Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH GEOSTATISTIK DAN PERMODELAN SUMBER DAYA

“KLASIFIKASI SUMBER DAYA MINERAL DAN BATUBARA BERDASARKAN PENDEKATAN


GEOSTATISTIK”

DISUSUN OLEH :

FERDI DOMALA PANI

17137087

DOSEN PENGAMPU : ADREE OCTOVA, Ssi. MT

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah geostatistik dan
permodelan sumber daya alam.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Dangung-Dangung, 10 April 2020

Ferdi Domala Pani


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………….............................


DAFTAR ISI……………………………………………………….......................
DAFTAR GAMBAR………………………………………………......................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………........................
B. Rumusan Masalah..……………………………………….........................
C. Tujuan penulisan.…………………………………………........................
D. Mnfaat Penulisan……………………………….…………........................
BAB II TEORI DASAR
A. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara………......................
B. Kelas Sumberdaya dan Cadangan Batubara……………......................
C. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral……….........................
BAB III PEMBAHASAN
A. Daerah Pengaruh Sumber Daya Klasifikasi ……….........................……
B. Relatif Kriging Standar Deviasi Untuk Klasifikasi Sumber Daya ..........
C. Geostatistik Untuk Klasifikasi Sumbar Daya Batubara .........................
D. Estimasi Sumberdaya
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………….....................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klasifikasi sumberdaya dan batubara yang selama ini cenderung
bersifat general dengan hanya mempertimbangkan faktor kuantitas dan
geometri saja misalnya ketebalan dngan jarak pengaruh tertentu yang
biasanya ditentukan secara intuitif dan juga batasan struktur geologi.
Faktor kualitas batubara misalnya kadar abu, kadar air, kadar sulfur, nilai
kalori belum dimasukkan sebagai faktor pembatas, lain halnya dengan
klasifikasi sumberdaya mineral yang selalu mempertimbangkan aspek
kuantitas maupun kualitias.
Pendekatan geostatistik yang mempertimbangkan aspek statistic
dan spasial dari variable terregional juga tidak pernah disinggung dalam
klasifikasi sumberdaya batubara. Jika aspek kualitas batubara dan
pendekatan geostatistik dipertimbangkan dalam klasifikasi sumberdaya
batubara, maka setiap cekungan batubara dengan setting geologi tertentu
dapat memiliki parameter klasifikasi sumberdaya misalnya jarak
pengaruh yang berbeda dengan cekungan batubara di tempat lain dengan
setting geologi yang berbeda.
Jarak pengaruh klasifikasi sumberdaya batubara seperti yang
tercantum pada SNI 1999 hanya didasarkan pada kriteria kompleksitas
struktur geologi dimana makin kompleks kondisi struktur geologi maka
jarak pengaruh sebaran batubara makin pendek untuk suatu klasifikasi
dengan tingkat keyakinan geologi yang tinggi. Jadi memang penentuan
jarak pengaruh untuk klasifikasi sumberdaya masih bersifat intuitif dan
terkesan kaku. Dengan pendekatan geostatistik maka jarak pengaruh dan
variabilitas untuk sebaran batubara dan kualitasya ditentukan dari range
(daerah pengaruh) variogram dan rasio nugget varians-nya.
Masalah lain yang sering timbul dalam eksplorasi batubara adalah
dalam hal melakukan optimasi kerapatan pemboran berkaitan dengan
tingkat keyakinan geologi yang nantinya juga akan berhubungan dengan
jarak pengaruh sebaran batubara dan tentu saja akan menentukan
besarnya anggaran. Dengan pendekatan geostatistik jarak atau kerapatan
pemboran dapat dioptimasi melalui parameter varians estimasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis uraikan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan estimasi cadangan dan sumber
daya?
2. Apakah yang dimaksud dengan geostatistik untuk klasifikasi
sumber daya batu bara dan mineral?
3. Bagaimana peranan geostatistik dalam pengklasifikasian sumber
daya mineral dan batubara?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan tentang estimasi cadangan dan sumberdaya
berdasarkan pendekatan geostatistik.
2. Menjelaskan tentang klasifikasi sumber daya batu bara dan
mineral berdasarkan pendekatan geostatistik.
3. Menjelaskan bagaimana estimasi klasifikasi sumber daya
mineral dan batu bara menggunakan metode Ordinary Kriging
(OK).
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah penulis dapat
mempelajari lebih dalam mengenai estimasi cadangan dan sumber daya
berdasarkan pendekatan geostatistik dan dapat mempelajari lebih dalam
mengenai klasifikasi sumber daya batu bara dan mineral berdasarkan
pendekatan geostatistik, serta penulis dapat mengetahui estimasi
klasifikasi sumber daya mineral dan batu bara menggunakan metode
Ordinary Kriging (OK).
BAB II
TEORI DASAR

A. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara


Klasifikasi sumberdaya mineral dan batubara merupakan standar
pelaporan hasil eksplorasi yang tidak bisa ditentukan oleh opini sejumlah
kecil ahli geologi melainkan harus didasarkan atas beberapa aspek.Di
antaranya adalah tingkat keyakinan geologi, kontinuitas geologi, tingkat
keyakinan teknis dan ekonomis, serta nilai harapan (ekspektasi).Cara
pengklasifikasian sumberdaya dan cadangan di Indonesia bahkan di dunia
sangat beragam sehingga perlu beberapa standar untuk dijadikan acuan.
Standar yang akan dibahas untuk pengklasifikasian sumberdaya dan
cadangan ini di Indonesia sendiri adalah SNI (Standar Nasional
Indonesia) dan JORC (Joint Ore Reserves Committee) Code. SNI
(Standar Nasional Indonesia) untuk klasifikasi sumber daya dan cadangan
batubara memiliki kode yaitu SNI 13-6011-1999 yang dikeluarkan Badan
Standarisasi Nasional pada tahun 1999. Memiliki sebelas bagian yaitu :
1. Ruang Lingkup
2. Acuan
3. Definisi
4. Istilah dan pengertian
5. Tahap Eksplorasi
6. Tipe endapan batubara dan kondisi geologi
7. Kelas sumber daya dan cadangan
8. Dasar Klasifikasi
9. Persyaratan
10. Pelaporan
11. Pengujian

Klasifikasi berdasarkan SNI adalah upaya pengelompokan


sumberdaya dan cadangan batu bara berdasarkan keyakinan geologi dan
kelayakan ekonomi. Di dalam SNI, terdapat acuan dalam tahap-tahap
eksplorasi sumberdaya batubara. Tahapan yang meliputi empat tahap
eksplorasi yaitu :
a) Survey Tinjau (Reconnaissance)
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling
awal dengan tujuan mengindentifikasi daerah–daerah yang secara
geologi mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk
diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang
kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah.
Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran
penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi
lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan
skala sekurangkurangnya 1:100.000
b) Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah
sebaran endapan batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi
selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya,
pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran
penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran,
pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis.Metode
eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat
dilaksanakan apabila dianggap perlu.
c) Eksplorasi pendahuluan (Preliminary exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran
awal bentuk tiga-dimensi endapan batubara yang meliputi
ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas
dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan
geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi,
pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,
penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan
uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan
geohidrologi dimulai dapat dilakukan.
d) Eksplorasi rinci (Detailed exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas
dan kualitas serta model tiga-dimensi endapan batubara secara
lebih rinci. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan
geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran
dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan
kondisi geologinya,penampangan (logging) geofisika, serta
pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu
dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batubara, batuan, air
dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian
lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan
yang diajukan.
Tipe endapan batubara,secara umum endapan batubara utama di
indonesia terdapat dalam tipe endapan batu bara ombilin, Sumatera
Selatan, Kalimantan Timur dan Bengkulu. Tipe endapan batubara
tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang
mencerminkan sejarah sedimentasinya. Selain itu, proses pasca
pengendapan seperti tektonik, metamorfosis, vulkanik dan proses
sedimentasi lainnya turut mempengaruhi kondisi geologi atau tingkat
kompleksitas pada saat pembentukan batu bara. Berdasarkan kondisi
geologi,proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama :Kelompok
geologi sederhana, kelompok geologi moderat, dan kelompok geologi
kompleks. Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing kelompok
tersebut beserta tipe lokalitasnya adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Geologi Sederhana


Endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak
dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan, dan
intrusi. Lapisan batu bara pada umumnya landai, menerus secara
lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai
percabangan. Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan
kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang berarti. Contoh
jenis kelompok inantara lain, di lapangan Bangko Selatan dan
Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan
Selatan), dan Cerenti (Riau).
2. Kelompok Geologi Moderat
Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi
sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu
telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan
tektonik.Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran
dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini
dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan
lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan
batu bara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan
meter. Kualitas batu bara secara langsung berkaitan dengan
tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi
berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa
tempat intrusibatuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan
kualitas batubaranya. Endapan batu bara kelompok ini terdapat
antara lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan
Selatan), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis (Kalimantan Timur),
Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), seta Gunung Batu Besar
(Kalimantan Selatan).
3. Kelompok Geologi Kompleks
Batubara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim
sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi
tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan
batu bara dengan ketebalan yang beragam. Kualitas batubaranya
banyak dipengaruhi oleh perubahanperubahan yang terjadi pada
saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca pengendapan
seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out).
Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overturned) yang
ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya
rapat sehingga menjadikan lapisan batubara sukar dikorelasikan.
Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan
yang terjal.Secara lateral, sebaran lapisan batu baranya terbatas
dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batubara
dari kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang,
Formasi warukin, Ninian,
Dasar Klasifikasi sumber daya dan cadangan dalam SNI
berdasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian
kelayakan.Pengelompokannya mengandung dua aspek yaitu aspek
geologi dan aspek ekonomi.
a. Aspek Geologi
Sumberdaya terukur harus memiliki tingkat keyakinan yang lebih
tinggi daripada sumberdaya tertunjuk.Tingkat keyakinan geologi
secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak informasi yang didapat
dari singkapan dan lubang bor.
b. Aspek Ekonomi Ketebalan mineral lapisan batubara dapat
ditambang dan ketebalan maksimal lapisan pengotor dapat
menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan
abunya yang meningkat. Itu adalah salah satu unsur yang terkait
dalam aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam penggolongan
sumber daya batubara.
B. Kelas Sumberdaya dan Cadangan Batubara
1. Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource)
Sumber daya batubara adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
2. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource)
Sumber daya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap penyelidikan prospeksi.
3. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal resource)
Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan
untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
4. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource)
Sumber daya batubara terukur adalah jumlah batubara di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
untuk tahap eksplorasi rinci.
5. Cadangan batubara terkira (probable coal reserve)
Cadangan batubara terkira adalah sumber daya batubara tertunjuk
dan sebagian sumber daya batubara terukur, tetapi berdasarkan
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi
sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak. 6. Cadangan batubara
terbukti (proved coal reserve) Cadangan batu bara terbukti adalah
sumber daya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan
semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya
dinyatakan layak.
Yamamoto (1999): The skema klasifikasi yang diusulkan oleh
Diehl dan David (1982), dengan tingkat kepercayaan yang berbeda, tidak
dapat diterima, karena estimasi bijih-cadangan dilakukan dengan
menggunakan data eksplorasi yang diberikan. Di sisi lain, kecuali untuk
penggunaan standar deviasi OK, klasifikasi bijih-cadangan Wellmer
tampaknya masuk akal. Perhatikan bahwa skema ini menggunakan
tingkat yang unik kepercayaan (90%), yang cocok untuk data geologi
seperti yang direkomendasikan oleh Koch dan Link (1971).
Kajian kelayakan didasarkan dalam faktor–faktor sebagai berikut:
1) Ekonomi
2) Penambangan
3) Pengolahan
4) Pemasaran
5) Kebijakan pemerintah
6) Sosial
7) Peraturan UU
8) Lingkungan
Persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi adalah jarak
titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdayanya.
Sedangkan untuk persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi
adalah persyaratan batas minimal ketebalan batubara yang dapat
ditambang untuk batubara jenis batubara berenergi rendah (Brown coal)
dan batubara jenis batubara berenergi tinggi (hard coal) akan
menunjukkan angka yang berbeda karena kandungan panasnya berbeda
(panas merupakan parameter utama kualitas batu-bara). Untuk brown
coal, lapisan batu bara minimal ≥ 1 meter dan lapisan pengotornya ≤ 0,3
meter. Sedangkan untuk hard coal, lapisan batubara minimal ≥ 0,4 meter
dan lapisan pengotornya ≤ 0,3 meter.

C. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral


Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan
mengenai klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-
4726-1998. Dalam pembakuan ini didefinisikanbahwa Sumber Mineral
(mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat
dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan
geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
Keyakinan geologi diperoleh berdasarkan tahap penyelidikan sebagai
berikut :
1) Survei Tinjau (reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk
mengidentifikasi daerah berpotensi bagi keterdapatan mineral pada
skala regional berdasarkan hasil studi geologi regional, diantaranya
pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak
langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan
kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi.
2) Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi pemetaan geologi
untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung
seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran
dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Estimasi kuantitas
dihitung berdasarkan interpretasi data geologi,geokimia dan geofisika
3) Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang
merupakan delineasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi.
Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan
dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk
evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan.
Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda
penyelidikan tak langsung.
4) Eksplorasi Terinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi
untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan
mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan,
lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian
rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan, kuantitas dan
kualitas serta ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat
ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari
pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin diperlukan. Berdasarkan
tahap penyelidikannya.
Sumberdaya Mineral dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:
a) Sumberdaya Mineral Hipotetik (hypothetical mineral resource)
adalah adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan
kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap survei
tinjau. Sumber daya mineral ini merupakan hasil dari tahap paling
awal dari suatu kegiatan eksplorasi dari suatu kegiatan
penyelidikan umum.
b) Sumberdaya Mineral Tereka (inferred mineral resource) adalah
sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Prospeksi.
c) Sumberdaya Mineral Terunjuk (indicated mineral resource)
adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.
d) Sumberdaya Mineral Terukur (measured mineral resource) adalah
sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Terinci. Sedangkan yang
dimaksud dengan Cadangan (reserve) adalah endapan mineral
yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan,
kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomi, pemasaran,
teknologi (penambangan, pengolahan), kebijaksanaan pemerintah,
hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.
Cadangan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:
a. Cadangan Terkira (probable reserve) adalah sumberdaya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.
b. Cadangan Terbukti (proved reserve) adalah sumberdaya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomis.
Dalam proses penambangan sering digunakan istilah atau jenis cadangan
sebagai berikut:
1) Cadangan geologi (geological reserve) adalah sejumlah
cadangan yang batasbatasnya ditentukan oleh suatu model
geologi. Dalam cadangan ini belum diperhitungkan faktor lain
seperti prosentase perolehan penambangan dan pengurang
lainnya.
2) Cadangan dapat ditambang (mineable reserve) adalah
sejumlah cadangan yang secara teknis-ekonomis dapat
ditambang. Faktor seperti cut-of grade dan stripping ratio
telah diperhitungkan. c. Cadangan terambil (recoverable
reserve) adalah sejumlah cadangan dari mineable reserve yang
telah memperhitungkan faktor prosentase perolehan
penambangan.
Estimasi sumber daya yang khas melibatkan pembangunan model
geologis dan sumber daya dengan data dari berbagai sumber. Bergantung
pada sifat informasi dan apakah data tersebut berupa hard copy atau
terkomputerisasi, langkah-langkah utama estimasi sumber daya komputer
adalah:
a. Pembuatan, standardisasi dan validasi database.
b. Bagian merencanakan dan pemodelan geologi interaktif.
c. Analisis geostatistik.
d. Pemodelan blok dan estimasi blok.

1. Pemodelan Geologis
Sebuah model bijih berfungsi sebagai dasar geologis dari semua
estimasi sumber daya, proyek pemodelan bijih dimulai dengan tinjauan
kritis terhadap data sampel lubang dan permukaan atau lubang bor yang
ada serta peta dan rencana dengan interpretasi geologi saat ini. Lubang
bor dan / atau basis data sampel diatur agar sesuai dengan semua
informasi kuantitatif dan kualitatif yang diperlukan untuk membangun
model sumber daya. Penciptaan model geologi dapat mencakup langkah-
langkah berikut: - Pemodelan tubuh bijih 3D berbasis komputer
- Pemodelan sectional, longitudinal, 3D dan multi-seam
- Analisis geostatistik, analisis variografi kontinuitas tata ruang
komposit
2. Estimasi Blok Model
Setelah pemodelan geologi selesai, amplop geologi dibagi
menjadi model blok. Selanjutnya, estimasi blok-blok ini dilakukan dari
"komposit" yang merupakan ukuran titik kadar bijih dalam batuan.
Beberapa metode matematika yang berbeda dapat digunakan untuk
melakukan estimasi tergantung pada tingkat presisi yang diinginkan,
kualitas dan kuantitas data dan sifat mereka.

a. Metode Tetangga Terdekat


Metode tetangga terdekat memberikan nilai grade ke blok dari
titik sampel terdekat ke blok. Sampel terdekat mendapat bobot satu;
semua yang lain mendapat bobot nol. Dalam dua dimensi, metode ini
menghasilkan diagram Voronoi yang terdiri dari setiap poligon dengan
tingkat yang unik; dalam tiga dimensi metode ini menghasilkan diagram
Voronoi yang terdiri dari masing-masing polyhedra dengan tingkatan
yang unik. Dalam matematika, diagram Voronoi adalah partisi pesawat
ke dalam wilayah berdasarkan jarak ke titik dalam subset tertentu dari
pesawat. Seperangkat titik (disebut benih, situs, atau generator)
ditentukan sebelumnya, dan untuk setiap benih ada wilayah yang sesuai
yang terdiri dari semua titik lebih dekat ke benih itu daripada yang lain.
. Sederhananya, ini adalah diagram yang dibuat dengan
mengambil pasangan titik yang berdekatan dan menggambar garis yang
berjarak sama di antara mereka dan tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkannya. Yaitu, semua titik pada garis dalam diagram sama
jaraknya dengan dua (atau lebih) titik sumber terdekat.

Gambar 2.1 Diagram Voronoi


b. Metode Pembobotan Jarak Terbalik
Nama yang diberikan untuk jenis metode ini dimotivasi oleh rata-
rata tertimbang yang diterapkan, karena ia menggunakan kebalikan dari
jarak ke setiap titik yang diketahui ("jumlah kedekatan") ketika
menetapkan bobot. Fungsi bobot paling sederhana dalam penggunaan
umum didasarkan pada kebalikan dari jarak sampel dari titik yang akan
diperkirakan, biasanya dinaikkan ke kekuatan kedua, meskipun kekuatan
yang lebih tinggi atau lebih rendah mungkin berguna.
Sampel lebih dekat ke tempat tujuan mendapatkan bobot lebih
tinggi daripada sampel lebih jauh. Sampel yang lebih dekat ke titik
estimasi cenderung memiliki tingkat yang serupa. Teknik jarak terbalik
semacam itu menimbulkan masalah seperti pencarian sampel dan
keputusan declustering, dan memenuhi estimasi blok dengan ukuran yang
ditentukan, di samping estimasi titik.
c. Kriging
Dalam statistik, awalnya dalam geostatistik Kriging atau regresi
proses Gaussian adalah metode interpolasi yang nilai interpolasinya
dimodelkan oleh proses Gaussian yang diatur oleh kovarian sebelumnya,
sebagai lawan dari spline piecewisepolinomial yang dipilih untuk
mengoptimalkan kelancaran nilai yang dipasang. Di bawah asumsi yang
sesuai pada prior, Kriging memberikan prediksi linear tidak memihak
terbaik dari nilai-nilai antara. Metode interpolasi berdasarkan kriteria lain
seperti kelancaran tidak harus menghasilkan nilai antara yang paling
mungkin. Metode ini banyak digunakan dalam domain analisis spasial
dan eksperimen komputer . Teknik ini juga dikenal sebagai prediksi
Wiener-Kolmogorov, setelah Norbert Wiener dan Andrey Kolmogorov.
Dasar teori untuk metode ini dikembangkan oleh ahli matematika Prancis
Georges Matheron berdasarkan pada tesis Master tentang Danie G. Krige
, perintis perintis nilai emas rata-rata tertimbang jarak di kompleks
terumbu Witwatersrand di Afrika Selatan. Krige berusaha
memperkirakan distribusi emas yang paling mungkin berdasarkan sampel
dari beberapa lubang bor. Kata kerja bahasa Inggris adalah krige dan kata
benda yang paling umum adalah Kriging ; keduanya sering diucapkan
dengan "g" yang keras , mengikuti pengucapan nama "Krige".
3. Blok Sumber Daya Model
Model blok dibuat menggunakan geostatistik dan data geologi
yang dikumpulkan melalui pengeboran zona bijih prospektif. Model blok
pada dasarnya adalah seperangkat "blok" berukuran khusus dalam bentuk
bijih mineral. Meskipun semua blok memiliki ukuran yang sama,
karakteristik masing-masing blok berbeda. Grade, densitas, tipe batuan,
dan kepercayaan diri semuanya unik untuk setiap blok dalam seluruh
model blok. Contoh model blok ditampilkan di sebelah kanan. Setelah
model blok telah dikembangkan dan dianalisis, digunakan untuk
menentukan sumber daya dan cadangan bijih (dengan pertimbangan
ekonomi proyek) dari bijih mineral. Sumber daya dan cadangan mineral
dapat diklasifikasikan lebih lanjut tergantung pada kepercayaan
geologisnya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Daerah Pengaruh Sumber Daya Klasifikasi (Kasus Coal Deposit)

