Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Matan, keyakinan, dan cita-cita hidup Muhammadiyah”

Dosen pembimbing

Drs.Mustaqim Fadhil,M.S.I

Disusun Oleh

Nike Lestari 20191113019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Matan, keyakinan, dan cita-cita hidup Muhammadiyah”
ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah AIK-3.

Penyusun menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penyusun mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan terimakasih.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan, baik
dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempernaan makalah ini. Akhirnya
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.
Amin.

Surabaya, 17 Maret 2021

Penyusun
Daftar Isi

Bab I Pendahuuan 1
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3

Bab II Landasan Teori 4


Bab III Gambaran Umum Objek Penulisan

3.1 Sejarah Perumusan (MKCH) 5


3.1 Isi (MKCH)
Bab IV Pembahasan 4
Bab V Penutup 4

5.1 Kesimpulan 2
5.2 Saran 3

Daftar Pustaka 3
Bab I

Pendahuuan

1.1 Latar Belakang

Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah biasa disingkat MKCHM adalah sebuah
dokumen yang memuat tentang salah satu landasan ideologis persyarikatan Muhammadiyah.
MKCHM merupakan putusan resmi Persyarikatan Muhammadiyah yang berisi tentang
keyakinan dan cita-cita hidup.  Jadi, tidak hanya individu manusia saja yang punya keyakinan
dan cita-cita, organisasi bahkan negara pun punya. Yang membedakan hanyalah pemilik
keyakinan dan cita-cita. Untuk individu tentu hanya satu orang, sedangkan organisasi banyak
orang karena merupakan kumpulan dari sekelompok individu. Karena merupakan kumpulan
individu, maka keyakinan dan cita-cita organisasi itu hasil pembicaraan serta kesepakatan dari
orang-orang dalam organisasi itu. MKCHM berfungsi sebagai penegasan tentang kedudukan
manusia di hadapan Alloh SWT dan diantara manusia sendiri, penunjuk arah menuju
terwujudnya cita-cita dan gerakan Muhammadiyah. Juga penegas Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam dan tajdid.

Unsur-unsur yang harus ada pada setiap ideologi adalah adanya pandangan komprehensif tentang
manusia dan dunia, alam semesta di mana manusia hidup, adanya rencana penataan kehidupan
sosial dan politik berdasarkan paham tersebut, adanya kesadaran dan pencanangan bahwa
realisasi rencana dengan tertib di atas membawa perjuangan dan pergumulan yang menuntut
perombakan dan perubahan, adanya usaha mengarahkan masyarakat untuk menerima secara
yakin perangkat paham serta kerja yang diturunkan dari perangkat paham tersebut, adanya usaha
menjangkau lapisan masyarakat seluas mungkin, meskipun sangat diandalkan sekelompok kecil
manusia yang merupakn otak pembina.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam bukan hanya tempat berkumpul dan tanpa tujuan yang
jelas. Muhammadiyah merupakan suatu gerakan agama yang di dalamnya terkandung sistem
keyakinan (belief system), pengetahuan (knowledge), organisasi (organization), dan praktik
praktik aktivitas (practices activity) yang mengarah pada tujuan (goal) yang dicita-citakan.1
Adapun cita-cita Muhammadiyah adalah terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.2
Ideologi Muhammadiyah yaitu sebuah gerakan dengan sistem dan teori Islam pada seluruh
aspek kehidupan manusia untuk tajdīd (pembaharuan) sehingga selalu memiliki agenda
berkemajuan (Iṣlāh). Ideologi gerakan Muhammadiyah ini tersusun menjadi sebuah pemikiran
yang tercantum dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian
Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah
Muhammadiyah dan pemikiran-pemikiran formal lainnya.

Setiap yang hidup pasti memiliki sebuah cita-cita, bahkan kita hidup ini harus memiliki sebuah
cita-cita, dengan cita-cita kita hidup, dengan cita-cita pula kita berambisi. Tetapi cita-cita tanpa
sebuah keyakinan adalah sebuah mimpi belaka. Cita-cita diiringi dengan keyakinan akan
memberikan kita semangat dalam mengejar cita-cita kita itu.  Cita-cita dan tujuan persyarikatan
tersebut ditetapkan dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah disingkat MKCH
yang meliputi keyakinan inti yang menjadi kekuatan dan membedakan Muhammadiyah dengan
Ormas keagamaan lainnya. Maka dari itu makalah kami kali ini akan mengangkat topik Matan
Kehidupan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, agar kita bisa mengerti bagaimana cita-cita hidup
Muhammadiyah

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana sejarah dan isi perumusan Matan, keyakinan, dan cita-cita hidup Muhammadiyah?

