambi University,


Jl. Jambi-Muaro Bulian Km 15, Jambi 36122, Indonesia

*Corresponding author email: havizurrahman27@unja.ac.id

Received 16-10-2019 Accepted 03-04-2020 Available online 15-03-2020

ABSTRAK

Peningkatan konsumsi akohol, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), dan diet


yang keliru menjadi penyebab meningkatnya penyakit tukak lambung (ulkus peptikum)
di seluruh dunia. Penggunaan obat sintetis jangka panjang sering menimbulkan efek
yang tidak diinginkan. Belut diketahui memiliki kadar protein yang tinggi, mirip dengan
ikan gabus. Penelitian tentang aktifitas ikan gabus dalam pengobatan luka bakar, luka
dalam bekas operasi, serta tukak lambung telah banyak dilakukan. Diperkirakan
aktifitas tersebut dipromotori oleh kandungan protein dan asam amino dari ikan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 5
kelompok perlakuan masing-masing 5 ekor tikus. Diperoleh hasil rata-rata titik
pendarahan pada kontrol negatif 7,6: kontrol positif 2,6; dosis ekstrak kering belut 100
mg/kgBB sejumlah 4,2; dosis ekstrak kering belut 200 mg/kgBB sejumlah 1; dan dosis
ekstrak kering belut 400 mg/kgBB sejumlah 1. Sedangkan rata-rata pH cairan lambung
pada kontrol negatif 4,948: kontrol positif 5,182; dosis ekstrak kering belut 100
mg/kgBB 4,224; dosis ekstrak kering belut 200 mg/kgBB 2,888; dan dosis ekstrak kering
belut 400 mg/kgBB 4,89. Secara statistik terdapat perbedaan titik pendarahan yang
signifikan antara dosis kontrol positif, 100, 200, dan 400 mg/kgBB dengan kontrol
negatif. Tidak ditemukan adanya korelasi antara pH dengan timbulnya titik pendarahan,
sehingga pH tidak dapat dijadikan parameter terjadinya tukak lambung. Dapat
disimpulkan bahwa ekstrak kering belut memiliki aktifitas sebagai pengobatan tukak
lambung dengan dosis terbaik pada 200 mg/kgBB.

Kata kunci: belut, ekstrak kering, tukak lambung.

98
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

ABSTRACT

Consumption of alcohol, the use of nonsteroidal anti-inflammatory drugs, and improper


diets are the cause of the increase of peptic ulcer cases worldwide. Since the long-term
use of synthetic drugs often causes undesirable effects, the treatment with the nature-
origin ones with, which is believed to be safer, is desirable. Eel (Monopterus albus) is
known to have high protein content, which is similar to the snakehead murrels. The
therapeutic use of snakehead murrel for the treatment of burns, wounds in post-
operative scars, and ulcers have been widely evaluated. The proteins and amino acids
are considered as the bioactive compounds responsible for the biological activities of the
snakehead murrel. The study design was the randomized block, employed five
treatment groups of five rats each. The mean bleeding point of rats in the negative
control, positive control, and the eel dry extracts in the doses of 100, 200, and 400
mg/kg groups were 7.6, 2.6, 4.2, 1, and 1, while the average pH of gastric fluid were
4.948, 5.182, 4.224, 2.888, and 4.890, respectively. The bleeding point of rats in the
positive control and the eel dry extracts in the doses of 100, 200, and 400 mg/kg groups
were statistically different from the negative control. There was no correlation between
pH and the onset of bleeding point, and hence pH could not be used as a parameter for
gastric ulceration. It can be concluded that the dry extract of eel at an optimum dose of
200 mg/kg showed a potential efficacy for the treatment of peptic ulcers.

Key words: dry extract, Monopterus albus, peptic ulcer.

