Anda di halaman 1dari 58

ABSTRAK

Latar belakang : Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan


yang paling sering terjadi dan paling sering dijumpai di klinik karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopatologi. Gastritis dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari suatu penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup
seseorang. Metode : Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain
crosssectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gastritis.
Terdapat sembilan puluh sampel yang diambil dengan teknik systematic random
sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner untuk mendapatkan data pola
makan, tingkat stres dan kekambuhan gastritis responden. Data dianalisis dengan
Chi-square untuk pola makan dan kekambuhan gastritis dan Kruskall-wallis untuk
tingkat stres dan kekambuhan gastritis. Hasil : hasil analisis univariat didapatkan
prevalensi kambuh (55,6%), sampel dengan pola makan kurang baik (20%) dan
sampel dengan tingkat stres berat (26,7%). Hasil analisis bivariat menunjukkan
ada hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis (p=0,000) dan juga
ada hubungan antara tingkat stres dengan kekambuhan gastritis (p=0,000).
Kesimpulan : simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara
pola makan dan tingkat stres dengan kekambuhan gastritis

PENDAHULUAN

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara


global. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia < 70 tahun;
penyakit cardiovascular (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit
pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain menyebabkan sekitar 30%,
serta 4% kematian akibat diabetes. Gastritis merupakan salah satu masalah saluran
pencernaan yang paling sering terjadi dan paling sering dijumpai di klinik karena
diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan
histopatologi. Gastritis dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari suatu penyakit yang dapat mengganggu kualitas hidup
seseorang (Hirlan dalam Setiati. S, 2014).

Badan penelitian kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa


negara dunia dan mendapatkan hasil dari angka persentase kejadian gastritis di
dunia , diantaranya Inggris 22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
|2

Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih
tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.

Di Indonesia menurut WHO angka kejadian gastritis mencapai 40,8%


pada beberapa daerah dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
pendududuk. Selain itu pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati urutan
kelima dengan jumlah penderita 218.872 dan kasus kematian 899 orang (Depkes,
2012).

Tingginya angka kejadian gastritis dipengaruhi oleh beberapa faktor secara


garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisi
yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang
menyebabkan iritasi dan infeksi. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme
perlindungan dalam lambung mulai berkurang sehingga menimbulkan peradangan
(inflamasi). Kerusakan ini ini bisa disebabkan oleh gangguan kerja fungsi
lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa luka atau tumor, jadwal
makan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau kopi yang berlebih, gangguan
stres, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka panjang dan
secara terus menerus, stres fisik, infeksi bakteri Helicobacter pylori (Sarasvati
dkk, 2010).

Helicobacter pylori merupakan penyebab utama penyakit gastritis.


Menurut penelitian, gastritis yang dipicu bakteri ini bisa menjadi gastritis
menahun karena Helicobacter pylori dapat hidup dalam waktu yang lama
dilambung manusia dan memiliki kemampuan mengubah kondisi lingkungan yang
sesuai dengan lingkungannya sehingga Helicobacter pylori akan mengiritasi
mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Komplikasi
yang dapat timbul dari gastritis, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12,
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan
daerah antrum pylorus. Gastritis kronis jika dibiarkan tidak terawat, akan
menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Serta dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung
(Made, 2013) . Adapun kasus dengan penyakit gastritis merupakan salah satu jenis
kasus yang umumnya diderita oleh kalangan masyarakat sehinnga harus berupaya
untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan.

Mengingat besarnya dampak buruk dari penyakit gastritis, maka perlu


adanya suatu pencegahan atau penanganan yang serius terhadap bahaya
komplikasi gastritis. Upaya untuk meminimalkan bahaya tersebut dapat dilakukan
melalui peningkatan kesadaran masyarakat tentang hal- hal yang dapat
menyebabkan penyakit gastritis, misalnya makan makanan pedas dan asam, stres,
mengkonsumsi alkohol dan kopi berlebihan, merokok, mengkonsumsi obat
|3

penghilang nyeri dalam jangka panjang. Meskipun kekambuhan dapat


dicegah dengan obat namun dengan mengurangi faktor penyebabnya dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya kekambuhan.

Mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah buahan
membantu melancarkan kerja pencernaan. Makan dalam jumlah kecil tetapi
sering, dan minum air putih untuk membantu menetralkan asam lambung. Dengan
upaya tersebut diharapkan prosentase gastritis menurun.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan


cross-sectional study. Terdapat sembilan puluh sampel yang diambil dengan teknik
systematic random sampling. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner untuk
mendapatkan data pola makan, tingkat stres dan kekambuhan gastritis responden.
Data dianalisis dengan Chi-square untuk pola makan dan kekambuhan gastritis
dan Kruskall-wallis untuk tingkat stres dan kekambuhan gastritis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil univariat didapatkan prevalensi kambuh (55,6%), sampel dengan


pola makan kurang baik (20%) dan sampel dengan tingkat stres berat (26,7%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan
kekambuhan gastritis (p=0,000) dan juga ada hubungan antara tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis (p=0,000).

Berdasarkan Tabel 1. hasil pengolahan data yang dilakukan dalam


penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur antara 46-55 tahun
27,8%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada usia tersebut mungkin merupakan
rentang usia produktif dan disertai dengan adanya kemunduran biologis terhadap
fungsi organ tubuh.

Berdasarkan Tabel 2 hasil pengolahan data yang dilakukan dalam


penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
72,2%. Pada usia dewasa terjadi perbedaan pola makan antara laki-laki dan
perempuan ini disebabkan karena adanya perbedaan aktivitas dan komposisi
tubuh.

Berdasarkan Tabel 3 hasil pengolahan data dilakukan dalam penelitian


menunjukkan bahwa mayoritas kejadian gastritis terjadi pada responden
dengan pendidikan SD dan SMA 62,2%. Tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi daya tahan tubuhnya untuk mengahadapi stres, makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang main tinggi daya tahannya untuk melawan stres.

Berdasarkan Tabel 4 hasil pengolahan data yang dilakukan dalam


penelitian menunjukkan bahwa mayoritas kejadian gastritis terjadi pada responden
dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 34,4%. Kejadian gastritis yang
|4

mayoritas terjadi pada ibu rumah tangga dapat disebabkan karena stres yang
dialami.

Berdasarkan Tabel 8 hasil pengolahan data dengan uji Chi-square yang


dilakukan dalam penelitian menunjukkan bahwa antara pola makan dengan
kekambuhan gastritis memiliki hubungan yang signifikan. Sehingga hipotesis
yang menyatakan “terdapat hubungan pola makan dengan kekambuhan gastritis”
dapat diterima.

Berdasarkan Tabel 9 hasil pengolahan data dengan uji Kruskall-wallis


yang dilakukan dalam penelitian menunjukkan bahwa antara tingkat stres
dengan kekambuhan gastritis memiliki hubungan yang signifikan. hipotesis
“terdapat hubungan tingkat stres dengan kekambuhan gastritis” dapat diterima.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas dapat disimpulkan bahwa terdapat


hubungan yang signifikan antara pola makan dan tingkatan stress dengan
kekambuhan gastritis.
|5

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh
diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunnee and suddarth 2013).

Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan
akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa
berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat
gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa


lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi
sel-sel radang pada daerah tersebuh (Joyce M. Black, Jane H. Hawks.
2014).

Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala


sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki
respon yang baik dengan antasid atau supresi asam (Smith, et al. 2016).

Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat


disimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa
lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang
disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan
mukosa lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa disebabkan
oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol.

Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis


kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut
dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh
ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
|6

1.2 Anatomi dan Fisiologi Lambung (Gaster)

Lambung dalam bahasa inggris (stomach) dan dalam bahasa belanda


(maag) atau ventrikulus atau gaster. Berupa suatu kantong yang terletak
dibawah sekat rongga badan.

Lambung menerima persediaan darah yang melimpah dari arteri gastrika


dan arteri lienalis, persyarafan diambil dari vagus dan dari pleksus seliaka
sistema simpatis.

Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot


berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam
kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara


ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu (G. Tortora, B. Derrickson, 2012):

1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh


asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCL) berfungsi untuk menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
|7

3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.

1.3 Klasifikasi Gastritis


Gastritis menurut jenisanya terbagi menjadi dua yaitu (Black, J and Hawks,
2014)

1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
,enyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi
menjadi dua garis besar yaitu :
1) Gastritis eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor –faktor dari
luar, seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung) ).
2) Gastritis endogen akut adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter Pylori. Gastritis
kronik dikelompokkan dalam dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan
gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini
dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa.
Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia
pernisinosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobaxter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

1.4 Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
mempunyai panjang berkisar antara 10 inci dan dapat mengembang untuk
menampung makanan atau minuman sebanyak 1 galon. Bila lambung
|8

damlam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip seperti sebuah


akordion. Ketika lambung mulai terisi akan mengembang, lipatan-lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara
bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk
kedalam esopagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara
esopagus dan lambung (asophageal sphincter) akan membukan dan
membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk kelambung
cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan-lapisan otot yang
kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar
yang berada dimukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan
lambung (termasuk enzim-enzim dan asam lambung) untuk lebih
menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini.
Dinding lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah
lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bikarbonat secara regular
sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar
dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini
kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara
lain :
1. Infeksi bakteri.

Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri


H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
|9

dilakukan perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui


sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab
tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung.

Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,


sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa
tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H.
Pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai
gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab
lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini
sedangkan yang lain tidak.

2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat


analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat
tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.

3. Penggunaan alkohol secara berlebihan


Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan
terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
| 10

4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.

5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan ulkus
peptikum yang dapat menyebabkan pendarahan pada lambung.

6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu
tubuh mengabsorbsi vitamin B12).  

7. Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-
kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding
lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala
dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.

8. Radiasi and kemoterapi

Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan


radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi,
kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
| 11

9. Penyakit bile reflux


Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran
kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah
otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung.
Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu
akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.

10. Faktor-faktor lain


Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan
lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati
atau ginjal.

Menurut Mansjoer, 2010 penyebab gastritis adalah :


1. Gastritis akut
1) Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan pbat anti inflamasi non
steroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung.
2) Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.
3) Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar.
4) Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
lambung.
2. Gastritis kronik
| 12

Pada gastritis kronik penyabab tidak jelas, tetapi berhubungan


dengan Hellicobacter Pylori, apalagi ditemukan ulkus pada
pemeriksaan penunjang.

Menurut Brunner & Suddarth, 2013 penyebab gastritis adalah :


1. Gastritis akut
Sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain
dari gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Hellicobacter
Pylori.

1.5 Patofisiologi

1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik
anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian
aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung,
sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung
nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi
serta kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan
tersebut bila terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi
asam lambung berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
| 13

Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat


menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan
iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan
permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H + ke dalam mukosa. Mukosa
tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering
disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit
autoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari
lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) Ini dihubungkan
dengan bakteri H. Pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan
obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H.
Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat
mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan
lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan
tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka
atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori
tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit, sel T-killer, dan pelawan infeksi
lainnya.
Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori
tersebut sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa
dibuang sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph
mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan
lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu
juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung
semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan
hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung
akan terbentuk (Smith et al, 2016).
| 14

1.6 Manifestasi Klinis

Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan


asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus
yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :

1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai


terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan
dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

Gastritis kronis

1. Bervariasi dan tidak jelas.


2. Perasaan penuh, anoreksia.
3. Distress epigastrik yang tidak nyata.
4. Cepat kenyang.

Menurut Mansjoer, 2010 tanda dan gejala pada gastritis adalah :

1. Gastritis Akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yangs ering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung
| 15

sehingga terjadi peningkatan asam lambung yang meningkatkan


mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena. Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.

Gastritis akut :

1) Gastritis Akute Eksogen Simple


 Nyeri epigastrik mendadak.
 Nausea yang disusul dengan vomitus.
 Saat serangan pasien kelihatan berkeringat, gelisah, sakit
perut, dan kadang disertai panas serta takikardi.
 Biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
2) Gastritis Akute Eksogen Korosiva
 Pasien kolaps dengan kulit dingin.
 Takikardi dengan sianosis.
 Perasaan seperti terbakar pada epigastrium.
 Nyeri hebat (kolik).
3) Gastritis Infeksiosa Akute
 Anoreksia.
 Perasaan tertekan pada epigastrium.
 Vomitus.
 Hematemesis.
4) Gastritis Hegmonos Akute
 Nyeri hebat mendadak di epigastrium, Neusia.
 Rasa tegang pada epigastrium, vomitus.
 Panas tinggi dan lemas, takipnea.
 Lidah kering sedikit ektrik, takikardi.
 Sianosis pada ektermitas.
 Abdomen lembek, leukositosis.
2. Gastritis Kronik
| 16

1) Pada pasien gastritis kronik umumnya tidak mempunyai keluhan.


Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nauesa
dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

Gastritis kronik :

1) Gastritis superfisialis
 Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
 Penurunan BB.
 Kembung atau rasa penuh pada epigastrium.
 Nousea.
 Rasa perih sebelum dan sesduah makan.
 Terasa pusing.
 Vomitus.
2) Gastritis Atropikan
 Rasa tertekan pada epigastrium, anoreksia.
 Rasa penuh pada perut, nousea.
 Keluar angin pada mulut, vomitus.
 Mudah tersinggung, gelisah.
 Mulut dan tenggorokan terasa kering.
3) Gastritis Hypertropik Kronik
 Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah
minum susu.
 Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
 Kadang disertai melena.

1.7 Komplikasi
Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang
bisa mengakibatkan kematian. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperhatikan hampir
sama namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
| 17

Helicobacter Pylori, sebesar 100% tukak duodenum dan 60-90% pada tukak
lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.

Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang


disebabkan oleh ulkus benigna dan maligna dari lambung atau oleh
Helicobater Pylori.

1) Atrofi lambung dapat menyebabkan ganggguan penyerapan


terhadap vitamin.
2) Anemia pernisinosa yang mempunyai antibodi terhadap faktor
intrinsik dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan
penyerapan terhadap vitamin B12.
3) Gangguan penyerapan zat besi.

1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah dilakukan untuk memeriksa adanya antibodi H.Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, namun itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung.
2. Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan pernapasan dilakukan untuk menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atu tidak.
3. Pemeriksaan faces
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa H. Pylori dalam faces. Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
4. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Pemeriksaan endiskopi dilakukan untuk melihat adanya ketidaknormalan
pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X.
5. Rongten salura cerna bagian atas
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya tanda-tanda gastritis atau
penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan diminta meminum
| 18

cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan rongten. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rongten.

1.9 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor


utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :

1.  Gastritis Akut
1) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang, ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan intravena.
3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan
dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium
hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
5) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
6) Antasida

Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk


cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung
dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan
cepat.

7) Penghambat asam

Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit


tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi.
| 19

2. Gastritis Kronis
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
1) Cytoprotective agents
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang
termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol.
Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu
sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat
golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth
subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.

2) Penghambat pompa proton

Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung


adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini.

Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,


lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan
ini juga menghambat kerja H. pylori.

3) H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis, tetrasiklin atau


amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory.
Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen
dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan
adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik
berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton
berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap
infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh
| 20

H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang


digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih
efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu
yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari)
juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah
terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan
feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk
memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan
menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan
lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.

1.10 Farmakologi

Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung


bahan-bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke
dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya).
Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak
asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit
gastritis dengan baik.

Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut


akibat konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan
merokok dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut.

Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat diobati dengan


terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam
antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI
(proton pump inhibitor).

Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung,


penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam
lambung, misalnya (Mayo Clinic, 2015) :
| 21

1. Antasid
Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralkan asam lambung sehingga cepat mengobati gejala
antara lain promag, mylanta, dll.
2. Penghambat asam (acid blocker)

Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter


biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin,
ranitidin, atau famotidin.

3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton)

Obat ini bekerja mengurangi asam lambung dengan cara


menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang
tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole,
esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H.
pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa
proton, dikombinasikan dengan antibiotika.

1.11 Discharge Planning


1. Hindari minuman alcohol karena dapat mengiritasi lambung sehingga
terjadi inflamasi dan perdarahan.
2. Hindari merokok karena dapat mengganggu lapisan dinding lambung
sehingga membuat lambung lebih rentan mengalami gastritis dan ulkus.
Rokok juga dapat meningkatkan asam lambung sehingga dapat
memperlambut penyembuhan ulkus.
3. Atasi stress sebaik mungkin.
4. Makan makanan yang kaya akan vitamin dan mineral yang berasal dari
sayur dan buah-buahan, namun hindari buah-buahan yang bersifat asam
atau sayur-sayuran yang banyak mengandung gas.
5. Jangan berbaring setelah makan untuk menghindari refluk asam lambung.
6. Olahraga secara teratur untuk membantu mempercepat aliran makanan
melalui usus.
7. Makan dalam porsi yang sedang tetapi sering, berpa makanan lunak atau
rendah lemak. Makanlah secara perlahan dan rileks.
| 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. Er


DENGAN GASTROPATI DI RUANG RPU III
RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

A. PENGKAJIAN

HARI/TANGGAL : Jum’at, 31 Mei 2019


JAM : 09.45 WIB
PENGKAJI : Evi Widianingsih
RUANG : RPU III RSU Universitas Muhammadiyah Cirebon

1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Er
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 53 Tahun
d. Agama : Islam
e. Status Perkawinan : Janda
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Pendidikan terakhir :-
h. Alamat : Dusun I, Desa Munjul Astanajapura
i. No.CM : 39558
j. Diagnostik Medis : Gastropati

PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Heru
b. Umur : 34 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan :-
e. Alamat : Dusun I, Desa Munjul Astanajapura

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
Riwayat Penyakit Sekarang
| 23

1) Keluhan utama
Os mengatakan nyeri pada bagian ulu hati seperti tertusuk benda
tumpul dengan skala nyeri 6, kurang nafsu makan, mual dan
muntah setiap setelah makan.
2) Kronologi penyakit saat ini
Os mengatakan ia belum makan dikarenakan puasa, sering makan
makanan yang pedas dan jarang makan buah dan sayur
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Os tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Os ingin sembuh kembali dan bisa beraktifitas seperti sedia kala
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Penyakit masa anak – anak.
Os mengatakan pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
2) Alergi
Os mengatakan tidak ada riwayat alergi
3) Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya
Os mengatakan pernah di rawat di RS 2 tahun yang lalu dengan
diagnose penyakit yang sama.
4) Pengobatan terakhir.
OS mengatakan pernah berobat sebelumnya ke Puskesmas.

b. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram (minimal 3 generasi)

Keluarga Perempuan yang meninggal


| 24

Keluarga laki-laki yang meninggal

Klien

1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?


Klien mengatakan ia tinggal bersama dengan anaknya.
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
Klien mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang memiliki
penyakit serupa seperti yang ia derita saat ini
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun?
Klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular ataupun penyakit bawaan genetik.
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota
keluarga sakit?
Keluarga ikut mengurus satu sama lain

c. PENGKAJIAN BIOLOGIS ( Dikaji sebelum dan sesudah sakit) RASA


AMAN DAN NYAMAN
1) Apakah ada rasa nyeri? Di bagian mana ? jelaskan secara rinci:
PQRST.
Os mengatakan nyeri pada bagian ulu hati seperti tertusuk benda
tumpul dengan skala nyeri 6.
2) Apakah mengganggu aktifitas?
Klien mengatakan bahwa rasa nyeri yang ia alami sangat
mengganggu aktifitasnya.
3) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan nyeri?
OS mengatakan ia tidak banyak beraktifitas / bedrest dan
meminum obat untuk menghilangkan rasa nyeri
4) Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Klien mengatakan bahwa cara untuk mengurangi nyeri biasanya ia
meminum obat.
| 25

5) Apakah ada riwayat pembedahan ?


Klien mengatakan tidak pernah mengalami operasi atau tindakan
bedah apapun sebelumnya

d. AKTIFITAS
1) Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR?
Klien mengatakan ia tidak pernah berolahraga
2) Apakah klien mengguanakan alat bantu dalam beraktifitas?
Klien mengatakan ia mampu melakukan aktifitas tanpa bantuan
alat.
3) Apakah ada gangguan aktifitas?
Klien mengatakan sejak ia menderita penyakit ini ia tidak merasa
nyaman saat beraktifitas disebabkan karena rasa nyeri, mual dan
lemas.
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai kerja?
OS mengaktakan bahwa ia biasanya memulai aktifitas dari jam
06.00 pagi sampai jam 14.00 sore
5) Apakah klien mampunyai ketrampilan khusus?
Klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki keterampilan khusus
6) Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Perlu bantuan?
Klien mengatakan bahwa sejak ia sakit aktifitasnya sedikit
terganggu dan ia memerlukan bantuan.

e. ISTIRAHAT
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Pada saat malam hari dan siang hari, ia megakatan bahwa biasanya
lama tidur sebelum ia sakit selama 8-9 jam/hari dengan tidak ada
kesulitan saat tidur. Namun selama sakit klien mengatakan tidur
hanya 6-7 jam/hari dengan perasaan gelisah dan terkadang ia
menangis karena rasa nyeri pada ulu hati yang terkadang membuat
ia merasa sesak.
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Klien mengatakan selama ia sakit tidak ada kegiatan lain untuk
| 26

mengisi waktu luang selain mengerjakan tugas rumah tangga.


3) Apakah klien manyediakan waktu khusus untuk istirahat?
Klien mengatakan bahwa ia ada waktu khusus untuk istirahat
biasanya pada saat siang hari ataupun hari minggu.
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?
Klien mengatakan bahwa tidak ada waktu luang untuk melakukan
hobby karena harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Klien mengatakan bahwa selama ia sakit kebutuhan istirahatnya
kurang terpenuhi.

f. TIDUR
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lam, nyenyak/tidak?)
OS megakatan bahwa biasanya lama tidur sebelum ia sakit selama
8-9 jam/hari dengan tidak ada kesulitan saat tidur. Namun selama
sakit klien mengatakan tidur hanya 6-7 jam/hari dengan perasaan
gelisah dan terkadang ia menangis karena rasa nyeri pada ulu hati
yang terkadang membuat ia merasa sesak.
2) Apakah kondisi saat ini menganggu klien?
Klien mengatakan bahwa kondisinya saat ini sangat menggangu
pola tidurnya.
3) Apakah klien terbiasa mengguanakan obat penenang sebelum
tidur?
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah atau tidak terbiasa
menggunakan obat penenang sebelum tidur.
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Klien mengatakan sebelum waktu tidur ia hanya menonton TV
5) Bagaimana kebiasaan tidur?
Os mengaku bahwa setiap hari sejak ia selalu tidur sendirian.
6) Apakah klien sering terjaga saat tidur?
Klien mengatakan bahwa sebelum sakit ia selalu tidur nyenyak,
namun saat sakit ia sering terbangun dan merasa gelisah dan
terkadang menangis.
| 27

7) Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenis nya?


Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan tidur
sebelumnya
8) Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Tidak ada

g. CAIRAN
1) Berapa banyak klien minum perhari? Gelas?
Klien mengatakan bahwa ia biasanya minum 7-8 gelas/hari, namun
selama puasa klien minum hanya 5 gelas/hari
2) Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Klien mengatakan hanya minum Air mineral
3) Apakah ada minuman yang disukai/ dipantang?
Klien mengakatan tidak ada minuman yang di pantang
4) Apakan klien terbiasa minum alkohol?
Klien mengatakan tidak pernah meminum alkohol
5) Bagainama pola pemenuhan cairan perhari?
Klien mengatakan bahwa biasanya untuk memenuhi cairan perhari
dengan minum air putih, namun setelah ia sakit di rawat
pemenuhan cairannya di bantu dengan cairan infus.
6) Ada program pembatasan cairan?
Klien mengatakan tidak ada program pembatasan konsumsi cairan.

h. NUTRISI
1) Apa yang biasa di makan klien tiap hari?
Klien mengatakan setiap harinya ia memakan makanan yang
mengandung sedikit serat dan ia juga suka memakan makanan
yang pedas.
2) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kli perhari?
Os mengatakan biasanya makan 3 x/hari, namun selama puasa ia
hanya makan sehari 2x dan terkadang ia sering telat makan.
3) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Klien mengatakan tidak ada makanan yang dipantang, namun
| 28

anaknya sering melarang klien memakan makanan yang pedas.


4) Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi sebelumnya.
5) Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Klien mengatakan tidak memiliki kesulitas saat mengunyah
ataupun menelan.
6) Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.
Klien mengatakan tidak ada alat bantu makan.
7) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Ada, klien mengatakan bahawa ia sering mual dan muntah ketik ia
telat makan.
8) Bagainama kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu?
Kekuatan gigi?
Kondisi gigi masih bagus, lengkap dan kuat
9) Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaiatan
dengan sistem pencernaan?
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat pemebedahan.

i. ELIMINASI: URINE DAN FESES


Eliminasi feses:
1) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan
karakteristik feses?
Os mengatakan BAB 2x/hari, fesesnya berwarna kuning dengan
konsentrasi lembek dan bau khas feses.
2) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?
Klien mengatakan bahwa tidak terbiasa menggunakan obat
pencahar
3) Apakah ada kesulitan?
Klien mengatakan tidak ada kesulitan saat BAB
4) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Os mengatakan biasanya ia akan berobat ke puskesmas.
5) Apakah klien mengguankan alat bantu untuk defeksi?
Klien mengatakan saat defekasi ia tidak meggunakan alat bantu
| 29

Eliminasi Urine:
1) Apakah BAK klien teratur?
Ya, klien mengatakan bahwa ia BAK teratur 3-5x/hari
2) Bagaimana pola , frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan
yang terjadi dalam miksi?
Miksi sehari 3 – 5 kali tidak ada kelainan, urin berwarna kuning
jernih.
3) Bagaimana perubahan pola miksi klien?
Os mengatakan ia tidak mengalami perubahan miksi
4) Apakah ada riwayat pembedahan, apakah mengguankan alat bantu
dalam miksi?
Tidak, Os mengatakan tidak menggunakan alat bantu dalam miksi.

j. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA


PERNAFASAN.
1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue?
Klien mengatakan terkadang saat maag nya kambuh ia merasa
sesak.
2) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah ?
Klien mengatakan biasanya ia akan berbaring dengan posisi duduk.
3) Apakah klien mengguanakan alat bantu pernafasan? (Ya, jelaskan
apa jenisnya)
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat bantu nafas.
4) Posisi yang nyaman bagi klien?
Klien mengatakan bahwa ia lebih nyaman dengan posisi duduk
(semi fowler)
5) Apakah klien terbiasa merokok? Obat – obatan untuk melancarkan
pernafasan?
Klien mengatakan bahwa ia tidak merokok ataupun tidak
mengkonsumsi obat-obatan bronkhodilator
6) Apakah ada alergi terhadap debu, obat- obatan dll?
Klien mengatakan tidak ada alergi debu.
7) Apakah klein pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?
| 30

Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah dirawat karena masalah


pernafasan.
8) Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernafasan dan
mendapat pengobatan? ( Ya, apa jenis obat, bepara lama
pemberiannya? Kapan?)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat gangguan pernafasan.

k. KARDIVASKULER
1) Apakah klien cepat lelah?
Klien mengatakan bahwa ia tidak cepat lelah
2) Apakah ada keluhan berdebar – debar? Nyeri dada yang menyebar?
Pusing? Rasa berat didada?
Klien mengatakan tidak ada keluhan
3) Apakah klien mengguankaan alat pacu jantung?
Klien mengatakan tidak menggunakan alat pacu jantung
4) Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gangguan
kardiovaskuler?
Klien mengatakan tidak memiliki kelainan kardiovaskuler dan
tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan kardiovaskuler.

l. PERSONAL HYGIENE
1) Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi
dll?
OS mengatakan biasanya mandi 2x, gosok gigi sehari 2x dan ganti
pakaian 2x/hari.
2) Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
OS cuci rambut seminggu 4 x
3) Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal
hygiene?
Klien mengatakan bahwa ia biasanya melakukan personal hygiene
sendirian dan tanpa bantuan.
| 31

m. SEX
1) Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan.
2) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi / mengguangggu fungsi
seksual?
Ya
3) Jumlah anak.
Klien mengatakan ia memiliki 3 anak

n. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1) Psikologi.
a) Status Emosi.
Klien tampak lemas, namun klien tidak merasa bahwa penyakit
yang dia derita adalah suatu hal yang keras.
b) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?
Klien tampak menerima keadaan sakitnya
c) Bagaimana suasana hati klien?
Klien senang ketika akan menghadapi operasi karena klien
ingin sembuh
d) Bagaimana perasaan klien saat ini?
Klien mengatakan ia merasa lebih baik
e) Apa yang dilakukan bila suasana hati sedih, marah, gembira?
Klien merasa sedih karena tidak bisa berkumpul dengan
keluarga di bulan puasa.
f) Konsep diri:
g) Bagaimana klien memandang dirinya?
Klien merasa bahwa dia adalah orang yang baik
h) Hal – hal apa yang disukai klien?
Klien mengatakan ia sangat suka merapihkan ruangan.
i) Bagaimana klien memandang diri sendiri ?
Klien merasa dirinya berguna ketika sehat
j) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan
yang ada pada dirinya?
| 32