1.3 Tujuan

Mengetahui sejarah dan isi perumusan Matan, keyakinan, dan cita-cita hidup Muhammadiyah.
Bab II

Landasan Teori

QS. Saba' Ayat 15

Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu
dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah
olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun".

QS. Ali 'Imran Ayat 19

Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-
Nya
Bab III

Gambaran Umum Objek Penulisan

3.1 Sejarah Perumusan

(Saiful Amin: 80) Menurut Mochlas Abror, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah (MKCH), pada mulanya merupakan puttusan dari sidang tanwir ponogoro tahun
1969, selain melahirkan khitah ponogoro yang membahas soal politik, juga berhasil merumuskan
matan keyakinan dan cita-cita hidup muhammadiah (MKCHM) yang merupakan pandangan
muhammadiah yang berdasarkan epistemologi islam atau paham keagamaan menurut
muhammadiyah, perumusan MKCHM sesungguhnya merupakan mandad dari hasil muktamar
ke-37 tahun 1968 yang memberikan rekomendasi agar muhammadiyah segera merumuskan
konsep yang idiologis yang mampu melahirkan matan keyakinan dan cita-cita hidup
muhammadiah dan khitah perjuangan.

Pada keputusan itu, terdapat 9 ayat yang kemudian dirumuskan kembali dan disempurnakan pada
tahun 1970 dalam sidang tanwir Muhamadiyah di Yogyakarta menjadi 5 (lima) ayat. Dalam
perumusan MKCH itu sendiri Muktama Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta dengan tema
“Tajdid” menggagas pembaruan dalam 5 bidang, yaitu:

1. Ideologi
2. Kittah perjuangan
3. Gerak dan amal usaha
4. Organisasi
5. Sasaran

 Keputusan mukhtamar ke-37 yang menjadikan cikal bakal di rumuskannya matan keyakinan dan
cita-cita hidup muhammadiyah yang berbunyi bahwa setelah mempelajari perasaran tentang
tajdid idiologi atau keyakinan hidup dan khitah perjuangan muhammadiah yang di sampaikan
oleh H.M.Djidar Tamimy, dan tangapan-tangapan dari mutamirin terhadap perasaran tersebut.
Menyadari

Bahwa perlu adanya suatu perumusan penegasan tentang konsepsi yang sistematis dan
menyeluruh menurut ajaran-ajaran islam, yang dapat menjadi pegangan dan tuntunan  bagi umat
islam umumnya dan keluarga muhammadiah khususnya, dan menyadari pula bahwa untuk
merumuskan konsepsi tersebut memerlukan penyelidikan dan pembahasan yang lebih mendalam.

Memutuskan

1. Menerima prasaran tersebut pada garis besarnya.


2. Mengamanatkan pada pimpinan pusat muhammadiyah untuk membentuk tim
penyusunan konsepsi tersebut, dengan mengikut sertakan ahli-ahli dalam berbagai
bidang.
3. Menerima saran dan tanggapan-tanggapan yang akan menjadi bahan penyusunan
konsepsi termaksud.

Perlu diketahui bahwa muktamar ini adalah yang pertama kali digelar memasuki zaman
orde baru. Pada waktu itu tokoh-tokoh Muhammadiyah melakukan semacam muhasabah,
otokritik. Dalam muktamar itulah dirasakan perlu melakukan koreksi total. Salah satu tekad itu
adalah tajdid dalam bidang ideologi. Walhasil, terbentuk salah satu keputusan muktamar yang
dikenal dengan .“Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah”