Pendahuluan adalah faktor yang berasal dari konsumsi


Tukak lambung atau Peptic Ulcer obat-obatan, alkohol, dan bakteri (Setiati
Disease (PUD) merupakan suatu et al., 2014).
penyakit pada saluran pencernaan yang Peningkatan konsumsi akohol,
ditunjukkan dengan terjadinya obat-obat antiinflamasi non-steroid
kerusakan mukosa lambung yang dapat (OAINS) dan diet yang keliru menjadi
disebabkan oleh sekresi asam lambung penyebab meningkatnya penyakit
berlebih, infeksi Helicobacteria pylori tukak/ulkus di seluruh dunia. Kejadian
maupun produksi prostaglandin ulkus peptikum sebesar 15-20%
berkurang (Misnadiarly, 2009). Tukak pertahun terjadi pada pasien yang
lambung dapat diakibatkan oleh adanya menggunakan OAINS dengan riwayat
ketidakseimbangan faktor pengiritasi penyakit rheumatoid arthtritis dan
epitel gaster dengan mekanisme osteoarthtritis. Terdapat lebih dari
pertahanan mukosa lambung. Epitel setengah pasien yang datang dengan
gaster mengalami infeksi yang dapat keluhan perdarahan ulkus peptikum atau
diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor perforasi dilaporkan adanya penggunaan
perusak endogen dan eksogen. Perusak OAINS secara berulang, salah satunya
endogen meliputi asam (HCl), adalah aspirin. Sehingga ulkus peptikum
pepsinogen/pepsin, dan garam empedu. dianggap sebagai penyakit zaman
Sedangkan faktor perusak eksogen modern yang timbul seiring dengan

99
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

bertambahnya frekuensi penggunaan Indonesia merupakan suatu


obat AINS dan gaya hidup stress (Sofidiya negara kepulauan yang banyak
et al., 2012). menghasilkan ikan. Sehingga tidak
Terlepas dari peran asam mengherankan apabila ikan merupakan
merusak, spesies oksigen reaktif sumber protein hewani yang utama bagi
(Reactive Oxygen Species/ROS) terutama masyarakat terutama di daerah jambi
radikal hidroksil (S-OH) memainkan yang memilki sungai batang hari dan
peran utama dalam menyebabkan banyak anak sungai. Provinsi Jambi
kerusakan oksidatif mukosa di hampir dengan luas lahannya sekitar 50 juta km
semua jenis tukak lambung (Phull et al., terdiri atas 60% dataran rendah, 20%
1995). Cara pencegahan terbentuknya dataran tinggi, dan 20% daerah
tukak lambung salah satunya dengan pegunungan. Luas lahan perairan umum
cara pemberian obat yang dapat sekitar 115.000 ha yang terdiri atas
berfungsi sebagai sitoprotektif pada sungai, anak sungai, danau, rawa, dan
mukosa lambung (Neal, 2006). Obat genangan-genangan.
sitoprotektif (pelindung mukosa) Beberapa jenis ikan telah
merupakan obat yang berfungsi sebagai diketahui aktifitasnya dalam
lapisan pelindung mukosa lambung. pengobatan, salah satunya ikan gabus.
Salah satu obat sitoprotektif Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
mukosa lambung yang sering digunakan dilaporkan bahwa ekstrak ikan gabus
adalah sukralfat. Penggunaan sukralfat terbukti dapat mempercepat
sebagai obat kimia yang digunakan penyembuhan luka, antinyeri, antifungi,
jangka panjang bukan berarti tanpa dan antibakteri, antioksidan, anti-
risiko. Ada efek samping yang inflamasi, dan antipiretik, meningkatkan
ditimbulkan dan perlu mendapat kemampuan kognitif, dan dapat
perhatian di antaranya konstipasi, memberikan efek positif pada kelainan
insomnia, gatal-gatal, sakit perut, dan jantung dan kanker (Zakaria et al., 2008;
muntah (Santoso, 2017). Oleh sebab itu, Mat Jais et al., 2008; Saleem et al., 2011;
perlu dilakukan adanya penelitian Mat Jais et al., 1997).
mengenai terapi alternatif berbasis Ikan gabus dan belut memiliki
bahan alami untuk tukak lambung yang kandungan albumin, yang diprediksi
memiliki efek terapetik tinggi, aman beraktifitas sebagai antitukak. Albumin
dikonsumsi jangka panjang, dan sedikit merupakan jenis protein terbanyak di
efek samping atau bahkan tidak dalam plasma yang mencapai kadar 60%
menimbulkan efek samping. Obat bahan yang bermanfaat untuk pembentukan
alam memiliki nilai terapetik dengan jaringan sel baru. Di dalam ilmu
toksisitas rendah, sehingga aman kedokteran, albumin ini dimanfaatkan
digunakan sebagai terapi pengobatan untuk mempercepat pemulihan jaringan
(Bandyopadhyay et al., 1998). sel tubuh yang rusak misalnya karena

