Anda di halaman 1dari 16

COVID-20

Definisi :

Polihidramnion (hidramnion) adalah kondisi medis pada kehamilan

berupa kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban. Hal ini biasanya

didiagnosis jika indeks cairan amnion (AFI) dari pemeriksaan USG lebih

besar dari 20 cm (≥ 20 cm). Di mana volume dari air ketuban > 2000 ml.

Gambar 2.1: Polihidramnion

Patofisiologi :

Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung

ketuban menentukan volume cairan ketuban. Urine janin, produksi cairan


paru-paru, proses menelan, penyerapan intramembranous (ke dalam

kompartemen vaskuler janin) memberikan kontribusi penting terhadap

pergerakan cairan di akhir kehamilan, faktor lain (misalnya, produksi air

liur) memberikan kontribusi minimal. Kontribusi relatif dari setiap rute

pertukaran cairan bervariasi pada setiap kehamilan. Variasi dalam cairan

tubuh janin atau homeostasis endokrin juga mempengaruhi volume

produksi urin janin, menelan, dan sekresi paru-paru. Selama trimester

terakhir, output urin setara sekitar 30 persen dari berat badan janin, proses

menelan sekitar 20 sampai 25 persen, sekresi paru-paru 10 persen (satu-

setengah dari sekresi paru-paru tertelan oleh dan setengah lainnya

diekskresikan ke dalam cairan ketuban), sedangkan sekresi oral-nasal dan

aliran transmembranous (langsung ke dalam kompartemen ibu) mewakili

sekitar <1 persen dari berat badan janin. Janin yang hampir cukup bulan

mengeluarkan 500-1200 mL urin dan menelan 210 - 760 ml cairan ketuban

setiap hari. Jadi, perubahan harian yang relatif kecil dalam produksi urin

janin atau proses menelan dapat menyebabkan perubahan volume cairan

amnion. Akumulasi cairan amnion yang berlebihan biasanya berhubungan

dengan penurunan proses menelan janin atau meningkatnya urine janin.


Etiologi :

Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan

amnion berlebihan bisa diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak

sepenuhnya dapat diketahui pada beberapa kondisi klinis lainnya.

Penyebabnya dapat meliputi:

- Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi antar janin kembar

(peningkatan cairan ketuban pada janin kembar penerima dan

penurunan cairan ketuban pada janin kembar pendonor) atau

kehamilan multipel.

- Anomali janin, termasuk atresia esofagus (biasanya berhubungan

dengan fistula trakeoesofageal), atresia duodenum, dan atresia usus

lainnya.

- Kelainan SSP dan penyakit neuromuskuler yang menyebabkan

disfungsi menelan

- Anomali irama jantung kongenital terkait dengan hidrops, perdarahan

janin-ke-ibu, dan infeksi parvovirus

- Diabetes mellitus tidak terkontrol pada ibu


- Kelainan kromosom, trisomi 21 yang paling umum, diikuti dengan

trisomi 18 dan trisomi 13.

- Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada

janin.

Epidemiologi :

Di Amerika Serikat, polihidramnion terjadi pada 1% kehamilan.

Sebuah studi retrospektif tentang hasil USG pasien yang datang klinik

antenatal secara rutin di Inggris menunjukkan prevalensi 0,15% terjadinya

polihidramnion.

Evaluasi angka kematian perinatal (PMR) menggunakan

ultrasonografi Chamberlin pada 7562 pasien dengan risiko tinggi

kehamilan. PMR pada pasien dengan volume cairan normal adalah 1,97

kematian per 1000 pasien. PMR meningkat menjadi 4,12 kematian per

1000 pasien dengan polihidramnion, dan 56,5 kematian per 1000 pasien

dengan oligohidramnion.
Persalinan prematur terjadi pada sekitar 26% dari ibu dengan

polihidramnion. Komplikasi lain termasuk ketuban pecah dini (KPD),

lepasnya plasenta, malpresentasi janin, SC, dan perdarahan postpartum.

Penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko anomali janin

yang terkait dalam bentuk yang lebih parah akibat polihidramnion. Dalam

tahun 1990, 20% kasus polihidramnion mengakibatkan anomali janin,

termasuk masalah sistem Gastrointestinal (40%), SSP (26%), sistem

kardiovaskular (22%), atau sistem genitourinari (13%). Pada kasus-kasus

polihidramnion tersebut, 7,5% terjadi pada kehamilan multipel, 5% karena

diabetes pada ibu, dan 8,5% sisanya karena penyebab lain. Namun,

setidaknya 50% dari pasien tidak memiliki faktor risiko yang terkait.

Gejala Klinis :

Tanda-tanda dan gejala polihidramnion merupakan hasil dari tekanan

yang diberikan dalam uterus dan pada organ terdekat.