Menurut Keputusan Muhammadiyah, tajdid biasa diartikan “...mengembalikan kepada ajaran-


ajaran Islam yang asli-murni.”4 Menurut Ahmad Syafii Maarif, perumusan tersebut masih terlalu
abstrak, terlalu bersifat aqidah, dan belum membumi. Atau dalam istilah Husein Ahmad, tajdid
masih diartikan sebagai “puritanisme yang menekankan pada pemurnian ketauhidan dan ibadah.”
Seharusnya pemikiran tajdid mencakup yang lebih luas, seluas dimensi kehidupan manusia itu
sendiri. Dalam perspektif ini, al-Quran harus mempunyai nilai praktis yang dapat memberikan
arah pemecahan soal terhadap tuntutan hidup manusia yang senantiasa berkembang dan berubah,
baik dalam bidang sosioekonomi, sosio-politik, maupun dalam bidang ilmu dan teknologi.5 Bila
jawaban secara Islam belum mampu kita berikan, maka proses sekularisme akan telah menjadi
kenyataan dalam kehidupan masyarakat kita. Ajaran Islam yang kita terapkan sekarang ini
kebanyakan hanya masih sebatas pada hukum keluarga, dan itupun semakin terdesak, sebab
dalam wilayah hukum waris umat Islam tidak selalu berpedoman pada ajaran Islam. Bagaimana
dengan wilayah kehidupan yang lain, seperti dalam bidang ekonomi, politik, dan sebagainya?
Diakui atau tidak, umat Islam di seluruh dunia sudah lama hidup di bawah payung sekularisme
Semua ini terjadi karena ijtihad7 yang kita lakukan jauh dari memadai untuk menjawab
persoalan-persoalan baru yang muncul silih berganti.

Pernyataan Buya Ahmad Syafii Maarif tentang sekularisme itu “zabad” (buih) yang akan
menghilang dengan siasia tersebut di atas, hal ini bisa dilihat dalam firman Allah sebagai
berikut :

Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah
menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya
seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang
batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang
bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan. (
QS. Ar-Ra’d(13): 17)

Dari ayat tersebut di atas, Allah SWT membuat perumpamaan kepada kita bahwa yang benar dan
yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. Yang benar sama
dengan air atau logam murni, yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap
dan tidak ada gunanya bagi manusia. Meskipun yang bathil pasti lenyap, akan tetapi jika
kebenaran tidak terorganisir, ia pasti akan kalah oleh kebathilan yang terorganisir. Inilah
tantangan yang berat bagi warga Muhammadiyah. Apalagi di dalam Matan Keyakinan dan Cita-
Cita Hidup Muhammadiyah “belum terjabarkan secara meyakinkan”. Yang menjadi masalah dari
pernyataan di atas, bukan dalam hal Matan keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah-nya,
akan tetapi kebelum-mampuan kita untuk membuat “konsepsi-konsepsi ajaran Islam yang
meliputi itu,” yang barangkali dapat ditawarkan sebagai alternatif bagi dunia kemanusiaan yang
hidup dalam abad ke21 ini. Tapi yang jelas kita berusaha dan sedang memulai ke arah itu,
dengan melakukan kajian-kajian keislaman secara rutin. Hal ini sudah barang tentu tidak cukup,
belum memadai, apalagi kita, warga Muhammadiyah sering terpukau oleh kehebatan amal
usahanya yang praktis, sehingga kerja-kerja intelektual yang bernilai strategis terlalaikan. Jadi
yang mesti diperhatikan untuk mendukung ke arah tajdid, pembaharuan tersebut di atas adalah
mutlaknya posisi perpustakaan Islam yang representatif. Hal ini dimaksudkan agar
Muhammadiyah tidak kehabisan inspirasi untuk berpikir kreatif. Di samping itu, jika
Muhammadiyah sudah mempunyai perpustakaan Islam yang representatif, maka
Muhammadiyah akan semakin berwibawa dan diperhitungkan orang, khususnya di bidang
moral-intelektual, di samping wibawa karena amal usahanya di bidang sosio kemanusiaan yang
memang hebat.

