Anda di halaman 1dari 8

Tujuan, Fungsi, dan Orientasi Bimbingan dan Konseling

A.    Tujuan Bimbingan dan Konseling


            Bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang sangat erat dimana keduanya
memiliki tujuan untuk memperjelas arah atau sasaran yang hendak dicapainya.Adapun secara
garis besar, bimbingan dan konseling memiliki tujuan, yaitu :
1.      Tujuan umum
      Sejalan dengan perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling,maka tujuan bimbingan
dan konseling senantiasa mengalami perubahan,dari yang sederhana sampai ke yang lebih
komperehesif. Secara umum, bimbingan dan konseling bertujuan untuk individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat – bakatnya, berbagai latar belakang
yang ada (latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya. Dengan kata lain, bimbingan dan konseling bertujuan
membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya
seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya sebaik mungkin. Di sisi lain,  menurut Prayitno
(1999:16) tujuan umum bimbingan dan konseling dilakukan dalam rangka pengembangan
keempat dimensi kemanusiaan individu. Dimensi ini dimaksudkan sebagai sesuatu yang
secara hakiki pada manusia di satu segi dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat
dikembangkan. Dimensi tersebut antara lain :
a.       Dimensi keindividualan (individualitas)
Dimensi ini memungkinkan seseorang mengembangkan potensi yang ada pada dirinya secara
optimal yang mengarah pada aspek – aspek kehidupan yang positif. Bakat ,minat,kemampuan
dan berbagai kemungkinan yang termuat dalam aspek-aspek mental-fisik dan biologis
berkembang dalam rangka dimensi individual itu.Dengan perkembangan dimensi ini
membawa seseorag menjadi individu yang mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya
sendiri, dengan aku yang teguh, positif, produktif, dan dinamis.
b.       Dimensi kesosialan (sosialitas)
Dimensi ini memungkinkan seseorang mampu berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja
sama, dan hidup bersama dengan orang lain.  Hal ini terjadi karena manusia sebagai makhluk
sosial yang harus mampu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain untuk
mempertahankan hidupnya. Dimensi individual dan sosial saling berinteraksi dan keduanya
saling bertumbuh kembang,saling mengisi dan menemukan makna yang sesungguhnya.
c.       Dimensi kesusilaan (moral)
Dimensi ini memberikan warna moral terhadap perkembangan dimensi pertama dan kedua.
Norma, etika, dan berbagai ketentuan yang berlaku mengatur bagaimana kebersamaan antar
individu seharusnya dilaksanakan.  Dimensi kesusilaan ini memiliki peranan penting karena
dengan dimensi ini menjadi pemersatu antara keindividualan dan kesusilaan dalam satu
kesatuan yang penuh makna Hidup bersama orang lain baik dalam rangka
memperkembangkan dimensi keindividual dan dimensi sosial tidak dapat dilakukan seadanya
saja,tetapi perlu dilakukan secara terarah. Hidup bersama orang lain perlu diselenggarakan
sedemikian rupa ,sehingga semua orang yang ada di dalamnya memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya,demi kehidupan bersama. Dimensi kesusilaan dapat menjadi
pemersatu,sehingga keindividualan dan kesosialan dapat bertemu dalam satu kesatuan yang
penuh makna.Tanpa adanya dimensi ini, maka berkembangnya dimensi kendividualan dan
kesusilaan akan tidak serasi, bahkan yang satu akan cenderung menyalahkan yang lain.
Dengan dimensi ini memungkinkan manusia dapat menjalani kehidupan dengan sangat layak
dan dapat mengembangkan ilmu,teknologi dan seni.
d.      Dimensi keberagamaan (religiusitas)
Kehidupan manusia yang selengkapnya yaitu yang menjangkau baik itu kehidupan di
duniawi maupun kehidupan di akhirat akan tercapai jika ketiga dimensi tersebut dilengkapi
dengan dimensi keempat. Dimensi ini lebih menitikberatkan pada hubungan diri manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Di mana manusia tidak terpukau dan terpaku pada kehidupan
di dunia saja, melainkan mengaitkan secara serasi, selaras, dan seimbang antara kehidupan
dunia dan akhirat
Dengan proses konseling,klien dapat :
Ø  Mendapat dukungan selagi klien memadukan segenap kekuatan dan kemampuan untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Ø  Memperoleh wawasan baru yang lebih segar tentang berbagai alternatif,pandangan dan
pemahaman-pemahaman serta keterampilan-keterampilan baru.
Ø  Menghadapi ketakutan-ketakutan sendiri;mencapai kemampuan untuk mengambil
keputusan dan keberanian untuk melaksanakannya; kemampuan untuk mengambil resiko
yang mungkin ada dalam proses pencapaian tujuan-tujuan yanng dikehendaki.
Tujuan konseling dapat terentang dari sekadar klien mengikuti kemauan-kemauan konselor
sampai pada masalah pengambilan keputusan,pengembangan kesadaran,pengembangan
pribadi penyembuhan dan penerimaan diri sendiri.
Setiap rumusan pokok tujuan mengandung hal pokok sebagai berikut :
Rumusan 1 (Hamin &Clifford,dalam Jones,1951)
Agar individu dapat :
-          Membuat pilihan –pilihan
-          Membuat penyesuaian-penyesuaian
-          Membuat interpretasi-interpretasi.
Rumusan 2  (Broadshow dalam Mc.Daniel,1956)
Memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.
Rumusan 3 ( Shoben,dalam Bernard Fullmer,1969)