Tanda-tanda yang didapatkan dapat berupa :

 Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya


 Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit

dilakukan

 Denyut Jantung Janin (DJJ) sulit terdengar

 Balotemen janin jelas

Polihidramnion ringan menujukkan sedikit tanda atau gejala.

Polihidramnion berat dapat menyebabkan:

- Sesak napas atau ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali ketika

berdiri

- Pembengkakan pada ekstremitas bawah, vulva dan dinding perut

- Penurunan produksi urin

- Gangguan pencernaan

- Edema

- Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan

ini sering berangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut

dan rasa seperti “meledak” serta rasa mual.

- Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih

baru
Gambar 2.2: Abdomen ibu dengan polihidramnion

Diagnosis :

Pemeriksaan Fisik

- Pada inspeksi dapat memperlihatkan rahim yang cepat membesar

pada ibu hamil.

- Kehamilan multipel yang berhubungan dengan polihidramnion.

- Kelainan janin yang berhubungan dengan polihidramnion meliputi

makrosomia neonatal, hidrops janin atau neonatus dengan anasarca,

asites, efusi pleura atau perikardial, dan obstruksi saluran

gastrointestinal (misalnya, atresia duodenum, fistula

trakeoesofageal).

- Malformasi skeletal juga dapat terjadi, termasuk dislokasi pinggul

kongenital dan cacat tungkai.


- Kelainan pada gerakan janin menandakan kelainan neurologis primer

atau dalam hubungannya dengan sindrom genetik.

Pemeriksaan Laboratorium

- Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe 2

- Tes hidrops janin: Jika adanya hidrops janin, imunologi dan infeksi

janin harus diselidiki. Termasuk skrining untuk antibodi ibu ke

antigen D, C, Kell, Duffy, dan Kidd untuk menentukan produksi

antibodi ibu terhadap sel darah merah janin. Infeksi janin dapat

meliputi cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, sifilis, dan

Parvovirus B19. Pemeriksaan harus mencakup sebagai berikut:

 Tes Venereal Disease Research Laboratories (VDRL) untuk tes

sifilis

 Titer Imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) untuk

mengevaluasi paparan terhadap rubella, CMV, toksoplasmosis

dan parvovirus

 Tes untuk virus bawaan dalam cairan ketuban dengan

menggunakan polymerase chain reaction (PCR)

- Tes Kleihauer-Betke untuk mengevaluasi perdarahan janin-ibu


- Hemoglobin Bart pada pasien keturunan Asia (yang mungkin

didapatkanheterozigot pada alfa-thalassemia)

- Karyotyping Janin untuk trisomi 21, 13 dan 18

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Operator berpengalaman dapat mendeteksi polihidramnion secara

subyektif. Suatu pendekatan kuantitatif dapat dilakukan dengan membagi

rongga rahim menjadi empat kuadran atau kantong. Kantong vertikal

terbesar diukur dalam sentimeter dan volume total dihitung dengan

mengalikan tingkat ini dengan 4. Hal ini dikenal sebagai Amnion Fluid

Index (AFI). Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI lebih dari 24 cm atau

kabtong tunggal cairan minimal 8 cm yang menghasilkan volume cairan

total lebih dari 2.000 mL.

AFI adalah salah satu dari lima cara untuk menilai komponen dari

profil biofisik (tes non-invasif yang dapat mendeteksi ada atau tidak

adanya asfiksia janin). Komponen lainnya adalah gerakan pernapasan

janin, gerakan tubuh, nada janin dan monitoring jantung janin.

Prenatal ultrasonografi pada polihidramnion dapat berupa:


- Evaluasi proses menelan janin. Penurunantingkat menelan janin

terjadi pada anencephaly, trisomi 18, trisomi 21, distrofi otot, dan

displasia tulang.

- Evaluasi anatomi janin; menilai hernia diafragma, massa paru-paru,

dan tidak adanya gelembung perut (yang berhubungan dengan

atresia esofagus). Tanda gelembung ganda atau duodenum melebar

menunjukkan kemungkinan atresia duodenum.

- Test untuk aritmia dan malformasi janin yang menyebabkan

kegagalan jantung dan hidrops.

- Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan

hidrop janin.

- Janin makrosomia diamati dalam kaitannya dengan diabetes ibu yang

tidak terkontrol.

- Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin

untuk melihat adanya anemia janin.


Gambar 2.3: Scan USG pada hamil gemelli
Tampak pada gambar atas janin kembar resipien memiliki cairan amnion
dalam jumlah besar (bayi bahkan tidak tampak pada gambar).
Pada gambar bawah, tampak cairan hanya tersisa pada sekitar janin
pendonor dalam jumlah kecil di antara kedua kakinya (ditunjukkan oleh
tanda silang).