100
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

operasi atau pembedahan (Manan dan tidak bising. Kandang dibersihkan


Haruan, 2006). setiap hari. Tikus diadaptasikan
selama tujuh hari dan diberi diet
Metode Penelitian standar dengan menggunakan
Lokasi Penelitian pemberian makanan dan minuman
Penelitian dilaksanakan di secara ad libitum. Berat badan
Laboratorium Agroindustri dan ditimbang tiap hari. Setelah aklimasi
Lingkungan, Fakultas Sains dan dipilih persentase perbedaan berat
Teknologi, Universitas Jambi. badan hewan tiap hari tidak lebih dari
Alat dan Bahan 10%.
Alat yang digunakan pada 2. Rancangan penelitian
penelitian ini meliputi peralatan gelas Rancangan penelitian yang akan
seperti gelas ukur, spatula, erlenmeyer, dilakukan untuk uji aktivitas antitukak
beaker glass, pipet filler, pipet volume, lambung adalah rancangan acak
dan penyaring. Peralatan pendukung lain lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (K-,
yaitu pisau, corong, nampan, panci K+, P1, P2, P3) dan terdiri dari 25 ekor
stainless steel, waterbath, sonde oral, tikus secara keseluruhan. Langkah
lensa pembesar, pH meter digital, pengacakan dilakukan dengan
pengukus, sentrifus, pengepres, vakum menggunakan pengambilan undian
evaporator, ayakan 60, cawan petri, bilangan acak, ditentukan terlebih
freeze drying, kandang hewan dahulu nomor urut dari 1 hingga 25
percobaan, dan jangka sorong. pada satuan-satuan percobaan yang
Sementara itu, bahan-bahan yang sesuai, kemudian diambil secara acak
digunakan meliputi daging belut, etanol, untuk dikelompokkan menjadi
buah nenas, aspirin, Na CMC, tikus, NaCl, kelompok perlakuan.
dan eter. 3. Preparasi ekstrak belut
Jalannya Penelitian Sebanyak 5 kg belut (berukuran
1. Aklimatisasi hewan percobaan sedang), dicuci dan dibersihkan.
Tiga puluh ekor tikus jantan yang Daging belut dipisahkan dari bagian
sehat, umur 2-3 bulan, dengan berat tubuh yang lain (kepala, tulang, dan
200-300 g diletakkan dalam kandang. kulit) dengan cara difillet. Sampel
Masing-masing kandang berisi satu belut yang sudah diolah dipotong
ekor tikus. Kandang terbuat dari kecil-kecil sekitar 1,5 cm2 dan
wadah plastik dengan alas sekam padi dimasukkan ke dalam dandang atau
dan tutup dari anyaman kawat yang kukusan berisi satu liter air dan di
kuat, tahan gigitan, tidak mudah dalamnya sudah disediakan mangkuk
rusak sehingga hewan tidak mudah tahan panas. Setelah itu dikukus
lepas. Kandang diberi lampu, selama 30 menit dan diatur suhunya
ditempatkan pada ruangan dengan pada 40 oC. Kemudian daging belut
ventilasi baik, cukup cahaya, tenang, dibungkus dengan kain dan

