18233116
MANAJEMEN PAJAK
Pasal 8
Pasal 9
a. Segala hak yang melekat padanya sebagai Pegawai Negeri Sipil atau PPPK sesuai
peraturan perundang-perundangan yang berlaku, dan bagi tenaga kontrak sesuai
dengan kontrak/perjanjian kerja antara yang bersangkutan dengan Penyelenggara;
b. melaksanakan pelayanan tanpa dihambat oleh pihak lain yang bukan tugasnya;
c. melakukan kegiatan pelayanan sesuai penugasan dan standar pelayanan serta
memperoleh istirahat di luar jam pelayanan;
d. memperoleh penghargaan / apresiasi / honor atas pemberian pelayanan publik di
luar jam pelayanan atau pemberian pelayanan pada hari libur berdasarkan
kebijakan penyelenggara sesuai dengan kemampuan keuangan daerah/APBD;
e. memperoleh penghargaan/apresiasi atas kinerja dalam pelayanan;
f. memperoleh tambahan penghasilan / insentif sesuai ketentuan yang berlaku dan
sesuai kemampuan keuangan daerah/APBD;
g. mendapatkan pelatihan terkait pelayanan publik dan/atau terkait tugas pokok dan
fungsi dan/atau terkait pengembangan diri;
h. mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan selama menjalankan tugas
pelayanan dari Penyelenggara;
i. memperoleh fasilitas / sarana prasarana dalam tugas pelayanan;
j. menggunakan kearifan lokal untuk mempermudah proses pelayanan kepada
pengguna layanan / masyarakat;
k. melakukan pembelaan yang disampaikan kepada penyelenggara atau atasannya
terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak sesuai kenyataan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; dan
l. menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
G. Contoh kasus
Selama 2013-2015 Komite Pengawas Perpajakan Kementerian Keuangan
telah menerima 238 pengaduan dan masukan dari masyarakat. Selama tahun 2014-
2015 Komite juga telah menerima 196 aduan dari masyarakat, dimana 93 persennya
didominasi oleh aduan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Mayoritas materi
yang diadukan adalah terkait dengan prosedur administrasi perpajakan yakni 49
persen dan peraturan perpajakan 39 persen.
Jika dilihat dari data statistik pengaduan selama dua tahun terakhir
berdasarkan fungsi terdapat 184 pengaduan yang dilontarkan kepada Direktorat
Jenderal Pajak. Jika dirinci terdapat 17 pengaduan terhadap kualitas pelayanan pajak,
51 pengaduan terhadap pemeriksaan, 20 pengaduan terhadap proses penagihan, 13
pengaduan tergadap proses penyidikan, 61 pengaduan terhadap SDM dan
Kepegawaian, 61 pengaduan tehadap potensi pajak, serta 73 pengaduan terhadap
proses keberatan dan banding terkait kasus pajak. Sementara untuk instansi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Komite Pengawas Perpajakan menerima sebanyak
lima aduan sepanjang 2014-2015.
Ketua Komite Pengawasan Perpajakan Daeng M. Nazier mengatakan dari
seluruh pengaduan tersebut, Komite telah menindaklanjuti 73 pengaduan, sementara
sisanya tidak dilanjutkan dengan alasan tidak memenuhi kriteria kasus yang layak
ditindaklanjuti. Selain itu dari kegiatan pengamatan dan pengkajian selama periode
2013-2015 Komita Pengawas Perpajakan telah menyelesaikan 55 saran dan atau
rekomendasi terkait kebijakan perpajakan.
"Masalah banyak terjadi di pemeriksaan, keberatan dan banding. Ini terjadi di
kantor pajak dengan wajib pajak (WP). Dari segi pengaduan, data yang ada
kebanyakan diajukan melalui surat ada juga yang langsung mendatangi kantor kami,"
ujar Nazier di Jakarta, Selasa (23/2). Keberadaan Komite Pengawas Perpajakan
dianggap penting, Nazier menjelaskan dalam menjalankan fungsinya, Komite
Pengawas Perpajakan memiliki posisi yang strategis. Secara hukum, Komite dibentuk
berdasarkan Undang-Undang dan berada di bawah Menteri Keuangan.
Namun secara istimewa Komite diperkenankan menyampaikan opini pribadi,
dan rekomendasi kepada Menteri Keuangan. " Walaupun independen tapi kami
dibawah pak Menteri itu kadang situasinya kurang nyaman. Tapi kita harus bisa
memberikan second opinion," jelasnya. Komite Pengawasan Perpajakan juga
memiliki kegiatan mengumpulkan informasi, melakukan pengkajian, serta
memberikan saran atau rekomendassi kepada instansi perpajakan. Fungsi ini dianggap
berguna untuk mencegah penerbitan kebijakan perpajakan yang dianggap merugikan
masyarakat.
"Secara singkat, seringkali ada masalah yang ditemukan dan kami coba
selesaikan, contohnya terkait peraturan dan kebijakan yang sering tidak selaras.
Dalam beberapa hal terkadang kebijakan kurang memperhatikan dinamika di bisnis
sehingga mereka (pengusaha) mengalami kesulitan oleh peraturan perpajakan,"
ujarnya. Oleh sebab itu menurut Nazier, masyarakat diperkenankan untuk melaporkan
aduannya ke Komite Pengawas Perpajakan terkait sistem perpajakan yang dianggap
merugikan. Terlebih, tahun ini pemerintah menetapkan sebagai tahun kepastian
hukum bagi perpajakan Indonesia. "Komite sangat terbuka menerima pengaduan dan
masukan perbaikan sistem perpajakan," kata dia.
DAFTAR PUSTAKA
Elisa, Valenta Sari . 2016 . “ Masyarakat Keluhkan Administrasi Pajak Yang Berbelit ’’ .
Akses online : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160223122224-78-
112850/masyarakat-keluhkan-administrasi-pajak-yang-berbelit . Diakses pada Minggu,
25 April 2021 jam 20.00 WIB.
Jimmy, Arief . 2017 . “ Dasar-Dasar Pelayanan Publik Dalam Rangka Memenuhi Pelayanan
Prima Di Sektor Pemerintahan ’’ . Akses online :
https://bkpsdmd.babelprov.go.id/content/dasar-%E2%80%93-dasar-pelayanan-publik-
dalam-rangka-memenuhi-pelayanan-prima-di-sektor-pemerintahan#:~:text=Ada
%20tiga%20fungsi%20pelayanan%20umum,layanan%20baik%20individu%20maupun
%20kelompok. Diakses pada Minggu, 25 April 2021 jam 20.00 WIB.
Yeremias T. Keban . 2001 . “ Etika Pelayanan Publik: Pergeseran Paradigma, Dilema dan
Implikasinya bagi Pelayanan Publik di Indonesia ’’ . Akses online :
https://www.bappenas.go.id/files/3113/5228/3135/yeremias__20091015124130__2350
__0.pdf. Diakses pada Minggu, 25 April 2021 jam 20.00 WIB.