3.2 Isi Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH)

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) diputuskan oleh Tanwir Muhammadiyah
1969 di Ponorogo, sebagai kelanjutan amanat Muktamar 1968 di Yogyakarta. Matan ini
disempurnakan oleh PP Muhammadiyah tahun 1970. Muktamar ke-37 di Yogyakarta bertema
Tajdid Muhammadiyah, yang melakukan koreksi organisasi dan re-tajdid bidang: ideologi
(keyakinan dan cita-cita hidup), khittah perjuangan, gerak dan amal usaha, organisasi, dan
sasaran (tajdid).
Muktamar ini diadakan untuk pertama kalinya di masa Orde Baru yang melakukan kebijakan
depolitisasi dan deideologisasi. Di masa itu terjadi perubahan sosial akibat modernisasi (Haedar
Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah, 2016). Selain itu, menurut Muchlas Abror,
keterlibatan Muhammadiyah di Masyumi sebelum itu dirasa berdampak pada stabilitas gerak
organisasi. Muhammadiyah melakukan evaluasi dan menyusun panduan ideologis: Matan
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH) Muhammadiyah:
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, beraqidah
Islam dan bersumber pada Al Quran dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya
masyarakat utama, adil, makmur yang diridloi Allah, untuk melaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada
Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang
masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi.

3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) Al Quran, kitab Allah yang


diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; b) Sunnah Rasul, penjelasan dan pelaksanaan
ajaran-ajaran Al Quran yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan menggunakan akal
pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.

4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-


bidang yaitu: a) Aqidah; b) Akhlak; c) Ibadah; d) Muamalah Duniawiyah.

5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat


karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa
dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945, untuk berusaha
bersama-sama menjadikan suatu Negara yang adil dan makmur dan diridloi Allah, “Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” (Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo).
Bab IV

Pembahasan

Agama islam ialah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya mulai dari nabi adam
hingga nabi terakhir yaitu nabi Muhammad SAW, yang di utus dengan membawa syari’at agama
yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa maka tetap berlaku sampai sekarang
dan untuk masa selanjutnya.

“agama (yakni agama islam yang di bawa oleh nabi muhammad saw) ialah apa yang
diturunkan allah didalam al-qur’an dan yang tersebut didalam sunnah shahih berupa perintah-
perintah dan larangan-larangan serta petunju-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan di
akhirat.”(PUTUSAN MAJLIS TARJIH)

Dasar agama: al-qur’an dan sunnah rasul. Al-Qur’an dan sunah rasul sebagai penjelasnya adalah
pokok dasar hukum/ajaran islam yang mengandung ajaran  yang benar Akal-pikiran/Al-Ra’yu
adalah alat untuk:

 Mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam al-qur’an dan


sunnah Rasul.
 Mengetahui maksud yang tercantum dalam al-qur’an dan sunnah rasul

Muhammadiyah berpendirian bahwa pintu ijtihat senantiasa terbuka. Muhammadiyah


berpendirian bahwa dalam beragama hendaklah berdasarkan pengertian yang benar dengann
ijtihad dan ittiba’. Muhammadiyah dalam menetapkan tuntunan yang berhubungan dengan
masalah agama baik bagi kehidupan perseorangan atau pun bagi kehidupan gerakan, adalah
dengan dasar-dasar seperti tersebut di atas, dilakukan dalam musyawarah oleh para ahlinya
dengan cara yang sudah lazim disebut “tarjih” ialah membanding-bandingkan pendapat dalam
musyawarah dan kemudian diambil mana keputusannya yang lebih kuat. Dengan dasar dan cara 
memahami agama seperti tersebut di atas Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran islam
merupakan “kesatuan ajaran” yang tak mungkin di pisahkan yang meliputi:
Ø  Aqidah

Ø  Akhlak

Ø  Ibadah

Ø  Mu’amalat

Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang bersumberkan islam yang murni seperti
yang tersebut di atas, muhammaiah menyadari kewajibanya, berjuang dan mengajak segenap
golongan dan lapisan bangsa indonesia, untuk mengatur dan membangun tanah air dan negara
indonesia, sehingga terbentuknya masyakat  dan negara adil dan makmur, sejahtera bahagia,
materil dan spiritual yang di ridhai ALLAH SWT. Mengingat perkembangan sejarah dan
kenyataan bangsa indonesia sampai dewasa ini, semua yang ingin dilaksanakan dan dicapai oleh
Muhammadiyah dari pada keyakinan dan cita-cita hidupnya, bukanah hal yang baru dan
hakekatnya adalah sesuatu yang wajar. Sedangkan pola perjuangan Muhammadiyah dalam
melaksanakan dan mencapai keyakinan dan cita-cita hidupnya dalam arti dan proporsi yang
sebenar-benarnya, sebagai jalan satu-satunya, lebih lanjut mengenai soal ini dapat diketahui dan
difahami dalam khittah perjuangan muhammadiyah.