101
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

dimasukkan ke dalam alat press kelompok diberi perlakuan sebagai


hidrolik, dan dilakukan pengepresan. berikut:
Ekstrak belut disentrifugasi dengan a. Kelompok I (kontrol negatif)
kecepatan 6000 rpm selama 60 Tikus jantan hanya diberi diberikan
menit. Kemudian fase air dan minyak Na CMC 0,5%
(lapisan bawah) diambil dan dibuang b. Kelompok II (kontrol positif)
pengotornya dengan cara disaring. Tikus jantan diberi sukralfat
Ekstrak belut yang diperoleh dengan dosis 500 mg/kgBB secara
diuapkan sampai kering dengan oral.
menggunakan evaporator vakum c. Kelompok III (P1)
suhu 49 oC selama 10 jam (Yuniarti et Tikus jantan diberi ekstrak kering
al., 2013). Serbuk kering yang belut dengan dosis 0,1 g/kgBB
diperoleh ditimbang. Selanjutnya secara oral.
dilakukan penggilingan menggunakan d. Kelompok IV (P2)
blender dan pengayakan 60 mesh. Tikus jantan diberi ekstrak kering
4. Pembuatan larutan suspensi aspirin belut dengan dosis 0,2 g/kgBB
Tablet aspirin ditimbang satu per secara oral.
satu, kemudian dihitung bobot rata- e. Kelompok V (P3)
ratanya. Semua tablet dimasukkan ke Tikus jantan diberi ekstrak kering
dalam lumpang dan digerus hingga belut dengan dosis 0,4 g/kgBB
halus dan homogen, kemudian secara oral.
disuspensikan dalam Na CMC 1% dan Perlakuan tersebut dilakukan
diaduk hingga homogen. Dosis yang satu kali sehari selama tiga hari. Pada
digunakan untuk penginduksi adalah hari selanjutnya hewan uji disiapkan
1000 mg/kgBB. untuk dilakukan penentuan jumlah
Perlakuan yang akan diberikan tukak dan titik pendarahan. Hewan uji
adalah pemberian secara oral. dipuasakan terlebih dahulu selama 12
Sebelum diberi perlakuan, terlebih jam, selanjutnya semua hewan
dahulu semua kelompok hewan percobaan dibedah. Pertama-tama
diadaptasikan dengan lingkungan hewan dibius menggunakan eter dan
barunya selama seminggu dan diberi dilanjutkan dengan dislokasi leher.
makan dan minum secukupnya. Perut tikus dibedah secara hati-hati
Sebelum pengujian, hewan uji diambil organ lambungnya, dan
terlebih dahulu dipuasakan selama disuntikkan 2 mL NaCl fisiologis.
kurang lebih 12 jam dengan tetap Organ lambung dibuka di sepanjang
diberi air minum. Pada hari pertama kurvatura mayor, dan ditampung
seluruh hewan coba diinduksi dengan cairan ke dalam tabung reaksi.
aspirin dosis 1000 mg/kgBB dan 12 Lambung dicuci dengan natrium
jam kemudian masing-masing klorida 0,9% lalu direntangkan untuk
mempermudah melihat tukak dan

102
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

menghitung jumlah titik pendarahan. setiap kelompok tidak sama


Penentuan pH lambung dilakukan menggunakan uji Schefe). Jika data
dengan cara isi lambung dikumpulkan belum normal maka data mengikuti
dan disentrifugasi pada 1000 rpm uji nonparametrik. Uji yang dapat
selama 10 menit. Cairan supernatan digunakan untuk melihat perbedaan
diambil 1 mL dan didilusi dengan 10 antar kelompok yaitu uji Kruskal Walis
mL air suling. pH larutan diukur dan jika berbeda signifikan
menggunakan pH meter. Pengukuran dilanjutkan dengan uji Wilcoxon. Uji
dilakukan dengan pemeriksaan korelasi pH dengan titik pendarahan
adanya tukak dan jumlah pendarahan menggunakan uji korelasi Pearson.
yang terbentuk serta pH lambung
setelah perlakuan. Hasil dan Pembahasan
5. Penentuan tukak dan titik Daging belut 5000 g diekstraksi
pendarahan dan diperoleh 7,73 g ekstrak kering
Adanya aktifitas antitukak belut. Dari hasil penelitian diperoleh
lambung dapat dilihat dari data jumlah titik pendarahan dan pH
perbandingan terbentuknya lambung pada tiap kelompok perlakuan,
pendarahan. Satu tukak dinilai lalu data jumlah tukak dikonversi
dengan 5 titik pendarahan. menjadi titik pendarahan, dengan nilai
6. Analisis data konversi satu tukak sama dengan 5 titik
Parameter yang diukur pada pendarahan. Hasil rata-rata titik
penelitian ini adalah jumlah titik pendarahan dan pH dapat dilihat pada
tukak dan titik pendarahan. Satu Gambar 1-2.
tukak dikonversi menjadi 5 titik Gambar 1 dan 2 menunjukkan
pendarahan. Jika sebaran data pada rata-rata jumlah titik pendarahan yang
sebuah kelompok data terdistribusi terbentuk dan pH lambung setelah
normal/uji normalitas (uji perlakuan. Grafik 1 terlihat bahwa rata-
Kolmogorov Smirnov) maka rata titik pendarahan kelompok kontrol
digunakan uji statistik parametrik. negatif jauh lebih banyak dari pada
Sesuai dengan variabel yang diukur kontrol positif, P1, P2, dan P3. Juga
maka dapat menggunakan uji Anova dapat dilihat bahwa jumlah titik
satu arah, dan dilanjutkan dengan uji pendarahan P2 dan P3 lebih rendah dari
homogenitas (uji Levene). Jika pada kontrol positif yang dalam hal ini
terdapat perbedaan yang signifikan menggunakan obat sintetis sukralfat.
antar kelompok, maka dilanjutkan uji Artinya aktifitas P2 dan P3 mampu
lanjut/post hoc (uji Bonferroni jika menyaingi obat antitukak lambung yang
data homogen dan uji Dunnet c jika beredar di pasaran.
data tidak homogeny, dan jika jumlah

103
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

Gambar 1. Rata-rata titik pendarahan tiap kelompok .

Gambar 2. Rata-rata pH tiap kelompok.

Gambar 3. titik pendarahan.

104
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

Gambar 3 menunjukkan titik memiliki aktifitas pengobatan tukak


pendarahan yang terbentuk setelah lambung yang berbeda secara signifikan.
pemberian penginduksi dan pemberian Artinya dosis 200 mg/kgBB ekstrak belut
obat. Dari gambar tersebut terlihat kering merupakan dosis terbaik
bahwa tukak yang terbentuk lebih lebar memberikan aktifitas antitukak lambung,
dan jelas ada luka yang agak dalam serta karena dosis yang lebih rendah akan
titik pendarahan yang tidak hilang meski memiliki efek samping yang lebih rendah
telah dibersihkan menggunakan NaCl jika dibandingkan dengan dosis 400
fisiologis. mg/kgBB yang lebih tinggi.
Dari uji statistik menggunakan Uji yang sama juga dilakukan
uji Anova satu arah terlihat bahwa pada oleh Khan et al. (2014) pada ekstrak air
jumlah titik pendarahan nilai sig ikan gabus, dimana peneliti
0,00<0,05 yang berarti terdapat menggunakan penginduksi aspirin. Dari
perbedaan yang signifikan pada antar hasil penelitian disimpulkan bahwa
kelompok perlakuan. Untuk melihat semua dosis uji ekstrak air ikan gabus
perbedaannya pada masing-masing menurunkan indeks ulkus dibandingkan
kelompok digunakan uji lanjut, yaitu uji dengan obat standar. Pengujian Pearson
Benferoni. Dari uji Benferoni, terlihat antara pH dengan jumlah pendarahan
bahwa pada jumlah titik pendarahan terlihat bahwa tidak ada korelasi pH
terdapat perbedaan yang signifikan dengan terjadinya pendarahan
antara kelompok kontrol negatif dengan (0,125>0,05). Artinya, pH lambung tidak
semua perlakuan yang ditandai dengan dapat dijadikan parameter terjadinya
sig<0,05. Artinya ekstrak kering belut tukak lambung. Ini disebabkan oleh
memiliki aktifitas dalam penyembuhan banyak faktor yang menyebabkan
tukak lambung. Jika dibandingkan perubahan pH lambung, seperti asupan
dengan sediaan yang di pasaran protein yang mengeksresikan asam
(sukralfat), secara statistik tidak terdapat lambung lebih banyak sehingga pH
perbedaan jumlah titik pendarahan lambung menjadi menurun, tetapi ini
secara nyata antara kelompok kontrol bertujuan untuk memecah
positif dengan pemberian ekstrak kering makanan/protein sehingga lebih mudah
belut, yang artinya pengobatan dengan untuk diserap.
ekstrak kering belut dengan dosis rendah
telah menyaingi sediaan tukak lambung Simpulan
yang beredar di pasaran. Pada dosis Dosis 200 mg/kgBB ekstrak
pemberian ekstrak kering belut dosis 100 kering belut merupakan dosis terbaik
mg/kgBB memiliki aktifitas pengobatan yang memberikan aktifitas antitukak
tukak lambung berbeda secara signifikan lambung pada tikus yang diinduksi
dengan dosis pemberian 200 mg/kgBB aspirin.
dan 400 mg/kgBB sedangkan pada dosis
200 mg/kgBB dengan 400 mg/kgBB tidak

105
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

Ucapan Terima Kasih (haruan) crude extracts.