Rekontruksi budaya sekolah.
Rumusan 4 ( Tiedeman,dalam Bernard&Fullmer,1996)
Membantu orang agar menjadi insan yang berguna.
Rumusan 5 (Colleman,dalam Thomson &Rudolph,1983)
Bimbingan dan konseling bertujuan :
-          Memberikan dukungan
-          Memberikan wawasan,pandangan,pemahaman,keterampilan dan alternatif baru
-          Mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Rumusan 6 (Thompson & Rudolph,1983)
Bimbingan dan konseling bertujuan agar klien :
-          Mengikuti kemauan atau saran-saran konselor
-          Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif
-          Melakukan  pemecahan masalah
-          Melakukan pengambilan keputusan,pengembangan kesadaran dan pengembangan
pribadi
-          Mengembangkan penerimaan diri
-          Memberikan pengukuhan.
Rumusan 7 (Myers,1992)
Membantu individu untuk mengembangkan dirinya,dalam arti mengadakan perubahan-
perubahan positif pada diri individu terssebut.
2.      Tujuan khusus
      Adapun tujuan khusus dari bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan
umum yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami individu yang
bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang dialami. Sebagaimana kita
ketahui bahwa individu memiliki karakteristik yang bersifat unik, sehingga tujuan khusus dari
bimbingan dan konseling juga bersifat unik pula, dimana untuk pencapaian tujuannya
disesuaikan dengan karakteristik masing - masing individu,atau tidak boleh disamakan.
B.    Fungsi dalam bimbingan dan konseling
1.      Fungsi pemahaman
            Fungsi ini memungkinkan pihak–pihak yang berkepentingan dengan peningkatan
perkembangan dan kehidupan klien (klien, konselor dan orang ketiga) memahami berbagai
hal yang esensial berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien. Fokus utama
pelayanan bimbingan dan konseling yaitu klien dengan berbagai permasalahannya dan
dengan tujuan konseling. Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan
bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh
klien sendiri dan oleh pihak – pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman
tentang lingkungan diri klien.
a.   Pemahaman tentang Klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien.
Sebelum seorang konselor atau pihak–pihak lain dapat memberikan layanan tertentu kepada
klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami klien yang akan dibantu itu. Materi
dalam pemahaman ini dapat dikelompokkan menjadi berbagai data tentang:
1) Keluarga
2) Kesehatan jasmani
3) Riwayat pendidikan sekolah
4) Pengalaman belajar di sekolah dan di rumah
5) Pergaulan sosial
6) Rencana pendidikan lanjut
7) Kegiatan di luar sekolah
8) Hoby dan kesukaran yang mungkin dihadapi
Pemahaman tentang diri klien, pertama kali perlu dipahami oleh klien sendiri yang
menyangkut kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya. Adapun pihak lain yang juga perlu
memahami diri klien adalah pihak – pihak yang berkepentingan (guru,orangtua ).Pemahaman
pihak lain terhadap klien dipergunakan oleh konselor secara langsung untuk memberi
pelayanan bimbingan dan konseling, maupun sebagai bahan acuan utama dalam rangka
kerjasama dengan pihak–pihak lain dalam membantu klien. Bagi konselor, upaya
mewujudkan fungsi pemahaman merupakan tugas awal pada setiap penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling.
b.      Pemahaman tentang Masalah Klien
Pemahaman terhadap masalah klien membantu konselor dalam memberikan penanganan
masalah, oleh karena itu maka pemahaman ini wajib dilaksanakan. Pemahaman terhadap
masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut pautnya, sebab–
sebabnya dan kemungkinan berkembangnya masalah ini jika tidak segera ditangani.
c.  Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
Untuk dapat memahami individu secara mendalam, maka pemahaman terhadap individu
tidak hanya mencakup pemahaman terhadap lingkungan dalam arti sempit (seperti keadaan
rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi, dan keadaan sosio emosional keluarga,
hubungan antar tetangga dan teman sebaya) tetapi termasuk pemahaman terhadap lingkungan
yang lebih luas itu yaitu diperolehnya berbagai informasi yang diperlukan oleh individu
seperti informasi pendidikan dan jabatan,informasi promosi dan pendidikan lebih lanjut, bagi
para karyawan, dan lain sebagainya.
2. Fungsi pencegahan
            Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan berupa
bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat
perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi,
program bimbingan karier, inventarisasi data dan sebagainya.
            Upaya pencegahan yang dapat dilakukan konselor adalah:
Ø  Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap
individu yang bersangkutan.
Ø  Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri pribadi klien.
Ø  Meningkatkan kemampuan individu untuk hal-hal yang diperlukan dan mempengaruhi
perkembangan dan kehidupannya.
Ø  Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan           resiko
yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberi manfaat.
Ø  Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
3. Fungsi pengentasan
     Klien yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan untuk
