Anda di halaman 1dari 10

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

(ISBD)

Hubungan Antara Budaya dan Psikologi

Wulandari Rima Kumari


17.11.1001.3510.009
PSIKOLOGI (SORE)
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SAMARINDA
Triandis (1994) mencatat sekurangnya ada tiga ciri dari definisi-
definisi budaya yang ada, yakni:

1.Budaya terbentuk melalui interaksi yang berkesinambungan


yang saling mempengaruhi dan terus menerus berubah (adaptive
interactions),

2.Sesuatu yang ada pada seluruh kelompok budaya bersangkutan


(shared elements) dan dialihkan dari satu waktu ke waktu
berikutnya,

3.Sari generasi ke generasi (transmitted accross time periods and


generations).
Dari keterangan sebelumnya, sekiranya cukup terang pada kita
bahwasanya sebuah konsep budaya mestilah berarti aktivitas.
Budaya bukanlah sesuatu yang statik.

Van Peursen (1988) menegaskan kepada kita bahwa budaya


semestinya diperlakukan sebagai “kata kerja” bukan “kata benda”.

Sebab budaya terus menerus berubah. Bahkan meskipun itu


adalah sebuah tradisi. Lihatlah sekeliling kita, adakah tradisi yang
tidak berubah sama sekali?
Ratner (2000) mengemukakan adanya lima fenomena budaya yang utama, yakni:

1.Aktivitas budaya (misalnya pengasuhan anak dan pendidikan anak, pembuatan


kebijakan, pemeliharaan kesehatan, dan sebagainya). Melalui aktivitas budaya, manusia
berupaya untuk survive dan berkembang.

2.Nilai-nilai, skema, makna, dan konsep budaya. Misalnya, makna waktu dan umur
berbeda-beda antar budaya.

3.Artifak fisik yang dikontruksi dan digunakan bersama, seperti alat-alat rumah tangga,
buku, rumah, senjata dan sebagainya.

4.Fenomena psikologis (emosi, persepsi, motivasi, penalaran logis, intelejensi, memori,


kesehatan mental, imajinasi, bahasa dan kepribadian yang dibentuk secara kolektif)

5.Agensi. Fenomena budaya dibentuk dan terus diubah oleh manusia sehingga manusia
berperan sebagai agensi. Manusia yang menjadi agensi ini secara langsung membentuk
fenomena budaya yang mana dia juga dipengaruhi oleh aktivitas budaya, nilai-nilai,
artifak dan psikologi.
Bagaimana hubungan antara psikologi dan
budaya?

Secara sederhana Triandis (1994) membuat kerangka sederhana bagaimana


hubungan antara budaya dan perilaku social:
Ekologi – budaya – sosialisasi – kepribadian – perilaku

Sementara itu Berry, Segall, Dasen, & Poortinga (1999) mengembangkan


sebuah kerangka untuk memahami bagaimana sebuah perilaku dan keadaan
psikologis terbentuk dalam keadaan yang berbeda-beda antar budaya.
Kondisi ekologi yang terdiri dari lingkungan fisik, kondisi geografis, iklim,
serta flora dan fauna, bersama-sama dengan kondisi lingkungan sosial-
politik dan adaptasi biologis dan adaptasi kultural merupakan dasar bagi
terbentuknya “perilaku” dan “karakter psikologis”.
Ketiga hal tersebut kemudian akan melahirkan pengaruh ekologi, genetika,
transmisi budaya dan pembelajaran budaya, yang bersama-sama akan
melahirkan suatu perilaku dan karakter psikologis tertentu.
Kebudayaan pada masyarakat seyogyanya adalah sebuah perwujudan dari
manusia sebagai masyarakat pendukung sehingga kebudayaan dapat selalu
berkembang sejalan dengan pola pikir dan kebutuhan manusia yang tidak
dapat lepas dari unsur psikologis dan kepribadian tiap individu dari dalam
masyarakat itu sendiri.

Kebudayaan dapat dimaknai sebagai fenomena material dimana pemahaman


dan makna budaya akan banyak dilihat sebagai suatu elemen keseluruhan
gagasan, tindakan dan hasil karya yang menjadi miliki diri manusia
(Koentjaraningrat, 190-193).
Tingkah laku manusia dengan peran anggota masyarakat akan
terikat oleh kebudayaan dimana wujudnya akan terlihat sebagai
pranata guna mengontrol tingkah laku dan perilaku manusia
(Geertz, 1973).

Budaya sebagai sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama


menjadi bukan hanya akumulasi kebiasaan dan tata kelakuan
tetapi pada suatu sistem tingkah laku yang terorganisasi.
Contoh fenomena budaya dengan psikologis pada kehidupan sehari-hari adalah
komunikasi antar anggota keluarga, pergaulan antar teman, cara kita memahami
sifat dan karakteristik seseorang atau dalam kehidupan masyarakat, interaksi yang
dilakukan haruslah memahami norma-norma masyarakat sehingga dapat tercipta
kehidupan masyarakat yang harmonis.

Contoh lainnya adalah cara bersikap sehingga kita dapat memiliki penempatan diri pada
situasi yang dihadapi.

Dalam menerapkan ilmu ini, faktor pendukung yang dibutuhkan adalah agama, dimana
agama sudah pasti mengajarkan kita untuk saling menjaga hubungan antara manusia
dan Tuhan.

Sejauh apapun ilmu budaya, dapat mempengaruhi perilaku kita di dalam masyarakat.

Jika kita memiliki dasar budaya kuat, maka kita akan senantiasa dapat membawa diri di
dalam masyarakat.
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai