Oleh
Kelompok 2
Aulia Eka Anggraini KP1219032
Muhammad Asroruddin KP1219033
I Kadek Candra Kusuma Cahyadi KP1219034
Suwarto KP1219035
Anggi Aji Wibawa KP1219036
Edi Surantono KP1219037
I Ketut Widya KP1219038
Rudi Hidayat KP1219039
Zainal Nur Khosim KP1219040
I Putu Susanto KP1219041
I Wayan Sudiarsa KP1219042
Anak Agung Restu anggara KP1219043
Dedi Prihatin KP1219044
Disti Puspita Sari KP1219045
Wiweka Ayu Dana KP1219046
B. ETIOLOGI
Menurut Taqiyyah Bararah, M Jauhar (2013). Penyebab utama terjadinya cedera
kepala adalah sebagai berikut :
a. Kecelakaan lalu lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan
kendaraan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan
kepada pengguna jalan raya.
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefenisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah
dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakkan turun turun maupun
sesudah sampai ke tanah
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan di defenisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang
atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan
kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksa). Beberapa mekanisme yang
timbul terjadi cedera kepala adalah seperti translasi yang terdiri dari akselerasi dan
deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan
tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat
percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013). Ada 2 macam cedera
kepala yaitu:
a. Trauma tajam Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat
dan menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral, hematom
serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan masa lesi, pergeseran
otak atau hernia.
b. Trauma tumpul Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera
menyeluruh (difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk:
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi
kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada hemisfer
cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
C. PATOFISIOLOGI
Trauma kranio serebral menyebabkan cedera pada kulit, tengkorak dan jaringan otak.
Ini bisa sendiri atau secara bersama-sama. Beberapa keadaan yang dapat empengeruhi
luasnya cedera kepala pada kepala yaitu:
a. Lokasi dari tempat benturan lansung
b. Kecepatan dan energi yang dipindahkan
c. Daerah permukaan energy yang dipindahkan d. Keadaan kepala saat benturan (Wahyu
Widagdo, dkk, 2007)
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang membungkusnya.
Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut akan mudah untuk mengalami cedera dan
kerusakan. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetakan besar bagi seseorang. Tepat
diatas tengkorak terletak galea aponeurotika, yaitu jaringan fibrosa padat, dapat digerakkan
dengan bebas yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal diantara kulit dan galea
terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran dalam yang mengandung pembuluh-
pembuluh besar. Bila robek pembuluh-pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi dan
dapat menyebabkan kehilangan darah bermakna pada penderita laserasi kulit kepala.
Apabila fraktur tulang tengkorak menyebabkan terkoyaknya salah satu dari arteri,
perdarahan arteri yang diakibatkan tertimbun dalam ruang epidural bisa mengakibatkan fatal.
Kerusakan neurologik disebabkan oleh suatu benda atau serpihan tulang yang menembus dan
merobek jaringan otak oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh
efek akselerasi - deselerasi pada otak. Derajat kerusakan yang disebabkan bergantung pada
kekuatan yang menimpa, makin besar kekuatan maka makin parah kerusakan yang terjadi.
Kerusakan yang tejadi karena benda tajam berkecepatan rendah dengan sedikit tenaga.
Kerusakan fungsi neurologik terjadi pada tempat tertentu dan disebabkan oleh benda
atau fragmen tulang yang menembus duramater pada tempat serangan. Cedera menyeluruh
sering dijumpai pada trauma tumpul kepala. Kerusakan terjadi waktu energi atau kekuatan
diteruskan ke otak. Banyak energi yang diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit
kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi
otak. Bila kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar (pada kecelakaan)
kerusakan tidak hanya terjadi akibat cedera setempat pada jaringan saja tetapi juga akibat
akselerasi dan deselerasi.
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi serebral (Bararah & Jauhar. 2013 ).
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Andra Saferi Wijaya, Yessie Mariza Putri (2013).
a. Cedera kepala ringan-sedang
1) Disorientai ringan
2) Amnesia post trauma
3) Hilang memori sesaat
4) Sakit kepala
5) Mual dan muntah
6) Vertigo dalam perubahan posisi
7) Gangguan pendengaran
b. Cerdera kepala sedang-berat
1) Oedema pulmonal
2) Kejang
3) Infeksi
4) Tanda herniasi otak
5) Hemiparise
6) Gangguan akibat saraf cranial
a. Gangguan otak
1) Commotion cerebri/gegar otak
a) Tidak sadar < 10 menit
b) Muntah-muntah, pusing
c) Tidak ada tanda deficit neurologis
2) Hgjh
a) Tidak sadar > 10 menit
b) Muntah-muntah, amnesia retrograde
c) Ada tanda-tanda deficit neurologis
3) Perdarahan epidural/hematoma epidural
a) Suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian dalam dan
meningen paling luar. Terjadi akibat robekan arteri meningeal
b) Gejala: penurunan kesadaran ringan, gangguan neurologis dari kacau mental
sampai koma
c) Peningkatan TIK yang mengakibatkan gangguan pernapasan, bradikardi,
penurunan TTV
d) Herniasi otak yang menimbulkan: Dilatasi pupil dan reaksi cahaya hilang,
isokor dan anisokor, ptosis
4) Hematoma subdural
a) Akumilasi darah antara durameter dan araknoid, karena robekan vena
b) Gejala: sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfasia
5) Hematoma subdural
a) Akut: gejala 24-48 jam setelah cedera, perlu intervensi segera
b) Sub akut: gejala terjadi 2 hari sampai 2 minggu setelah cedera
c) Kronis: 2 minngu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera
6) Hematoma intracranial
a) Pengumpulan darah > 25 ml dalam parenkim otak
b) Penyebab: fraktur depresi tlang tengkorak, cedera penetrasi peluru, gerakkan
akselerasi tiba-tiba
7) Fraktur tengkorak
a) Fraktur linear/simple Melibatkan Os temporalis dan pariental, jika garis
fraktur meluas kearah orbita/sinus paranasal sehingga menyebabkan
terjadinya perdarahan
b) Fraktur basiler Fraktur pada dasar tengkorak, bisa menimbulkan kontak CSS
dengan sinus, memungkinkan bakteri masuk.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah
terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan, hipokalemia
terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan cedera kepala meliputi sebagai berikut (Wahyu
Widagdo, dkk, 2007).
a. Non pembedahan
1) Glukokortikoid (dexamethazone) untuk mengurangi edema
2) Diuretic osmotic (manitol) diberikan melalui jarum dengan filter untuk mengeluarkan
kristal-kristal mikroskopis
3) Diuretic loop (misalnya furosemide) untuk mengatasi peningkatan tekanan
intracranial
4) Obat paralitik (pancuronium) digunakan jika klien dengan ventilasi mekanik untuk
megontrol kegelisahan atau agitasi yang dapat meningkatkan resiko peningkatan
tekanan intracranial
b. Pembedahan
Kraniotomi di indikasikan untuk :
1) Mengatasi subdural atau epidural hematoma
2) Mengatasi peningkatan tekanan cranial yang tidak terkontrol
3) Mengobati hidrosefalus
H. PATHWAY
f. Aspek neurologis
1) Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13, cedera kepala
berat 3-8).
2) Disorientasi tempat/waktu
3) Reflek patologis dan fisiologis
4) Perubahan status mental
5) Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
6) Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia, kehilangan sebagian lapang
pandang
7) Perubagan tanda-tanda vital
8) Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
9) Tanda-tanda peningkatan TIK
a) Penurunan kesadaran
b) Gelisah letargi
c) Sakit kepala
d) Muntah proyektil
e) Pupil edema
f) Pelambatan nadi
g) Pelebaran tekanan nadi
h) Peningkatan tekanan darah systole
g. Aspek kardiovaskuler
1) Peubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
2) Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
3) TD naik, TIK naik
h. System pernafasan
1) Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi
stridor, tersedak
2) Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
3) Ronki, mengi positif
i. Kebutuhan dasar
1) Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK (inkontinensia, obstipasi, hematuri)
2) Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan, kaji bising usus
3) Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, tidur kurang
j. Pengkajian psikologis
1) Gangguan emosi/apatis, delirium
2) Perubahan tingkah laku atau kepribadian
k. Pengkajian social
1) Hubungan dengan orang terdekat
2) Kemampuan komunikasi, afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, disartria,
anomia
l. Nyeri/kenyamanan
1) Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi berbeda
2) Gelisah
m. Nervus cranial
1) N.I : penurunan daya penciuman
2) N.II : pada trauma frontalis terjadi penurunan penglihatan
3) N.III, IV, VI : penurunan lapang pandang, reflek cahaya menurun, perubahan ukuran
pupil, bola mata tidak dapat mengikuti perintah, anisokor
4) N.V : gangguan mengunyah
5) N.II, XII : lemahnya penutupan kelopak mata, hilangnya rasa pada 2/3 anterior lidah
6) N.VIII : penurunan pendengaran dan keseimbangan tubuh
7) N.IX, X, XI : jarang ditemukan
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
1) X-ray/CT scan
a) Hematom serebral
b) Edema serebral
c) Perdarahan intracranial
d) Fraktur tulang tengkorak
2) MRI : Dengan/tanpa mempengaruhi kontras.
3) Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
4) EEG : memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.
5) BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak.
6) PET (Positron Emission Tomograpfy) : menunjukan perubahan aktivitas metabolism
pada otak.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) AGD, PO2, PH, HCO3 : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi (mempertahankan
AGD dalam rentang normaluntuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atau untuk
melihat masalah oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.
2) Elektrolit serum : cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi
natrium, retensi Na dapat berakhir beberap hari, diikuti dengan dieresis Na,
peningkatan letargi, konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
3) Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.
4) CSS : menentukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid (warna, komposisi,
tekana).
5) Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunan
kesadaran.
6) Kadar Antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif
mengatasi kejang.
3. Rencana Keperawatan
3 3
4 4
6 6
4. Implementasi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Eka Saputra, Yozi. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CEDERA
KEPALA DI RUANG HCU BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG .
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/YOZI_EKA_SAPUTRA.pdf. Diakses
pada tanggal 28 Februari 2021
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.