VISI : “terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya”

MISI:

1). Menegakan tauhid yang murni berdasarkan Al-Qur’an dan As- Sunnah.

2). Menyebarkan ajaran islam yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3). Mewujudkan islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat


Bab V

Penutup

5.1 kesimpulan

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH) diputuskan oleh Tanwir


Muhammadiyah 1969 di Ponorogo, sebagai kelanjutan amanat Muktamar 1968 di
Yogyakarta. Matan ini disempurnakan oleh PP Muhammadiyah tahun 1970.
Muktamar ke-37 di Yogyakarta bertema Tajdid Muhammadiyah, yang melakukan
koreksi organisasi dan re-tajdid bidang: ideologi (keyakinan dan cita-cita hidup),
khittah perjuangan, gerak dan amal usaha, organisasi, dan sasaran
(tajdid).Muktamar ini diadakan untuk pertama kalinya di masa Orde Baru yang
melakukan kebijakan depolitisasi dan deideologisasi. Di masa itu terjadi
perubahan sosial akibat modernisasi (Haedar Nashir, Memahami Ideologi
Muhammadiyah,  2016). Selain itu, menurut Muchlas Abror,
keterlibatan Muhammadiyah di Masyumi sebelum itu dirasa berdampak pada
stabilitas gerak organisasi. Muhammadiyah melakukan evaluasi dan menyusun
panduan ideologis: Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH)
Muhammadiyah:
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al Quran dan Sunnah, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridloi
Allah, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan
khalifah Allah di muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa
dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hidayah dan
rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin
kesejahteraan hidup materil dan spiritual, duniawi dan ukhrawi
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan: a) Al Quran, kitab
Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; b) Sunnah Rasul,
penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al Quran yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW, dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang yaitu: a) Aqidah; b) Akhlak; c) Ibadah; d) Muamalah
Duniawiyah.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar
pada Pancasila dan UUD 1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan
suatu Negara yang adil dan makmur dan diridloi Allah, “Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur” (Keputusan Tanwir Tahun 1969 di
Ponorogo).

Rumusan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup disempurnakan oleh PP


Muhammadiyah, atas kuasa Tanwir 1970 di Yogyakarta dan disesuaikan dengan
keputusan Muktamar ke-41 di Surakarta. Lima angka tersebut dibagi menjadi tiga
kelompok. Pertama, angka 1 dan 2, mengandung pokok-pokok persoalam yang
bersifat ideologis. Kedua, angka 3 dan 4, mengandung persoalan mengenai paham
agama menurut Muhammadiyah. Ketiga, angka 5, mengandung persoalan
mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam Negara Republik Indonesia.
Hidup berasas Islam ini berimplikasi pada kesadaran cita-cita hidup yang
ingin dicapai, berupa terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat yang baik dan
diridhai Allah. Muhammadiyah menyadari kewajibannya, berjuang dan mengajak
segenap lapisan bangsa melalui jalur kultural untuk mengatur dan membangun
tanah air dan Negara Indonesia

5.2 Saran
Sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: “menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridlai Allah SWT. Maka alam melaksanakan usaha tersebut,
Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di
dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Salah satunya
adalahMuhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang seperti Aqidah, Akhlak,Ibadah,MuamalahDuniawiyah.
DAFTAR PUSTAKA

Majelis dikti litbang, dan Lpi pp muhammadiyah. 2010. Satu Abad Muhammadiyah Jakarta: Kompas
media pustaka
Suara Muhammadiyah. 2010. Manhaj Gerakan Muhammadiyah. Yogyakarta
Fathurrahman Djamil. 1995. Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta : logos Publishing
House,.
Haedar Nashir. 1992. Dialog Pemikiran Islam dalam Muhammadiyah. Yogyakarta: Badan Pendidikan
Kader PP Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai