NPM : 2043700338
Kelas : D (Sore)
Soal
1. Perbedaan MDR dan XDR ?
Obat yang digunakan
Lama Penggunaan
Efek samping Obat
JAWAB
1. Perbedaan MDR dan XDR
MDR: Multi Drug Resistance (MDR): Resistan terhadap isoniazid dan
rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya resistan
HR, HRE, HRES
Pengobatan standar TB MDR segera diberikan kepada semua pasien TB RR,
tanpa menunggu hasil pemeriksaan uji kepekaan OAT lini 1 dan lini 2 keluar.
Jika hasil resistensi menunjukkan MDR, lanjutkan pengobatan TB MDR.
Bila ada tambahan resistensi terhadap OAT lainnya, pengobatan harus
disesuaikan dengan hasil uji kepekaan OAT.
Obat yang digunakan : - Kapromisin
- Moxsifloxasin
- Etionamid
- Klofazim
- Pirazinamid
- Isoniazid
Lama pengobatan : Pasien TB Multi Drug Resistance (MD)
a) Lama pengobatan adalah 18 bulan setelah
konversi biakan.
b) Lama pengobatan paling sedikit 20 bulan.
Efek samping Obat : Semua OAT efek samping nya Bingung
- Pirazinamid : Nyeri sendi
- Isoniazid : Kesemutan
-
2. Perbedaan pulmonari dan pulmonnari extra (obat yang di gunakan dan berapa lama
pengobatan serta ES masing-masing)
Tuberkulosis pulmonal extra adalah adalah TB yang menyerang organ tubuh lain
selain pf,ru (misclnya selaput otak. kelcnlar limfe, usus, dll). Berdasarkan tingkat
keparahannya, TB ekstra pulmorrel ini dibagi menjadi TB ekstra pulmonal berat (severe)
dan TB ekstra pulmonal ringan (not / less selere). Diagnosis sebaiknya didasarkan atas
kultur spesimen positif, atau histologi, atau bukti klinis kuat konsisten dengan TB
ekstraparu aktif, yang selanjutnya dipertimbangkan oleh klinisi untuk diberikan obat anti
tuberkulosis siklus penuh.
Manifestasi TB ekstra pulmonal bervarilsi tergantung tempat tedadiDya diagnosa TB
ekstra pulmonal tetap mengacu pada America Thoracic Soce, (ATS).
kriteda TB ekstra pulmonal sebagai berikut :
1. Kultur MTB yang positf dari bahan pemeriksaan
2. Hasil biopsy didapatkan suahr grturuloma dengan pengejuan, dengan atau tanpa
kuman BTA, dan test kulit dengan PPD memberikan hasil yang positif.
3. Penderita dengan gejala klinik yang sesuai sebagai suatu infeksi TB, test kulit denagr
PPD memberikan hasil positif, member respon yang baik terhadap obat arlti
tuberkulosa.
Manifestasi TB pada adominal yang paling banyak adalah peritonitis TB serta TB
gasko intestinal. Peritonitis TB pada umumnya terjadi akibat penyebaran hematogen,
kelenjar gelah bening mesenteric. Perluasan TB gaslro inleslinal, atau dari tuba
falopii.
TB di luar paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit, yaitu :
1. TB di luar paru ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
1. TB diluar paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Pengobatan ini akan bervariasi sesuai kondisi Anda, karena ada pedoman khusus bagi dokter
yang mengelompokkan penyakit TBC ke dalam beberapa kategori sebagai pedoman
pengobatan yang tepat.
TB Ekstra Paru adalah penyakit TBC yang terjadi di luar paru-paru, contohnya TBC
Kelenjar, tulang, usus, dan lain-lain. Kondisi ini dapat diobati dengan menggunakan
kombinasi antibiotik yang sama dengan yang digunakan untuk mengobati TB paru. Namun,
mungkin memerlukan waktu pengobatan yang lebih lama yakni hingga 12 bulan.
Jika seseorang memiliki penyakit TBC di tempat vital seperti otak, maka mungkin juga akan
diresepkan kortikosteroid seperti prednisolon selama beberapa minggu sebagai obat
tambahan. Obat ini akan mengurangi peradangan atau pembengkakan pada lokasi yang
sakit.
Seperti halnya pada TB paru, pada TB ektra paru prinsip pengobatan tetaplah sama, yakni
harus minum obat TBC persis seperti yang telah ditentukan oleh dokter dan menghabiskan
seluruh antibiotik.
• Rifampisin
• INH
• Pirazinamid
• Streptomisin
• Etambutol
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari :
• Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg,
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan
• Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid
75 mg dan pirazinamid. 400 mg
• Kanamisin
• Kuinolon
Dosis OAT
• Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg /kg BB, 30mg/kg
BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg : 1500 mg BB 40
-60 kg : 1000 mg BB < 40 kg : 750 mg Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali
• Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase
lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang
selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Pada kasus yang
mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping
serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti yang mampu menanganinya.
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan
dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.
1. Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi,
kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan
vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan.
Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra)
Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang
lebih 0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan
OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simtomatik ialah :
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop
dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu
dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan
lagi walaupun gejalanya telah menghilang
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata,
air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan
tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada penderita agar dimengerti
dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
5. Streptomisin