Terima kasih kepada LPPM International Journal of Tropical
Medicine, 3(3):43-48.
Universitas Jambi yang telah
memberikan dana penelitian, serta Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit
semua pihak yang telah membantu Organ Cerna: Gastritis
sehingga terselesaikannya penelitian ini. (Dyspepsia atau Maag). Jakarta:
Pustaka Populer OBDA.
Daftar Pustaka
Neal, M.J. 2006. Obat yang bekerja pada
Bandyopadhyay, U., Chattopadhyay, I., saluran gastrointestinal. Di
Biswas, K., Maity, P., Banerje, dalam Glance Farmakologi
R.K. 1998. Indomethacin Medis. Edisi ke-5. Jakarta:
inactivates gastric peroxidase to Penerbit Erlangga.
induce reactive-oxygenmediated
gastric mucosal injury and Phull, P.S., Green, C.J., Jacyna, M.R.
curcumin protects it by 1995. A radical view of stomach:
preventing peroxidase the role of oxygen-derived free
inactivation and scavenging radicals in gastroduodenal
reactive oxygen. Free Radical disease. European Journal of
Biology and Medicine, Gastroenterology & Hepatology,
40(8):1397-1408. 7:265–274.

Khan, M.S.A., Jais, A.M.M., Hussain, J., Saleem, A.M., Hidayat, M.T., Jais, M.,
Siddiqua, F., Reddy, A.G., Fakurazi, S., Moklas, M.,
Shivakumar, P., Madhuri, D. Sulaiman, M.R., Amom, Z. 2011.
2014. Gastroprotective effect of Antidepressant-like effect of
freeze dried stripped snakehead aqueous extract of Channa
fish (Channa striata Bloch.) striatus fillet in mice models of
aqueous extract against aspirin depression. European Review for
induced ulcerogenesis in pylorus Medical and Pharmacological
ligated rats. ISRN pharmacology, Sciences, 15:795-802.
2014:327606.
Santoso, J. 2017. Efektivitas infusa
Manan A, Haruan A. 2006. Fresh Water rimpang kunyit (Curcuma
Wound Healer. Malaysia: Domestica Val.) sebagai
University of Putra Malaysia. gastroprotektor pada tikus
dengan model tukak lambung.
Mat Jais, A.M., Dambisya, Y.M., Lee, T.L. Jurnal Permata Indonesia,
1997. Antinociceptive activity of 8(1):34-44.
Channa striatus (haruan)
Extracts in Mice. Journal of Setiati, S., Sudoyo, A.W., Alwi, I.,
Ethnopharmacology, 57(2):125- Simadibrata, M., Setiyohadi, B.,
130. Syam, F.A. 2014. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta:
Mat Jais, A.M., Zakaria, Z.A., Luo, A., Interna
Song, Y.X. 2008. Antifungal
activity of Channa striatus

106
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 01 Juli 2020:98-107

Sofidiya, M.O., Agufobi, L., Akindele, A. Zakaria, Z.A., Kumar, G.H., Mat Jais,
J., Olowe, J.A., Familoni, O.B. A.M., Sulaiman, M.R., Somchit,
2012. Effect of Flabellaria M.N. 2008. Antinociceptive,
paniculata Cav. extracts on antiinflammatory, and
gastric ulcer in rats. antipyretic properties of
Complementary & Alternative Channastriatus fillet aqueous
Medicine, 12:168. and lipid-based extracts in rats.
Methods and Finding in
Yuniarti, D.W., Sulistiyati, T.D. Experimental and Clinical.
Suprayitno, E. 2013. Pengaruh Pharmacology, 30(5):355-362.
suhu pengeringan vakum
terhadap kualitas serbuk
albumin gabus (Ophiocephalus
Striatus). Thpi Student Journal,
1(1):1-9.

107

Anda mungkin juga menyukai