Ya
k) Hal – hal apa yang dapat dilakukan klien saay ini?
Klien berdoa untuk kesembuhannya
2) Hubungan sosial:
a) Apakah klien mempunyai teman dekat?
Ada
b) Siapa yang dipercaya klien?
Anak-anaknya dan semua anggota keluarganya
c) Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?
Tidak
d) Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan?
Ibu Rumah Tangga
3) Spiritual.
a) Apakah klien menganut satu agama?
Ya, Klien mengatakan ia menganut agama Islam
b) Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan
ibadah?
Ya, klien mengatakan bahwa pada saat ia sholat terkadang
kesulitan saat rukuk dan sujud.
c) Bagaian mana hubungan antara manusia dan Tuhan dalam
agama klien?
Klien ketika sebelum sakit beribadah sesuai dengan anjuran
agamanya

o. PEMERIKSAAN FISIK
1) KEADAAN UMUM
a) Kesadaran: CM GCS:15
b) Kondisi klien secara umum
c) Tanda – tanda vital
TD : 100 / 60mmHg R : 21x / menit
N : 100x/menit S : 36,40 C
SPO² : 99%
d) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.
| 33

TB : 155 cm BB : 45 Kg
e) Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
Keadaan kulkit tampak keriput, dan tidak ada kelainan
2) PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
a) Kepala
1. Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala
simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada kelainan
lain di kepala.
2. Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris,
bulu mata ada, konjungtiva anemis, reflek pupil normal,
dibukti dengan cara memakai cahaya penlight didekatkan
pupil mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali
membesar. Pergerakan bola mata pasien normal dibuktikan
dengan cara saat mata pasien mengikuti arah jari pemeriksa.

3. Telinga
Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada
sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun
massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien baik,
terbukti saat pemeriksa berbicara pelan / normal klien
mendengar..

4. Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan,
tidak ada perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada
massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien normal,
dibuktikan dengan cara klien dianjurkan mencium
wewangian (parfum, kayu putih, sabun) dan klien
menjawab dengan tepat.

5. Mulut, Lidah, Gigi


Bibir simetris, warna bibir merah muda, bibir
tampak kering, tidak ada lesi, gigi utuh, warna gigi putih,
| 34

tidak ada karies, keadaan gigi bersih, tidak ada lesi di


daerah gusi, tidak ada pembengkakan atau stomatitis.

Bentuk lidah normal namun tampak kotor, warna


lidah pucat, tidak ada kelainan di lidah. Saat dilakukan
palpasi di rongga mulut tidak ada pembengkakan maupun
nyeri tekan.

Indra perasa klien masih normal, dibuktikan dengan


cara saat pemeriksa memberikan perasa dan klien
menjawab dengan tepat. Saraf kranial hipoglosal klien
normal, terbukti saat klien dapat mengeluarkan dan
menggerakan lidah. Gerak otot rahang klien masih bekerja
dengan baik.

b) Leher
Bentuk leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak
ada massa, reflek menelan klien baik, saraf kranial asesori klien
baik, dibuktikan  saat klien di minta untuk menengok ke kiri /
kanan kemudian ditahan oleh pemeriksa.

c) Dada, Payudara, dan Ketiak


Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris,
ekspansi dada seimbang, terbukti saat pemeriksa merasakan
getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien
bernafas. Traktil fremitus klien seimbang dibuktikan dengan
cara saat pemeriksa meletakan kedua tangan di punggung klien
pada saat klien mengucapkan bilangan “tujuh – tujuh”. Suara
pernafasan jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas klien
teratur dan normal.
Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur
dan normal.
Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara simetris,
tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di daerah putting.
| 35

Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak


ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.

d) Abdomen
Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, Nyeri
tekan pada abdomen hypochondria sinistra dan epigastrik,
bising usus klien normal yaitu 9x/menit, perkusi abdomen
sonor. Posisi umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun
keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain
pada umbilikal.

e) Genitalia dan anus


Alat genetalia pasien biasanya kotor, bentuk anus normal tidak
atresia, tidak ada pembesaran pembuluh darah balik (vena)
pada anus, tidak terdapat benjolan dan iritasi pada anus, tidak
ada nyeri ataupun perdarahan.

f) Kulit dan Kuku


Kulit tidak ada lesi maupun edema, warna kuku merah muda,
bentuk kuku normal, kuku tebal, tekstur kuku lembut, turgor
kulit kurang elastis, CRT < 3 detik, diaphoresis (+).

g) Ekstermitas
1. Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan
lain, reflek bisep dan trisep klien normal, terbukti saat
dilakukan ketukan di lekukan sikut dan di sikut
menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di
ujung ekstermitas. tingkat kekuatan otot klien 4 dari 5
(cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh dan dapat
menahan tahanan)

2. Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek
patella normal dibuktikan dilakukan ketukan di lutut
menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di
| 36

ujung ekstermitas. Tingkat kekuatan otot kaki klien yaitu 5


dari 5 (kekuatan kontraksi penuh dan dapat menahan
tahanan dengan baik)

p. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Radiologi
(Tidak Ada)
2) Laboratorium
HB 11,7 gram / dL
Hematokrit 33,8 %
Leukosit 10300/mm³
Trombosit 212000/mm³
Glukosa darah Sewaktu 163 Mg/dL
Kalium 3,8 mEq/L
Natrium 132 mEq/L
3) EEG, ECG, EMG, USG, CT Scan.
Hasil EKG
Tanggal 31 Mei 2019
Sinus Normal
HR 65 bpm

5. TERAPHI YANG DIBERIKAN


Infus RL 15 tpm
Ondancetrone 1 x 4 gram IV
Buskopan 1 x 1 gram IV
| 37

2.1 Analisa Data


N DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
O
1 Ds ; H. Pylori Nyeri Akut
 Klien mengatakan nyeri
pada bagian ulu hati Melekat pada epithel
seperti tertusuk benda lambung
tumpul.
 Klien mengatakan tidak Menghancurkan
nafsu makan lapisan mukosa
lambung
Do ;
 Nyeri tekan pada Penurunan barrier
bagian hypochondria lambung terhadap asam
sinistra dan epigastrik. dan enzim pepsin
 Klien tampak meringis
kesakitan Asam lambung dan
 Diaphoresis (+) enzim pepsin berdifusi
 Skala nyeri 6 kembali
 RR 21x/menit
Inflamasi, erosi
 Nadi 100x/menit
mukosa lambung

Nyeri Akut

2 Ds ; H. Pylori Ketidakseimbangan
 Klien mengatakan tidak nutrisi ; kurang dari
nafsu makan Melekat pada epithel kebutuhan tubuh
 Klien mengaku lambung
sebelumnya sering telat
makan. Menghancurkan
lapisan mukosa
Do ; lambung
 Mual (+)
 Muntah (+) Penurunan barrier
 Nyeri abdomen bagian lambung terhadap asam
hypochondria sinistra dan enzim pepsin
dan epigastrik
 Lidah tampak kotor Asam lambung dan
enzim pepsin berdifusi
 BB = 45 kg
kembali
 TB = 155 cm
 IMT = 18.7 Inflamasi, erosi
 Hb = 11,7 gram / dL mukosa lambung

Penurunan tonus dan


peristaltic lambung
| 38

Reflux isi duodenum


ke lambung

Mual

Penurunan sensori
untuk makan

Ketidakseimbangan
nurtisi kurang dari
kebutuhan

3 Ds ; H. Pylori Ketidakseimbangan
 Klien mengatakan ia volume cairan.
merasa lemas dan Melekat pada epithel
sering muntah apabila lambung
penyakitnya kambuh.
Do ; Menghancurkan
 RR 21x/menit lapisan mukosa
 Nadi 100x/menit lambung
 Turgor kulit kurang
elastic Penurunan barrier
 Mukosa bibir kering lambung terhadap asam
 Mual (+) dan enzim pepsin
 Muntah (+)
Asam lambung dan
 Diaphoresis (+)
enzim pepsin berdifusi
 Kalium 3,8 mEq/L kembali
 Natrium 132 mEq/L
Inflamasi, erosi
mukosa lambung

Penurunan tonus dan


peristaltic lambung

Reflux isi duodenum


ke lambung

Mual

Dorongan ekspulsi isi


lambung ke mulut

Muntah

Ketidakseimbangan
volume cairan
| 39

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat.
3. Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah.

2.3 Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan Rasional


Diagnos Hasil
a
Dx. 01 Setelah dilakukan - Atur suasana - Meningkatkan
asuhan keperawatan lingkungan yang kenyamana pasien
selama 3 x 24 jam nyaman, hindari dan menjaga
dalam 3 hari rasa
kebisingan dan batasi lingkungan yang
nyeri klien
diharapkan dapat jumlah pengunjung. aseptic.
berkurang dengan - Kaji tanda vital setiap 8 - Mengidentifikasi
kriteria hasil : jam,catat adanya perubahan respon
perubahan yang klien terhadap agen
 Nyeri tekan pada
signifikan. cedera fisik
bagian
hypochondria - Lakukan pengkajian ataupun biologis
sinistra dan nyeri secara melalui tanda vital
epigastrik komprehensif, catat - Mengidentifikasi
berkurang. respon verbal dan kompleksitas nyeri
 Nafsu makan nonverbal dari yang dialami pasien
klien bertambah ketidaknyamanan. secara menyeluruh.
 Klien tampak
- Tingkatkan istirahat - Istirahat dapat
ceria
- Posisikan pasien mempercepat
 Diaphoresis (-)
 Skala nyeri 3 semifowler. proses
 RR 18 – 20x - Ajarkan pasien teknik penyembuhan.
/menit nonfarmakologi dengan - Posisi semifowler
 Nadi 60 - menarik nafas panjang dapat mencegah
<100x/menit untuk mengurangi nyeri. terjadinya
- Lakukan terapi regurgitasi akibat
komplementer guided refluks asam
imagery.
| 40

- Kolaborasi dengan lambung


dokter untuk pemberian - Menarik nafas
analgetik jika panjang dan
diperlukan. pengaturan pola
nafas dapat
membantu pasien
meredakan nyeri
dengan teknik
relaksasi nafas
- Guided imagery di
terapkan dengan
tujuan merelakskan
otot-otot dengan
meningkatkan
kemampuan
imajinasi klien
terhadap hal yang
di sukai sebagai
pengalih rasa nyeri.
- Analgetik diberikan
sebagai pengobatan
konvensional untuk
pereda nyeri
Dx. 02 Setelah dilakukan - Kaji faktor penyebab - Mengetahui
asuhan keperawatan terjadinya mual penyebab dari
selama 3 x 24 jam muntah. mual muntah
dalam 3 hari klien
- Berikan klien makanan
diharapkan - Menstimulasi /
kebutuhan nutrisi yang lembut dan hangat. menambah
klien dapat terpenuhi - Anjurkan klien makan nafsu makan
dengan kriteria hasil : sedikit tapi sering sekaligus
- Anjurka klien untuk sebagai asupan
 Mual, muntah nutrisi yang
berkurang. tidak berbaring setelah
adekuat.
 Nafsu makan makan.
- Untuk
klien bertambah. - Anjurkan klien makan meningkatkan
 Nyeri abdomen makanan yang kaya nafsu makan
bagian akan vitamin dan klien.
hypochondria mineral yang berasal - Makanan yang
sinistra dan mengandung
dari sayur dan buah-
epigastrik zat asam dan
berkurang. buahan, namun hindari
gas dapat
 Lidah tampak buah-buahan yang menyebabkan
bersih bersifat asam atau klien terasa
 Hb dalam sayur-sayuran yang kembung dan
| 41

rentang normal banyak mengandung menstimulasi


12 - 18 gram / dL gas. peningkatan
- Monitor berat badan produksi asam
lambung.
dan IMT, catat
- Anjuran agar
adanya tanda tidak berbaring
penurunan berat setelah makan
badan dan status IMT adalah untuk
yang signifikan. menghindari
- Ajarkan pasien cara refluks
makanan.
menjaga oral hygiene
- Mengetahui
dengan bener. status
- Kolaborasi dengan ahli perkembangan
gizi untuk menentukan nutrisi klien
jumlah kalori dan melalui taksiran
nutrisi yang dibutuhkan BB dan standar
klien IMT
- Oral hygiene
yang baik dapat
meningkatkan
kemampuan
persepsi
sensrori lidah
dalam
mengecap rasa
sehngga
membantu
meningkatkan
selera makan.
- Meningkatakan
status
keseimbangan
nutrisi klien.
Dx. 03 Setelah dilakukan - Kaji faktor - Mengganti
asuhan keperawatan penyebab mual kehilangan cairan
selama 3 x 24 jam muntah. dan memperbaiki
dalam 3 hari
- Penuhi kebutuhan keseimbangan
diharapkan
kebutuhan cairan individual. Anjurkan cairan dalam fase
klien dapat terpenuhi klien untuk minum segera.
dengan kriteria hasil : (Dewasa : 40-60 - Menunjukkan
cc/kg/jam). status dehidrasi atau
 RR 18 -
- Berikan terapi kemungkinan
20x/menit
 Nadi 60 - cairan tambahan kebutuhan untuk
<100x/menit melalui intravena peningkatan
 Klien tampak sesuai indikasi (RL penggantian cairan.
ceria. 15tpm). - Terapi infus
| 42

 Turgor kulit - Awasi tanda-tanda diberikan untuk


elastis vital, evaluasi turgor membantu
 Mukosa bibir kulit, pengisian kapiler meningkatan
lembab dan membran mukosa. volume cairan.
 Mual, muntah - Monitor hasil - Ondansentron
berkurang.
laboratorium uji dan ranitidine
 Diaphoresis (-)
 Kalium dalam elektrolit. berfungsi untuk
rentang normal 4 - Kolaborasi dengan mengurangi rasa
– 5,6 mEq/L dokter pemberian mual dan muntah
 Natrium dalam ondansentrone dan dan menghambat
rentang normal133 ranitidine. sekresi asam
– 140 mEq/L
- Catat dan lambung
 Total kebutuhan
cairan 1800 pertahankan intake - Intake cairan
cc/kgBB/hari output yang akurat. yang adekuat akan
mengurangi resiko
dehidrasi pasien.

2.4 Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Jam Tindakan Diagnosa Nama & Tanda


Keperawatan Tangan Perawat

1 Jum’at - Mengatur suasana Dx. 01


31/05/19 lingkungan yang
nyaman, hindari
kebisingan dan batasi
jumlah pengunjung.
- Mengkaji tanda vital
setiap 8 jam,catat
adanya perubahan yang
signifikan.
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif, catat
respon verbal dan
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menganjurkan klien
untuk meningkatkan
istirahat
- Memposisikan pasien
| 43

semifowler.
- Mengajarkan pasien
teknik nonfarmakologi
dengan menarik nafas
panjang untuk
mengurangi nyeri.
- Melakukan terapi
komplementer guided
imagery.
- Berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
analgetik jika
diperlukan.
2 Jum’at - Mengkaji faktor Dx. 02
31/05/19 penyebab terjadinya
mual muntah.
- Memberikan klien
makanan yang lembut
dan hangat.
- Menganjurkan klien
makan sedikit tapi
sering
- Menganjurkan klien
untuk tidak berbaring
setelah makan.
- Menganjurkan klien
makan makanan yang
kaya akan vitamin dan
mineral yang berasal
dari sayur dan buah-
buahan, namun hindari
buah-buahan yang
bersifat asam atau
sayur-sayuran yang
banyak mengandung
gas.
- Memonitor berat
badan dan IMT, catat
adanya tanda
penurunan berat
badan dan status IMT
yang signifikan.
| 44

- Mengajarkan pasien
cara menjaga oral
hygiene dengan
bener.
- Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien

3 Jum’at - Mengkaji faktor Dx. 03


31/05/19 penyebab mual
muntah.
- Memenuhi
kebutuhan individual.
Menganjurkan klien
untuk minum
(Dewasa : 40-60
cc/kg/jam).
- Memberikan terapi
cairan tambahan
melalui intravena
sesuai indikasi (RL
15tpm).
- Memonitor tanda-
tanda vital, evaluasi
turgor kulit, pengisian
kapiler dan membran
mukosa.
- Memonitor hasil
laboratorium uji
elektrolit.
- Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian
ondansentrone dan
ranitidine.
- Mencatat dan
mempertahankan
intake output yang
akurat.
| 45

2.5 Evaluasi
No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi Nama dan Ket
perawat

1 Jum’at Nyeri akut berhubungan S ;


31/05/19 dengan iritasi mukosa Klien mengatakan masih sering
terasa nyeri ulu hati dan kurang
gaster
nafsu makan

O;

 Nyeri tekan pada bagian


hypochondria sinistra dan
epigastrik.
 Klien tampak meringis
kesakitan
 Diaphoresis (+)
 Skala nyeri 4
 TD 100/60 mmHg
 Suhu 36,5˚
 RR 20x/menit
 Nadi 100x/menit

A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi, tetap monitor status
perkembangan klien.

P;
Lanjutkan intervensi

I;

- Mengatur suasana
lingkungan yang nyaman,
hindari kebisingan dan batasi
jumlah pengunjung.
- Mengkaji tanda vital setiap 8
jam,catat adanya perubahan
yang signifikan.
- Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, catat
respon verbal dan nonverbal
| 46

dari ketidaknyamanan.
- Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat
- Memposisikan pasien
semifowler.
- Mengajarkan pasien teknik
nonfarmakologi dengan
menarik nafas panjang untuk
mengurangi nyeri.
- Melakukan terapi
komplementer guided
imagery.
- Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik
jika diperlukan.

E;
Os dan keluarga tampak
kooperatif pada saat dilakukan
tindakan asuhan keperawatan.

R;

- Konsultasi Dokter Sp.PD,


Rencana prosedur tindakan
endoskopi ke RS Waled.
- Monitor TTV
- Check hasil elektrolit, lapor
hasil elektrolit ke dokter
Sp.PD
- Ondansentron 3x4 gram via
IV
- Omeprazole 2x1 via IV
- Xepazym 3x1

Sabtu, S;
01/06/19 Klien mengatakan nyeri ulu hati
sudah berkurang dan nafsu
makannya bertambah.

O;

 Nyeri tekan pada bagian


hypochondria sinistra dan
| 47

epigastrik sudah berkurang.


 Klien sudah tampak sedikit
ceria.
 Diaphoresis (-)
 Skala nyeri 3
 TD 110/70 mmHg
 Suhu 37˚
 RR 18x/menit
 Nadi 80x/menit

A;
Masalah sudah teratasi sebagian,
tetap monitor status
perkembangan klien

P;
Lanjutkan intervensi

I;

- Mengatur suasana
lingkungan yang nyaman,
hindari kebisingan dan batasi
jumlah pengunjung.
- Mengkaji tanda vital setiap 8
jam,catat adanya perubahan
yang signifikan.
- Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif, catat
respon verbal dan nonverbal
dari ketidaknyamanan.
- Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istirahat
- Memposisikan pasien
semifowler.
- Mengajarkan pasien teknik
nonfarmakologi dengan
menarik nafas panjang untuk
mengurangi nyeri.
- Melakukan terapi
komplementer guided
imagery.
| 48

- Berkolaborasi dengan dokter


untuk pemberian analgetik
jika diperlukan.

E;
Os dan keluarga tampak
kooperatif pada saat dilakukan
tindakan asuhan keperawatan.

R;

- Monitor TTV
- Check hasil elektrolit, lapor
hasil elektrolit ke dokter
Sp.PD
- Ondansentron 2x4 gram via
IV
- Omeprazole 2x1 via IV
- Xepazym 3x1
- Rencana pulang besok.

2 Jum’at Ketidakseimbangan S;
31/05/19 nutrisi kurang dari Klien mengatakan kurang nafsu
makan, dan terkadang mual.
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan O;
intake nutrisi tidak
 Mual (+)
adekuat.  Muntah (+)
 Nyeri abdomen bagian
hypochondria sinistra dan
epigastrik
 Lidah tampak kotor
 Klien masih belum mau
makan dan tidak
menghabiskan porsi
makanan
 BB = 45 kg
 TB = 155 cm
 IMT = 18.7 (underweight)
 Hb = 11,7 gram / dL
| 49

A;
Masalah belum sepenuhnya
teratasi, tetap monitor status
perkembangan klien.

P;
Lanjutkan intervensi

I;

- Mengkaji faktor
penyebab terjadinya mual
muntah.
- Memberikan klien makanan
yang lembut dan hangat.
- Menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering
- Menganjurkan klien untuk
tidak berbaring setelah
makan.
- Menganjurkan klien makan
makanan yang kaya akan
vitamin dan mineral yang
berasal dari sayur dan buah-
buahan, namun hindari
buah-buahan yang bersifat
asam atau sayur-sayuran
yang banyak mengandung
gas.
- Memonitor berat badan
dan IMT, catat adanya
tanda penurunan berat
badan dan status IMT
yang signifikan.
- Mengajarkan pasien cara
menjaga oral hygiene
dengan bener.
- Berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien

E;
| 50

Os dan keluarga tampak


kooperatif pada saat dilakukan
tindakan asuhan keperawatan.

R;

- Monitor status antropometri


- Check hasil elektrolit dan
darah rutin, lapor hasil
elektrolit ke dokter Sp.PD
- Ondansentron 3x4 gram via
IV
- Omeprazole 2x1 via IV
- Xepazym 3x1
- Kolaborasi dengan dokter
dan ahli gizi, rencana diet
rendah lemak.

Sabtu. S;
01/06/19 Klien mengatakan nafsu
makannya bertambah, dan sudah
mual.

