Kelompok Iv Fikih Jinayat
Kelompok Iv Fikih Jinayat
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fikih Jinayat Pada
(IAIN) Bone
Oleh :
KELOMPOK IV
EVI AGUSTIANI
01.18.1152
ANDI ZACKIYAH AMALIA ANUGRAH
01.18.1161
A. RAHMANIAR
01.18.1172
AWIS DIANA
01.18.1176
(IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
atas petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada kami dalam penyelesaian
salah satu tugas kuliah kami yaitu pembuatan makalah dalam hal ini materi yang
kami bahas mengenai mengenai “Al-Jinayah Ala Athraf (Tindak Pidana Terhadap
Tak lupa kami curahkan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga
bisa terselamatkan dari lembah kesesatan. Dalam penyusunan makalah ini, tak
semudah apa yang kami bayangkan. Banyak kesulitan dan hambatan yang kami
lalui dalam penyusunan makalah ini. Tapi berkat Izin dan Rahmat Allah SWT
Harapan kami sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat
dalam lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa
pula kami haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat
Allah SWT.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan 12
B. Saran 13
DAFTAR RUJUKAN 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lepaskan dari sifat suatu bangsa. Selain itu, hukum berguna untuk
terhadap hukum
oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya kususnya
persekusi yang bisa digunakan untuk menjerat pelaku persekusi ada 3 (tiga) yaitu
penganiayaan.
luka-luka. Semua itu menggambarkan betapa luas dan dalamnya masalah hukum
2
tindak pidana. Tindak pidana ialah semua larangan hukum syar'iyah yang di
ancam Allah dengan hukuman had atau hukuman ta'zir. Dalam tulisan ini akan
B. Rumusan Masalah
ini, yaitu :
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum dari Al-Jinayah Ala Athraf
PEMBAHASAN
tetapi para ahli hukum Mesir menganggap bahwa memukul dan melukai
pada jasmani dan rohani. Maka barang siapa mencekik seseorang dan
Duni al-Nafs.1
Istilah ini sebagai imbangan dari tindak pidana terhadap nyawa (Al-
Jinayat ala al- Nafs). Tindak pidana terhadap selain nyawa (penganiayaan)
itu berupa semua rasa sakit yang menimpa pada badan manusia yang
datang dari sesama manusia yang lain. Tetapi tidak sampai menghilangkan
adalah semua tindakan melawan hukum dan tindakan seseorang kepada orang
1
Eko Wahyudi, “Tindak Pidana Penganiayaan dalam Fiqh Jina>y ah dan Hukum Pidana
Indonesia “ Al-Qanun, Vol. 20, No. 1, Juni 2017, h. 124.
4
yang membahayakan atau mendatangkan rasa sakit pada badan dan atau
tidak sengaja seperti orang melempar batu dengan sengaja tetapi tidak
lewat. 2
setimpal untuk kasus ini adalah diat.Diat adalah hukuman pokok untuk tindak
Ketentuan ini didasarkan kepada Firman Allah Swt dalam surah An-
Nisaa‟ ayat 92 :3
2
Eko Wahyudi, “Tindak Pidana Penganiayaan dalam Fiqh Jina>y ah dan Hukum Pidana
Indonesia, h. 125.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. X; Bandung:
3
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja) dan Barangsiapa membunuh
bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai)
penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.”
mengalami kematian, akan tetapi hanya menderita cacat atau terkena luka yang
dapat disembuhkan. Dalam Islam, balasan pidana ini adalah qishâsh, sebagai
keadilan yang Allah Ta'ala tegakkan di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa
pada luka juga terdapat hukum qishash. Dan ini adalah syariat umat sebelum
umat ini, seperti yang sebutkan pada firman Allah Ta'ala: (Q.S Al-Maidah :
45)4
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada
kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.”
hukuman lain yaitu diyat (denda) sebagai ganti rugi dari kerusakan yang
ditimbulkan.
Dalam Fiqih Jinayah suatu Perbuatan baru bisa dikatakan Suatu tindak
1. Unsur formil yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan
2. Unsur material yaitu adanya tindak laku yang membentuk jarimah, baik
3. Unsur Moral yaitu orang cakap (Mukalaf), yakni orang yang dapat dimintai
5
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam,(Jakarta:Sinar
Grafika),h. 28.
7
demikian apabila orang yang melakukannya gila atau masih dibawah umur
pertanggungjawaban pidana.
1. Penganiayaan biasa
2. Penganiayaan Ringan,
Penganiayaan ringan diatur dalam pasal 352 KUHP. Bedasarkan pasal 352
351 ayat (1) dengan Pasal 352 KUHP, sehingga dalam penerapannya timbul
6
Adami Chawazi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Rajawali Pers, Jakarta, 2010),
h.10.
8
dimaksud sama saja dengan penganiayaan biasa, hanya saja diisyaratkan ada
4. Penganiayaan Berat
Dasar hukum penganiayaan berat diatur dalam Pasal 354 KUHP. Untuk dapat
dikenakan pasal ini, maka si pelaku harus memang memiliki niat untuk
melukai berat atau dengan kata lain agar objeknya luka berat.
Kententuan tersebut diatur dalam Pasal 355 KUHP. Penganiayaan berat yang
adalah Qisas, jika tidak mungkin untuk dilaksanankan atau di maafkan oleh
keluarga korban, maka hukuman penggantinya adalah diyat. Jika sanksi qisos atau
mereka dan jika mereka menginginkan boleh mengambil dari mereka itu
9
diyat. Mereka wajib membayar satu diyat (ganti rugi), kendati jumlah
senjata alat yang umumnya dan secara tabiatnya dapat digunakan untuk
baik Jarimah yang diperbuatnya itu sesuai atau tidak, karena selesai atau
hukuman had, dan kalau tidak selesai maka hanya dijatuhi hukuman
10
ta’zir.
Yang dimaksud dengan tindak pidana selain pelaku utama adalah setiap
Untuk tindak pidana bagi selain pelaku di bagi empat macam, yaitu:
a. Membantu penganiayaan
hal penganiayaan Imam Safi'i dan Imam- Imam yang lain orang yang
Dan bagi yang memegang orang yang akan dianiaya, dan ia memegang
c. Memerintah/diperintah menganiaya
ulama berbeda pendapat. Menurut Imam Malik, Imam Ahmad dan Syafi'i,
diperintah itu hanya sebagai alat yang digerakkan oleh orang yang
ta'zir. Tetapi jika yang disuruh orang dewasa, berakal sehat, dan yang
ta/zir
menyelamatkan diri sendiri. Dalam hal perbuatan sebab dan langsung itu
seimbang.
12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
yaitu :
badan dan tidak sampai menghilangkan nyawa, baik itu menganiaya atau
2. Dalam Fiqih Jinayah suatu Perbuatan baru bisa dikatakan Suatu tindak
adalah Qisas, jika tidak mungkin untuk dilaksanankan. atau di maafkan oleh
B. Saran
Adapun saran yang bisa kami sampaikan selaku penulis pada makalah ini,
pembahasan yang kami bahas dalam makalah ini, karena kami sadar bahwa
Chawazi, Adami. Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa. Rajawali Pers, Jakarta,
2010.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. X;
Bandung: CV Penerbit Dipanegoro, 2014.
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta:Sinar
Grafika.
Wahyudi, Eko. “Tindak Pidana Penganiayaan dalam Fiqh Jina>yah dan Hukum
Pidana Indonesia “ Al-Qanun, Vol. 20, No. 1, Juni 2017.