dientaskannya masalah yang tidak mengenakkan dari dirinya. Di sinilah fungsi pengentasan
( perbaikan ) itu berperan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami klien.
4. Fungsi pengembangan
            Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan   dapat
membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara
mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga
agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian klien dapat memelihara dan mengembangkan
berbagai    potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara   
mantap dan berkelanjutan.
Semua fungsi bimbingan dan konseling harus dijalankan sesuai fungsi masing–masinng
bidang karena dari fungsi ini akan berkaitan dengan manfaat atau kegunaan dan keuntungan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Karena tujuan bimbingan dan konseling disini
adalah membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka
secara optimal.
C.  Orientasi Bimbingan dan Konseling
            Orientasi bimbingan dan konseling adalah titik berat pandangan atau pusat perhatian
konselor terhadap kliennya. Berikut beberapa jenis orientasi bimbingan dan konseling.
1. Orientasi perseorangan
            Orientasi perorangan bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor
menitikberatkan pandangan pada siswa secara optimal. Dalam hal ini individu diutamakan
dan kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu terhadap
individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan  untuk kepentingan dan kebahagiaan
individu dan bukan sebaliknya. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak
berarti mengabaikan kepentingan kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan
dalam kaitannya dalam hubungan timbal balik yang wajar antara individu dengan
kelompoknya.
                Kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui
terpenuhinya kepentingan dan terpercayainya kebahagiaan individu. Apabila secara individu
para anggota kelompok itu dapat terpenuhi kepentingannya dan merasa bahagia dapat
diharapkan kepentingn kelompokpun terpenuhi pula. Pelayanan bimbingan dan konseling
yang berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan
dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kelompok sepanjang nilai-nilai itu sesuai
dengan norma-norma umum yang berlaku.
                Kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan
konseling, yaitu:
a)     Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan
konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi
sasaran layanan.
b)     Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan yang berkenaan dengan individu
untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi dan kemampuan potensialnya yang
semuanya unik, membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi dan
potensinya kearah pengembangan yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnya
untuk dirinya sendiri dan lingkungan.
c)      Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara individual
(Ronger, dalam mcdaniel, 1956).
d)     Tanggung jawab konselor untuk memahami minat, kemampuan dan perasaan klien serta
untuk menyesuaikan program-program pelayanan dan kebutuhan klien setepat mungkin.
2. Orientasi perkembangan
Orientasi perkembangan dalam bidang bimbingan dan konseling menekankan peran
perkembangan yang terjadi pada saat ini dan yang akan terjadi pada diri individu di masa
yang akan datang. Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada
individu dan sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem
yang menjadkan laju perkembangan klien. Menurut Myrick (dalam mayers, 1992)
perkembangaan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti pelayanan
bimbingan. Tahun 1950-an perkembangan bimbingan dan konseling sejalan dengan konsepsi
tugas-tugas perkembangan yang dicetuskan oleh havighurst. Dalam hal ini peranan
bimbingan dan konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu
menjadi alur perkembangannya.
Ivey dan Rigazio (dalam Mayers,1992) menekankan bahwa orientasi  perkembangan yang
justru merupakan ciri khas yang menjadi inti gerakan bimbingan. Praktek bimbingaan dan
konseling tidak lain adalah memberikan kemudian yang berlangsung pada perkembangan
berkelanjutan. Permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai
terhalangnya perkembangan, dan hal itu mendorong semua konselor dan klien bekerja sama
untuk menghilangkan penghalang itu serta mempengaruhi lajunya perkembangan klien.
Secara khusus Thompson & Rudolph (1983) melihat perkembangannya anak- anak
berkemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk :
1.      Hambatan egosentrisme ketidakmampuan melihat kemungkinan lain diluar apa yang
dipahaminya.
2.      Hambatan konsentrasi ketidakmampuan memusatkan perhatian pada lebih dari satu
aspek tentang suatu hal.
3.      Hambatan reversibilitas ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik dari alur yang
dipahami semula.
4.      Hambatan transformasi ketidakmampuan meletakkan sesuatu pada suasana urutan yang
ditetapkan.
      Di sisi lain, Thompson & Rudolp menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling
adalah menangani hambatan - hambatan perkembangan itu.

 3.    Orientasi permasalahan
Orientasi masalah secara langsung bersangkut paut dengan fungsi dan fungsi pengentasan.
Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah yang mungkin 
membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah
terlanjur megalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi lainnya yaitu fungsi
pemahaman dan fungsi pemeliharaan atau pengembangan pada dasarnya juga bersangkut
paut dengan permasalahan dengan klien.
Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami informasi dan aspek lingkungan
yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat pula
bermanfaat dalam upaya pengentasan masalah yang terjadi. Fungsi pemeliharaan dapat
mengarah pada tercegahnya ataupun terentaskannya masalah tertentu. Konsep orientasi
masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan dengan
demikian pula menyusupi  segenap jenis layanan kegiatan belajar bimbingan dan konseling.
Ketiga orientasi tersebut dalam pelayanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan
baik di sekolah maupun luar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Priyatno dan Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.

Mugiarso, Heru. 2011. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Pusat Pengembangan


MKU/MKDK-LP3 UNNES

Kartadinata Sunaryo,dkk tahun 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV Maulana.

http://teguhfuady.blogspot.com/2010/04/asas-prinsip-dan-tujuan-bimbingan.html

http://ashakhso.blogspot.com/2012/01/asas-asas-dan-prinsip-prinsip-bimbingan.html

Anda mungkin juga menyukai