O;

 Mual (-)
 Muntah (-)
 Nyeri abdomen bagian
hypochondria sinistra dan
epigastrik sudah berkurang
 Lidah tampak bersih
 Klien sudah mau makan
sedikit-sedikit
 Klien menghabiskan ½ porsi
makanan
 BB = 45 kg
 TB = 155 cm
 IMT = 18.7 (underweight)
 Hb = 12 gram / dL

A;
Masalah sudah teratasi sebagian,
| 51

tetap monitor status


perkembangan klien

P;
Lanjutkan intervensi

I;

- Mengkaji faktor
penyebab terjadinya mual
muntah.
- Memberikan klien makanan
yang lembut dan hangat.
- Menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering
- Menganjurkan klien untuk
tidak berbaring setelah
makan.
- Menganjurkan klien makan
makanan yang kaya akan
vitamin dan mineral yang
berasal dari sayur dan buah-
buahan, namun hindari
buah-buahan yang bersifat
asam atau sayur-sayuran
yang banyak mengandung
gas.
- Memonitor berat badan
dan IMT, catat adanya
tanda penurunan berat
badan dan status IMT
yang signifikan.
- Mengajarkan pasien cara
menjaga oral hygiene
dengan bener.
- Berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klien

E;
Os dan keluarga tampak
kooperatif pada saat dilakukan
| 52

tindakan asuhan keperawatan.

R;

- Monitor status antropometri


- Check hasil elektrolit dan
darah rutin, lapor hasil
elektrolit ke dokter Sp.PD
- Ondansentron 3x4 gram via
IV
- Omeprazole 2x1 via IV
- Xepazym 3x1
- Kolaborasi dengan dokter
dan ahli gizi, rencana diet
rendah lemak.
- Rencanakan konseling
dengan klien dan keluarga
mengenai diet yang harus di
terapkan pada pasien
gastritis.
- Rencana pulang besok

3 Jum’at Ketidakseimbangan S;
31/05/19 volume cairan kurang Klien mengatakan masih terasa
lemas, dan terkadang muntah.
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan O;
mual muntah.
 TD 100/60 mmHg
 Suhu 36.5˚
 RR 20x/menit
 Nadi 100x/menit
 Turgor kulit kurang elastic
 Mukosa bibir kering
 Mual (+)
 Muntah (+)
 Diaphoresis (+)
 Kalium 3,8 mEq/L
 Natrium 132 mEq/L

A;
Masalah belum sepenuhnya
| 53

teratasi, tetap monitor status


perkembangan klien.

P;
Lanjutkan intervensi

I;

- Mengkaji faktor
penyebab mual muntah.
- Memenuhi kebutuhan
individual. Menganjurkan
klien untuk minum
(Dewasa : 40-60
cc/kg/jam).
- Memberikan terapi
cairan tambahan melalui
intravena sesuai indikasi
(RL 15tpm).
- Memonitor tanda-tanda
vital, evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler dan
membran mukosa.
- Memonitor hasil
laboratorium uji elektrolit.
- Berkolaborasi dengan
dokter pemberian
ondansentrone dan
ranitidine.
- Mencatat dan
mempertahankan intake
output yang akurat.

E;
Os dan keluarga tampak
kooperatif pada saat dilakukan
tindakan asuhan keperawatan.

R;

- Monitor status hidrasi


- Lapor hasil elektrolit dan
darah rutin ke dokter Sp.PD
- Ondansentron 3x4 gram via
| 54

IV
- Omeprazole 2x1 via IV
- Xepazym 3x1
- Tetap berikan terapi cairan
infus RL 15tpm,
1500cc/24jam.

Sabtu, S;
01/06/19 Klien mengatakan sudah tidak
lemas.

O;

 TD 110/70 mmHg
 Suhu 37˚
 RR 18x/menit
 Nadi 80x/menit
 Turgor kulit elastic
 Mukosa bibir lembab
 Mual (-)
 Muntah (-)
 Diaphoresis (-)
 Kalium 4,0 mEq/L
 Natrium 135 mEq/L

A;
Masalah sudah teratasi sebagian,
tetap monitor status
perkembangan klien

P;
Lanjutkan intervensi

I;

- Mengkaji faktor
penyebab mual muntah.
- Memenuhi kebutuhan
individual. Menganjurkan
klien untuk minum
(Dewasa : 40-60
cc/kg/jam).
- Memberikan terapi
| 55

cairan tambahan melalui


intravena sesuai indikasi
(RL 15tpm).
- Memonitor tanda-tanda
vital, evaluasi turgor kulit,
pengisian kapiler dan
membran mukosa.
- Memonitor hasil
laboratorium uji elektrolit.
- Berkolaborasi dengan
dokter pemberian
ondansentrone dan
ranitidine.
- Mencatat dan
mempertahankan intake
output yang akurat.

E;
Os dan keluarga tampak
kooperatif pada saat dilakukan
tindakan asuhan keperawatan.

R;

- Monitor status hidrasi


- Lapor hasil elektrolit dan
darah rutin ke dokter Sp.PD
- Ondansentron 3x4 gram via
IV
- Omeprazole 2x1 via IV
- Xepazym 3x1
- Tetap berikan terapi cairan
infus RL 15tpm,
1500cc/24jam.
- Rencanakan konseling
dengan pasien dan keluarga
cara pemenuhan kebutuhan
cairan tubuh selama puasa.
- Rencna pulang besok
| 56

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh
diet yang tidak benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.

Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis


kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut
dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang disebabkan oleh
ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.

Gejala gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat


ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
Gejala gastritis kronis :

1. Bervariasi dan tidak jelas.


2. Perasaan penuh, anoreksia.
3. Distress epigastrik yang tidak nyata.
4. Cepat kenyang.

3.2 Saran
Pentingnya menjaga kesehatan dalam sistem pencernaan itu baik,
karena dapat mengganggu kerusakan organ dalam sehingga memberikan
dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Menghindari makanan yang asam,
pedas dan minuman yang beralkohol, kafein. Dapat memicu cepatnya terjadi
gastritis karena asam lambung tidak bisa menjaga dinding lambung.
Mengakibatkan nyeri di epigastrium. Maka dari itu jagalah organ organ
penting dan kesehatan dalam tubuh kita ini.
| 57

Daftar Pustaka

Black, J dan Hawks, J. 2014. Buku Ajar Medikal Bedah : Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Selemba Emban Patria

Brunner & Suddart, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta. EGC.

Carpenito, LJ. (2014). Diagnosa Keperawatan; aplikasi praktik klinik,


EGC: Jakarta

Daniel T.P. 2016. Reflection: Gastritis, Lifestyle and Proton Bomb Inhibitor.
Volume 1 Issue 2. Medwin Publisher. ISSN: 2574-8009

Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). Profil Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta; Depkes RI; 2014.

Doengoes,Marilyn.E.dkk. (2006) .Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:


Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

G. Tortora, B. Derrickson. (2013). Principle of Anatomy and Physiology, 13th


Ed: John Wiley & Sonic, Inc. USA

Joyce M. Black, Jane H. Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah :


Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Elsevier :
Singapore.

Kementrian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Penyakit Tidak


Menular. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2012

Mansjoer, Arif et all. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Perawat Edisi 2.
Jakarta : EGC

Nanda. (2018). Panduan Diagnose Keperawatan Nanda 2018-2020 : Definisi


dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
| 58

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc. Carty. 2006. Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 6, volume 1&2. Jakarta:
EGC

Smith, et al. (2016). Oxford Handbook of Surgical Nursing (Gastritis).


pages:389. University of Oxford: UK.

Widya, T et al. 2018. Hubungan Pola Makan dan Tingkatan Stress terhadap
Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota
Payakumbuh Tahun 2017; 7 (2). Jurnal Kesehatan Andalas.
http://jurnal.fk.unand.ac.id

WHO. Disease Burden and Mortality Estimates. Global Health Observatory


(GHO) Data. 2013. (diunduh 01 Juni 2019). Tersedia dari :
http://www.who.int/gho/mortalityburdendisease/en/index.html

Anda mungkin juga menyukai