- USGS Edaran 891 (0-400 m = diukur, 400-1200 m = ditunjukkan,


1200 - 4800 m = disimpulkan,> 4800 m = hipotetik)
- SNI 5015: 2011 (Standar Indonesia untuk Klasifikasi Sumberdaya
Batubara):
B. Relatif Kriging Standar Deviasi Untuk Klasifikasi Sumber Daya
Blackwell (1998) menunjukkan penggunaan praktis
relativekriging varians (atau relativekriging standar deviasi, RKSD)
sebagai komponen penting dari skema klasifikasi sumber daya untuk
porfiri Cu dan deposit emas epitermal besar:
- Identifikasi mineral blok (yaitu memverifikasi kontinuitas geologi) 2.
- Identifikasi mineral blok di atas cut-off grade.
- Mengklasifikasikan blok di atas cut-off grade berdasarkan RKSD
yang dipilih:diukur 0,3 • ditunjukkan 0,5 • disimpulkan
Kasus: Sumber Daya Klasifikasi Ni laterit di Berbagai Blok Lokasi
Kasus: Estimasi pada Cu deposit porfiritik menggunakan Metode Kriging Biasa
(OK)

C. Geostatistik Untuk Klasifikasi Sumbar Daya Batubara


Dengan asumsi distribusi kesalahan estimasi normal dengan 95%
dari tingkat kepercayaan, kesalahan relatif dihitung dengan varians
estimasi metode Ordinary Kriging :

% Error = ± 1.96σ / z * • 100%

Berdasarkan% relatif error seperti dibahas dalam de Souza et al.


(2002) yang dimodifikasi dari JORC tahun 1999 dan Diehl dan David
(1982), sumber daya batubara diklasifikasikan menjadi : 1. Sumber daya
terukur, kesalahan relatif ≤ 10% 2. Sumber daya terunjuk, kesalahan
relatif 10-20% 3. Sumber daya tereka, kesalahan relatif > 20% Perkiraan
ketebalan (a) dan kesalahan relatif (b); konten diperkirakan sulfur (c) dan
kesalahan relatif (d).

D. Estimasi Sumber Daya


Kondisi Geologi Sederhana
Kondisi Geologi Sedang
Kondisi Geologi Kompleks

Estimasi Sumber Daya Batubara


BAB IV
KESIMPULAN

Geostatistik Adalah ilmu yang mempelajaria aplikasi dan teori


mengenai variabel terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala
alam, terutama untuk menentukan volume bahan galian.Media digital adalah
sebagai media pilihan untuk penggambaran, pemetaan dan perhitungan
cadangan. Bila gambar dan peta tersimpan dan tersajikan secara digital
menggunakan paket-paket program terapan kelompok CAD ataupun GIS. maka
hitungan panjang, luas dan volume dari satu gambar ataupun peta bisa diperoleh
dengan mudah menggunakan program-program yang disediakan. Gambar yang
dihitung luasnya bisa berupa gambar potongan, gambar kawasan yang dibatasi
oleh garis kontur.Tahapan perhitungan cadangan dalam analisis geostatistik
secara umum meliputi; pengamatan data lapangan, variografi, dan perhitungan
variansi perkiraan dan variansi krigging.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=diagram+voronoi
https://movic.wordpress.com/2008/05/03/download-file-skripsi/
https://www.scribd.com/document/431896354/Penentuan-Klasifikasi-
Sumberdaya-Dan-Perhitungan-Cadangan-Der
https://www.scribd.com/document/332449645/Klasifikasi-Cadangan-
Mineral-Dan-Batubara-Menurut-SNI
Materi E-learning

Anda mungkin juga menyukai