Tatalaksana :
- Langkah pertama adalah untuk mengidentifikasi apakah penyebab

yang mendasari.

- Polihidramnion ringan dapat cukup dipantau dan diobati secara

konservatif.

- Persalinan prematur biasa dilakukan karena overdistensi dari rahim,

dan langkah-langkah harus diambil untuk meminimalkan komplikasi

ini. Termasuk pemeriksaan antenatal yang teratur dan pemeriksaan

rahim dan bedrest sampai cukup bulan.

- Steroid intramuskular harus diberikan kepada ibu pada antenatal jika

dipertimbangkan untuk dilakukannya persalinan prematur. Hal ini

membantu untuk meningkatkan kematangan paru-paru.

- Scan ultrasound serial harus dilakukan untuk memantau AFI dan

monitor pertumbuhan janin.

- Anemia hidrops janin diobati dengan transfusi eritrosit, baik

intravaskular atau melalui perut janin. Hal ini mengurangi

kemungkinan kegagalan kongestif janin, sehingga memungkinkan

perpanjangan kehamilan dan meningkatkan kelangsungan hidup.


- Jika didiagnosis adanya diabetes kehamilan, kontrol glikemik yang

ketat harus dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan

manipulasi diet dan insulin jarang dibutuhkan.

- Indometacin adalah obat pilihan untuk pengobatan medis

polihidramnion. Hal ini sangat efektif, terutama dalam kasus dimana

kondisi ini terkait dengan peningkatan produksi urin janin.

Mekanisme aksi menjadi efek pada produksi urin oleh ginjal janin,

mungkin dengan meningkatkan efek dari vasopresin. Hal ini tidak

efektif dalam kasus di mana penyebab yang mendasari adalah

penyakit neuromuskuler yang mempengaruhi proses menelan janin,

atau hidrosefalus. Tapi hal ini merupakan kontraindikasi pada

sindrom kembar-ke-kembar atau setelah 35 minggu, karena efek

samping yang ditimbulkan lebih besar daripada manfaat dalam kasus

ini.

- Amniosentesis direkomendasikan dalam kasus di mana indometacin

menjadi suatu kontraindikasi, pada polihidramnion berat, atau pada

pasien yang simptomatik. Ini menjadi kontraindikasi pada ketuban

pecah dini atau pelepasan plasenta, atau korioamnionitis

(peradangan selaput chorioamniotic dan cairan - biasanya infektif).


- Induksi persalinan harus dipertimbangkan jika gawat janin

berkembang. Di atas 35 minggu mungkin lebih aman untuk

dilahirkan. Induksi dengan ruptur buatan pada membran (ARM)

harus dikontrol, dilakukan oleh dokter kandungan dan dengan

persetujuan untuk melanjutkan dengan sectio caesar jika diperlukan.

Komplikasi :

- Risiko dan komplikasi amnioinfusi, termasuk emboli cairan amnion,

gangguan pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan

gangguan pernapasan sementara janin.

- Risiko amniosentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi

lainnya adalah terlepasnya plasenta, persalinan prematur,

perdarahan janin-ibu, sensitisasi Rh ibu, dan pneumotoraks pada

janin. Risiko infeksi janin dapat sedikit meningkat.

Prognosis :

- Jika kondisi ini tidak terkait dengan temuan lain, prognosis biasanya

baik.
- Menurut Desmedt dkk, PMR pada polihidramnion yang berhubungan

dengan malformasi janin atau plasenta adalahj sekitar 61%.

- Seperti disebutkan sebelumnya, 20% dari bayi dengan

polihidramnion memiliki beberapa anomali. Dalam hal ini, prognosis

tergantung pada beratnya anomali.

- Penelitian menunjukkan bahwa, jika keparahan polihidramnion

meningkat, kemungkinan untuk menentukan etiologi akan

meningkat.

- Dalam kasus polihidramnion ringan, kemungkinan adanya masalah

yang signifikan hanya sekitar 16,5%; hal ini harus dikomunikasikan

kepada orang tua.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hacker and mooree. Essensial Obstetric and Gynaecologi .2/e.

Philadelpia: WB saunders company, 1992.

2. Cunningham FG, MacDonald PC, Leveno KJ, Gillstrap LC. Williams

Obstetrics. 21ed. Connecticut: Appleton and Lange, 2001

3. Mochtar R. Sinopsis obstetrik, Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC,

2004

4. Brian S Carter, MD, FAAP. Pediatric Polyhydramnios. Available at URL:

http://emedicine. medscape.com/article/ 975821, accessed on August

2011.

5. Mayo Clinic Staff. Polyhydramnios. Available at URL: http://www.

mayoclinic.com/health/polyhydramnios, accessed on August 2011.

6. Polyhydramnios. http://www.patient.co.uk/doctor/Polyhydramnios.htm

Anda mungkin juga menyukai