Anda di halaman 1dari 4

Soal:

Mencari , mengumpulkan dan mengidentifikasi dari berbagai sumber media tentang kasus perilaku tidak
konstitusional dalam kehidupan bernegara.

Menentukan 1 kasus yang di minati dan di anggap penting oleh kelompok

Mendeskripsikan kembali dengan kalimat sendiri mencakup pertanyaan 5W + 1H

Memberikan alternatif solusi

Pemerintah Pelanggar Konstitusi Terbanyak

TEMPO.CO, Padang - Pemerintah Indonesia telah melakukan pelanggaran konstitusi. Pelanggarannya


berbentuk kebijakan atau tindakan dari pejabat atau lembaga eksekutif yang dipimpin presiden dan para
menterinya serta lembaga setingkat menteri.
Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas merilis dalam Barometer Mala-
Konstitusi 2015, sepanjang tahun 2015, ada 214 penyimpangan yang dilakukan lembaga eksekutif.
Pelanggaran tertinggi terjadi pada Januari 2015, yaitu sebanyak 40 kasus.
Peneliti PUSaKO, Feri Amsari, mengatakan pelanggaran terbanyak dilakukan pemerintah terhadap Pasal
28H UUD 1945. Jumlah pelanggaran sebanyak 64 kasus, terutama Pasal 28H ayat 1 yang berbunyi setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Misalnya, kata Feri, kasus asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Seharusnya negara bertanggung jawab
memberikan suasana kehidupan yang layak bagi masyarakat.
"Ini pelanggaran konstitusi yang paling berat. Apalagi ada korban," ujar Feri saat merilis Barometer
Mala-Konstitusi 2015 di Rumah Ikhas, Kota Padang, Sumatera Barat, Minggu, 31 Januari 2016.
Menurut Feri, pemerintah gagal memberikan perlindungan kepada masyarakat saat bencana asap terjadi.
Sebab, pemerintah tak mampu mengatasi kabut asap yang terjadi hampir setiap tahun.
Peneliti PUSaKO lainnya, Beni Kurnia Ilahi, mengatakan pelanggaran konstitusi juga dilakukan legislatif,
yaitu DPD dan DPR. Sepanjang tahun 2015 ada 40 kasus pelanggaran yang dilakukan.
Menurut Beni, pelanggaran konstitusi itu berdampak terhadap pelbagai bidang kehidupan, terutama
bidang hukum sebesar 31 persen dan bidang politik 28 persen.
Salah satu pelanggaran konstitusi di dalam bidang hukum dan politik adalah sikap DPD dalam
menanggapi kisruh KPK dan Polri. Mereka memihak kepada salah satu lembaga tertentu.
"DPR juga kerap memanfaatkan kewenangannya demi melaksanakan kepentingan partai. Hal itu
tergambar dari sikap DPR yang menggunakan hak angketnya terkait dengan kisruh partai politik tertentu
dengan mengadali kebijakan Kementerian Hukum dan HAM," ujarnya.
Kata Beni, pasal yang sering dilanggar legislatif adalah Pasal 28D. Ada sebanyak 11 kasus yang berkaitan
dengan kepastian hukum. Kemudian, ada 10 kasus pelanggaran terhadap Pasal 20A yang berkaitan
dengan pelanggaran tiga fungsi lembaga legislatif.
Pelanggaran konstitusi juga dilakukan lembaga yudikatif. Ada delapan kasus pelanggaran yang dilakukan
yudikatif.
Menurut peneliti PUSaKO M Nurul Fajri, ada tiga faktor kecilnya pelanggaran yang dilakukannya
yudikatif. Pertama, lembaga yudikatif seperti Mahkamah Konstitusi tidak banyak melakukan
kewenangannya sepanjang 2015. Kedua, yudikatif dilindungi dengan pasal-pasal penghinaan peradilan.
Ketiga, penyimpangan lembaga yudikatif dalam putusannya hanya dirasakan masyarakat pencari keadilan
yang mendaftarkan perkaranya melalui proses persidangan. Sehingga, hanya orang-orang tertentu yang
dapat merasakan terjadinya pelanggaran konstitusi.
"Tapi meskipun kecil, dampak dari pelanggarannya sangat luas," ujarnya.
Salah satu kasusnya, kata Nurul, upaya Mahkamah Agung untuk menghapuskan peran Komisi Yudisial
yang memiliki kewenangan mengawasi hakim, terutama di bidang etika dan moralitas hakim.
MA juga melakukan manuver dengan menyatakan peninjauan kembali (PK) perkara hanya dapat
dilakukan sekali. Padahal, putusan MK sebagai penafsir tunggal konstitusi menyatakan PK dapat
dilakukan berkali-kali sepanjang ada alat bukti baru.
"Tindakan MA itu telah menyebabkan lembaga peradilan bertindak menyimpang dari UUD 1945,"
ujarnya.
Menurut Nurul, pelanggaran konstitusi yang dilakukan lembaga yudikatif menyentuh bidang
perlindungan HAM. Ada enam kasus pelanggaran terhadap Pasal 28C dan Pasal 28D.
Kata Nurul, seharusnya lembaga yudikatif mengedepankan kepekaannya terhadap HAM. Sebab, para
pencari keadilan mengajukan perkaranya ke MA dan MK agar memperoleh jaminan HAM. Mereka ingin
mendapatkan perlindungan melalui putusan lembaga yudikatif.
Koordinator tim peneliti Barometer Mala-Konstitusi Charles Simabura mengatakan penelitian ini
menggunakan metodologi penelitian campuran dalam riset-riset ilmu sosial, yaitu menggabungkan
metodologi kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan metodologi campuran dalam
metodologi ilmu hukum, yang menyatukan metodologi penelitian yuridis normatif dan yuridis sosiologis.

Sumber: https://m.tempo.co/read/news/2016/02/01/078741015/pemerintah-pelanggar-konstitusi-
terbanyak-ini-temuannya
Analisa:
Mengetahui banyaknya kasus pelanggaran konstitusional di Indonesia seperti yang dipaparkan dalam
berita diatas. Sebagai mahasiswa, mengetahui hal tersebut pastilah merasakan miris atau prihatin akan
pejabat-pejabat negara yang dipercaya untuk mengatur negara serta memajukannya namun malah
sebaliknya. Pejabat negara sebagaimana seharusnya mengetahui akan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan tidak melanggarnya, namun malah melanggar sampai berdampak pada rakyat
sebagaimana dipaparkan dalam berita kasus diatas.

Kita seharusnya tak sekedar acuh akan hal tersebut, walaupun kita tidak bisa turun tangan secara langsung
untuk menyikapi dan mencegah pelanggaran-pelanggaran seperti itu terjadi lagi dinegara Indonesia ini.
Namun, sebagai mahasiswa yang mana menjadi generasi penerus yang nantinya akan menggantikan
pejabat-pejabat Negara saat ini harus lebih mengetahui akan konstitusi. Dalam hal ini kita mengambil
tindakan preventif atau mempersiapkan guna memperbaiki wajah konstitusi yang semakin tercemar
namanya sebab pelanggaran-pelanggaran tersebut.
 
Bicara soal pemecahan masalah, sebagai mahasiswa kita dapat memberikan dukungan kepada pihak-
pihak yang mengatasi akan pelanggaran konstitusi tersebut. Sebagai contoh, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) sebagai lembaga pemberantas korupsi, kita dapat mendukung berbagai program KPK.
Program-proram KPK yang mengarah kepada edukasi antikorupsi seperti itu yang dapat kita dukung
dengan mengikuti seminar-seminarnya. Dukungan yang lain juga dapat kita lakukan melalui layanan
public KPK jika kita menemukan kasus-kasus yang berhubungan dengan KPK.
 
Dukungan yang lain dan mungkin menjadi dukungan yang sangat mudah bagi kita sebagai mahasiswa
adalah mendukung lembaga-lembaga yang mengatasi pelanggaran konstitusi tersebut melalui media
sosialnya. Dengan mengikuti berita dan program yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga tersebut kita
dapat mempublikasikan ulang dan menyebarkan melalui media social kita. Sehingga orang disekitar kita
(pengguna media social) dapat mengetahui berita dan program yang nantinya akan mencegah terjadinya
pelanggaran konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai